Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181011 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuni Maria Olviani Ndede
"Latar Belakang: Mendeteksi risiko kejadian malnutrisi didapat dirumah sakit pada anak dapat dilakukan dengan menggunakan alat penilaian nutrisi yang dilakukan selama masa rawat anak di rumah sakit. Salah satu alat penilaian yang telah dihasilkan berupa Alarm Malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji nilai sensitivitas dan spesifisitas alat penilaian Alarm Malnutrisi dalam mendeteksi risiko kejadian malnutrisi didapat di rumah sakit yang dibandingkan dengan alat penilaian Screening Tool for the Risk On Nutritional Status and Growth (STRONGKids).
Metode Penelitian: Penelitian dengan desain Cross Sectional ini melibatkan 168 anak yang dirawat di rumah sakit berusia 1 bulan hingga 18 tahun. Analisis data menggunakan pendekatan penelitian diagnostik yang menghasilkan nilai uji sensitivitas dan uji spesifisitas.
Hasil: Hasil uji statistik menunjukan nilai uji sensitivitas dan uji spesifisitas Alarm Malnutrisi masing-masing sebesar 32,2% dan 81,6%. Hasil ini dinilai tidak begitu baik dibandingkan alat penilaian STRONGKids yang sebelumnya telah dipakai di rumah sakit.
Kesimpulan: Alarm Malnutrisi masih perlu dikembangkan dan diperbaiki kembali untuk penyempurnaan sehingga dapat dipakai dengan baik dalam menilai risiko malnutrisi didapat di rumah sakit

Background: Detecting the risks for hospital-acquired malnutrition in children can be performed by using nutritional screening tools. One of the screening tools that has been created is Alarm Malnutrisi. This study aimed to test the sensitivity and specificity of Alarm Malnutrisi in detecting the risks for hospital-acquired malnutrition in comparison to Screening Tool for the Risk On Nutritional status and Growth (STRONGkids).
Materials and Method: This study employed cross sectional design and involved 168 hospitalized children (1 month to 18 years) at pediatric ward . The data were analyzed using diagnostic approach which resulted in sensitivity and specificity values.
Results: The statistical tests showed that the sensitivity and specificity values of Alarm Malnutrisi were 32,2% and 81,6% respectively meanwhile the values of STRONGKids. These results indicated that this screening tool was not better than STRONGkids which has been previously used in the Dr. Cipto Manunkusumo Hospitals in Indonesia.
Conclusions: Alarm Malnutrisi needs to be developed and improved in order to achieve better performance in detecting the risks for hospital-acquired malnutrition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Maria Olviani Ndede
"Mendeteksi risiko kejadian malnutrisi didapat dirumah sakit pada anak dapat dilakukan dengan menggunakan alat penilaian nutrisi yang dilakukan selama masa rawat anak di rumah sakit. Salah satu alat penilaian yang telah dihasilkan berupa Alarm Malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji nilai sensitivitas dan spesifisitas alat penilaian Alarm Malnutrisi dalam mendeteksi risiko kejadian malnutrisi didapat di rumah sakit yang dibandingkan dengan alat penilaian Screening Tool for the Risk on Nutritional status and Growth (STRONGKids). Penelitian dengan desain Cross Sectional ini melibatkan 168 anak yang dirawat di rumah sakit berusia 1 bulan hingga 18 tahun. Analisis data menggunakan pendekatan penelitian diagnostik yang menghasilkan nilai uji sensitivitas dan uji spesifisitas. Hasil uji statistik menunjukan nilai uji sensitivitas dan uji spesifisitas Alarm Malnutrisi masing-masing sebesar 32,2% dan 81,6%. Hasil ini dinilai tidak begitu baik dibandingkan alat penilaian STRONGKids yang sebelumnya telah dipakai di rumah sakit. Alarm Malnutrisi masih perlu dikembangkan dan diperbaiki kembali untuk penyempurnaan sehingga dapat dipakai dengan baik dalam menilai risiko malnutrisi didapat di rumah sakit.

