Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104450 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Haykal Abdi
"Curug Batu Nyusun merupakan salah satu situs warisan geologi yang memiliki nilai ilmiah tinggi. Batu Nyusun merupakan sebuah air terjun yang berada di aliran sungai Ci Durian yang tersusun atas batu dengan kenampakan berlapis yang memiliki nilai keindahan. Curug Batu Nyusun berada di Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Curug Batu Nyusun merupakan salah satu situs yang ditawarkan sebagai calon situs yang akan terdaftar di proyek Geopark Soenda. Curug Batu Nyusun tersusun atas batuan lava hasil letusan gunung sunda dengan kehadiran struktur geologi berupa kekar lembar. Selain itu, situs ini merekam bukti geologi terjadinya pembalikan kutub magnetik sekitar satu juta tahun lalu berdasarkan penelitian di tahun 1996. Pengembangan fungsi wisata pada terhadap Batu Nyusun perlu didukung oleh aspek teknis dengan mengukur tingkat kesesuaian lahan dengan kemampuan geologi teknik. Oleh karena itu, menarik dilakukan analisis kemampuan Geologi Teknik pada daerah Curug Batu Nyusun untuk pengembangan kawasan wisata yang dengan wawasan lingkungan. Akan dilakukan penelitian terhadap kemampuan geologi teknik daerah penelitian serta analisis kelayakan fungsi wisata daerah penelitian. Pada penelitian ini, Kemampuan Geologi Teknik dianalisis untuk melakukan zonasi tingkat kemampuannya menggunakan pembobotan parameter-parameter geologi yang berkaitan dengan objek wisata yaitu kemiringan lereng, tingkat kekuatan tanah dan batuan, kedalaman muka air tanah, tata guna lahan, tingkat kemudahan penggalian, dan potensi bencana geologi. Kemampuan Geologi Teknik Daerah Penelitian dapat diketahui dengan melakukan overlay parameter-parameter yang telah memiliki bobotnya masing-masing menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, daerah penelitian dibagi ke dalam 4 zona kemampuan geologi teknik untuk pengembangan wisata. Zona kemampuan tinggi, meliputi: 30 % luas sebagian timur dan utara pada daerah penelitian, dengan prospek pengembangan yang mendukung konstruksi bangunan berat. Zona kemampuan menengah, meliputi: 48 % luas yang tersebar merata pada daerah penelitian dengan prospek pengembangan yang mendukung konstruksi bangunan menengah dan ringan. Zona kemampuan rendah, meliputi: 15 % luas bagian tengah pada daerah penelitian yang kurang direkomendasikan dilakukan konstruksi kecuali pengerjaan dekorasi ringan atau ingin melakukan penyelidikaan geologi teknik skala rinci dengan biaya cukup besar. Zona kemampuan sangat rendah, meliputi: 7 % luas bagian tengah pada daerah penelitian yang hanya direkomendasikan untuk area hijau.

Batu Nyusun Waterfall is a geological heritage site that has high scientific value. Batu Nyusun is a waterfall in the Ci Durian river which is composed of stones with a layered appearance that has aesthetic value. Batu Nyusun Waterfall is located in Ciburial Village, Cimenyan District, Bandung Regency, West Java. Curug Batu Nyusun is one of the sites offered as a candidate site to be registered in the Soenda Geopark project. Batu Nyusun waterfall is composed of lava rock from the eruption of Mount Sunda with the presence of a geological structure in the form of sheet joints. In addition, this site records geological evidence of a magnetic pole reversal about one million years ago based on research in 1996. The development of the tourism function on Batu Nyusun needs to be supported by technical aspects by measuring the level of land suitability with engineering geological capabilities. Therefore, it is interesting to carry out an analysis of the capabilities of Engineering Geology in the Batu Nyusun Waterfall area for the development of a tourist area with environmental insight. Research will be carried out on the technical geological capabilities of the research area as well as an analysis of the feasibility of the research area's tourism function. In this study, Engineering