Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181177 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Hidayah Fitria Rahmawati
"Pencemaran di hutan mangrove, salah satunya yaitu pencemaran sampah plastik. Sampah plastik yang terdegradasi dan terurai dalam jangka waktu lama berubah menjadi serpihan plastik disebut mikroplastik (< 5 mm). Jika mikroplastik tertelan oleh biota perairan, maka membahayakan biota tersebut. Biota perairan yang memiliki habitat di mangrove Muara Teluknaga dan dikonsumsi oleh masyarakat adalah ikan belanak (Mugil dussumieri) dan kerang darah (Anadara granosa). Penelitian dilakukan bertujuan untuk menghitung jumlah dan mengidentifikasi jenis mikroplastik serta menganalisis hasil FTIR sampel ikan belanak, air mangrove, kerang darah, dan sedimen mangrove Muara Teluknaga. Pengambilan sampel pada ikan belanak dan air mangrove sebanyak 3 stasiun dan pengambilan sampel kerang darah dan sedimen sebanyak 2 stasiun. Masing-masing sampel ikan belanak dan kerang darah disimpan dalam botol kaca yang berisi alkohol dan dilanjutkan pengambilan organ lunak diikuti pemberian larutan HNO3. Jenis-jenis mikroplastik yang ditemukan pada sampel ikan belanak, kerang darah, air mangrove, dan sedimen yaitu fiber, film dan fragmen. Mikroplastik paling banyak ditemukan pada sampel ikan belanak, air mangrove, kerang darah, dan sedimen adalah mikroplastik fiber. Hasil FTIR sampel ikan belanak ditemukan adanya polimer polyethylene (PE) dan sampel air mangrove ditemukan gugus poly (dimethyl siloxane).

One of pollutin in mangroves is plastic waste pollution. Plastic waste degraded and decomposed over a long period of time turns into plastic debris called microplastic (< 5 mm). If microplastics are swallowed by fishery biota, then they endanger biota. Biota in mangrove of MuaraTeluknaga consumed by people are mullet (Mugil dussumieri) and blood cockle (Anadara granosa). The study was conducted to count the number and identify the types of microplastics and analyze the results of FTIR samples of mullets, mangrove water, blood cockle, and mangrove sediments. Taking sampling on mullet and mangrove water with 3 stations and taking samples of blood cockles and sediment with 2 stations. Each sample of mullet fish and blood cockle was stored in glass bottle containing alcohol and prepared to take organization received HNO3 assistance. The types of microplastics found in samples of mullets, blood cockles, mangrove water, and sediment are fiber, film, and fragment. The most common microplastic found in samples of mullets, mangrove water, blood cockle, and sediments are fiber. FTIR results of mullet fish sample found was containing polyethylene (PE) polymers and mangrove water samples poly groups (dimethyl siloxane) were found."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilma Ruwaida Ukhrowi
"Mikroplastik dalam ekosistem laut telah menjadi perhatian global yang berkembang sekama beberapa decade terakhir. Penelitian ini menganalisis kelimpahan dan jenis mikroplastik pada kerang darah Anadara granosa, air dan sedimen dari Teluk Lada, Pandeglang, Banten. Pengambilan sampel kerang darah, air dan sedimen diperoleh dari 3 stasiun yang berbeda. Saluran pencernaan dan organ pernapasan dari kerang darah dihancurkan dengan HNO3 65%, sampel air dan sedimen dimasukkan dalam larutan NaCl jenuh. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan mikroplastik 248,5 ± 3,81 partikel/l dalam air; 169.200 ± 5.184 partikel/Kg dalam sedimen dan 618,8 ± 121,4 partikel/individu dalam kerang. Selain itu, kerang darah dari pasar tradisional sebagai control ditemukan mikroplastik sebanyak 566,7 ± 133,1 partikel/individu. Fiber merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sampel kerang (59%), air (61%) dan sedimen (58%). Sungai sekitar mengindikasikan sebagai sumber mikroplastik yang bermuara kea rah laut. Stasiun 3 yang berjarak ± 60 m dari sungai memiliki konsentrasi mikroplastik yang lebih tinggi dibandingkan stasiun 1 dan 2 dengan rata-rata 86,17 ± 2,36 partikel/l; 62666,67 ± 1803,7 partikel/Kg dan 720 ± 131,1 partikel/individu.
