Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5021 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Rahayu Hijrah Hati
"Materialisme sebagai salah satu sisi gelap dari perilaku konsumen (Hirschman, 1991 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2020) telah banyak diteliti oleh para ahli baik di negara-negara barat (misal Richins, 1994) maupun di negara-negara timur (misal Keng, Jung, Jiuan & Wirtz, 2002). Tingginya perhatian para ahli terhadap materialisme adalah karena materialisme dinilai telah banyak menimbulkan berbagai konsekuensi negatif terhadap kesejahteraan psikologis (well-being) individu seperti: menurunnya tingkat kepuasan hidup (Richins & Dawson, 1992 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), menurunnya tingkat kebahagiaan (Belk,1985 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), Berta meningkatnya tingkat depresi (Kasser & Ryan, 1993 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002). Berbagai konsekuensi negatif tersebut tentunya tidak berkesesuaian dengan tujuan awal dari individu dalam mengejar materi yakni sebagai cara untuk menunjukkan keberbasilan mereka dalam hidup, mencari kebahagiaan dan meraih apa yang disebut sebagai "good life".
Meskipun demikian, hubungan negatif antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being) ternyata harus kita cermati secara seksama. Hal ini disebabkan karena beberapa penelitian yang ada telah menunjukkan bukti bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut sangatlah kompleks dan bersifat misterius (enigmatic). Adapun beberapa variabel yang dianggap dapat mempengaruhi hubungan antar kedua variabel tersebut adalah: kualitas pendidikan (misal Campbell 1981; Diener, 1994; dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), orientasi keagamaan (LaBarbera & Gurhan, 1997 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), latar belakang keluarga (Burroughs & Rindfleisch,1997 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), sumber daya ekonomi (Cohen & Cohen,1996 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), dan kehadiran konflik nilai (Burroughs & Rindfleisch, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Christopher dan Schlenker (2004), menunjukkan bahwa ada salah satu variabel lain yang dapat mempengaruhi hubungan antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being), yakni seljpresentaironal concerns. Adapun self-presentational concerns mengacu pada rasa takut atas penilaian negatif dari pihak lain (fear of negatif evaluation) dan orientasi terhadap identitas sosial (social identity) yang tinggi. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh materialisme terhadap komponen afeksi dan kesejahteraan psikologis, yakni: afeksi positif dan afeksi negatif temyata akan menurun jika self-presentational concerns dikontrol secara statistik.
Berbagai hasil penelitian diatas pada akhirnya mendorong peneliti untuk melakukan studi mengenai pengaruh materialisme terhadap kesejahteraan psikologis (well-being) dengan memperhitungkan aspek self-presentational concerns di Indonesia. Hal ini perlu untuk dilakukan mengingat hasil penelitian terbaru di Indonesia (Palupi, 2005) menunjukkan bahwa tingkat orientasi konsumen Indonesia tergolong cukup tinggi yakni sekitar 54,1 %.
PeneIitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel sebanyak 400 responden berusia 17 hingga 72 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui dua metode yakni secara konvensional dan online.
Sebelum analisis terhadap tujuan utama penelitian dilakukan, peneliti melakukan kajian psikometrik terhadap alat ukur materialisme yang selama ini digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hasil penelitian tersebut mendukung temuan Richins (2004) yang menyatakan bahwa short form Material Value Scale 9 item yang dikembangkan Richins memiliki kemampuan yang setara dengn long-form Material Value Scale yang terdiri 18 atau 15 item. Dengan menggunakan alat ukur tersebut dan beberapa alat ukur lainnya, diperoleh bukti bahwa self-presentational concerns merupakan variabel yang mempengaruhi hubungan antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being). Dengan kata lain, keinginan untuk memberikan impresi yang baik pada orang lain, mendorong banyak individu untuk mengejar materi yang dipandang sebagai lambang kesuksesan, inti kehidupan, dan sumber kebahagiaan mereka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Indrawati
"Penulisan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam mengenai langkah-langkah dalam melakukan evaluasi program pelatihan. Pentingnya melakukan evaluasi pelatihan erat kaitannya dengan komitmen manajemen untuk membiayai pelaksanaan program pelatihan bagi karyawannya, PT Z, sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, sangat membutuhkan kualitas sumberdayanya dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Kinerja organisasi yang cenderung menurun membutuhkan adanya pemecahan masalah. Pilihan untuk mengatasi keadaan tersebut, adalah dengan melakukan pelatihan. Namun dalam pelaksanaannya dibutuhkan adanya informasi mengenai evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan 'basic supervisory' bagi para asisten supervisor. Oieh karena itu tulisan ini akan membahas : evaluasi program pelatihan dengan menggunakan evaluasi 4 ienjang dari Kirkpatrick.
