Ditemukan 230582 dokumen yang sesuai dengan query
Ulfa Mardiah
"Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia menerima paparan sinar matahari sepanjang tahun. Hal ini menjadikan energi surya sebagai EBT yang potensial sebagai pengganti energi fosil batubara. Namun sampai dengan 2022, total kapasitas PLTS terpasang adalah sebesar 30,26% dari target 2022. Oleh karena itu, tujuan riset ini adalah untuk menganalisa kendala pemanfaatan energi surya di Indonesia melalui pembangunan PLTS, menganalisa dampak dari pembangunan PLTS, serta menyusun prioritas strategi dalam skala pemerintah untuk mengatasi kendala dalam pembangunan PLTS. Metode analisis yang digunakan adalah mix methods antara kualitatif dan kuantitatif. PESTLE digunakan untuk mengurai kendala dan tantangan dalam pengembangan PLTS sehingga didapat kerangka strategi untuk menanggulanginya. Kemudian penyusunan strategi pemanfaatan energi surya dilakukan dengan metode analisis AHP. Prioritas alternatif strategi secara berurutan antara lain pengembangan teknologi melalui regulasi untuk membuka peluang investasi, produksi komponen dalam negeri, dan pengalihan subdisi PLTU untuk PLTS.
As a tropical country, Indonesia receives sun exposure throughout the year. This makes solar energy a potential EBT a substitute for coal fossil energy. However, until 2022, the total installed solar power plant (PLTS) is 30.26% of the 2022 target. Therefore, this research aims to analyze the constraints on the use of solar energy in Indonesia through the construction of PLTS, analyze the impact of PLTS construction, and set strategic priorities on the government scale to overcome obstacles in PLTS development. The analytical method used is a mix of qualitative and quantitative methods. PESTLE breaks down the obstacles and challenges in developing PLTS to obtain a strategic framework to overcome them. Then the formulation of strategies for utilizing solar energy is formulated using the AHP analysis method. Alternative strategic priorities sequentially include regulations to open up investment opportunities, technology development through domestic component production, and transferring PLTU subsidies to PLTS."
Jakarta: sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
600 JSTI 14:2 (2012)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ihsan Barran
"Indonesia saat ini sedang berada dalam transisi energi dan memiliki sumber daya alam yang besar terutama sumber radiasi matahari. Hingga saat ini Indonesia mempunyai target kapasitas hingga mencapai 37,15 GW dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dibagi tiga jenis, yaitu atap, tanah, dan apung. Simulasi repowering akan dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan dua jenis PLTS atap berkapasitas 1,4 MWp dan 300,56 kWp yang telah beroperasi sejak tahun 2020 dan berlokasi di Jawa Barat. Analisis tekno-ekonomi akan dilakukan pada penelitian ini dan penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah dengan dilakukanya repowering terhadap kedua PLTS tersebut nilai Levelized Cost of Electricity (LCOE) akan lebih kompetitif. Saat kedua PLTS didesain dan dibangun nilai LCOE sebesar 0,074 USD/kWh untuk PLTS-1 dan 0,073 USD/kWh untuk PLTS-2, setelah di lakukan simulasi repowering didapat nilai LCOE turun menjadi 0,070 USD/kWh untuk kedua PLTS tersebut. Selain hasil analisis tersebut, penelitian ini juga menganalisa kapan sebaiknya repowering di implementasikan dan membuka peluang bisnis PLTS atap untuk sektor rumah tangga di masa depan menggunakan PV bekas hasil implementasi repowering, dimana nilai LCOE yang didapat sudah sangat kompetitif sebesar 0,03 USD/kWh.