Microplastic in the marine ecosystem has become a growing global concern over the past decade. This research analyzed the abundance and type of microplastic in blood cockle Anadara granosa, water, and sediment from Lada bay, Pandeglang, Banten. A sampling of the blood cockle, water and sediment were collected from 3 different stations. Digestive tracts and respiratory organs from blood cockle were destructed with HNO3 65%, water and sediment samples are mixed into concentrated NaCl solution. The results showed a microplastic abundance of 248.5 ± 3.81 particle/l in water, 169.200 ± 5.184 particle/Kg in sediment and 618.8 ± 121.4 particles/individuals in cockle. Also besides, blood cockle from traditional markets as control was found 566.7 ± 133.1 particle/individuals microplastic. Fiber is the type of microplastic that was most commonly found in samples of cockles (59%), waters (61%) and sediments (58%). The river was indicated as a microplastic source to the sea. The station 3 in ± 60 m near the river mouth has a higher microplastic concentration with an average of 86,17 ± 2.36 particle/l, 62666.67 ± 1803.7 particle/Kg and 720 ± 131.1 particle/individual, compared to station 1 and 2 which is further away from the river."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enggit Glory
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk, ukuran, dan kelimpahan mikroplastik pada insang dan saluran pencernaan ikan kakap merah Lutjanus argentimaculatus di tambak Desa Muara, Tangerang, Banten. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara dipancing, sebanyak 10 ekor dengan ukuran sekitar 25,76 cm. Insang ikan kakap merah dipotong sebesar 1 cm2. Isi lambung dan isi usus dikeluarkan lalu dilarutkan dengan 30 ml akuades. Dinding lambung dan dinding usus yang telah kosong dipotong sebesar 1 cm2. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop cahaya dengan aplikasi IndoMicroView 3.7. Hasil penelitian menunjukkan bentuk mikroplastik yang paling dominan adalah fiber. Kisaran mikroplastik yang ditemukan memiliki ukuran 25—4200 µm. Kelimpahan mikroplastik pada ikan kakap smerah tambak Desa Muara sebanyak 121,19 ± 35,32 partikel ind-1 pada insang, 792 ± 344,79 partikel ind-1 pada isi lambung, 105, 77 ± 34,12 partikel ind-1 pada dinding lambung, 1096 ± 284,34 partikel ind-1 pada isi usus, dan 146,67 ± 60,34 partikel ind-1 pada dinding usus. Mikroplastik pada setiap lapisan insang memiliki perbedaan rata-rata. Jumlah mikroplastik yang terdapat pada isi dan dinding memiliki kelimpahan yang berbeda signifikan. Jumlah mikroplastik yang terdapat pada isi lambung dan isi usus berbeda signifikan. Jumlah mikroplastik yang terdapat pada dinding lambung dan dinding usus tidak berbeda signifikan.

The purpose of this research is to analyze the types, sizes, and quantities of microplastic in the gills and digestive system of the Lutjanus argentimaculatus in Muara Village pond. A total of 10 red snapper samples with sizes approximately 25,76 cm. The gills were cut to 1 cm2 size. The stomach’s content and intestine’s content were then dissolved in 30 ml aquades. The empty stomach and intestine wall were cut to 1 cm2 size. The samples were then observed under a light microscope and using the IndoMicroView 3.7. application. The most abundant microplastic type is fiber. The size of the microplastics are between 25-4200 µm. The abundance of microplastic is approximately 21,19 ± 35,32 ind-1 particle in the gills, 792 ± 344,79 ind-1 particles in the stomach content, 105, 77 ± 34,12 particles in the stomach wall, 1096 ± 284,34 particles in the intestine content, and 146,67 ± 60,34 particles in the intestine wall. The microplastics in every gill wall have different averages. Microplastics abundance in the content and the wall have a difference. Microplastics abundance in the content of the stomach and the intestine are different. The number of microplastics in the stomach and intestine wall is not different."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhansyah Hermawan
