Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147756 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahira Syafana Kuswanto
"Dalam transisi menjadi orang tua baru, pasangan akan berhadapan dengan banyak perubahan hingga anak berusia dua tahun, sehingga penting bagi pasangan untuk menerapkan strategi pengelolaan stres yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran common dyadic coping pada masa transisi menjadi orang tua sebagai mediator antara attachment styles dan kepuasan pernikahan. Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan alat ukur Experiences in Close Relationships-Revised (ECR-R), Couple Satisfaction Index (CSI), dan Dyadic Coping Inventory (DCI). Data diperoleh melalui survei daring dari warga negara Indonesia dengan usia ≥ 21 tahun, sedang menjalani pernikahan, dan memiliki anak tunggal usia nol sampai dengan dua tahun (N perempuan = 90%, M usia = 27,9, SD usia = 2,8). Hasil analisis model mediasi pada makro PROCESS dari Hayes menunjukkan bahwa problem-focused common dyadic coping memediasi secara parsial hubungan antara anxious attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001), serta avoidant attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001). Demikian juga emotion- focused common dyadic coping memediasi secara parsial hubungan antara anxious attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001), serta avoidant attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001). 

In transition to parenthood, couples will face many changes until the child is two years old. Thus, it is important for couples to apply common dyadic coping. However, common dyadic coping is influenced by individual attachment styles. This study aims to determine the role of common dyadic coping during the transition to parenthood as mediator between attachment styles and marital satisfaction. Measurements used in this study are Experiences in Close Relationships-Revised (ECR- R), Couple Satisfaction Index (CSI), and Dyadic Coping Inventory (DCI). Data was obtained through an online survey of Indonesian citizens aged ≥ 21 years, currently married, and having only children aged zero to two years (N mothers = 90%, M ages = 27.9, SD ages = 2.8). The results of the mediation model analysis on PROCESS macro from Hayes showed that problem-focused common dyadic coping partially mediates the relationship between anxious attachment and marital satisfaction (β = -0.084, p < .001), and avoidant attachment with marital satisfaction (β = -0.084 , p < .001). Likewise, emotion- focused common dyadic coping partially mediates the relationship between anxious attachment and marital satisfaction (β = -0.084, p < .001), and avoidant attachment and marital satisfaction (β = - 0.084, p < .001). "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Maharini
"Transisi menjadi orang tua menjadi sumber stres bagi sebagian besar pasangan. Diketahui bahwa cara coping orang tua mempengaruhi tingkat parental stress dan kepuasan pernikahan. Penelitian bertujuan untuk menguji efek buffering dari supportive dyadic coping dalam mengurangi dampak parental stress terhadap kepuasan pernikahan dalam transisi menjadi orang tua. Penelitian menggunakan alat ukur Parental Stress Scale (PSS), Dyadic Coping Inventory (DCI), dan Couple Satisfaction Index (CSI). Data terkumpul dari 112 orang tua (N ibu = 90%, usia M = 27,9 SD usia = 2,8). Dimensi emotion focused supportive DC ditemukan berperan signifikan dalam menjadi moderator antara peran parental stress terhadap kepuasan pernikahan F(1, 111) = 11,21, p<0,005 sedangkan problem focused supportive dyadic coping F(1, 111) = 26.39, p>.005 ditemukan tidak signifikan mengurangi dampak parental stress terhadap kepuasan pernikahan. Hasil menunjukkan bahwa dalam transisi menjadi orang tua, pasangan harus mempertimbangkan pentingnya supportive dyadic coping untuk mempertahankan kepuasan pernikahan mereka.

The transition to parenthood is stressful for most couples. It is known that the parents’ way of coping affects the level of parental stress and marital satisfaction. This study aims to test the buffering effect of supportive dyadic coping in alleviating the impacts of parental stress towards marital satisfaction of first time parents. The measurements used were Parental Stress Scale (PSS), Dyadic Coping Inventory (DCI), and Couple Satisfaction Index (CSI). Data was collecte from 112 parents (N mothers = 90%, M age = 27.9 SD age= 2.8). The moderating effect of emotion focused supportive dyadic coping F(1, 111) = 11,21, p<0,005  was significant, while problem focused supportive dyadic coping F(1, 111) = 26.39, p>.005 was found not significant in alleviating the impact of parental stress towards marital satisfaction. The results suggest the importance of supportive dyadic coping in order to maintain marital satisfaction during the transition to parenthood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khariza Nararya
"Tujuan penelitian ini adalah melihat efek moderasi dari kedua faktor common dyadic coping terhadap hubungan antara kepuasan pernikahan dengan parenting stress pada orang tua dari anak dengan spektrum autisme di Indonesia. Penelitian dilakukan kepada 131 partisipan di Jabodetabek, Bali, dan Lampung. Penelitian menggunakan alat ukur Couples Satisfaction Index–Short Form, Parenting Stress Index, dan Dyadic Coping Inventory. Analisis data dilakukan dengan korelasi Pearson, analisis regresi linear, dan Hayes Macro Process. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress serta tidak ditemukan efek moderasi dari kedua faktor common dyadic coping terhadap hubungan kepuasan pernikahan dan parenting stress.

