Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132508 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bible Septian Rahardjo
"Energi adalah aspek vital dalam keberlangsungan kehidupan manusia yang dipengaruhi dan mempengaruhi banyak faktor sosial-politik. Pemutusan suplai gas alam Rusia terhadap Uni Eropa sejak pertengahan 2022 menyebabkan krisis energi, salah satunya bagi Belanda. Sebagai negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhan energi primer melalui produksi domestik, Belanda harus mengimpor gas alam sebagai salah satu sumber energi terbesar. Artikel ini menganalisis fenomena krisis energi Belanda pasca pemutusan suplai gas alam Rusia dengan menggunakan neksus konsep keamanan manusia dan keamanan energi. Neksus keamanan energi dan keamanan manusia hadir dalam bentuk relasi di antara keduanya, yaitu aspek keamanan ekonomi dan keamanan kesehatan. Keberadaan neksus keamanan energi dan keamanan manusia dalam kebijakan-kebijakan energi Belanda dikaji menggunakan teori implementasi kebijakan (Grindle,1980). Teori implementasi kebijakan berfokus pada konten dan konteks kebijakan yang digunakan untuk menganalisis substansi kebijakan-kebijakan energi Belanda. Pengumpulan data dilakukan melalui tinjauan pustaka yang bersumber dari rilis resmi dokumen pemerintah, media massa, buku, dan artikel ilmiah relevan. Temuan menunjukkan bahwa Belanda merespon krisis dengan tetap mengacu kepada Rencana Energi dan Iklim (NECP) 2021-2030 sebagai haluan kebijakan energi nasional. Lima dimensi dalam NECP 2021-2030 yaitu dekarbonisasi, efisiensi, keamanan energi, integrasi pasar energi, dan riset & inovasi energi merefleksikan neksus keamanan manusia dan keamanan energi dalam kebijakan energi nasional.

Energy is vital in the continuity of human life, influencing many socio-political factors. The termination of Russia's natural gas supply to the European Union since mid-2022 has caused an energy crisis, one of which is for the Netherlands. As a country that cannot meet its primary energy needs through domestic production, the Netherlands must use natural gas as one of the largest energy sources. This article analyzes the phenomenon of the Dutch energy crisis after the cut-off of Russia's natural gas supply by using the concept of human security and energy security nexus. The nexus of energy security and human security exists in the form of a relationship between economic security and health security. The existence of a nexus of energy security and human security in Dutch energy policies is studied using policy implementation theory (Grindle, 1980). Policy implementation theory focuses on the content and policy context used to analyze the substance of Dutch energy policies. Data was collected through a literature review from official releases of government documents, mass media, books and relevant scientific articles. The findings show that the Netherlands responded to the crisis while referring to the Energy and Climate Plan (NECP) 2021-2030 as the national energy policy direction. The five dimensions of NECP 2021-2030 are decarbonization, efficiency, energy security, energy market integration, and energy research & innovation, and they reflect the nexus of human security and energy security in national energy policy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Benedicta Nathania
"Skripsi ini mengangkat fenomena pergeseran kebijakan energi Jerman setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 di bawah kepemimpinan Kanselir Olaf Scholz. Dengan memanfaatkan Teori Permainan Dua Tingkat (Two-Level Game Theory) karya Robert Putnam, penelitian ini mengkaji interaksi antara negosiasi internasional, khususnya sanksi pembatasan harga minyak, dan negosiasi domestik yang berfokus pada percepatan transisi energi. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa bahwa win set yang tumpang tindih dalam perundingan internasional dan domestik memungkinkan keberhasilan kesepakatan dan ratifikasi sanksi pembatasan harga minyak. Peristiwa ini menandakan perubahan penting dalam kebijakan energi Jerman, menyoroti langkah menuju pengurangan ketergantungan pada energi Rusia dan mempercepat transisi ke sumber energi terbarukan.