"Plastik merupakan bahan stabilitas tinggi hasil polimerisasi monomer dengan tingkat penggunaan yang tinggi. Sampah plastik berbahaya bagi lingkungan karena partikel penyusunnya memiliki ketahanan dan kestabilan tinggi sehingga proses degradasinya berlangsung lama. Di lingkungan perairan, plastik akan mengalami degradasi atau penguraian menjadi partikel kecil yang disebut mikroplastik (<5 mm). Partikel mikroplastik berpotensi termakan oleh berbagai biota perairan sehingga membahayakan siklus rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik mikroplastik (bentuk, ukuran, dan jenis polimer) pada air, sedimen dan ikan belanak Mugil cephalus (Linnaeus, 1758) pada organ dan jaringan (daging, insang, saluran pencernaan) di Muara Sungai Blanakan, Subang, Jawa Barat. Metode penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel dengan  air  diambil sebanyak 50 L lalu disaring menggunakan plankton net hingga tertampung volume air 1000 mL, sampel sedimen diambil menggunakan Vanveen grab hingga tertampung pada jar 500 mL dan sampel ikan belanak diambil 10 ekor menggunakan bubu. Ekstraksi sampel sedimen dilakukan dengan pemberian larutan NaCl jenuh dengan perbandingan 1 (sedimen): 2 (NaCl jenuh), kemudian diberi larutan H2O2 30% + FeSO4 0,05 M  dengan perbandingan 1:1 untuk sampel air dan sedimen. Ekstraksi sampel ikan dilakukan dengan mengambil jaringan dan organ yang digunakan, ditimbang dan dan diberi larutan KOH 10% sebanyak 50 mL. Sampel air, sedimen dan ikan disaring menggunakan kertas saring Whatman dan diidentifikasi mikroplastik menggunakan mikroskop olympus CX22LED. Analisis polimer mikroplastik dilakukan dengan metode Raman Spectroscopy. Uji statistik seperti uji kruskal-walis, one way anova, dan uji regresi spearman dan pearson digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata total kelimpahan mikroplastik pada air 710 ± 183,34  partikel meter-3, sedimen 879,63 ± 205,13 partikel Kg-1 dan ikan belanak 210,8 ± 108,80 partikel individu-1. Nilai kelimpahan mikroplastik ikan belanak jika diurutkan dari yang tertinggi hingga terkecil adalah daging, saluran pencernaan, dan insang. Secara keseluruhan, bentuk dan ukuran mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah fiber dan <300 µm. Polimer mikroplastik yang dominan adalah PET, PP, dan PVC. Berdasarkan hasil uji beda nyata kelimpahan mikroplastik antar organ dan jaringan ikan belanak menunjukan tidak memiliki perbedaannya yang signifikan. Hasil uji korelasi Spearman menunjukan adanya korelasi antara kelimpahan mikroplastik di air dan sedimen Muara Sungai Blanakan terhadap kelimpahan mikroplastik di ikan belanak.

Plastik is a high-stability material resulting from the polymerization of monomers, with a high level of usage. In aquatic environments, plastic undergoes photo-oxidative degradation by UV radiation from the sun and chemical processes, leading to the breakdown of plastic waste into small particles known as microplastics (<5 mm). Microplastic particles have the potential to be ingested by various aquatic organisms, posing a risk to the food chain through biomagnification. This study aims to analyze the characteristics of microplastics in water, sediment, and the flathead grey mullet (Mugil cephalus) in different organs and tissues (muscle, gills, digestive tract) in the Blanakan River Estuary, Subang, West Java, based on their shape, size, and polymer types. Water samples were collected in a volume of 50 L, filtered using a plankton net to obtain a final volume of 1000 mL. Sediment samples were collected using a Vanveen grab and stored in 500 mL jars, while flathead grey mullet samples were collected using bubu (10 individuals). Sediment sample extraction was performed using a saturated NaCl solution with a ratio of 1 (sediment) to 2 (saturated NaCl solution), followed by the addition of a 30% H2O2 + 0.05 M FeSO4 solution in a 1:1 ratio for water and sediment samples. Fish sample extraction involved weighing and placing the tissues and organs in a glass beaker, followed by the addition of a 10% KOH solution in a volume of 50 mL. The water, sediment, and fish samples