At this time, Indonesia is at energy transition and has large natural resources, especially solar energy. Indonesia has a target capacity of up to 37.15 GW from Solar Power Plant which is divided into three types, namely roof, ground mount, and floating. Repowering simulation will be carried out in this study using solar rooftop power plants with a capacity of 1.4 MWp and 300.56 kWp which have been operating since 2020, located in West Java. Techno-economic analysis will be carried out in this study and this study aims to analyze whether by repowering these solar rooftop power plant, the Levelized Cost of Electricity (LCOE) value will be more competitive. When these solar power plant were designed and built, the LCOE value was 0.074 USD/kWh for PLTS-1 and 0.073 USD/kWh for PLTS-2, after the repowering simulation, the LCOE value fell to 0.070 USD/kWh for both of solar rooftop power plant. In addition, the results of this study also analyzes when repowering was implemented, it opens up solar rooftop power plant business opportunities for the household sector in the future using PV used from the repowering implementation, where the LCOE value obtained is very competitive at 0.03 USD/kWh."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Eka Nurhidayat
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek teknis dan ekonomi pemanfaatan sewa jaringan tenaga listrik tegangan rendah 20 kV yang melibatkan 2 pembangkit PLTS yaitu PLTS Ground Mounted 10 MW dan PLTS Rooftop. Berdasarkan pemanfaatanya power wheeling dapat menjadi skema bsinis yang dapat memberikan penghematan baik dari sisi PT PLN selaku pemilik jaringan maupun perusahaan pemilik PLTS selaku pemanfaat dari jaringan tenaga listrik PT PLN. Persentase penghematan biaya pemakaian tenaga listrik untuk masing-masing demand yang didapatkan menggunakan skenario 2 atau skenario PLTS dengan Power Wheeling pada penelitian ini adalah, untuk Plant Minyak Kelapa Sawit 50,34%, untuk 250 Rumah Dinas pegawai 24,96%, sekolah Internatsional 49,81%, masjid 12,71% dan Gereja adalah sebesar 29,33%. Untuk PLTS Rooftop simulasi kelayakan dari investasi proyek rancangan sistem PLTS Rooftop didapatkan analisis bahwa nilai Payback Periode paling cepat adalah PLTS Rooftop dengan tanpa Baterai yaitu selama 6 tahun untuk skema 100% eksport daya ke jaaringan PT PLN, hal ini disebabkan tidak adanya nilai komponen biaya baterai yang cukup mempengaruhi Payback Periode dan nilai NPC dan faktor jarak panjang jaringan menuju demand yang mempengaruhi besarnya nilai biaya sewa jaringan.
This study aims to analyze the technical and economic aspects of utilizing a 20 kV low-voltage power network lease involving 2 Solar PV generators, namely Solar PV Ground Mounted 10 MW and Solar PV Rooftop. Based on its utilization, power wheeling can be a business scheme that can provide savings both in terms of PT PLN as the owner of the network and the company that owns the Solar PV as the beneficiary of the PT PLN electricity network. The percentage of saving the cost of using electricity for each demand obtained using scenario 2 or the Solar PV scenario with Power Wheeling in this study is, for Palm Oil Plants 50.34%, for 250 Employee Office Houses 24.96%, International schools 49 .81%, the mosque is 12.71% and the church is 29.33%. For the Rooftop PLTS, a feasibility simulation of the project investment for the Solar PV Rooftop system design found an analysis that the fastest Payback Period value is a Solar PV Rooftop without a battery, which is 6 years for a 100% power export scheme to the PT PLN network, this is due to the absence of a battery cost component value enough to affect the Payback Period and the value of the NPC and the long distance factor of the network to demand which affects the value of the network rental fee."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Derry Luthfy
"Energi surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang tersedia melimpah dan ramah lingkungan terutama di negara tropis. Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya semakin bervariasi, baik dalam bentuk pembangkitan besar-besaran di daerah yang luas dan terpencil maupun di tempat-tempat umum yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik yang praktis. Pada penelitian ini dilakukan simulasi perancangan PLTS on-grid di Kantin Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan pengujian dengan 2 metode yang berbeda. Metode pertama adalah perancangan berdasarkan beban harian pada kantin on-grid dan cadangan baterai on-grid, yang kedua adalah pemanfaatan area yang dapat dipasang panel surya on-grid dan baterai cadangan on-grid. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kelayakan teknis dan ekonomis dari rancangan ini. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa metode perancangan PLTS berdasarkan on-grid area yang tersedia menghasilkan tingkat keandalan ekonomi yang paling baik, dimana sistem ini dapat memberikan kontribusi penyediaan energi listrik sebesar 68,98% dari beban hari kerja dan 182,18%. dari beban. hari libur, dan dapat menghasilkan potensi energi sebesar 16.063 kWh per tahun.