Geological Capability is analyzed to carry out zoning of its ability level using the weighting of geological parameters related to tourist objects, namely slope, soil and rock strength, depth of groundwater table, land use, level of ease of excavation, and disaster potential. geology. The capability of the Engineering Geology of the Study Area can be determined by overlaying the parameters which have their respective weights using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method. Based on the analysis that has been done, the research area is divided into 4 zones of engineering geological capability for tourism development. High capability zone, covering: 30 % of the eastern and northern parts of the research area, with development prospects that support heavy building construction. Medium capability zone, covering: 48% of the area spread evenly in the research area with development prospects that support medium and light building construction. Low capability zone, covering: 15% of the central part of the study area where it is not recommended to carry out construction except for light decoration work or wish to carry out a detailed scale engineering geological investigation at a considerable cost. Very low capability zone, covering: 7% of the central area in the study area which is only recommended for green areas.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Tjahjono
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Joseph Edward Timothy
"Kota Bogor berpotensi dalam wisata sejarah. Beragamnya peristiwa bersejarah yang terjadi di Kota Bogor pada masa lalu ditambah keberadaan tujuh zona pusaka didalamnya membuat Kota Bogor memiliki banyak objek wisata sejarah. Objek wisata sejarah Kota Bogor masing-masing memiliki perbedaan tingkat daya tarik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat daya tarik objek wisata sejarah di Kota Bogor berdasarkan zona pusaka melalui fasilitas wisata dan aksesibilitas serta mengetahui hubungan antara tingkat daya tarik objek wisata sejarah di Kota Bogor dengan karakteristik dan jangkauan wisatawan. Metode yang digunakan adalah analisis spasial deskriptif disertai tabulasi silang (crosstab) untuk mencari hubungan antara tingkat daya tarik objek wisata sejarah dengan karakteristik dan jangkauan wisatawan. Objek Wisata Sejarah di Kota Bogor sebagian besar merupakan monumen dan museum yang tersebar pada zona pemerintahan kolonial. Hanya satu objek wisata sejarah pada masa Kerajaan Pakuan Pajajaran. Tingkat daya tarik objek wisata sejarah berdasarkan fasilitas primer, fasilitas sekunder, fasilitas kondisional, dan aksesibilitas di Kota Bogor terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat daya tarik objek wisata sejarah di Kota Bogor berdasarkan fasilitas dan aksesibilitasnya sebagian besar berada pada kelas sedang. Dari seluruh objek wisata sejarah yang berada di Kota Bogor berdasarkan karakteristik wisatawannya didominasi oleh karakteristik wisatawan dengan rekan wisata kelompok (rombongan) dan pekerjaan pelajar/mahasiswa. Berkaitan dengan jangkauan wisatawan, objek wisata sejarah di Kota Bogor secara garis besar memiliki jangkauan wisatawan yang berada pada kelas jangkauan tinggi. Hubungan tingkat daya tarik objek wisata sejarah terhadap jangkauan wisatawan di Kota Bogor berbeda-beda. Terdapat objek wisata yang memiliki tingkat daya tarik tinggi dengan jangkauan wisatawan yang tinggi dan sedang. Adapun objek wisata dengan tingkat daya tarik rendah memiliki jangkauan wisatawan yang sedang dan rendah. Kemudian, dari karakteristik wisatawannya, objek wisata sejarah di Kota Bogor dengan tingkat daya tarik tinggi, sedang, dan rendah masing-masing memiliki karakteristik wisatawan yang mendominasi adalah kelompok pelajar/mahasiswa. Sehingga tingkat daya tarik tidak mempengaruhi karakteristik wisatawan dari setiap objek wisata sejarah.  Maka tingkat daya tarik suatu objek wisata sejarah tidak selalu mempengaruhi tingkat jangkauan wisatawan dan karakteristik wisatawan.