were then filtered using Whatman filter paper with the assistance of a vacuum pump, and placed in Petri dishes for microplastic identification using an Olympus CX22LED microscope. Polymer analysis of microplastics was performed using Raman Spectroscopy. Kruskal-Wallis and one-way ANOVA tests were used to determine significant differences in the abundance and composition of microplastics (size and shape) in water, sediment, flathead grey mullet, and their respective organs. Spearman and Pearson correlation tests were used to investigate the influence of water and sediment, as well as morphometric values, on microplastic accumulation in flathead grey mullet. The research findings showed an average total abundance of microplastics in water to be 710 ± 183,34 particles meter-3, in sediment to be 879,63 ± 205,13 particles kilogram-1, and in flathead grey mullet to be 210,8 ± 108,80 particles individual-1. When ranked in descending order, the abundance of microplastics in the three parts of the flathead grey mullet were as follows: flesh, digestive tract, and gills. Overall, the most commonly found forms and sizes of microplastics were microplastic fibers and those below 300 µm. The polymer analysis revealed that the microplastics found in the Blanakan River Estuary were dominated by PET (40%),  PP (40%), and PVC (20%). Based on the significant difference test for microplastic abundance among different parts of the flathead grey mullet, no significant differences were found. The Spearman correlation test indicated a correlation between the abundance of microplastics in water and sediment in the Blanakan River Estuary and the abundance of microplastics in flathead grey mullet."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaidah Fitri
"ABSTRAK Anadara granosa dan Cerithidea obtusa merupakan sumber makanan yang penting bagi masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Anadara granosa dan Cerithidea obtusa yang memiliki habitat di kawsan hutan mangrove, dapat menyebabkan organisme tersebut sangat rentan terkontaminasi berbagai bahan pencemar. Salah satu bahan yang dapat mencemari ekosistem mangrove yaitu mikroplastik. Fungsi hutan mangrove sebagai filter biologis alami marine debris yang berasal dari darat dan laut, dapat menyebabkan mikroplastik melimpah di kawasan hutan mangrove. Penelitian ini menggunakan sampel kerang Anadara granosa, keong Cerithidea obtusa, sedimen dan air. Hasil penelitian menunjukkan 100% sampel mengandung mikroplastik. Jenis mikroplastik yang ditemukan pada sampel adalah fiber, film dan fragmen. Fiber adalah jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sampel kerang dan air. Pada sampel kerang, fiber ditemukan sebanyak 180,6 ± 21,22 partikel/individu dan 4,1 ± 0,43 partikel/g kerang. Fiber ditemukan pada sampel air sebanyak 128,3 ± 0,15 partikel/L. Sungai di indikasikan sebagai sumber mikroplastik menuju laut. Stasiun 1 pengambilan sampel yang berada di dekat muara sungai memiliki konsentrasi mikroplastik yang lebih tinggi dengan jumlah 448,3 ± 53,92 mikroplastik/individu, dibandingkan dengan stasiun 3 yang hanya 420,3 ± 42,66 mikroplastik/individu. Berdasarkan uji korelasi, jumlah mikroplastik pada Anadara granosa berkorelasi dengan massa kerang. Korelasi juga ditunjukkan antara jumlah mikroplastik pada air dan kerang, serta mikroplastik pada sedimen dan kerang secara keseluruhan. Hasil penelitian pada keong Cerithidea obtusa ditemukan mikroplastik sebanyak 167 ± 16,01 partikel/individu. Film merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada keong sebanyak 5,4 ± 0,69 partikel/g keong. Film juga merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sedimen yaitu 3,7 ± 0,28 partikel/g. Berdasarkan stasiun pengambilan sampel, stasiun 1 memiliki jumlah mikroplastik tertinggi 190 ± 37,74 partikel/stasiun. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa massa Cerithidae obtusa berkorelasi terhadap jumlah mikroplastik yang mencemarinya. Korelasi juga ditunjukkan antara mikroplastik jenis film pada sedimen terhadap mikroplastik jenis film pada keong.