This thesis investigates the shift in Germany's energy policy following the Russian invasion of Ukraine in 2022 under Chancellor Olaf Scholz. Utilizing Robert Putnam's Two-Level Game Theory, the study examines the interplay between international negotiations, specifically the oil price cap sanction, and domestic negotiations focusing on accelerating the energy transition. The analysis concludes that the overlapping win sets of international and domestic negotiations enabled the successful agreement and ratification of the oil price cap sanction. This event signifies a pivotal change in Germany's energy policy, highlighting a move towards reducing dependency on Russian energy and hastening the transition to renewable energy sources."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedicta Nathania
"Skripsi ini mengangkat fenomena pergeseran kebijakan energi Jerman setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 di bawah kepemimpinan Kanselir Olaf Scholz. Dengan memanfaatkan Teori Permainan Dua Tingkat (Two-Level Game Theory) karya Robert Putnam, penelitian ini mengkaji interaksi antara negosiasi internasional, khususnya sanksi pembatasan harga minyak, dan negosiasi domestik yang berfokus pada percepatan transisi energi. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa bahwa win set yang tumpang tindih dalam perundingan internasional dan domestik memungkinkan keberhasilan kesepakatan dan ratifikasi sanksi pembatasan harga minyak. Peristiwa ini menandakan perubahan penting dalam kebijakan energi Jerman, menyoroti langkah menuju pengurangan ketergantungan pada energi Rusia dan mempercepat transisi ke sumber energi terbarukan.

This thesis investigates the shift in Germany's energy policy following the Russian invasion of Ukraine in 2022 under Chancellor Olaf Scholz. Utilizing Robert Putnam's Two-Level Game Theory, the study examines the interplay between international negotiations, specifically the oil price cap sanction, and domestic negotiations focusing on accelerating the energy transition. The analysis concludes that the overlapping win sets of international and domestic negotiations enabled the successful agreement and ratification of the oil price cap sanction. This event signifies a pivotal change in Germany's energy policy, highlighting a move towards reducing dependency on Russian energy and hastening the transition to renewable energy sources."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arshie Ramadhani
"Konsep keamanan energi bersifat kontekstual dan dapat memiliki makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Terkait dengan hal tersebut, tulisan ini berusaha mengkaji perkembangan literatur mengenai konsep keamanan energi dari waktu ke waktu. Tulisan ini kemudian akan mengelompokkan literatur-literatur tersebut dengan menggunakan metode kronologi ke dalam tiga periode berbeda, yaitu periode 1970-1990, 2000-2010 dan pasca 2010. Dari pengelompokkan tersebut, terlihat bahwa terjadi perluasan tema dalam definisi konsep keamanan energi yang awalnya terkait dengan tema ketersediaan dan harga menjadi mencakup tema infrastruktur, lingkungan, dampak sosial, efisiensi, tata kelola dan kebijakan publik, dan sebagainya. Hal ini kemudian menimbulkan perdebatan mengenai apakah konsep keamanan energi perlu diperluas untuk mengakomodasi munculnya tantangan-tantangan baru atau tetap dibatasi agar keamanan tidak kehilangan maknanya. Penulis berargumen bahwa pendefinisan keamanan energi harus tetap dilekatkan dengan definisi keamanan, ldquo;survival in the face of existential threat, rdquo;agar konsep keamanan itu sendiri tidak kehilangan fokusnya. Dengan menggunakan perspektif kontekstual dan variasi konseptual dari waktu ke waktu, tulisan ini diharapkan dapat menghadirkan perdebatan teoretis mengenai bagaimana isu energi dapat menjadi isu keamanan serta memberikan kontribusi berupa pemetaan konsep keamanan energi sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan energi.

Concept Energy security concept is contextual and understood in different ways in different context. This paper examines the development of the literatures of energy security. Using chronological method of organization, this paper classifies the literatures into three different periods 1970 1990, 2000 2010, and post 2010. From this classification, it is found that there is a proliferation of themes in the definition of energy security concept. The concept has expanded from what was initially limited to availability and affordable price, to include themes such as infrastructures, environment, social impacts, efficiency, governance and public policy. This raises a debate as to whether the energy security concept need to be broadened to accomodate the emergence of new challenges or to remain limited in definition so that it would not lose its meaning. This paper then further argues that the definition of energy security should be attached to the definition of security as, ldquo survival in the face of existential threat, rdquo so that security concept itself would be able to retain its focus. Taking a contextual perspective and conceptual variation over time, this paper aims to present a theoretical debate on how energy is understood as a security issue and to serve as a reference for energy policy making."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Caballero-Anthony, Mely, editor
"This volume represents the perspectives of scholars from across Asia, looking at diverse aspects of energy security through a non-traditional security lens. The issues covered include environmental and socioeconomic impacts, the role of the market, the role of civil society, energy sustainability and policy trends in the ASEAN region."