Detecting the risks for hospital-acquired malnutrition in children can be performed by using nutritional screening tools. One of the screening tools that has been created is Alarm Malnutrition. This study aimed to test the sensitivity and specificity of Alarm Malnutrition in detecting the risks for hospital-acquired malnutrition in comparison to Screening Tool for the Risk On Nutritional status and Growth (STRONGkids). This study employed cross sectional design and involved 168 hospitalized children (1 month to 18 years) at pediatric ward . The data were analyzed using diagnostic approach which resulted in sensitivity and specificity values. The statistical tests showed that the sensitivity and specificity values of Alarm Malnutrition were 32,2% and 81,6% respectively meanwhile the values of STRONGKids. These results indicated that this screening tool was not better than STRONGkids which has been previously used in the hospitals. Alarm Malnutrition needs to be developed and improved in order to achieve better performance in detecting the risks for hospital-acquired malnutrition."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annida Falahaini
"ABSTRAK
Malnutrisi masih menjadi masalah global, termasuk pada pasien di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian malnutrisi didapat di rumah sakit MDdRS pada pasien anak. Penelitian menggunakan desain cross sectional pada pasien anak usia 1 bulan hingga 18 tahun dan dirawat minimal 72 jam. MDdRS ditentukan berdasarkan penurunan berat badan sebesar > 2 pada hari rawat keempat. Karakteristik pasien anak yang menjadi faktor prediktor MDdRS yaitu usia, jenis penyakit, berat badan awal masuk rumah sakit, terapi nutrisi, lama rawat, dan kelas perawatan. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi MDdRS sebesar 13,8. Tidak ada faktor yang berpengaruh secara statistik pada kejadian malnutrisi di rumah sakit. Namun kejadian MDdRS terjadi pada usia yang lebih muda, jenis penyakit infeksi, berat badan awal masuk yang lebih rendah, terapi nutrisi parenteral, lama rawat yang lebih tinggi, dan kelas perawatan yang lebih rendah. Perawat dan tenaga kesehatan dapat memantau kondisi pasien anak secara berkala dan mendokumentasikannya dengan baik.

ABSTRACT
Malnutrition is still a global problem, including in hospital setting. This study aimed to identify factors associated with hospital acquired malnutrition HaM in pediatric patients. This cross sectional study involved health record of pediatric patients during January December 2017. The inclusion criteria were patients aged 1 month 18 years and had been hospitalized for at least 72 hours. HaM determined based on weight loss 2 on the forth day of treatment. The contributing factors to HaM are age, type of disease, weight on admission, nutritional therapy, length of stay, and class of ward. Results showed that HaM prevalence was 13,8. There is no statistical correlation between HaM and all predictor factors. However, HaM evidently occurs in younger child, infectious patients, lower body weight on admission, parenteral nutrition therapy, higher length of stay, and lower class of ward. Nurses and care giver are able to monitor patients condition periodically and document them well. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nice Rachmawati Masnadi
"Anak yang dirawat di rumah sakit mempunyai risiko mengalami malnutrisi selama dirawat. Skrining nutrisi pediatrik membantu mengidentifikasi anak dengan risiko malnutrisi malnutrisi rumah sakit MRS .Tujuan: untuk mengetahui prevalens MRS dan skor risiko malnutrisi pada anak yang dirawat di RSUP Dr.M. Djamil. Metode: Penelitian kohort prospektif dilaksanakan dari November 2013 sampai Januari 2014 pada pasien rawat inap di Bagian Anak RS Dr. M. Djamil Padang. Penentuan status gizi, skor risiko malnutrisi, dan pelaksanaan asuhan nutrisi dilakukan pada semua subyek, sedangkan penilaian prevalens MRS dilakukan pada subyek yang dirawat ge;7 hari dan dinilai hubungan MRS dengan jenis kelamin, umur, status gizi, penyakit dasar dan jumlah diagnosis. Hasil: Subyek berjumlah 113 orang, 45,1 dengan status gizi kurang-buruk, median umur 36 bulan 1-168 bulan, median lama rawat 7 hari 3-47 hari dimana 52,2 subyek dirawat ge-7 hari. Berdasarkan STRONG-kids dimodifikasi didapatkan anak dengan risiko ringan 23,9, risiko sedang 61,9, dan dengan risiko tinggi 14,2. Prevalens MRS pada penelitian ini adalah 25,4. Faktor umur dan jumlah diagnosis berhubungan bermakna dengan prevalens MRS. Kesimpulan: Prevalens malnutrisi rumah sakit di Bagian Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang cukup tinggi, perlu dilakukan upaya untuk menurunkannya dimulai dari skrining risiko malnutrisi.