ABSTRACT
Anadara granosa and Cerithidea obtusa are important food sources for people in the West Tanjung Jabung District, Jambi. Anadara granosa and Cerithidea obtusa which have habitat in the mangrove forest area, can cause these organisms to be very susceptible to contamination with various pollutants. One ingredient that can pollute mangrove ecosystems is microplastic. The function of mangrove forests as a biological filter for marine debris that originates from land and sea can cause microplastic abundance in the mangrove forest area. This study used samples of Anadara granosa mussels, Cerithidea obtusa snails, sediment and water. The results showed that 100% of the samples contained microplastic. The types of microplastic found in the sample are fiber, film and fragments. Fiber is the type of microplastic that is most commonly found in mussels and water samples. In the mussels sample, fiber was found as much as 180.6 ± 21.22 particles/individual and 4.1 ± 0.43 particles/g mussel. Fiber is found in water samples of 128,3 ± 0.15 particles/L. The river is indicated as a microplastic source to the sea. Station 1 sampling near the river mouth has a higher microplastic concentration with 448.3 ± 53.92 microplastic/indiviual, compared with station 3 which is only 420.3 ± 42.66 microplastic/individual. Based on the correlation test, the number of microplastic in Anadara granosa correlated with the mass of mussel. Correlation is also shown between the number of microplastic in water and mussel, as well as microplastic in sediments and mussels as a whole. The results of the study on the Cerithidea obtusa snail were found microplastic as much as 167 ± 16.01 particles/individual. The film is a type of microplastic which is most commonly found in snails as much as 5.4 ± 0.69 particles/g snail. Film is also the most common type of microplastic found in sediments, namely 3.7 ± 0.28 particles/g. Based on the sampling station, station 1 had the highest microplastic number of 190 ± 37.74 particles/station. The results of the correlation analysis showed that the mass of the Cerithidea obtusa correlated with the number of microplastic contaminants. Correlation was also shown between microplastic types of films in sediments to microplastic types of films in snails.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Nabila
"Penelitian ini bertujuan menganalisis kelimpahan serta bentuk mikroplastik yang terkandung pada saluran pencernaan dan insang ikan kakap putih (Lates calcarifer) di tambak Desa Muara Teluknaga, Tangerang. Sampel sebanyak 10 individu dengan ukuran ±31 cm diisolasi insang serta saluran pencernaanya (lambung dan usus). Analisis mikroplastik pada saluran pencernaan dengan cara melarutkan isi lambung dan usus dengan 30 mL akuades serta mengamati preparat 1 cm2 dinding usus dan dinding lambung dibawah mikroskop optik cahaya. Sepanjang 1 cm lembar insang dijadikan preparat, kemudian diamati dibawah mikroskop optik cahaya. Hasil yang didapatkan terdapat mikroplastik bentuk fiber, film, fragmen dan granula dengan ukuran berkisar 20 – 3160 µm. Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada larutan isi lambung dan larutan isi usus yaitu 677 ± 241,34 partikel/ind dan 983 ± 211,4 partikel/ind. Sekitar 9,68% dan 11,9% mikroplastik masih ditemukan pada dinding lambung dan usus setelah proses pencucian menggunakan akuades. Rata-rata kelimpahan mikroplastik yang ditemukan pada dinding lambung dan usus yaitu 72,55  ±  34,9 partikel/ind dan 132,72 ± 42,16 partikel/ind. Hal ini menunjukkan kelimpahan mikroplastik pada usus lebih tinggi dibandingkan pada lambung. Ada perbedaan kelimpahan mikroplastik pada insang berdasarkan lembar insangnya. Jumlah rata-rata mikroplastik pada lembar insang pertama hingga keempat pada insang ikan kakap putih yaitu 41,4 partikel per lembar; 25,04 partikel per lembar; 23,52 partikel per lembar; dan 19,53 partikel per lembar. Sementara jumlah rata-rata mikroplastik yang ditemukan pada 10 sampel insang adalah 109,49±38,17 partikel/ind.

This study aims to analyzed the abudance and type of microplastic in digestive tract and gill of  barramundi  (Lates calcarifer) at Desa Muara pond Teluknaga, Tangerang, Banten. Gills and digestive tract (stomach and intestine) of 10 barramundi with size of about 31 cm were isolated. Microplastic abundance analysis in digestive tract by dissolving the content of stomach and intestine in 30 mL distilled water and observing preparations 1 cm2 intestinal and wall under microscope. Gills sample with size of 1 cm of gill sheet made as preparations, then were observed under light optical microscope. The results obtained are microplastic types of fibers, films, fragments and granules with sizes ranging from 20 µm – 3160 µm. Average microplastic abundance in stomatch contents solution and intestine contents solution were 677 ± 241,34 particle/ind and 983 ± 211,4  particle/ind. On average about 9,68% and 11,9% of microplastics are still attached to the stomach and intestine wall after the washing process using distilled water. Average microplastic abundance in stomach wall and intestine wall were 72,55  ±  34,9 particle/ind and 132,72 ± 42,16  particle/ind. It showed that abundance in the intestine is higher than in the stomach. There is a difference in microplastic abundance on the gills based on the gill sheet. The average number of microplastics in the first to fourth gill sheets in the barramundi was 41.4 particles per sheet; 25.04 particles per sheet; 23.52 particles per sheet; and 19.53 particles per sheet. while While the average number of microplastics found in 10 gills samples was 109.49 ± 38.17 particles / ind.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmawati
"ABSTRAK
Penelitian mengenai studi populasi dan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan kerang Anadara granosa (Linn. 1758) telah dilakukan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi pada bulan Juli 2012 sampai Desember 2012. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kepadatan, distribusi dan pola pertumbuhan Anadara granosa. Penelitian dilakukan di 3 stasiun yang berbeda ekosistem (lokasi di Suaka Kerang, lokasi di depan ekosistem mangrove, dan lokasi di depan pemukiman penduduk) dengan menggunakan metode Purposive Random Sampling. Kepadatan populasi Anadara granosa adalah 5,09 ind/m2 dengan kepadatan populasi tertinggi terdapat pada Stasiun 1 di Suaka Kerang. Pola distribusi kerang adalah seragam. Pertambahan panjang cangkang diikuti dengan penambahan berat. Terdapat perbedaan morfometri cangkang kerang darah antar stasiun. Ukuran morfometri kerang Anadara granosa adalah panjang rata-rata 3,36-3,94 cm, tinggi rata-rata 2,63-3,11cm, dan tebal rata-rata 2,41-2,91 cm. Terdapat korelasi antara panjang cangkang dengan biomassa dan antara kepadatan dengan pH dan salinitas. Penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan kerang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan lokal, pengelolaan dan pemanfaatan Anadara granosa. Penelitian dilakukan di 2 Desa yaitu Tungkal II dan Tungkal Harapan, menggunakan metode wawancara. Pemberian nama kerang berdasarkan lokasi dan cara penangkapan, pemanfaatan kerang untuk konsumsi, masyarakat masih belum mengetahui tentang konservasi dan budidaya kerang darah.
ABSTRACT
Research on population study of Anadara granosa (Linn. 1758) in West Tanjung Jabung, Jambi Province was done on July to September 2012. The objectives of the study are to determine the density, distribution, morphometry and growth patterns of Anadara granosa. Data were collected by using purposive random sampling method in three stations, that had different ecosystems (locations in Suaka Kerang, in front of the mangrove ecosystem, and villages). The population density of Anadara granosa is 5.09 ind/m2 and the highest population density in Station 1 at Suaka Kerang. Distribution pattern of shells is uniform. Shell length increasing, followed by weight gain. There are differences between the blood clam shell morphometry station. Length average is 3.36-3.94 cm, the high average is 2.63-3.11cm, and the thickness average is 2.41-2.91 cm. There is a correlation between the length of the shell with biomass and density with pH and salinity. The objective of the study of the research on public perception of the use of the blood clam Anadara granosa is to determine the local knowledge on the management and utilization of Anadara granosa shellfish in Kuala Tungkal. Location of the study include in two village, Tungkal II and Tungkal Harapan. The result is a local naming shells based on the location and type of fishing gear, the use of shells by the public as a consumer, the public do not know about the blood clam conservation and cultivation."
2013
T35982
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikin Fathoniah
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau Perna viridis berbagai ukuran, mengetahui organ tubuh kerang hijau yang paling banyak menyimpan mikroplastik, serta mengetahui korelasi antara kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau, air, dan sedimen. Sampel kerang hijau, air, dan sedimen diambil dari 3 stasiun berbeda dengan jarak masing-masing sekitar 500 m. Analisis kelimpahan mikroplastik dilakukan dengan cara mengisolasi mikroplastik pada setiap sampel. Isolasi pada sampel kerang dilakukan dengan melarutkan kerang di dalam larutan HNO3 65, sementara sampel air dan sedimen dilakukan dengan cara pemisahan berdasarkan ukuran dan massa jenis dengan perendaman dalam larutan NaCl jenuh.
Hasil yang didapatkan, yaitu rata-rata kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau ukuran 3, 6, dan 9 cm, yaitu 5,35; 24,99; dan 39,00 partikel/gram. Mikroplastik kelompok fiber dominan pada sampel kerang. Rata-rata kelimpahan mikroplastik di air dan sedimen, yaitu 13,15 partikel/L air laut dan 0,92 partikel/g sedimen kering. Mikroplastik kelompok film dominan pada sampel air dan sedimen. Sementara, kelompok pelet tidak ditemukan pada ketiga sampel. Terdapat korelasi antara kelimpahan mikroplastik dengan ukuran cangkang kerang, maupun dengan kelimpahan mikroplastik kelompok film dan fiber pada air dan sedimen.