Heidelberg : Springer, 2012
e20405577
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Sandy Angga Hikmata
"Penelitian ini mengkaji tentang perubahan ketahanan energi Turki setelah TANAP (Trans-Anatolian Pipeline) berhasil dibangun di Turki pada Juni 2018. TANAP merupakan proyek yang dibangun atas kerjasama Turki dan Azerbaijan. Distribusi gas alam TANAP juga akan diteruskan ke pasar di Eropa. Turki merupakan negara dengan kebutuhan energi yang sangat tinggi dan kebutuhan ini meningkat sebanyak 8% per tahunnya dengan total kebutuhan energi sebesar 136 Mtoe pada tahun 2016. Untuk memenuhi kebutuhan energinya, Turki sangat bergantung pada distribusi energi dari Rusia dalam bentuk gas alam. Namun, hubungan yang tidak stabil antara Rusia dan Ukraina sebagai negara transit energi membuat distribusi energi dari Rusia sering terhambat. Hal ini kemudian menggerakkan Turki untuk mencari sumber energi alternatif untuk mengatasi masalah ketergantungan energi terhadap Rusia ini. Turki, diuntungkan secara geografis karena terletak di antara negara-negara penghasil gas alam dan minyak bumi yaitu negara-negara Timur Tengah, Asia Tengah dan negara-negara di sekitar Laut Kaspia dan negara konsumen energi di Eropa sehingga Turki juga memiliki potensi untuk menjadi energy-hub di kawasannya. Tesis ini pertama-tama akan menganalisa hubungan saling ketergantungan atau interdependensi dalam hubungan energi yang berpotensi bersifat asimetris antara Turki dan Rusia, dan implikasi yang ditimbulkan dari hubungan asimetris ini. Setelah itu peneliti akan mengkaji pengaruh TANAP terhadap ketahanan energi gas alam di Turki dan pengaruhnya terhadap perubahan interdependensi antara kedua negara. Setelah itu, akan dibahas juga pengaruh TANAP terhadap ambisi Turki untuk menjadi energy-hub di kawasannya.

This paper reviews the change of Turkey's energy security after Turkey managed to construct TANAP (Trans-Anatolian Pipeline) at June 2018. TANAP is a project built within cooperation between Turkey and Azerbaijan. TANAP's natural-gas distribution also is going to be supplied to Europe. Turkey is a country with vast energy needs with average increase of 8% per year with total energy consumption as much as 136 Mtoe as of 2016. To meet their energy needs, Turkey highly rely on energy from Russia's natural-gas. However, fragile relation between Russia and Ukraine caused energy distribution from Russia agitated, causing Turkey to search for alternative energy supply source to reduce their highly dependence on Russia. Beside that, Turkey also aware of their geographical advantage that lies between energy-rich Middle-East, Central Asia, and countries around Caspian Sea and energy-importing countries in Europe, which giving opportunities for Turkey to be energy-hub at their region. This thesis firstly will analyze interdependence relationship in the context of energy between Turkey and Russia that potentially has asymmetric nature and the implication that could arises in that relationship. Afterwards, author will review how TANAP change Turkey's natural-gas security and how it changes interdependency between the two countries. Author will also review how TANAP affect Turkey's ambition to be energy-hub in their region."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T52027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keisha Marsha Tuffahati
"Tulisan ini akan mencoba memahami bagaimana istilah human security dipahami dalam konteks studi keamanan internasional dari 3 sudut pandang: human security sebagai Hak Asasi Manusia, human security sebagai freedom from fear, dan human security sebagai freedom from want. Human security sebagai Hak Asasi Manusia menekankan pada pentingnya diseminasi norma HAM yang diwujudkan dalam bentuk agenda human security serta peran berbagai aktor dalam upaya diseminasi norma tersebut. Human security sebagai freedom from fear menekankan perlindungan terhadap manusia dari situasi konflik serta justifikasi terhadap intervensi kemanusiaan. Sedangkan human security sebagai freedom from want menekankan perlindungan terhadap martabat dan pemberdayaan manusia melalui program pembangunan. Analisis juga meliputi bagaimana kontribusi human security bagi studi keamanan serta penjajaran perbedaan kedua konsep tersebut.