Bogor city has the potential for historical tourism. The various historical events that occurred in the city of Bogor in the past coupled with the existence of seven heritage zones in it make the city of Bogor have many historical attractions. Each historical tourism object in Bogor City has a different level of attractiveness. This study aims to determine the level of attractiveness of historical tourist objects in Bogor City based on heritage zones through tourism facilities and accessibility and to determine the relationship between the level of attractiveness of historical tourist objects in Bogor City and the characteristics and reach of tourists. The method used is descriptive spatial analysis accompanied by cross-tabulation to find the relationship between the level of attractiveness of historical tourism objects and the characteristics and reach of tourists. Historical tourism objects in Bogor city are mostly monuments and museums which are scattered in the colonial government zone. Only one historical tourist attraction during the Pakuan Pajajaran Kingdom. The level of attractiveness of historical tourism objects based on primary facilities, secondary facilities, conditional facilities, and accessibility in Bogor City is divided into 3 levels, namely high, medium and low. Based on the facilities and accessibility, the level of attractiveness of historical tourism objects in Bogor City is mostly in the moderate class. Of all the historical tourist objects located in Bogor City, based on the characteristics of the tourists, it is dominated by the characteristics of tourists with group tourism partners (groups) and student work. Concerning the reach of tourists, historical attractions in Bogor City broadly have the reach of tourists who are in the high-reach class. The relationship between the level of attractiveness of historical tourism objects and the reach of tourists in Bogor City varies. There are tourist objects that have a high level of attractiveness with a high and moderate reach of tourists. As for tourist objects with a low level of attractiveness, the reach of tourists is medium and low. Then, from the characteristics of tourists, historical tourist objects in Bogor City with high, medium, and low levels of attractiveness each have the characteristics of tourists who dominate student groups. So that the level of attractiveness does not affect the tourist characteristics of each historical tourist attraction. So the level of attractiveness of a historical tourist attraction does not always affect the level of tourist outreach and tourist characteristics."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jemima Alma Sabila
"Hashima (Gunkanjima) berhasil tercatat sebagai situs warisan dunia UNESCO pada tahun 2015. Pencatatan pulau ini sempat mendapat penolakan keras dari Korea Selatan karena Jepang tidak mencantumkan sejarah lengkap yang menyangkut kerja paksa warga Korea Selatan dan Tiongkok. Berdasarkan data pemerintah Nagasaki, Hashima mengalami lonjakan pengunjung lebih dari seratus ribu wisatawan setelah namanya tercatat dalam situs warisan dunia UNESCO. Sebelumnya, Hashima hanya dikenal akan dark tourism-nya sebagai pulau hantu, tetapi kini semakin dilirik wisatawan dengan imej yang berbeda setelah pencatatan UNESCO dan pembangunan lokasi wisata penunjang seperti Gunkanjima Digital Museum. Penelitian ini membahas mengenai dark tourism Hashima dan lokasi terkaitnya serta perubahan apa saja yang terjadi setelah pencatatan di UNESCO. Hasil dari penelitian ini menemukan adanya dampak positif seperti lonjakan dan kestabilan kunjungan wisata ke Hashima, dan dampak negatif seperti upaya sanitasi dengan menutupi sejarah kelam Hashima yang dilakukan pemerintah Jepang. Selain itu, penelitian ini juga menemukan adanya pergeseran spektrum dark tourism di balik kesuksesan peningkatan kunjungan pariwisata di Hashima dan lokasi terkaitnya.

Hashima (Gunkanjima) was successfully listed as a UNESCO world heritage site in 2015. The listing process of this island had received strong rejection from South Korea because Japan did not include its full history of forced labor for South Korean and Chinese citizens. Based on data from the Nagasaki government, Hashima experienced a surge in visitors of more than one hundred thousand tourists after its name was listed as UNESCO’s World Heritage Site. Previously, Hashima was only known for its dark tourism as a ghost island, but now it is increasingly attracting tourists with a different image after the UNESCO listing and the construction of new supporting tourist sites such as the Gunkanjima Digital Museum. This research discusses the dark tourism of Hashima and its related locations as well as any changes that occurred after being registered at UNESCO. The results of this study found positive impacts such as the surge and stability of tourist visits to Hashima, and negative impacts such as sanitation efforts by covering up the dark history of Hashima by the Japanese government. In addition, this study also found a shift in the dark tourism spectrum behind the success of increasing tourism visits in Hashima and its related locations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Nugroho
"Penelitian ini mengenai bangunan berundak Situs Gunung Gentong yang terletak di Gunung Subang, Desa Legokherang Kecamatan Cilebak, Kuningan, Jawa Barat. Situs Gunung Gentong merupakan bangunan berundak dengan 6 teras dengan temuan berupa gentong, menhir, batu temugelang, batu lumpang, monolit, dan batu tegak. Bentuk bangunan berundak Situs Gunung Gentong belum diketahui. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk bangunan berundak Situs Gunung Gentong, apakah berbentuk anak tangga atau kah berbentuk piramida, dan atau kah berbentuk pola baru yang belum ditemukan sebelumya. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah deskripsi bangunan dan temuan yang terdapat di bangunan berundak Situs Gunung Gentong, data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis bentuk, setelah itu dilakukan perbandingan antara Situs Gunung Gentong dengan konsep dan teori mengenai punden berundak megalitik yang telah diungkapkan oleh para ahli arkeologi. Hasil penelitian ini menjukkan bahwa bangunan berundak Situs Gunun Gentong merupakan bangunan megalitik yaitu punden berundak dan temuan yang terdapat di dalamnya adalah gentong, menhir, batu temugelang, batu lumpang, monolit, dan batu tegak. Situs Gunung Gentong memiliki bentuk anak tangga dan menjadi situs perantara di kawasan Gunung Subang. Dilihat dari bentuk bangunan dan temuan yang terdapat di punden berundak Situs Gunung Gentong ada kemungkinan bangunan ini digunakan untuk pemujaan.