Research on abundance of microplastic in green mussel Perna viridis, water and sediments in Kamal Muara, North Jakarta has been done. The research determined the abundance of microplastic in green mussel of various sizes, the organ of the green mussels most storey microplastic, and the correlation between abundance of microplastic in green mussel, water, and sediment. Samples of green mussel, water and sediments were taken from 3 different stations with a distance of about 500 meters each. Analysis of abundance of microplastic was done by isolating microplastic in each sample. The isolation of the green mussel samples was done by dissolving the mussels in the HNO3 solution, while the water and sediment samples were performed by separation by size and density by immersion in a saturated NaCl solution.
The results obtained were, on average, abundance of microplastic in green mussel size 3, 6, and 9 cm ie, 5.35 24.99 and 39,00 particles gram. Microplastic fiber was dominant in mussel sample. The average abundance of microplastic in water and sediment are 13.15 particles L of sea water and 0.92 particles gram of dry sediment. Microplastic film was dominant in water and sediment samples. Meanwhile, pellet was not found in all three samples. There was a correlation between abundance of microplastic with green mussel size, as well as with abundance of microplastic of film and fiber in water and sediment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentia Priscilla
"Penelitian ini menganalisis kelimpahan dan jenis mikroplastik pada bandeng Chanos chanos, air, dan endapan tambak bandeng di Muara Kamal dan Marunda, Teluk Jakarta. Pengambilan sampel bandeng dilakukan dengan kriteria umur 5 sampai 6 tahun berusia bulan dengan jumlah sampel 6 ikan dari setiap lokasi. Air dan sedimen tadinya diambil dari 5 titik di kolam bandeng di setiap lokasi. Saluran pencernaan diekstraksi dari setiap bandeng dihancurkan dengan pereaksi asam nitrat yang kuat (HNO3 65%). air sampel disaring menggunakan plankton net dengan ukuran mesh 300 μm dan sedment sampel dikeringkan dalam oven. Solusi NaCl terkonsentrasi digunakan untuk mencapai flotasi mikroplastik pada setiap sampel disiapkan saluran pencernaan ikan bandeng, air yang disaring, dan sedimen kering. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya.
Sampel ditempatkan di Sedgwick Rafter Chamber dan penghitungan mikroplastik dilakukan dilakukan untuk partikel dengan ukuran mulai dari 20 μm hingga 4 mm berdasarkan bentuk partikelnya serat, film, fragmen, dan granula. Hasil yang diperoleh untuk sampel dari Muara Kamal menunjukkan jumlah mikroplastik 3.005 ± 437,4 partikel ind-1 dalam ikan bandeng, 103,8 ± 20,7 partikel L-1 dalam air, dan 111.680 ± 13.204,2 partikel Kg-1 dalam sedimen. Mikroplastik Kelimpahan ditemukan lebih rendah dalam sampel dari Marunda dengan 2.090 ± 545 partikel ind-1 in bandeng, 90,7 ± 17,4 partikel L-1 dalam air, dan 82,480 ± 11,226,4 partikel Kg-1 dalam sedimen.