Tulisan ini berargumen bahwa human security memperkaya khasanah kajian keamanan internasional dengan memperluas agenda keamanan dan pengadopsian agenda normatif. Selain itu, tulisan ini menyimpulkan bahwa meskipun diklaim sebagai perusak koherensi intelektual kajian keamanan, konsep human security tetap relevan dalam studi keamanan internasional karena konsep tersebut berorientasi pada pembuatan kebijakan. Pada praktiknya, konsep human security digunakan sebagai jargon dalam mempromosikan agenda keamanan dan pembangunan oleh institusi internasional seperti PBB serta negara middle power seperti Kanada dan Jepang.

This paper aims to seek how human security is understood from 3 standpoints human security as human rights, human security as freedom from fear, and human security as freedom from want. Human security as human rights emphasizes dissemination of human rights norms manifested in the form of human security agenda and the role of various actors in the dissemination of the norms. Human Security as freedom from fear emphasizes protection of the people in conflict situations and justification towards humanitarian intervention agenda. Meanwhile, human security as freedom from want emphasizes the protection of human dignity and human empowerment through development program. It also highlights the contribution of human security to security studies as well as juxtaposition of the two concepts.
This paper argues that human security has enriched the repertoire of security studies by expanding the scope of security and adopting normative agenda. This paper concludes that although human security is claimed to be damaging to intellectual coherence of security studies, the concept itself remains relevant in international security studies due to its policy orientedness. In practice, human security is used as a jargon in promoting security and development agenda by international insitutions such as the United Nations as well as middle power countries such as Canada and Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aviah Al Jufri
"Penelitian ini membahas mengenai kebijakan ekonomi politik Jerman dalam pembangunan Nord Stream 2. Nord Stream 2 adalah proyek pembangunan pipa gas secara langsung dari Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik. Melalui proyek ini Jerman mendapatkan tantangan baik dari Polandia, EU, dan Amerika Serikat yang menentang pembangunan proyek ini. Pertanyaan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah ”Mengapa Jerman menyetujui proyek Nord Stream Pipeline 2 asal Rusia?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan kerangka analisis pilihan rasional dan keamanan energi. Kerangka analisis pilihan rasional digunakan untuk mencari latar belakang kebijakan Jerman dalam pembangunan Nord Stream 2, sedangkan teori keamanan energi digunakan untuk menjelaskan bagaimana kebijakan energi suatu negara dipengaruhi oleh kepentingan nasionalnya untuk mengamankan energinya. Sebagai aktor rasional, Jerman menyetujui pembangunan Nord Stream 2 didasari oleh kepentingan untuk mengamankan energinya. Rusia kemudian dipilih karena dapat memberikan aspek-aspek keamanan energi, seperti ketersediaan, keterjangkauan, efisiensi ekonomi dan teknologi, serta perlindungan terhadap lingkungan yang lebih menguntungkan dibanding opsi dari aktor lain.