Evaluasi pelatihan yang dilakukan menggunakan 4 level (jenjang) evaluasi pelatihan dari Kirkpatrick. Mengingat Sulitnya untuk melakukan evaluasi level 4 di perusahaan Z, maka untuk melengkapi data akan dilakukan perhitungan 'Return On Investment on Training' program pelatihan tersebut. Melalui perhitungan ROI ini, tergambar dengan jelas nilai rupiah keuntungan perusahaan sebagai dampak dilaksanakannya program pelatihan 'basic supervisory' bagi para asisten superviror di perusahaan Z. Hasil ini juga dapat digunakan untuk meyakinkan manajemen dalam menyelenggarakan program pelatihan. Kekhawatiran yang selarna ini berlangsung sebagai akibat tidak adanya informasi yang jelas mengenai manfaat dan efektivitas penyelenggaraan program pelatihan sudah dapat diatasi.
Dengan melakukan evaluasi 4 level program pelatihan dari Kirckpatrick terhadap pelaksanaan program pelatihan, diperoleh gambaran bahwa :
1. Pelatihan telah terselenggara dengan menarik dan berhasil menciptakan iklim yang kondusif untuk tercapainya proses pembelajaran
2.Pemandu berhasil membuat para peserta termotivasi untuk memahami dan mendalami materi yang disampaikan.
3. Telah terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta terhadap materi yang dibahas.
4. Secara umum telah teljadi perubahan perilaku.
5. Secara spesifik terdapat perilaku yang belum menunjukkan perubahan, yaitu:
- Personal Communication
- Work Quality
6. Perusahan perilaku perlu didukung dengan kemauan individu dan ditunjang dengan iklim kerja yang kondusif
7. Pelatihan telah memberikan manfaat baik bagi individu maupun bagi organisasi.
Untuk terlaksananya evaluasi program pelatihan, dibutuhkan profesinalisme penyelenggara pelatihan dau komitmen dari perusahaan."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman
"Tulisan kajian ini ingin mengidentifikasi perubahan perubahan dalam teamwork sebagai hasil pelatihan out door team building. Satu perusahaan yang mengikutsertakan seluruh karyawan tetapnya (48 orang/terbagi menjadi dua batch) di sebuah program pelatihan outdoor team building; dipakai sebagai subjek kajian untuk menjawab permasalahan : Bagaimana profile hasil program pelatihan outdoor team building berdasarkan kriteria ciri dan karakteristik tim yang efektif.
Dalam kajian ini dipakai pendapat Stott & Walter (I995) yang mengatakan bahwa pada umumnya ada enam sasaran/tujuan diselenggarakannya suatu program POT yaitu : (i). membangun mutual trust & mutual respect, (ii). memberdayakan diri sendiri dan orang lain, (iii). mengembangkan interpersonal skill, (iv). menciptakan iklim kerja yang kondusif (v). mendorong motivasi untuk selalu dalam kesadaran team work dan (vi). saling memberikan inspirasi mengenai arah dan strategi kerja dari tim kerjanya. Dan berdasarkan pada beberapa pendapat yang ada di susunlah sepuluh ciri/karakateristik tim yang efektif yang dipakai sebagai kriteria atau patokan terjadinya perubahan perubahan tersebut.