Abstract Background Children requiring hospitalization are at higher risk for hospital malnutrition. Pediatric nutrition screening helps to promptly identify children who are at risk of malnutrition. Objective To identify the risk and the prevalence of hospital malnutrition and in Department of Child Health Dr. M. Djamil Hospital, Padang.Methods A prospective cohort study was conducted in children who were hospitalized in Department of Child Health Dr. M. Djamil Hospital. We performed anthropometric measurement and nutritional status evaluation, determined nutritional screening, and practiced pediatric nutrition care to all children. We assessed the prevalence of hospital malnutrition at patient who hospitalized ge 7 days and its relationship with several factors.Results One hundred and thirteen children were hospitalized between November 2013 and January 2014 at our pediatric hospital, 45,1 were malnourished. Their median age was 36 months range 1 168 months, median length of stay was 7 days range 1 47 days and 52.2 were hospitalized for ge 7 days. According to the modified STRONG kids, 23.9 children were at low risk, 61.9 at moderate risk and 14,2 at high risk. Infectious disease is the most common 49.6 cause of hospitalization. Prevalence of hospital malnutrition was 25.4. Age and multiple diagnose have a significant relationship with the prevalence of hospital malnutrition. Conclusion The prevalence of hospital malnutrition in children at Dr. M. Djamil hospital Padang was high, and the need to lower that rate which began with nutrition screening."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhamadiani Fitri
"Selama proses rawat inap, anak-anak menghadapi berbagai stresor yang dapat memengaruhi kondisi fisik anak-anak. Salah satu dampak fisik yang terjadi pada anak adalah penurunan berat badan, dikenal sebagai malnutrisi di rumah sakit (HaM). Penyebabnya HaM termasuk parah atau kritis penyakit, status gizi pada saat masuk, jenis diet, dan lama tinggal. Itu Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara karakteristik klien anak dan kejadian HaM. Desain penelitian adalah kohort prospektif. Dalam studi ini, variabel independen adalah karakteristik anak-anak yang dirawat di rumah sakit (usia, jenis kelamin, status gizi pada saat masuk, dan jenis diet yang diberikan), dan tanggungannya variabelnya adalah kejadian HaM. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 107 anak-anak yang dirawat di rumah sakit di HCU dan PICU. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya jenis diet yang memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian dari HaM. Rekomendasi penelitian ini adalah agar tim kesehatan dapat melakukan pemeriksaan HaM dan membuat dokumentasi yang akurat.

During the process of hospitalization, children face various stressors that can affect physical condition of children. One physical impact that occurs in children is weight loss, known as hospital malnutrition (HAM). The reasons for human rights include severe or critical illness, nutritional status at entry, type of diet, and length of stay. That The purpose of this study is to look at the relationship between the characteristics of child clients and the human rights incident. The study design was a prospective cohort. In this study, The independent variable is the characteristics of children who are hospitalized (age, sex, nutritional status at entry, and type of diet provided), and dependents the variable is the occurrence of Human Rights. The number of samples in this study was 107 children who are hospitalized in HCU and PICU. Data were analyzed using Chi-square test. The results showed that only the type of diet that has a significant relationship with incidence from HA. The recommendation of this study is for the health team to do inspection of human rights and making accurate documentation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Anissa
"Pada penderita kanker paru terjadi inflamasi sistemik dan dapat dilihat dengan peningkatan rasio netrofil limfosit di mana pemeriksaan ini lazim dilakukan di Rumah Sakit. Inflamasi sitemik dapat menyebabkan anoreksi sehingga asupan pada penderita kanker paru menurun dan memengaruhi status gizinya. Kejadian malnutrisi yang tinggi pada pasien paru dapat berakibat lamanya rawat inap, turunnya kualitas hidup, dan dapat memengaruhi keberhasilan terapi kanker sehingga terapi nutrisi yang cepat dan tepat sangat perlu dilakukan. Salah satu diagnostik status gizi pada penderita kanker yaitu dengan menggunakan kriteria ASPEN yang terdiri dari penurunan asupan, penurunan berat badan, penurunan massa otot dan massa lemak subkutan, akumulasi cairan general atau lokal, dan kapasitas fungsional. Dikatakan malnutrisi jika terdapat dua dari enam kriteria tersebut. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan rasio netrofil limfosit pada pasien kanker paru di RSUP Persahabatan. Data diambil dari wawancara, pemeriksaan fisis, pemeriksaan laboratorium, dan rekam medis pasien poliklinik onkologi RSUP Persahabatan (n =52). Pada penelitian ini subjek sebagian besar berjenis laki-laki (61,5%), rentang usia terbanyak antara 50-60 tahun (38,5%), memiliki riwayat merokok (55,8%) dengan indeks Brinkman berat (30,8%). Lebih dari 50% subjek dengan asupan energi dan protein dibawah rekomendasi asupan untuk pasien kanker. Sebagian besar subjek penelitian berisiko malnutrisi atau malnutrisi sedang (38,5%) dan sebanyak 67,3% mengalami malnutrisi. Pada penelitian ini subjek dengan nilai rasio netrofil limfosit tinggi sebanyak 38,5% dan rendah sebanyak 61,5%. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan rasio netrofil limfosit pada penelitian ini (p = 0,35).