Solar energy is one of the renewable energy sources that is abundantly available and environmentally friendly, especially in tropical countries. The use of solar power plants is increasingly varied, both in the form of large-scale generation in large and remote areas and in public places with the aim of reducing dependence on practical electricity generation. In this study, a simulation of the on-grid PV mini-grid design was carried out at the Canteen of the Faculty of Engineering, University of Indonesia by testing with 2 different methods. The first method is a design based on the daily load on the on-grid canteen and on-grid battery backup, the second is the utilization of the area that can be installed on-grid solar panels and on-grid backup batteries. This study aims to see the level of technical and economic feasibility of this design. From the results of the analysis, it can be concluded that the PLTS design method based on the available on-grid area produces the best level of economic reliability, where this system can contribute to the supply of electrical energy by 68.98% of the workday load and 182.18%. from the load. holidays, and can generate energy potential of 16,063 kWh per year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Cherish Amarissa Gadisku
"Indonesia memiliki tekad untuk mengurangi gas rumah kaca dengan mencanangkan target energi terbarukan. Dari seluruh jenis energi terbarukan, energi surya adalah jenis energi yang memiliki potensi paling tinggi. Namun, sangat disayangkan bahwa penggunaannya masih sangat minim. Untungnya, semakin banyak pebisnis yang sadar manfaat dari investasi PLTS atap. Salah satu perusahaan yang memiliki keinginan untuk investasi PLTS atap adalah PT XYZ, sebuah pabrik manufaktur yang terletak di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Perusahaan tersebut memiliki keinginan untuk menginvestasikan PLTS atap di salah satu bangunan yang ada di lokasi pabrik. Namun, sebelum melakukan investasi panel surya, sebaiknya perusahaan sebagai investor memperhitungkan faktor ketidakpastian yang dapat terjadi saat dilakukan pemasangan PLTS atap. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis kelayakan investasi dari segi teknis maupun ekonomi terhadap pemasangan PLTS atap pabrik dengan tetap mempertimbangkan risiko dari faktor ketidakpastian untuk menghemat biaya listrik bulanan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode value at risk dengan teknik Simulasi Monte Carlo. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa faktor ketidakpastian pada investasi kelayakan pemasangan PLTS atap pabrik dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu faktor yang mempengaruhi biaya, energi keluaran, dan kebijakan. Sesudah mempertimbangkan seluruh faktor ketidakpastian, proyek pemasangan PLTS atap layak untuk dilakukan dengan nilai NPV at Risk sebesar Rp 154.205.585,00, IRR at Risk sebesar 6,52 %, dan Payback Period at Risk sebesar 9 tahun dengan confidence level 95% dan jangka waktu simulasi selama 15 tahun.