This research on the building site of Mount Gentong terraces located on Mount Subang, Village District Legokherang Cilebak, Kuningan, West Java. Mount Gentong a building site with 6 terraces with the findings of the barrel, menhirs, stone enclosure, mortar stones, monoliths, and the upright stone. Shape of the building site of Mount Gentong is unknown. Problems in this study is how the shape of the building terraces of Mount Gentong Site, whether stair shaped or pyramid shaped, or whether new shape patterns that have not been found previously. The steps in this research is a description of buildings and the findings contained in the Site of Mount Gentong building terraces, the data are then analyzed using analysis of form, after it carried out the comparison between the site of Mount Gentong with concepts and theories about punden megalithic terraces that has been expressed by the archaeologist. The results of this study indicate that the building site of Mount Gentong terraces are the megalithic buildings which is punden terraces and the findings contained therein are the keg, menhirs, stone enclosure, mortar stones, monoliths, and the upright stones. The site Mount Gentong has the shape stairs and into the site an intermediary in the region of Mount Subang. Judging from the shape of the building and the findings contained in the Site of Mount Gentong punden terraces there is a possibility the building used for worship."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S88
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rico Surya Madani
"Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman geologi dengan nilai ilmiah yang tinggi. Oleh karena itu, terdapat banyak lokasi di Indonesia yang dikembangkan menjadi geopark. Salah satu projek geopark yang akan dikembangkan adalah Geopark Rajamandala dengan beragam titik lokasi yang menyebar mulai dari Kabupaten Bandung hingga Kabupaten Bandung Barat. Salah satu situs yang ditawarkan sebagai geosite pada projek ini adalah Tebing Citatah yang berlokasi di Desa Citatah, Kecamatan Cipatatat, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Tebing Citatah merupakan tebing karst (kapur) yang berada di bukit Padalarang yang memiliki nilai keindahan. Situs ini juga merekam nilai sejarah geologi yakni permukaan laut yang telah mengalami penurun hingga saat ini. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian analisis kemampuan geologi teknik pada objek wisata Tebing Citatah untuk dilakukannya pengembangan rekayasa geologi teknik infrastruktur. Pada penelitian ini, zona kemampuan geologi teknik dilakukan melalui pembobotan parameter yang memiliki korelasi dengan potensi wisata antara lain tingkat kekuatan batuan dan tanah, kedalaman muka air tanah, tata guna lahan, tingkat kemudahan penggalian, kemiringan lereng, dan potensi bencana geologi. Pembobotan parameter akan diolah melalui metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui kemampuan geologi teknik lokasi. Hasil dari analisis didapatkan bahwa lokasi penelitian dibagi ke dalam 4 zona kemampuan geologi teknik untuk pengembangan wisata. Zona kemampuan tinggi mencakup 5 % luas lokasi penelitian berada pada arah utara dan barat lokasi penelitian dengan rekomendasi konstruksi bangunan menengah. Zona kemampuan menengah mencakup 35 % lokasi penelitian yang berada pada arah utara dan barat lokasi penelitian dengan rekomendasi konstruksi bangunan menengah hingga rendah. Zona kemampuan rendah mencakup 25 % lokasi penelitian yang berada pada bagian tengah dan selatan lokasi penelitian kurang direkomendasikan untuk dilakukan pembangunan kecuali skala kecil dengan memperhatikan stabilitas lereng dan penyelidikan geologi teknik dengan skala rinci dan biaya yang cukup besar. Zona kemampuan sangat rendah mencakup 35 % lokasi penelitian yang berada pada bagian tengah yang merupakan Tebing Citatah itu sendiri yang direkomendasikan sebagai area penghijauan.