The aim of this study is to evaluate the moderating effect of the two factors of common dyadic coping in the relationship between marital satisfaction and parenting stress for parents of individuals with autism spectrum disorder in Indonesia. The study was conducted to 131 participants in Jabodetabek, Bali, and Lampung area. This study uses Couples Satisfaction Index–Short Form, Parenting Stress Index, and Dyadic Coping Inventory to measure the variables. Data is analyzed using Pearson correlation, linear regression analysis, and Hayes Macro Process. Findings of the study showed that there is a significant negative correlation between marital satisfaction and parenting stress, and there is no moderating effect from the two factors of common dyadic coping to that relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah Elkifahi
"Pasangan menikah beda agama ditemukan memiliki resiko tinggi untuk bercerai akibat faktor unik seperti tidak adanya penerimaan lingkungan sosial (orangtua. teman ataupun institusi agama) serta religiusitas atau perbedaan ritual/praktik agama. Padahal, dukungan dari lingkungan sosial dapat meningkatkan kepuasan pernikahan pasangan.
Adanya penolakan orangtua membuat individu perlu mencari sumber dukungan lain
terutama dari pasangannya. Salah satu bentuk sumber dukungan dari pasangan adalah common dyadic coping, yaitu partisipasi kedua individu dalam menghadapi serta menyelesaikan suatu masalah atau tekanan dari luar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari common dyadic coping dalam mengurangi efek negatif penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan. Responden penelitian adalah enam puluh lima pasangan beda agama di seluruh Indonesia yang berasal dari komunitas beda agama dan telah berada dalam pernikahan. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, dan Social Network Opinion Scale (Parent) yang telah diadaptasi. Hasil penelitian menemukan bahwa
terdapat hubungan negatif antara penolakan orangtua dengan kepuasan pernikahan (r = - 0.25, p = 0.01, p<.05). Penelitian ini juga menemukan bahwa common dyadic coping melemahkan efek negatif dari penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan (β = - 0.268, p = 0.00, p<.01). Common dyadic coping menjadi faktor penting yang perlu dimiliki oleh pasangan beda agama dalam menghadapi tekanan dari luar khususnya penolakan dari orangtua

Couples in interfaith marriage are found to have a high risk in divorce due to its unique factors such as disapproval from their social network (parents, friends, and religious institutions) and religiousity or difference in religious practices. Support from social network can actually improve one’s marital satisfaction. This lack of support from parents force individuals to seek other resources such as those from partners. One form of partner’s support is common dyadic coping, which is a participation of both partners
to manage external stress. The purpose of this study is to examine the role of common dyadic coping in weakening the negative effect of parental disapproval on marital satisfaction. Respondents were sixty five interfaith couples from all over Indonesia who are members of Interfaith Couples Community, and who currently holds marital status.
The measurements used in this study were Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, and Social Network Opinion Scale (Parent) which was already adapted. The result from this research found that there is a significant negative correlation between parental disapproval and marital satisfaction (r = -0.25, p = 0.01, p<.05). This study also found that common dyadic coping significantly weakens the negative effect of parental disapproval towards marital satisfaction (β = -0.268, p = 0.00, p<.01). Thus, it is
concluded that common dyadic coping can be a crucial factor for couples to be able to cope better with external stress, especially in the context of parental disapproval.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarra Dwi Monica
"Kepuasan hubungan pacaran jarak jauh merupakan hal yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya adalah attachment dan dyadic coping. Individu dengan anxiety attachment relatif sulit mencapai hubungan yang memuaskan, terlebih dalam kondisi terpisah oleh jarak. Penelitian dilakukan untuk melihat apakah common dan negative dyadic coping memiliki peran moderasi di dalam hubungan antara anxiety attachment dengan kepuasan berpacaran. Data diperoleh dengan menggunakan Experience in Close Relationship-Revised untuk mengukur anxiety attachment, Dyadic Coping Inventory  untuk mengukur common dyadic coping dan negative dyadic coping, serta Relationship Assessment Scale untuk mengukur kepuasan hubungan pada individu yang menjalani pacaran jarak jauh. Penelitian pada 270 dewasa muda menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan negatif antara anxiety attachment dan kepuasan pacaran jarak jauh (r= -0.51, p<.01). Akan tetapi, tidak ditemukan adanya efek moderasi dari common dan negative dyadic coping di dalam hubungan tersebut (p>0.05). Perkembangan attachment, konteks hubungan pacarana serta keterpisahan jarak dinilai merupakan faktor yang mempengaruhi hal tersebut.