Dengan memakai beberapa kuesioner dan pendekatan kualitatif terutama saat pengumpulan data melalui teknik wawancara mendalam pada beberapa orang responden yang dilakukan empat bulan setelah pogram selesai dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Kajian ini tampaknya menguatkan pendapat Stott & Walter (1995), walau yang terungkap secara nyata dari jawaban responden ada empat sasaran yaitu : membangun mutual trust & mutual respect, memberdayakan diri sendiri dan orang lain, mengembangkan interpersonal skill dan menciptakan iklim kerja yang kondusif. Meskipun demikian hasil ini, secara umum juga dapat menambah keyakinan bahwa program POT memang cukup efektif mempengaruhi kemampuan teamwork pesertanya.
2. Disamping itu, dari sepuluh karakteristik tim yang telah ditentukan terungkap ada lima karakteristik yang dapat bertahan (relatif tetap) dirasakan dampaknya meskipun sudah melewati masa empat bulan setelah pelatihan. Ke lima karakteristik itu adalah : Komunikasi efektif dan asertif, Peduli terhadap kondisi fisik & psikis rekan, Peduli terhadap hak & perasaan rekan, Semakin kenal karakter & potensi rekan dan Kesediaan untuk tampilkan ide ide baru.
3. Dari segi jenis kegiatan yang dilakukan dalam program tersebut terungkap bahwa jenis kegiatan group initiative mempunyai efek dan kesan lebih lama dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
Untuk kajian Iebih lanjut dibutuhkan suatu bentuk penelitian dan evaluasi program POT yang Iebih sistematis dan terencana, sehingga diperoleh hasil yang lebih komprehensif."
2001
T38236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ratu Rosari
"ABSTRAK
Minat untuk memilih judul tulisan ini berawal dari kenyataan bahwa pada
dasarnya narpidana yang kurang percaya diri itu enggan untuk bergaul,
tidak mempunyai gairah untuk menghasilkan karya sendiri. Disamping itu
khususnya narapidana yang akan bebas, mereka tidak mempunyai
pandangan atau cita-cita setelah hebas nanti. Kurang percaya diri ini
disebabkan karcna adanya sikap pesimis, mereka masih khawatir atau ragu
kalau tidak diterima di Iingkungan masyarakat. Apalagi stigma masyarakat
masih bersifat negatif Berdasarkan wawancara dan pengisian kuesioner, diperoleh hasil bahwa mereka berkeinginan untuk melakukan usaha setelah hebas nanti, akan
tetapi mereka masih kurang percaya diri, apakah bisa terlaksana dengan
baik. Sedangkan masyarakat mungkin sebagian bclum pcrcaya dengan eks
narapidana. Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, maka menurut penulis,
program untuk meningkatkan rasa percaya diri terhadap narapidana yang
akan bebas menjadi penting untuk dilakukan. Hal tersebut didasari oleh
pandangan bahwa dengan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mereka
akan menjadi manusia yang kreatifl akan dapat mcnciptakan sendiri lahan
kerja bagi dirinya dan bahkan mungkin bagi orang Iain.
Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini penulis memilih pelatihan tehnik
meningkatkan rasa percaya diri sebagai upaya memberikan bekal mental
bagi narapidana yang akan bebas.

"
2007
T34075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evie Sylviani
"ABSTRAK
Saat ini Pemerintah sedang mencanangkan gerakan pengembangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini menjadi sangat panting karena
perekonomian Indonesia banyak didominasi oleh UMKM. Untuk dapat
mengcmbangkan usahanya, UMKM memerlukan sebuah lembaga pembiayaan
khususnya perbankan.