.....This research discusses Germany’s policy on Nord Stream pipeline 2. Nord Stream 2 is a project which build direct gas pipeline from Russia to Germany through the Baltic Sea. Germany have faced several challenges by Poland, EU, and United States regarding its posistion to support this project. Thus, the main question asked in this study is "Why Germany approved the Nord Stream Pipeline 2?". To answer this question, this research uses rational choice and energy security theory. Rational choice as a framework is used to examine the rationality of Germany policy towards Nord Stream 2 while energy security theory is used to explain how a country's energy policy is affected by its national interest to secure its energy. The main argument advanced by this research is that Germany approved the construction of Nord Stream 2 based on the interests to secure its energy. Russia is chosen because it could provide aspects of energy security, such as availability, affordability, economic and energy efficiency, as well environmental stewardship which benefits more than options from other actors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryantori
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung lama dan menimbulkan banyak korban jiwa, terutama dikalangan Palestina. Korban jiwa tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar; korban meninggal dan korban hidup yang kemudian hidup terlunta-lunta sebagai pengungsi. Para pengungsi Palestina inilah yang menjadi fokus utama dari penelitian ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisa mengenai bagaimana sikap pemerintahan Israel pada masa pemerintahan Perdana Menteri Ehud Barak terhadap keberadaan para pengungsi Palestina tersebut dilihat dari konsep national security (keamanan nasional) yang dihadapkan pada konsep human security (keamanan insani). Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah studi kasus. Diharapkan dengan menggunakan metode ini, data-data yang digunakan akan menjadi sefokus mungkin sehingga pembahasan akan menjadi sistematis dan mendalam. Dari hasil pengolahan data dapat diungkapkan bahwa Pemerintahan Perdana Menteri Ehud Barak menggunakan konsep human security dari sudut pandang national security Negara Israel sehingga keamanan yang dipertahankan di mata mereka bukanlah mengenai keberadaan pengungsi Palestina melainkan para penduduk Israel yang harus dijaga terlebih dahulu. Bahkan ada kekhawatiran jika para pengungsi Palestina diijinkan kembali ke tempat asal mereka akan mengancam keamanan Negara Israell Dari sisi Palestina sendiri, perjuangan terus dilakukan baik oleh pihak Otoritas Palestina maupun dari para pengungsi yang tersebar di seluruh dunia agar haqul audah (hak untuk kembali) dapat mereka dapatkan. Pada intinya, keberadaan pengungsi Palestina ini merupakan sesuatu hai yang sangat perlu mendapat perhatian dunia internasional selama sikap pemerintah Israel dalam memandang permasalahan ini selalu dari sisi kepentingan mereka sendiri.

This research was triggered by Israel-Palestine conflict whicb has been lasting for long time and causing so many casualties, especially in Paiestinian side. The casualties can be divided into two main categories: the deads and the refugees. This Paiestinian refugees i s the main focus in this research. The main purpose of this research is to analize how Israeli govemment in Ehud Barak administration behave toward Paiestinian refugees issues on the base of national security and human security. Research methods used in this research is case study. By using this method, the datas are expected to be so as focus as possible that the explanation can be systematic and deep. It can be said that Ehud Barak administration used human security concept from national security of Israel point of view. Hence, security in their view is not about the existence of Paiestinian refugees bot, instead, Israeli people must be guarded as well as possible. Even, there is a anxiety if the Paiestinian refugees are allowed to come back to their home, they will threat Israeli national security! On the Paiestinian side, the struggle still keeps being fought either by Paiestinian Outhority or by the refugees who spread out all over the world in order to get haqul audah (right of return) back. In essence, the existence of Paiestinian refugees is something which needs strong concern from whole world as long as Israeli govemment always look this issue only from its point of view."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26851
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Franky Nelwan