Satisfaction in long distance relationships is influenced by various factors, including attachments and dyadic coping. Individuals with anxiety attachment are relatively difficult to achieve a satisfying relationship, especially in the condition when their partner is separated by distance with them. The study was conducted to see whether common dyadic coping and negative dyadic coping have a moderating role in the relationship between anxiety attachment and relationship satisfaction. Data is obtained using the Experience in Close Relationship-Revision (ECR-R) to measure anxiety attachment, Dyadic Coping Inventory (DCI) to measure common and negative dyadic coping, and Relationship Assessment Scale (RAS) to measure relationship satisfaction. Research conducted on 270 young adults found that there is a significant negative relationship between anxiety attachment and relationship satisfaction (r = -0.511, p <0.01). However, no moderating effects of common dyadic coping and negative dyadic coping are found in this research(p> 0.05). The duration of attachments, the status of the relationships, and separation with partner are considered to be factors that influence the result."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pingkan Cynthia Belinda Rumondor
"Terlepas dari dugaan bahwa konteks budaya berdampak pada efek penanganan stres bersama pasangan (DC; dyadic coping) terhadap kepuasan pernikahan (KP), belum ada penelitian yang melibatkan konteks budaya dalam model tersebut. Disertasi ini bertujuan menguii Systemic Transactional Model (STM; Bodenmann, et al., 2016) untuk menjelaskan efek moderasi strategi DC dan attachment dalam memprediksikan dampak stres eksternal terhadap KP pasangan bekerja pada konteks ideologi peran gender (IPG) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain mixed methods explanatory sequential yang terdiri dari dua studi. Studi 1 adalah penelitian kuantitatif – regresi dan SEM pada 421 individu usia 23-55 tahun yang merupakan pasangan bekerja berpendidikan tinggi di perkotaan. Hasil studi 1 menunjukkan bahwa strategi DC memiliki efek lebih signifikan daripada attachment dalam melindungi kepuasan pernikahan dari efek negatif stres eksternal. Akan tetapi, pengujian model yang sama dalam kelompok partisipan dengan IPG tradisional dan non-tradisional memperlihatkan pola yang berbeda. Studi 2 merupakan penelitian kualitatif - fenomenologis pada 5 pasangan dengan kepuasan pernikahan tinggi, 3 pasangan dan 1 istri dengan kepuasan pernikahan rendah. Hasil studi 2 mendukung hasil studi 1, strategi DC yang berbeda berujung pada pemaknaan kepuasan pernikahan yang berbeda, meski stres yang dihadapi serupa. Penelitian ini memperlihatkan bahwa STM dapat diterapkan untuk menjelaskan KP pasangan bekerja di Indonesia, dengan memperhatikan konteks IPG.