Seperti kita ketahui, pembcrian lcredit oleh pcrbankan kepada para nasabahnya
hams disertai beberapa prasyarat yang hams dipenuhi antara lain bidang manajemen,
pemasaran, produksi, pengalaman, keterampilan, modal kerja dan agunan. UMKM di
Indonesia pada umurrmya memiliki banyak kelemahan baik dalam bidang
manajemen, pemasaran, produksi, pengalaman, ketcrampilan, modal I-ccrja dan
agunan, sehingga dinilai kurang memenuhi persyaratan teknis perbankan. Untuk
itulah di perlukan suatu lembaga yang dapat mcnjembatani gap tersebut. Dcngan
demikian, meskipun UMKM memiliki kelemahan-kelemahan tersebut, lembaga
pemben kredit/perbankan tetap bersedia menyalurkan dananya untuk mcmbiayai
kegiatan UMKM.
Sebagai Salah satu perusahaan asuransi, PT Askrindo melihat peluang yang dapat
member-ikan tambahan pendapatan bagi organisasi, ditambah Iagi adanya suatu
kebijakan Pemerintah yang mewajibkan pihak pcrbankan untuk meminta penjaminan
kepada PT Askrindo terhadap kredit yang diberikan ke nasabah.
Dari data jumlah penjaminan yang ada di PT Askrindo, jumlah penjaminan yang
diperoleh dari tahun ke tahun menunjukkan kecendenmgan menurun. Dari analisis
terhadap wawancara yang dilakukan, disimpulkan bahwa penurunan jumlah
penjaminan tersebut Iebih banyak disebabkan oleh kebijakan manajemen yang
menurunkan monvasz karyawan serta tidak adanya sharing knowledge antar
karyawan.
Dari beberapa teori tentang motivasi, pcnulis mengkaitkan teori pcngharapan (Vroom
1964) sebagai salah satu tcori yang dapat menyelesaikan pcrmasalahan di PT
Askrindo. Aplikasi dan teori tcrsebut dapat melalui rekomendasi penerapan reward
dan pumlvlmzent yang benar, perubahan desain kerja yang dapat memotivasi
karyawan, pembuatan jcnjang karir yang jelas dan mcmbudayakan sharing
knowledge. Rekomendasi ini tidak akan bczjalan tanpa adanya dukungan dad pihak
manajemen PT Askrindo. Dengan pelaksanaan rekomendasi tcrsebut diharapkan
motivasi dan karyawan akan rneningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan
jumlah penjarninan PT Askrindo,

ABSTRACT
At this moment, the government has establishing the development of Usaha Milcro,
Kecil dan Menengah (UMKA/Q movement. This is a crucial part since Indonesian
economy is dominated by UMKM. To improve their business, UMKM needs a handing
institution, and banking in particular.
Credit irom banking institutions to its customers need to be accompanied by requirements
in management, marketing, production, experiences, skills, capital, and collateral.
UMKM in Indonesia have many weaknesses in management, marketing, production,
experiences, skills, capital, and collateral, so they seems to be unqualified for the banking
technical requirernents.'1`herefore, an institution is needed to fulfill the gap. So, even
UMKM have many weaknesses, they still can obtain the fund for its operation.
As one of the insurance company, PT Askrindo sees the opportunities to earn more
rcvenue to the company, align with the govemment regulation that banking has to ask for
assurance to PT Askrindo about the credits they distribute to customers.
Assurance data in PT Askrindo shows that the number of assurance is declining. Analysis
Hom the interviews can be summarized that the declining numbers of assurance is caused
by management policy which is reducing the employees motivation and there is not
activities of knowledge sharing between employees.
From several theories of Motivation, the writer assume that the Expectancy theory
(V room, 1964) as one theory that can solve the problems in PT Askrindo. The
recommendations are establishing reward and punishment system, work design
modification, the development of career path system, and improving knowledge sharing
culture. Key success factor in this recommendation is the support and involvement of PT
Askrindo?s management. With he implementation of the recommendations, employees
motivation will improve and the number of PT. Asltrindo?s assurance will increase.

"
2007
T34099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miskadi
"ABSTRAK
Program Molivational Enhancement Group Counseling Untuk
Meningkatkan Motivasi Narapidana Mengikuti Program Rehabilitasi
Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Cirebon?.