This study analyzes the abundance and types of microplastics in Chanos chanos, water, and milkfish pond deposits in Muara Kamal and Marunda, Jakarta Bay. Sampling of milkfish is carried out with the criteria of age 5 to 6 years old with a sample of 6 fish from each location. Water and sediment were taken from 5 points in the milkfish pond at each location. The digestive tract is extracted from each milkfish destroyed by strong nitric acid reagents (65% HNO3). water. The sample was filtered using a plankton net with amesh size of 300 μm and the sample sedment was dried in an oven. The concentrated NaCl solution is used to achieve. Microplastic flotation in each sample was prepared by the digestive tract of milk fish, filtered water, and dry sediment. Observations were made with a light microscope. Samples were placed in the Sedgwick Rafter Chamber and microplastic calculations were carried out for particles ranging in size from 20 μm to 4 mm based on the particle shape of the fibers, films, fragments, and granules. The results obtained for samples from Muara Kamal showed the amount of microplastic 3.005 ± 437.4 particles ind-1 in milkfish, 103.8 ± 20.7 L-1 particles in water, and 111,680 ± 13,204.2 Kg-1 particles in sediments. Abundance microplastic was found lower in samples from Marunda with 2,090 ± 545 ind-1 particles in milkfish, 90.7 ± 17.4 L-1 particles in water, and 82,480 ± 11,226.4 Kg-1 particles in sediment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainul Jariah Al Hamra
"ABSTRAK
Kerang Bulu dan Siput Gonggong memiliki nilai ekonomis penting di Pesisir Pulau Bintan. Biota ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat baik masyarakat lokal maupun wisatawan. Kerang bulu dan Siput gonggong dapat ditemukan di kawasan pesisir pantai dan bersifat epifauna sehingga menyebabkan organisme tersebut sangat rentan terkontaminasi bahan pencemar seperti mikroplastik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah Mikroplastik Pada Kerang Bulu Anadara antiquata (Linnaeus,1758), Siput Gonggong Strombus turturella (Röding, 1798) Di Pesisir Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Penelitian ini menunjukkan 100% sampel mengandung mikroplastik. Jenis mikroplastik yang ditemukan adalah fiber, film dan fragmen. Jumlah rata-rata mikroplastik yang ditemukan di Pulau Bintan pada kerang sebanyak 496 ± 98,63 partikel/ individu. Jumlah rata rata mikroplastik pada air sebanyak 12,3 ± 2,8 partikel/liter dan jumlah rata-rata mikroplastik yang ditemukan pada sedimen sebanyak 16.580 ± 3.727,5 partikel/kg. Stasiun 4 sangat banyak ditemukan mikroplastik yaitu 650 ± 82,98 partikel/individu stasiun ini berada di lokasi padat aktifitas. Berdasarkan uji korelasi, jumlah mikroplastik pada kerang berkorelasi dengan massa kerang. Korelasi juga ditunjukkan antara mikroplastik pada kerang dan air, mikroplastik pada kerang dan sedimen serta terdapat korelasi antara mikroplastik pada air dan sedimen secara keseluruhan. Jumlah rata-rata mikroplastik pada siput sebanyak 427,75 ± 94,3 partikel/ individu. Jumlah rata rata mikroplastik pada air sebanyak 12,9 ± 2,9 partikel/liter dan jumlah rata-rata mikroplastik yang ditemukan pada sedimen sebanyak 16.960 ± 4.214,6 partikel/kg. berdasarkan stasiun pengambilan sampel, stasiun 4 memiliki mikroplastik tertinggi 549 ± 105,67 partikel/individu. Berdasarkan uji korelasi antara mikroplastik yang ditemukan pada siput dan lingkungannya menunjukkan korelasi positif dimana peningkatan mikroplastik pada siput sebanding dengan peningkatan mikroplastik pada lingkungannya.

ABSTRACT
Cockles and Dog Conch has important economic value on the coast of Bintan Island. Thats biota are consumed by many people both local people and tourists. Cockles and Dog Conch can be found in coastal areas and are epifauna, causing the organism to be highly susceptible to contamination with pollutants such as microplastics. This study aims to determine the number of microplastics in Cockles Anadara antiquata (Linnaeus,1758) and Dog Conch Strombus turturella (Roding, 1798) on the coast of Bintan Islands, Riau Islands. This research shows 100% of the sample contained microplastics. Microplastic types found are fiber, film and fragments. The average number of microplastics found on Bintan Island in Cockles is 496 ± 98,63 particle/ ind. The average amount of microplastic in water is as much 12,3 ± 2,8 particle/liter and the average amount of microplastics found in sediments was 16.580 ± 3.727,5 particle/kg. Station 4 is very commonly found microplastic that is 650 ± 82,98 particle/ ind because this station is in a busy location. Based on the correlation test, the number of microplastics in the shells correlates with the mass of the shells. Correlation was also shown between microplastics in shells and water, microplastics in shells and sediments and there was a correlation between microplastics in water and sediments as a whole. Results of research on Dog Conch Strombus turturella (Roding, 1798) The average number of microplastics found on Bintan Island in Dog Conch is 427,75 ± 94,3 particle/ ind. The average amount of microplastic in water is as much 12,9 ± 2,9 particle /liter and the average amount of microplastics found in sediments was 16.960 ± 4.214,6 particle /kg. based on the sampling station, station 4 has the highest microplastic of 549 ± 105,67 particle/ ind. Based on the correlation test between microplastics found in snails and their environment shows a positive correlation where the increase in microplastic in snails is proportional to the increase in microplastic in their environment.
"
2020
T54587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>