Apart from the assumption that cultural context impacts the effect of partners’ dyadic coping (DC) in predicting marital satisfaction (MS), there has been no research involving cultural context in this model. This dissertation aims to examine the Systemic Transactional Model (STM; Bodenmann, et al., 2016) to explain the moderating effect of DC strategies and attachment in predicting the impact of external stress on dual-earner couples’ MS in Indonesia’s gender role ideology (GRI) context. This research uses a mixed-methods explanatory sequential design consisting of two studies. Study 1 is a quantitative – regression and SEM study on 421 individuals, 23-55 years old, tertiary-educated dual-earner in an urban area. The results of study 1 show that DC strategies have a more significant effect than attachment in protecting couples’ MS from the adverse effects of external stress. However, testing the same model in groups of participants with traditional and non-traditional GRI shows a different pattern. Study 2 is a qualitative - phenomenological study on five couples with high MS, three couples and one wife with low MS. The results of study 2 support the results of study 1 that different DC strategies will lead to different meanings of marital satisfaction, even though the stressors are similar. This study shows that STM can be applied to explain the MS of dual-earner couples in Indonesia, considering the context of GRI."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah Elkifahi
"Pasangan menikah beda agama ditemukan memiliki resiko tinggi untuk bercerai akibat
faktor unik seperti tidak adanya penerimaan lingkungan sosial (orangtua. teman ataupun
institusi agama) serta religiusitas atau perbedaan ritual/praktik agama. Padahal,
dukungan dari lingkungan sosial dapat meningkatkan kepuasan pernikahan pasangan.
Adanya penolakan orangtua membuat individu perlu mencari sumber dukungan lain
terutama dari pasangannya. Salah satu bentuk sumber dukungan dari pasangan adalah
common dyadic coping, yaitu partisipasi kedua individu dalam menghadapi serta
menyelesaikan suatu masalah atau tekanan dari luar. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melihat pengaruh dari common dyadic coping dalam mengurangi efek negatif
penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan. Responden penelitian adalah enam
puluh lima pasangan beda agama di seluruh Indonesia yang berasal dari komunitas beda
agama dan telah berada dalam pernikahan. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini
adalah Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, dan Social Network
Opinion Scale (Parent) yang telah diadaptasi. Hasil penelitian menemukan bahwa
terdapat hubungan negatif antara penolakan orangtua dengan kepuasan pernikahan (r = -
0.25, p = 0.01, p<.05). Penelitian ini juga menemukan bahwa common dyadic coping
melemahkan efek negatif dari penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan (β = -
0.268, p = 0.00, p<.01). Common dyadic coping menjadi faktor penting yang perlu
dimiliki oleh pasangan beda agama dalam menghadapi tekanan dari luar khususnya
penolakan dari orangtua.

Couples in interfaith marriage are found to have a high risk in divorce due to its unique
factors such as disapproval from their social network (parents, friends, and religious
institutions) and religiousity or difference in religious practices. Support from social
network can actually improve ones marital satisfaction. This lack of support from
parents force individuals to seek other resources such as those from partners. One form
of partners support is common dyadic coping, which is a participation of both partners
to manage external stress. The purpose of this study is to examine the role of common
dyadic coping in weakening the negative effect of parental disapproval on marital
satisfaction. Respondents were sixty five interfaith couples from all over Indonesia who
are members of Interfaith Couples Community, and who currently holds marital status.
The measurements used in this study were Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping
Inventory, and Social Network Opinion Scale (Parent) which was already adapted. The
result from this research found that there is a significant negative correlation between
parental disapproval and marital satisfaction (r = -0.25, p = 0.01, p<.05). This study also
found that common dyadic coping significantly weakens the negative effect of parental
disapproval towards marital satisfaction (β = -0.268, p = 0.00, p<.01). Thus, it is
concluded that common dyadic coping can be a crucial factor for couples to be able to
cope better with external stress, especially in the context of parental disapproval"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadlun Nissa
"Kepuasan pernikahan yang rendah pada orang tua dari anak dengan spektrum autisme dapat menimbulkan dampak negatif terhadap individu maupun keluarga. Orang tua sering ditemukan mengalami parenting stress dalam mengasuh anak dengan spektrum autisme. Parenting stress yang berkepanjangan dapat memprediksi rendahnya kepuasan pernikahan orang tua. Akan tetapi, supportive dyadic coping diduga dapat mengurangi stres yang dirasakan orang tua, sehingga kepuasan pernikahan dapat tetap terjaga.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress serta efek moderasi dari supportive dyadic coping terhadap hubungan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress pada orang tua dari anak dengan spektrum autisme di Indonesia. Penelitian ini dilakukan kepada 134 partisipan di Jabodetabek, Lampung, dan Bali.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress serta tidak ditemukan efek moderasi dari supportive dyadic coping terhadap hubungan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress.

Low marriage satisfaction in parents of children with the autism spectrum can have a negative impact on individuals and families. Parents are often encountered experiencing parenting stress in caring for children with the autism spectrum. Prolonged parenting stress can predict low satisfaction of marriages. However, supportive dyadic coping is thought to reduce parenting stress, so that marital satisfaction can be maintained.
This study aims to look at the relationship between marital satisfaction and parenting stress and the moderating effects of supportive dyadic coping on the relationship between marital satisfaction and parenting stress in parents of children with autism spectrum in Indonesia. This research was conducted on 134 participants in Jabodetabek, Lampung, and Bali.
The results showed that there was a significant negative relationship between marital satisfaction and parenting stress and no moderating effect of supportive dyadic coping on the relationship between marital satisfaction and parenting stress was found.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Naila Azmiya Bariadi
"Tingginya tingkat perceraian di Indonesia pada tahun 2019 didominasi oleh pasangan dengan rentang usia pernikahan satu sampai lima tahun menandakan bahwa periode awal pernikahan merupakan masa yang rentan bagi pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek moderasi dari common dyadic coping dalam hubungan antara stres eksternal dan stres internal pada pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun. Partisipan terdiri dari 128 orang (43 laki-laki dan 85 perempuan), berstatus menikah, dan minimal berusia 20 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire for Couple dan Dyadic Coping Inventory. Hasil penelitian mendukung hipotesis dengan menujukkan adanya korelasi antara stres eksternal dan stres internal (r = 0.75, n = 128, p<.01, one-tailed) serta ditemukannya efek moderasi dari common dyadic coping pada hubungan stres eksternal dan stes internal (β = 0.77, t(0.5946) = 0.486, p<.05). Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan psikoedukasi mengenai proses penyesuaian dan strategi coping pada pasangan yang akan atau baru menikah.