(83 halaman + xiv halaman, 10 Tabel, 4 Gambar, dan 4 Lampiran).
Lapas Narkotika adalah Lapas khusus bagi narapidana kasus narkoba
Narapidana narkoba tidak hanya sebagai pelaku kejahatan tetapi juga
sebagai korban, schingga mengalami ketegantungan. Karena im, narapidana
narkoba perlu mendapatkan pembinaan khusus. Mereka tidak hanya
mendapatkan pcmbinaan bidang kepribadian dan kemandirian yang umum
di Lapas, tetapi juga pembinaan rehabilitasi yaitu pemulihan kondisi fisik,
mental-psikologis, dan sosial.
Motivasi narapidana untuk mengikuti program rehabilitasi
merupakan salah satu faktor penting bagi keberhasilan proses rehabilitasi.
Proscs meningkatkan motivasi narapidana untuk mengikuti program
rehabilitasi, dilakukan melalui program motivasional enhancement group
counseling. Program ini sebagai penunjang dan satu kesatuan dengan
program rehabilitasi yang telah ada di Lapas. Selain itu, program ini juga
berperan dalam mengatasi ketimpangan jumlah dan kapabilitas pemgas
dengan narapidana.
Prinsip-prinsip clasar motivational enhancement adalah terapi
melalui suatu pendekatan konseling yang berpusat pada narapidana untuk memulai petubahan perilaku dengan menolong narapidana untuk
mernecahkan masalah melalui peningkatan motivasi internal dan memandu
menyusun langkah-langkah perubahan. Sementara itu, group counseling
(konseling kelompok) memelihara pertumbuhan orientasi yang berfokus
pada proses penemuan sumber-sumber kekuatan internal. Kelompok
menyediakan empati dan dukungan yang dibutuhkan untuk menciptakan
suasana (atmosfer) kepercayaan lmtuk memulai sharing dan el-rplorasi
mengenai perubahan perilaku tersebut
Motivational enhancement group counseling untuk rneningkatkan
motivasi narapidana m gikuti program rehabilitasi diharapkan berhasil
membimbing narapidana agar dapat menyusun langkah-langkah perubahan
untuk sembuh dari ketergantungan narkoba dan tidak kombali
menyalahgunakannya (relapse), sehingga tidak kembali menjadi narapidana.

"
2007
T34133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Argaputri
"ABSTRAK
Self-confidence adalah keyakinan terhadap diri Sena kemampuan yang
dimiliki (Websters Dictionary, 1996). Gejala tidak percaya diri pada anak erat
kaitannya dengan persepsi anak terhadap konsep dirinya (Surya, 2007). Orangtua
yang mcmpersepsikan anaknya sebagai ?segalanya buruk?dapat menciptakan
konsep diri yang menekankan pada anak bahwa anak kurang diterima, buruk, dan
tindakannya tidak disetujui oleh orangtuanya (Frankel-Bnmswilk, dalam Burns,
1993).
Cognilfve-Behavior Therapy (CBT) adalah sebuah istiiah yang digunakan
untuk menjelaskan bentuk innervensi yang bersifat psikoterapeutik dan bertujuan
untuk mengurangi distress psikologis dan perilaku maladaptifdengan cara
mengganti proses kognitif (Kaplan et al., dalam Stallard, 2002). Program CBT
pada dasamya didasari oleh pemyataan bahwa keyakinan negatifmengenai hidup
dan seseorang adalah hasil dari se%taIk negatif yang berujung pada perasaan
negatif mengenai diri sendiri, sebf-esteem rendah, dan kepada perilaku yang
bersifat menghambat individu mencapai hasil yang diinginkan (Bumett, 1996).
Intervensi cognizive behavioral dinilai paling sukses mcningkatkan harga diri dan
konsep diri. Program diasosiasikan dengan peningkatan positive seMta1k dan CBT
dihubungkan dengan pengurangan negative se%talk (Bumett, Craven, dan Marsh,
1999).