Systemic inflammation in patients with lung cancer can be seen by the increase in the neutrophil lymphocyte ratio where these examinations are common in hospitals. Systemic inflammation can cause anorexia, with the result that nutrition intake of lung cancer patients decreases and affects their nutritional status. High incidence of malnutrition in lung cancer patients can result in length of stay, decreased quality of life, and can affect the treatment of cancer therapy, therefore prompt and appropriate nutritional therapy is essential. One of the diagnostics of nutritional status for lung cancer patients is by using the ASPEN criteria which consist of decreased nutritional intake, weight loss, decreased muscle mass and subcutaneous fat mass, general or local fluid accumulation, and functional capacity. Malnutrition can be seen if there are two of the six criteria. This study is a cross-sectional study which aimed to determine the association between nutritional status and the ratio of lymphocyte neutrophils in lung cancer patients at Persahabatan Hospital. Data were taken from interviews, physical examinations, laboratory analysis, and patients medical records in the oncology polyclinic of Persahabatan Hospital (n = 52). The subjects of the study were mostly male (61.5%), the largest age range was between 50-60 years (38.5%), had a history of smoking (55.8%) with a severe Brinkman index (30.8%). More than 50% of the subjects with energy and protein intake were below the recommended intake for cancer patients. Most of the study subjects were at risk of malnutrition or moderate malnutrition (38.5%) and 67.3% of them were experiencing malnutrition. The subjects with the highest neutrophil lymphocyte ratio value were 38.5% and the lowest value were 61.5%. Overall, there was no relationship between nutritional status and the ratio of neutrophil to lymphocytes in this study (p = 0.35)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winson Jos
"Latar belakang: Saat ini kondisi status gizi anak usia sekolah di Indonesiacukup memprihatinkan. Hal ini terlihat dari data Departemen Kesehatan (2004), bahwa pada tahun 2003, bahwa 27,5% anak Indonesia kurang gizi. Untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010, diperlukan perbaikan pada semua aspek kesehatan termasuk status gizi. Program perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang berkaitan erat dengan kebersihan diri diharapkan dapat meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kebersihan diri dan pada akhirnya akan meningkatkan status gizi msyarakat pula. Akan tetapi, belum terdapat bukti yang jelas yang membahas keterkaitan langsung antara tingkat pengetahuan menjelaskan hubungan antara hubungan tingkat pengetahuan mengenai kebersihan diri dengan status gizi khususnya pada kelompok anak usia sekolah.
Metode: Penelitian ini dilakukan terhadap 78 anak usia sekolah di bawah binaan Yayasan X, penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional untuk menilai tingkat pengetahuan responden, kondisi status gizi di Yayasan X, dan mencari hubungan di antara keduanya.
Hasil: Jumlah subjek laki-laki pada penelitian ini (45 anak)lebih banyak dibanding jumlah subjek perempuan (33 anak) Usia rata-rata anak tersebut adalah 10,10 tahun ± 1,43 tahun, dengan berat badan rata-rata 26,18 kg ± 5,55kg dan tinggi badan rata-rata 130,67cm ± 8,32cm. Semua data yang didapat dianalisis dengan menggunakan Chi-square test untuk melihat ada tidaknnya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dengan status gizi pada anak usia sekolah di Yayasan X. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dan status gizi yang diukur berdasarkan indikator persenti berat badan terhadap umur (p=0, 212), tinggi badan terhadap umur (p = 0,318), dan persentil body mass index(p = 0,117). Akan tetapi, dapat dilihat bahwa anak dengan tingkat pengetahuan yang baik cenderung memiliki status gizi yang baik pula.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dengan status gizi pada anak usia sekolah, namun terlihat adanya efek positif dari kebersihan diri dalam kaitannya dengan status gizi.