High divorce rate in Indonesia was dominated by couples with 1-5 years of marriage. This finding indicated that early period of marriage is a vulnerable period for both couples. This study aimed to examine the moderating effects of common dyadic coping in the relationship between external stress and internal stress in couples with 1-5 years of marriage. Participants consisted of 128 people (43 men and 85 women), is married, and at least 20 years old. The measuring instruments used are Multidimensional Stress Questionnaire for Couple and Dyadic Coping Inventory. Research result support hypothesis by showing a correlation between external stress and internal stress (r = 0.75, n = 128, p<.01, one-tailed and also found that there is moderating effect of common dyadic coping on the relationship between external stress and internal stress (β = 0.77, t(0.5946) = 0.486, p<.05). The result of this study can be used as reference for psychological education regarding the adjustment process and coping strategies for couples who about to get married or are newly married."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefani Astri Setyorini
"Penyakit kronis terjadi tanpa diprediksi sebelumnya, berkembang secara perlahan, dan memberi dampak secara fisik, psikologis, dan sosial dalam jangka waktu yang lama atau bahkan seumur hidup. Dukungan dari orang terdekat, terutama pasangan menjadi salah satu faktor penting yang berperan ketika penderita penyakit kronis menghadapi penyakitnya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara individual coping, dyadic coping, dan kepuasan pernikahan pada penderita penyakit kronis. Enam puluh penderita penyakit kronis menjadi partisipan dalam studi ini dengan mengisi kuesioner individual coping, dyadic coping, dan kepuasan pernikahan.
Individual coping diukur dengan menggunakan alat ukur Brief COPE dari Carver (1997). Brief COPE dapat terbagi menjadi problem-focused coping dan emotion-focused coping. Dyadic coping diukur menggunakan alat ukur Dyadic Coping Inventory (DCI) (Bodenmann, 2007), yang terdiri dari : supportive, common, delegated, dan negative dyadic coping. Kepuasan Pernikahan diukur menggunakan Marital Satisfaction Scale (MSS) dari Roach, Frazier, dan Bowden, (1981).
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara individual coping dan kepuasan pernikahan, antara dyadic coping dan kepuasan pernikahan, serta individual coping dan dyadic coping pada penderita penyakit kronis. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dyadic coping terutama common dyadic coping lebih berkontribusi dalam memprediksi kepuasan pernikahan pada penderita penyakit kronis dibandingkan dengan individual coping. Melalui analisis tambahan ditemukan pula perbedaan mean dyadic coping penderita penyakit kronis pada aspek jenis penyakit kronis.

Chronic disease occurs without previously predicted, develops slowly, and starts giving physical, psychological, and social impact in a long term or even a lifetime. Support from significant others, especially spouse also becomes one of the important factors which plays role when people with chronic illness facing his/her diseases.This research was conducted to investigate the correlation between individual coping, dyadic coping, and marital satisfaction in people with chronic illness. 60 people with chronic illness were completed all questionnaires of individual coping, dyadic coping, and marital satisfaction.
Individual coping was measured using Brief COPE from Carver (1997). Brief COPE can be divided into problem-focused coping and emotion-focused coping. Dyadic coping was measured by Dyadic Coping Inventory (DCI) which was constructed by Bodenmann (2007), which consists of four types of dyadic coping, namely supportive, common, delegated, and negative dyadic coping. Marital satisfaction was measured using the Marital Satisfaction Scale (MSS), which was constructed by Roach, Frazier, and Bowden (1981).
The results show that there were correlations between individual coping with marital satisfaction, dyadic coping with marital satisfaction, and individual coping with dyadic coping in people with chronic illness. Moreover, the result show that dyadic coping is more contribute in predicting marital satisfaction in people with chronis illness compared with the individual coping. The additional analysis found that there were mean differences of dyadic coping toward type of chronic diseases.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>