Indonesia is determined to reduce greenhouse gases by setting renewable energy targets. Of all the renewable energy types, solar energy is the one with the highest potential. However, it is unfortunate that its use is still very minimal. Fortunately, more and more businesses are realizing the benefits of rooftop solar power investment. One such company is PT XYZ, a manufacturing plant located in Kendal Industrial Park, Central Java. The company wants to invest in rooftop solar panels on one of its buildings. However, before investing in solar panels, the company as an investor should consider the uncertainty factors that can occur when installing rooftop solar panels. Therefore, it is necessary to analyze the feasibility of investment from a technical and economic perspective on the installation of rooftop solar panels while still considering the risk of uncertainty factors to save monthly electricity costs. This research was conducted using the value at risk method with the Monte Carlo simulation technique. The result of this study is that the uncertainty factors in the feasibility investment of installing PLTS on the factory roof can be divided into three factors, namely factors affecting costs, output energy, and government policies. After considering all uncertainty factors, the rooftop PLTS installation project is considered as feasible with an NPV at Risk value of Rp 154,205,585.00, IRR at Risk of 6.52%, and Payback Period at Risk of 9 years with a confidence level of 95% and a simulation period of 15 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hero Gunawan
"Sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan capaian bauran energi nasional dari sektor energi baru terbarukan khususnya dibidang energi surya, pada tahun 2020 pemerintah telah melakukan pembangunan PLTS rooftop di beberapa gedung usulan pemerintah daerah yang meliputi gedung perkantoran, rumah sakit, sekolah, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Penelitian ini mengambil 12 gedung pada paket pekerjaan pertama yang beratapkan datar dengan kapasitas 25 kWp dan 50 kWp sebagai obyek penelitian untuk menganalisi dampak keteknikan dan ekonomi akibat pengunaan dan perubahan
tilt modul PV. Nilai investasi Rp/kWp pada kapasitas terpasang 25 kWp nilai tertinggi dimiliki oleh Gedung Islamic Center sebesar Rp. 16.458.600 dan 50 kWp dimiliki gedung RSUD Ternate dengan nilai Rp. 15.275.750 dimana faktor lokasi menjadi salah satu penyebab tingginya nilai investasi tersebut. Dari penelitian ini didapatkan bahwa nilai PVout yang dihasilkan per tahun dengan penggunaan tilt optimum pada aplikasi GSA sebesar 647.830 kWh lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil simulasi PVSYST sebesar 630,342 kWh dan pada penggunaan tilt sebesar 150 didapatkan output total PLTS rooftop sebesar 615.039 kWh dengan nilai NPV terbesar terletak pada gedung Bupati Sumenep sebesar Rp. 634.312.639 dengan PBP terkecil selama 6.7 tahun dan ROI sebesar 250.1 %. Penurungan emisi CO2 (PEy) untuk simulasi dengan pada tilt 150 didapatkan nilai sebesar 477,94 tCO2 sedangkan pada tilt optimum sebesar 481,33 tCO2.
As a form of government commitment in increasing the achievement of the national energy mix from the renewable energy sector, especially in the field of solar energy, in 2020 the government has carried out the construction of PLTS Rooftop in several local government buildings which include office buildings, hospitals, schools, places of worship and other public facilities. spread over several regions in Indonesia. This research sampled 12 buildings in the first work package with a flat roof with a capacity of 25 kWp and 50 kWp as research objects to analyze the technical and economic impacts of using and changing the tilt of the PV module. The investment value of Rp/kWp at an installed capacity of 25 kWp, the highest value was obtained at the Islamic Center Building of Rp. 16,458,600 and 50 kWp in the Ternate Hospital building with a value of Rp. 15,275,750 where the location distance is one of the causes of the high investment value. From this study it was found that the PVout value generated per year with the use of optimum tilt in the GSA application of 647,830 kWh is higher than the PVSYST simulation results of 630,342 kWh and on the use of tilt of 150 the total output of PLTS Rooftop is 615,039 kWh with the largest NPV value located in the Sumenep Regent Building for Rp. 634,312,639 with the smallest PBP for 6.7 years and an ROI of 250.1%. The CO2 emissions reduction (PEy) in the simulation with tilt 150 is 477.94 tCO2, while at tilt the optimum is 481.33 tCO2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rafi Danu Rifqi
"Energi listrik saat ini menjadi salah satu sumber energi yang dibutuhkan di berbagai industri. Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan energi listrik seiring berjalannya waktu. Namun hal ini tidak didukung dengan kondisi sumber daya alam seperti batu bara yang saat ini kondisinya semakin menipis persediaannya. Selain itu, kondisi dunia saat ini yang secara tidak langsung memaksa seluruh manusia untuk peduli terhadap lingkungan dengan meminimalisir emisi karbon yang salah satu penghasilnya adalah pembangkit listrik. Hadirnya pembangkit listrik energi baru terbarukan menjadi solusi dari permasalahan ini, salah satunya adalah penerapan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang menjadikan energi matahari sebagai sumber energi primernya. Energi matahari merupakan salah satu potensi terbesar sebagai sumber energi primer pada pembangkit EBT karena jangkauannya serta ketersediaannya. Rugi daya akibat bayangan atau Shading Losses menjadi salah satu masalah yang perlu dihadapi pada perencanaan PLTS yang dapat ditangani dengan pengaturan panjang jarak antar barisan PV (Pitch), namun hal ini tentunya akan memperluas kebutuhan area dari PLTS semenetara kondisi ketersediaan lahan yang terus berkurang hingga saat ini. Studi ini akan mempelajari pengaruh pengaturan Pitch terhadap produksi energi PLTS pada suatu area yang terbatas dan dihasilkan nilai Pitch optimum sebesar 7 meter.