Program CBT dalam tugas akhir ini bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan diri sorang anak berusia 9 tahun dengan tingkat kecerdasan rata-rata.
Ia merasa kurang percaya diri menjawab pertanyaan guru atau orangtua saat
belajar. Ia takut menjawab dengan salah. Sctelah intervcnsi, anak mampu
menyadari kcsalahan berpikimya, menjadi lebih percaya diri di sekolah. Di sisi
lain, sikap ayah yang marah saat anak melakukan kesalahan membuat anak sulit
menunjukkau perubahan positif di mmah. Anakjuga sangat memperhatikan
cvaluasi dari teman scbayanya.

ABSTRACT
Self-confidence is faith about oneself and one?s own ability (Webster?s
Dictionary, 1996). Lack of confidence of symptom in a child is tight with the
child?s perception of his/her self-concept (Surya, 2007). Parents, who perceive
their child as ?all bad", create a self-concept that emphasize the child that he/she
is less accepted, bad, and does not have any approval of his action from the parent
(Frenkel-Brunswilk, in Bums, 1993).
Cognitive-Behavior Therapy (CBT) is an intervention that aims to
psychological distress and maladaptive behavior by altering cognitive processes
(Kaplan et al., in Stallard, 2002). CBT program is based on the notion that
negative beliefs about life and oneself is the result of negative self-talk which
leads to negative feelings about oneself; low self-esteem, and self-defeating
behavior (Bumett, 1996). Cognitive behavioral based interventions were the most
successful enhancers of self-esteem and self-concepts. 'I'he program was
associated with an increase in positive self-talk and CBT was linked to a decrease
in negative self-talk (Bumett, Craven, and Marsh, 1999).
CBT?s program on this final assignment was aimed to improve the self-
conlidence ofa nine year old girl with an average intelligence. She feels little of
confidence in answering the teacher?s or pa1°ent's questions. She was afraid that
she might give a wrong answer. As the result ofthe intervention, the child now is
aware of her faulty think and become more confident in school. On the other side,
her father-'s attitude that always become angry whenever she gives a wrong
answer make her more difficult to show some improvement at home setting. The
child also pays much of attention on her peer?s evaluation.
"
2007
T34197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wistiadola Septiani
"[Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas program pelatihan autonomysupportive behaviors pada guru PAUD dalam meningkatkan perilaku mendukung otonomi anak prasekolah melalui kegiatan pelatihan. Jenis penelitian adalah penelitian terapan
dengan desain penelitian pretest-posttest design. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian berdasarkan sebelas perilaku instruksional mendukung otonomi yang
dikembangkan oleh Reeve & Jang (2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa program
cukup efektif untuk meningkatkan perilaku guru PAUD dalam mendukung otonomi anak
prasekolah dan terdapat perbedaan yang signifikan terutama pada perilaku ?memberikan
pujian sebagai umpan balik atas suatu pencapaian suatu aktivitas? dan ?memberi dorongan
untuk meningkatkan dan mempertahankan keterlibatan siswa;The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children?s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ?praise as informational feedback about the student?s improvement or mastery?
and the behavior of ?offering encouragements to boost or sustain the student?s engagement;The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children?s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ?praise as informational feedback about the student?s improvement or mastery?
and the behavior of ?offering encouragements to boost or sustain the student?s engagement;The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children?s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ?praise as informational feedback about the student?s improvement or mastery?
and the behavior of ?offering encouragements to boost or sustain the student?s engagement;The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children?s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ?praise as informational feedback about the student?s improvement or mastery?
and the behavior of ?offering encouragements to boost or sustain the student?s engagement;The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children?s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ?praise as informational feedback about the student?s improvement or mastery?