Indonesia is a country that is rich on geological diversity with high scientific value. Therefore, there are several locations in Indonesia that have been developed into geoparks. One of the geopark projects that will be developed is the Rajamandala Geopark with a wide range of locations spreading from the Bandung district to the West Bandung district. One of the sites offered as a geosite on this project is Citatah Cliff located in Citatah Village, Cipatatat District, West Bandung District, Western Java Province. Citatah cliff is a karst cliff (chalk) that is in the hill Padalarang that has a value of beauty. The site also records the geological history of the sea level that has been declining to this day. Therefore, there is a need for research and analysis of the geological capabilities of engineering at the tourist site of the coastline to do the development of geological infrastructure engineering. In this study, the Geological Engineering Capacity Zone conducted analysis through the degradation of parameters that have correlation with tourist potential among others the level of rock and soil strength, surface water depth, land use, level of excavation facility, slope inclination, and potential for geological disasters. Parameter weighing will be processed using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method to determine the geological capabilities of location engineering. The results of the analysis resulted that the research site was divided into four geological engineering capacity zones for tourism development. The high capacity zone covers 5% of the area of the research location in the northern and western directions of the study site with recommendations for the construction of medium buildings. The middle capacity area covers 35% of research sites that are in the Northern and Western direction of the survei site with the recommendation for the construction of medium to low buildings. The low capacity zone covers 25% of research locations in the middle and southern parts of the research site is less recommended for construction except on a small scale, taking into account the stability of the slopes and engineering geological research with a sufficiently large scale of detail and cost. The very low capacity zone covers 35% of the research site that is located in the middle of Citatah Cliff itself that is recommended as a green area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindsay, Anne
New York: Routledge, 2020
973.2 LIN r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman
"Penelitian mengkaji aspek subsistensi manusia yaitu dalam pemanfaatan sumber daya fauna dalam hal ini dari jenis moluska sebagai bahan makanan dan peralatan. Pemanfaatan fauna sebagai salah satu alternatif makanan manusia pada masa lalu tercermin dan banyaknya temuan arkeologis di situs arkeologi dan temuan lukisan gua yang menggambarkan jenis-jenis fauna dan aktivitas perburuan. Melimpahnya deposit sisa fauna, selain dapat menjelaskan pola makan manusia melalui sisa makanan, juga dapat memberikan keterangan tentang kondisi lingkungan, kebiasaan (habit), atau kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh manusia masa lalu, Selain sebagai bahan makanan, temuan sisa fauna sering ditemukan dalam bentuk perkakas atau peralatan. Sisa fauna yang ditemukan dalam suatu penelitian arkeologi dapat dikelompokan menjadi ; fauna-fauna kecil (micro fauna), seperti burung, ikan, serangga, tikus, ikan dan moluska ; dan fauna-fauna besar (macro fauna), seperti sapi, gajah, bison. Sisa fauna kecil (micro fauna) yang dominan yaitu moluska yang ditemukan dalam bentuk cangkangnya baik utuh maupun pecahan (fragmen). Melimpahnya deposit temuan sisa-sisa cangkang moluska di satu situs dapat menggambarkan strategi perolehan pangan yang tidak terbatas hanya pada hewan besar, hat tersebut terlihat dari sebaran temuan sisa-sisa cangkang moluska di situs Song Terus yang merupakan situs yang memiliki sejarah hunian yang panjang. Usaha untuk menginterpretasi adanya pemanfaatan moluska oleh penghuni Song Terus pada masa lalu dilakukan dengan beberapa tahap analisis. Tahapan analisis tersebut terdiri dari analisis faunal yang mengamati aspek fisik dari cangkang moluska yang ditemukan. Gambaran yang diperoleh dari analisis