"Konsep Ketahanan Energi (KE) dalam konteks pengendalian sistem energi suatu negara, telah berkembang divergen. Divergensi/keragaman itu, dikarenakan KE bersifat multidisipliner, multiperspektip dan multidimensional. Dilatari kenyataan itu, maka permasalahan riset ini adalah konsep KE integralistik. Yaitu suatu konsep sintesis yang memadukan keragaman konsep KE, dan dari konsep itu dapat dihasilkan suatu metoda kwantifikasi/pengukuran KE. Dengan kata lain, tujuan riset ini adalah mengembangkan metoda pengukuran KE yang integralistik. Untuk mencapai tujuan riset itu, metode riset diawali dengan pemeriksaan epistemologis terhadap istilah Ketahanan Energi, untuk mendapatkan makna ontologis. Akhirnya dihasilkan kesimpulan bahwa ‘obyek materia’ KE pada intinya adalah mengenai energi, peralatan, manusia dan ekosistem [EPME]. Setelah itu, dilakukan proses unifikasi 4 elemen tersebut. Suatu proses yang dilakukan menggunakan perspektif Teknologi dan Ekologi. Hasilnya diperoleh suatu formula kwantifikasi yang menghasilkan suatu angka indeks KE (Qes) dan satuan [Esse]. Formula tersebut kemudian diterapkan untuk mengukur KE daripada 10 negara berpenduduk terbanyak di dunia dari tahun 1990 sampai 2015. Hasilnya menunjukkan perubahan peringkat yang cukup dinamis, dan akhirnya pada tahun 2015 posisi ranking sbb.: Rusia (1.965 [Esse]), AS (1.529 [Esse]), Jepang (827 [Esse]), Brasil (564 [Esse]), Cina (302 [Esse]), Indonesia (173 [Esse])), India (126 [Esse]), Nigeria (108 [Esse]), Pakistan (88 [Esse]), dan Bangladesh (36 [Esse]). Sebagai justifikasi, hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan hasil riset lainnya yang relevan dan kredibel. Justifikasi pertama, Qes dibandingkan dengan indikator kekuatan negara. Menghasilkan koefisien korelasi Pearson yang sangat kuat. Hasil ini, koheren dengan kenyataan bahwa Ketahanan Energi terkait erat dengan Kekuatan Negara. Justifikasi kedua, Qes dibandingkan dengan indeks Ketahanan Energi hasil riset peneliti kredibel lainnya. Menghasilkan koefisien korelasi Spearman yang moderat sampai kuat. Dengan demikian sudah layak dinyatakan bahwa Konsep EPME layak diterima sebagai Teori Baru. Teori itu berkontribusi pada peningkatan posisi epistemologis Ketahanan Energi dari ‘pengetahuan’ menjadi ‘ilmu baru’, yaitu: Ilmu Ketahanan Energi.

The concept of Energy Security (ES) in the context of controlling a country's energy system has been developing divergent. This divergence/diversity is due to the multidisciplinary, multi-perspective, and multidimensional nature of ES. Due to this fact, the problem of this research is the concept of integrated ES. It is a synthesis concept that combines the various concepts of ES, and from that concept, a quantification/measurement method of ES can be generated. In other words, this research aim is to develop an integrated ES measurement method. To achieve this research objective, the research method begins with an epistemological examination of the term Energy Security, to obtain an ontological meaning. Finally, the conclusion is that ES 'material objects' are essentially about energy, equipment, people, and ecosystems [EPME]. After that, the 4 elements unification process is carried out. A process carried out using a Technology and Ecology perspective. The result is a quantification formula that produces an index number ES (Qes) and units [Esse]. The formula is then applied to measure the ES of the 10 most populous nations in the world from 1990 to 2015. The results show a fairly dynamic change in ranking, and finally in 2015 the ranking position is as follows: Russia (1,965 [Esse]), USA (1,529 [ Esse]), Japan (827 [Esse]), Brazil (564 [Esse]), China (302 [Esse]), Indonesia (173 [Esse])), India (126 [Esse]), Nigeria (108 [Esse ]), Pakistan (88 [Esse]), and Bangladesh (36 [Esse]). All numbers in parentheses have the unit [Esse] which is an acronym for Energy Security for Sustainable Earth. Esse is a new unit and has an abstract dimension. As justification, the measurement results are then compared with other relevant and credible research results. The first justification, Qes is compared with the national power indicator. Produces a very strong Pearson correlation coefficient. This result is coherent with the fact that Energy Security is closely related to Nation Power. The second justification, Qes is compared with the Energy Security index of research results from other credible researchers. Produces moderate to strong Spearman correlation coefficients. Thus, it is proper to state that the EPME Concept deserves to be accepted as a New Theory. The theory contributes to the elevation of the epistemological position of Energy Security from 'knowledge' to 'new science', namely: Energy Security Science."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>