Background: Nowadays, nutritional status of school-aged children in Indonesia is devastating. According to Ministry of Health (2004), in 2003 27,5% of Indonesia children is undernourished. In order to achieve the vision of Indonesia Sehat 2010, a full sector improvement is required, including improvement of nutritional status in school-aged children. The Healthy and Hygiene Lifestyle Programme (Program Perilaku Hidup bersih dan Sehat) which include personal hygiene improvement is expected to be able to improve the nutritional status in Indonesia. However, there are no sufficient evidence proving the effectiveness of personal hygiene improving nutritional status, especially in school-aged children group.
Methods: The research was conducted in X Foundation, with 78 school-aged children as the subjects. This research uses cross-sectional designed to identify the personal hygiene knowledge of subjects, nutritional status of subjects, and associationbetween the personalhygiene knowledge and nutrional status.
Result: The total of male subjects (45 kids) is more than the total of female subjects (33 kids). The avarage age for the subject is 10,10 years old ±1,43 years old, the avarage weight for the subject is 26,18kg ± 5,55kg, and the avarege height for the subject is 130,67cm ± 8,32cm. The collected data is analyzed usingchi-square test to prove the association between personal hygiene knowledge and nutritional status in school-aged children in KampungKids Foundation. The result shows there is no significant association between personal hygiene knowledge and nutritional status indicators, such as, weight-age-percentils (p=0,212), height-age-oercentils (p = 0,318), dan body mass index percentils(p = 0,11 7). However, school-aged children with better personal hygiene knowledge tend to have better nutrional status.
Conclusion: There are no significant association between hygiene knowledge and nutritional status of school-aged children in X Foundation. However, personal hygiene knowledge shows positive benefits to improve nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siwi Rosari Tunggadewi
"Status gizi anak merupakan salah satu determinan terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dalam jangka panjang. Sesuai dengan ketentuan WHO, kondisi malnutrisi pada anak dapat dikategorikan menjadi stunting, wasting, underweight, dan overweight. Kondisi stunting merupakan kondisi malnutrisi kronis yang dampaknya terlihat dalam jangka panjang. Kondisi wasting adalah kondisi malnutrisi kronis yang dampaknya dapat terlihat dalam jangka pendek dan memerlukan penanganan intensif sesegera mungkin. Sementara itu, kondisi underweight adalah kondisi yang menggambarkan kondisi stunting dan wasting yang terjadi bersamaan. Penelitian ini menggunakan metode PSM (Propensity Score Matching) untuk mengestimasi dampak dari penerimaan remitansi. Hasil analisis menunjukkan bahwa remitansi secara signifikan mempengaruhi kondisi stunting dan underweight anak. Sementara itu, penerimaan remitansi baru akan mempengaruhi kondisi wasting pada anak yang tinggal di daerah perkotaan. Ditemukan juga bahwa remitansi berdampak pada peningkatan risiko seorang anak mengalami overweight, khususnya pada anak yang tinggal di Pulau Jawa. Mekanisme dari kejadian ini dapat dijelaskan melalui kurangnya pengasuhan anak karena adanya anggota keluarga yang bermigrasi sehingga meskipun rumah tangga anak tersebut memiliki pendapatan tambahan dari remitansi, makanan yang dikonsumsi justru bukanlah makanan yang bergizi seimbang. Kemudian, apabila remitansi tersebut diperoleh dari ibu yang berperan sebagai migran, diketahui bahwa remitansi justru berdampak negatif terhadap kondisi malnutrisi anak, khususnya pada anak yang tinggal di luar Pulau Jawa dan tinggal di keluarga berpendapatan tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa peran seorang ibu dalam pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat digantikan dalam bentuk materil. Sementara itu, apabila remitansi tersebut diperoleh dari sosok ayah, maka ditemukan penurunan risiko seorang anak untuk mengalami malnutrisi pada ketiga indikator stunting, wasting, dan underweight, khususnya pada anak yang tinggal di Luar Jawa. Oleh karena itu, migrasi paternal memiliki dampak yang lebih baik dibanding migrasi maternal karena laki-laki memiliki kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari wanita dan memiliki kemungkinan untuk memperoleh upah yang lebih besar, sehingga kemungkinan sosok ayah tersebut dapat mengirimkan remitansi menjadi semakin besar.