faunal yaitu tingkatan taksonomi dari cangkang-cangkang yang ditemukan, jumlah minimal individu dan jejak-jejak kerusakan kultural (wilayah pukul, jejak pemukulan, jejak pemotongan dan jejak hangus terbakar) melalui pengamatan fisik permukaan cangkang. Analisis artefaktual dilakukan melalui pengamatan morfologi cangkang yang mengamati jejak-jejak pembuatan dan pemakaian cangkang berdasarkan aspek bahan, bentuk, ukuran, jejak buat dan jejak pakai. Jejak yang diamati yaitu adanya kemunculan perimping, penghalusan, goresan, tajaman, dan kerusakan pada tajaman cangkang. Dari analisis ini dihasilkan tipe-tipe artefak dan perkiraan fungsi dari masing-masing tipe artefak. Analisis kontekstual dilakukan dengan mengamati keberadaan cangkang dalam lapisan tanah. Temuan cangkang moluska di Song Terus terdiri dari moluska dari tiga kelas, yaitu ; kelas gastropoda, pelecypoda dan cephalopoda, dan dari tiga habitat yang berbeda, yaitu ; darat, air tawar dan laut. Pemanfaatan moluska di Song Terus terdiri dari pemanfaatan sebagai makanan dan sebagai peralatan. Pemanfaatan sebagai makanan ditunjukan oleh temuan moluska dari kelas gastropoda, terutama dari habitat air tawar yang menunjukan adanya kerusakan pada bagian puncak (apex) cangkang dan bibir (lips) cangkang. Pemanfaatan sebagai peralatan dapat diamati dari temuan fragmen cangkang pelecypoda (habitat laut) yang menunjukan adanya modifikasi untuk tujuan tertentu. Jejak-jejak yang dapat diamati berupa perimping dan permukaan yang halus pada bagian margin, ujung yang runcing pada salah satu sisi cangkang (posterior dan atau anterior margin) dan kerusakan pada runcingan tersebut. Temuan moluska dari Song Terus menunjukkan adanya lima tipe artefak yang kemungkinan dapat diidentitikasi sebagai : 1) penyerut, 2) penyerut dan penusuk, 3) penggosok, 4) penggosok dan penusuk dan 5) mata panah. Kehadiran sisa-sisa cangkang moluska menandakan adanya keragaman pola makan dan penggunaan peralatan oleh manusia Song Terus. Hal ini dapat diasumsikan kerena temuan moluska yang dihasilkan dari ekskavasi tersebar di seluruh kotak gali dan berasosiasi dengan temuan lain. Temuan tersebut diantaranya sisa fauna vertebrata dari jenis ikan (Pisces), unggas (Gallus sp.), War (Boaidae), biawak (Varanidae), kura-kura (Testudinidae), tikus pohon (Soricidae), kelelawar (Chiropteridae), landak (Hyastricidae), tupai (Sciuridae), tikus (Muridae), anjing liar (Canidae), kucing (lelidae), musang (Viverridae), kerbau (Bovidae), rusa (Cervidae), babi (Suidae), badak (Rhinoceritidae), dan gajah (Elephantidae). Temuan lain yaitu artefak dari tulang, artefak litik, material litik, fragrnen tembikar, sisa flora, lapisan tanah dan rangka manusia. Interpretasi terhadap keadaan lingkungan purba di sekitar wilayah gua dapat diamati dari sebaran moluska darat, selain jenis hewan lain. Kehadiran moluska darat pada satu daerah menunjukan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat kelembaban yang tinggi. Keragaman jenis fauna dan sumber daya alam lain inilah yang menjadi salah satu faktor keidealan hunian, sehingga manusia memiliki banyak alternatif bahan makanan dan peralatan, selain sumber lain seperti air dan morfologi tempat hunian tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prentice, Richard
London; New York: Routledge, 1993
363.690 PRE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kuntjoro Sukardi
"ABSTRAK
Merancang bangunan berwawasan pemugaran lazim berlaku pada karya-karya yang bersifat socio-monumental. Tetapi, bagi pribadi-pribadi, kebutuhan pemugaran rumah lebih dilatar belakangi oleh pertimbangan keakraban, dan bakti pada orang tua, leluhur keluarga. Rumah atau bangunan yang dipugar tidak menjadi monumen, tetapi "pusaka" yang ingin dilestarikan demi menunjukkan rasa hormat dan kasih pada leluhur. Latar belakang yang demikian itulah yang menjadi alur pegangan rancangan pemugaran rumah yang disebut " Bumi Indung" di Purwakarta, dengan berorientasi pada sumber-sumber informasi literatur yang sebagian berupa hasil penelitian. Upaya penyajian pemugarannya pun tidak terlalu sampai mendetail, karena masih bersifat sebagai rekomendasi awal saja."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, [date of publication not identified]
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>