and the behavior of ?offering encouragements to boost or sustain the student?s engagement, The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children’s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ‘praise as informational feedback about the student’s improvement or mastery’
and the behavior of ‘offering encouragements to boost or sustain the student’s engagement]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ros Santi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran mediasi pemenuhan kebutuhan dasar psikologis terhadap hubungan antara persepsi dukungan makna belajar dari dosen dan keterlibatan belajar mahasiswa. Jawaban dari hasil penelitian ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas keterlibatan belajar, yang mampu menjadi intervensi awal dalam menekan angka putus kuliah.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner, dengan partisipan sebanyak 736 mahasiswa tingkat satu. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Engagement Learning Index untuk mengukur keterlibatan belajar, Personal Meaning Profile untuk mengukur persepsi dukungan makna belajar mahasiswa dari dosen dan Basic Psychological Needs Scale untuk mengukur pemenuhan kebutuhan dasar psikologis. Data yang terhimpun dianalisis menggunakan regresi mediasi Hayess.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan psikologis secara signifikan memediasi secara parsial terhadap hubungan antara persepsi dukungan makna belajar dari dosen dan keterlibatan belajar mahasiswa. Temuan dari penelitian ini memperlihatkan bahwa dukungan makna belajar dari dosen berperan penting dalam memenuhi kebutuhan dasar psikologis untuk meningkatkan kualitas keterlibatan belajar mahasiswa.

The study aimed to answer, 'Is the fulfillment of basic psychological needs can be mediator between teacher's meaning support in learning and student engagement'. The answer of this research is important to improve the quality of student engagement, that can be the first intervention in reducing the drop out rate.
This is quantative reasearch with self report quesionnaire. 736 participans on first rate student. The measuring instruments are Engagement Learning Index to measure student engagement, Personal Meaning Profile to measure the perception teacher's meaning support in learning and Basic Psychological Needs Scale to measure the fulfillment of basic psychological needs. The collected data were analyzed using Hayess mediation regression.
The result of this research revealed that fulfillment of psychological needs significantly became a partial mediator between the perception teacher's meaning support in learning and Student Engagement. Finding from this study show that teachers have an important role in meeting basic psychological needs, to improve the quality of student engagement.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aristya Puspita Adi Wardhani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari intervensi kognitif-perilaku dalam menurunkan kecemasan sosial pada siswa SMA di lingkungan akademik. Intervensi ini disusun berdasarkan tiga level tujuan intervensi kognitif-perilaku yang dikemukakan oleh Stallard (2005). Penelitian ini menggunakan mixed method design, yaitu dengan menggabungkan data secara kualitatif dan kuantitatif untuk melihat sejauhmana kecemasan sosial subjek penelitian sebelum dan setelah pemberian intervensi kognitif-perilaku. Data kualitatif diperoleh dengan wawancara terhadap subjek, guru dan teman sekolah dengan berpedoman pada tiga subskala kecemasan sosial dari La Greca dan Lopez (1998). Data kuantitatif diperoleh dengan mengukur tingkat kecemasan subjek menggunakan alat ukur Social Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A) yang telah diadaptasi oleh Oktarani (2014).
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa intervensi kognitif-perilaku ini dapat menurunkan tingkat kecemasan sosial subjek di lingkungan akademik. Agar mendapatkan hasil penelitian yang optimal, penting untuk membangun kepercayaan terhadap subjek penelitian dan melibatkan orang lain di sekitar subjek saat intervensi dilakukan.

The intervention program based on three levels of cognitive-behavioral intervention objectives defined by Stallard (2005). This research study uses mixed method design, by combining data qualitatively and quantitatively to see the extent of social anxiety of the research participant before and after the cognitive-behavioral intervention is given. The qualitative data were obtained by interviewing the participant, participant's teachers, and participant's schoolmates. The interviewing guide is based on three social anxiety subscales defined by La Greca and Lopez (1998). Therefore, the quantitative data were obtained by measuring the level of anxiety of the participant using the Social Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A) that had been adapted to Bahasa Indonesia by Oktarani (2014).
The result showed that cognitive-behavioral intervention can reduce the level of social anxiety of the participant in the academic environment. Building trust with the participant and involving other people around the participant-such as parents and teacher- are important in order to get the optimum research results.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>