The nutritional status of children is one of the most important determinants in their long-term growth and development. According to WHO guidelines, malnutrition in children can be categorized into stunting, wasting, underweight, and overweight. Stunting is a condition of chronic malnutrition with long-term impacts, while wasting is acute malnutrition with short-term effects requiring immediate intensive care. Meanwhile, underweight can be defined a combination of stunting and wasting. This study uses the Propensity Score Matching (PSM) method to estimate the impact of remittances. The analysis shows that remittances significantly affect children's stunting and underweight conditions. Remittances then increase the possibilities of a children to be wasted only if that children live in urban areas. It was also found that remittances increase the risk of overweight, particularly for children living in Java. This can be explained by the lack of childcare due to migrating family members; despite additional income from remittances, the consumed food may not be nutritionally balanced. If the remittance comes from a mother who is a migrant that seeks for better job, it negatively impacts child malnutrition, especially for those living outside Java and in high-income families. This indicates that a mother's role in a child's growth and development cannot be replaced materially. In contrast, if the remittance comes from the father, there is a reduction in the risk of malnutrition (stunting, wasting, and underweight), especially for children living outside Java. Therefore, paternal migration has a more positive impact than maternal migration because men have better job opportunities and higher potential wages, increasing the likelihood of sending remittances."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Ira Pratiwi
"Kaitan maternal employment pada kesehatanan anak telah menjadi perdebatan empiris selama tiga dekade terakhir akibat pertentangan peran ibu sebagai penghasil pendapatan dan pengasuh anak. Di Indonesia, hasil deskriptif menduga partisipasi angkatan kerja perempuan berkaitan dengan malnutrisi balita yang lebih rendah. Penelitian ini bertujuan menambah literatur perdebatan dalam kaitan maternal employment dan malnutrisi anak menggunakan metode IV-2SLS dan data representatif nasional. Hasil penelitian ini tidak menolak dugaan deskriptif. Maternal employment berkaitan dengan malnutrisi yang lebih rendah bila diukur dengan wasting. Bila diukur dengan stunting, hasil tersebut hanya terlihat di wilayah yang sama.

The relationship between maternal employment and child nutrition has been debated during the last three decades due to the conflicting roles of mothers as income earners and child caregivers. In Indonesia, the descriptive results suggest that female labor force participation is associated with lower under-five malnutrition. This study aims to add to the literature debate on the relationship using the IV-2SLS method and nationally representative data. The results show that maternal employment is related to lower malnutrition if measured with wasting. Measured with stunting, the same result is only observed among mothers who live in the same areas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Amanda Novriwani
"Migrasi orang tua adalah fenomena yang banyak terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Meskipun remitansi dari orang tua yang bermigrasi dapat meningkatkan standar hidup dan akses sumber daya bagi rumah tangga, akan tetapi absen orang tua dalam mengasuh anak dalam dapat berdampak buruk terhadap kondisi gizi anak-anak. Studi ini mengeksplorasi bagaimana dampak migrasi orang tua terhadap status gizi anak-anak yang ditinggalkan di Indonesia, dengan fokus pada kondisi stunting, wasting, dan underweight. Berdasarkan data dari IFLS wave 5 penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan penelitian tentang bagaimana ketidakhadiran orang tua memengaruhi malnutrisi anak. Hasil temuan menunjukkan bahwa terdapat dampak yang berbeda dari setiap kategori anak yang ditinggalkan terhadap malnutrisi anak. Migrasi orang tua oleh setidaknya satu orang tua, dan migrasi ayah memiliki efek negatif terhadap malnutrisi anak di Indonesia. Dengan kata lain, memiliki setidaknya satu orang tua migran, khususnya ayah, mengurangi kemungkinan anak yang ditinggalkan mengalami malnutrisi. Namun, migrasi ibu memiliki hubungan positif dengan wasting, yang berarti bahwa ditinggalkan oleh ibu meningkatkan kemungkinan anak mengalami wasting.

Parental migration is a common phenomenon in many countries including Indonesia. While the remittances from migrant parents can potentially improve household living standards and access to resources, the prolonged absence of a nurturing parent may adversely affect children's nutritional well-being. This study explores the impact of parental migration on the nutritional status of left-behind children in Indonesia, focusing on stunting, wasting, and underweight conditions. Drawing on data from waves 5 of the Indonesia Family Life Survey (IFLS), this research aims to fill the existing gap in understanding how the absence of a parent influences child malnutrition. The findings indicate that there is a different impact of each category of left behind on the malnutrition of children. Parental migration by at least one parents, and paternal migration has a negative effect on child malnutrition in Indonesia. In other words, having at least one migrant parent, specifically, father, decreases the likelihood of left behind children to be malnourished. However, maternal migration has a positive relation with wasting, means that being left behind by mother increases the likelihood of children to be wasted. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>