.....Electricity became one of primary needs for human right now and used in many kinds of need and industry. This condition will relate to the cause of electrical energy needs keep increasing as time goes by. But natural resources such as coal that used in conventional power plant keep decreasing in terms of availability. Added with the earth environment conditions that keep getting worse because of carbon emissions leads humans to develop power plant with renewable energy primary resources such as solar power plant. Solar chosen to be one of renewable energy that commonly used and developed for electricity power plant because of its availability in almost all over the world and can be used as unlimited source of energy. Shading Losses is one of the energy Losses that common to happen in solar power plant. These Losses can be decreased significantly by set the length of each PV row distance or usually called Pitch. But increasing Pitch means increasing area needed for the solar power plant, which the availability of free area keeps decreasing because of population growth. This study will analyze the connection between Pitch and PV energy production in a limited area which resulted as 7 m for the optimized Pitch configuration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Siahaan, Bonardo Jonathan
"EBT di Indonesia merupakan sumber daya yang menjanjikan karena terletak di sekitar garis khatulistiwa dan iklim tropis.Potensi yang tinggi dan juga ambisi yang tinggi dari pemerintah terhadap EBT tidak sebanding dengan pelaksanaan RUEN sejak pertama kali dikeluarkan yaitu mengenai bauran energi 23 pada tahun 2025. Kurangnya minat investor dan banyaknya proyek yang mangkrak merupakan gambaran pelaksanaan yang tidak sesuai. Feed-in Tariff FiT seharusnya menjadi perangsang masyarakat dan investor untuk berinvestasi, tetapi malah sebaliknya, investor ditekan untuk menjual dengan harga murah.
Penilaian FiT PLTS Fotovoltaik ini mencakup wilayah yang dikeluarkan kementrian ESDM, sehingga pemerintah dapat sadar bahwa nilai FiT yang lebih baik perlu untuk menaikkan investasi EBT, khususnya PLTS Fotovoltaik. Perhitungan FiT menggunakan metode LCOE, berdasarkan penelitian terkait dan spesifikasi peralatan dengan kondisi sekarang dan juga kondisi penurunan efisiensi kapasitas dan harga pv modul. Nilai discount rate dan Energi yang dihasilkan merupakan parameter sensitivitas karena berpengaruh terhadap kebijakan.
Berdasarkan perhitungan FiT, daerah terluar Indonesia, bukan ibukota provinsi atau wilayah Jawa-Bali merupakan daerah dengan sarana dan situasi yang menarik untuk melakukan investasi PLTS Fotovoltaik.Pentingnya penentuan asumsi keekonomian, teknologi yang digunakan dan tata cara instalasi / maintenance PLTS supaya kebijakan yang selanjutnya dapat dikeluarkan dapat tepat sasaran.
RE in Indonesia is a promising power resource because it lies around the equator and tropical climate. The high potential and high ambition of the government against RE is not comparable with the implementation of RUEN since first issued regarding the energy mix is 23 in 2025. The lack of investor interest and the number of projects that faded is a description of implementation that is not appropriate. Feed in Tariff FiT should be a stimulant for investors to invest, but instead, investors are pressed to sell at a bargain price. The Photovoltaic FiT location assessment is issued by the ESDM ministry, so the government can be aware that better FiT values are necessary to raise EBT investments.FiT calculation use LCOE method, based on related research and equipment specification with current condition and also condition of decreasing efficiency of capacity and price of pv module. The value of the discount rate and the energy generated are sensitivity parameters, because it affects the policy.Based on the calculation of FiT, the outer regions of Indonesia, not the provincial capital or the region of Java Bali is an area with interesting facilities and situations to invest in Solar PV Power. The importance of the determination of economic assumptions, technology used and procedures PLTS installation maintenance so that the policy can be issued can be on target."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T49197
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Abdul Fathah
"Energi surya merupakan sebuah energi terbarukan yang dapat menjadi energi listrik. Berdasarkan Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 ayat 7 mengenai peralihan ke energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan menginstalasi PLTS pada seluruh gedung pemerintah daerah. Indonesia mempunyai potensi energi bekisar 4,8 kWh/m2/hari yang dapat mengurangi polusi dari penggunaan energi fosil. Pemakaian energi pada hampir disemua sekolah cukup besar di siang hari dan saat malam hari hampir tidak adanya profil beban. Pembangkit Listrik Tenaga Surya mampu memberikan energi berkelanjutan dan penghematan biaya pemakaian listrik. Perancangan PLTS mempunyai standar kelayakan teknis dan ekonomis. Standar kelayakan teknis seperti, parameter irradiasi di lokasi, daya yang dihasilkan harus lebih besar 50% dari daya puncak beban, serta pemakaian luas area yang tersedia harus lebih besar dari yang terpakai untuk perancangan plts. Standar kelayakan ekonomis berdasarkan nilai NPV harus positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan baik secara teknis maupun secara ekonomis dari perancangan ini. Energi listrik yang dihasilkan PLTS berasal dari sel surya berjenis monokristalin yang mempuyai tingkat efisien 24% lebih tinggi dibandingkan jenis sel surya yang lain. Sistem perancangan PLTS yang digunakan terhubung langsung dengan PLN dengan menggunakan grid tie converter serta pencatat kWh expor-impor. Daya PLTS yang dihasilkan harus lebih besar dari 50% daya puncak beban yang ada. Dari hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa perancangan PLTS di SDN 01 Pejaten Timur mempunyai nilai kelayakan secara teknis maupun secara ekonomis. Penelitian ini layak secara teknis karena, tingkat irradiasi matahari yang ada di lokasi sebesar 4 kWh/m2/hari, daya PLTS yang dihasilkan sudah lebih besar dari 50% daya puncak beban, dan luas area yang terpakai untuk perancangan plts di area sekolah masih lebih kecil dengan luas area sekolah yang tersedia. Penelitian ini layak secara ekonomis karena, nilai NPV yang didapatkan positif selama 25 tahun umur PLTS. Perancangan PLTS ini mempunyai lama titik impas berada pada tahun ke 18 penggunaan dan sudah mendapatkan keuntungan.
Solar energy is a renewable energy that can be electricity. Based on Governor Instruction Solar energy is a renewable energy that can be electricity. Based on Governor Instruction Number 66 Year 2019 paragraph 7 regarding the transition to renewable energy and reducing dependence on fossil fuels by installing PLTS in all local government buildings. Indonesia has an energy potential of around 4.8 kWh/m2/day which can reduce pollution from the use of fossil energy. Energy use in almost all schools is quite large during the day and at night there is virtually no load profile. Solar Power Plants are able to provide sustainable energy and reduce electricity consumption costs. The design of PLTS has technical and economic feasibility standards. Technical feasibility standards such as irradiation parameters at the site, the power produced must be greater than 50% of the peak power, and the use of the available area must be greater than that used for the design of PLTS. Standard of economic feasibility based on NPV value must be positive. This study aims to determine the level of feasibility both technically and economically from this design. The electrical energy produced by PLTS comes from monocrystalline solar cells which have an efficient level of 24% higher than other types of solar cells. The PLTS design system used is connected directly to PLN using a grid tie converter and export import kWh recorder. The PLTS power generated must be greater than 50% of the existing peak load power. From the results of the research analysis it can be concluded that the design of PLTS in SDN 01 Pejaten Timur has technical or economic feasibility. This research is technically feasible because, the level of solar irradiation at the site is 4 kWh/m2/day, the solar power generation generated is greater than 50% of the peak load power, and the area used for designing solar power in the school area is still smaller with the size of the school area available. This study is economically feasible because, the NPV value obtained is positive for 25 years of PLTS. The design of this PLTS has a break even point in the 18th year of use and has already benefited."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library