Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12015 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faizatul Shimal Mehamod
"Molecularly Imprinted Polymers (MIPs) is a type of macromolecule formed by application of molecularly imprinting technology, which creates cavities in synthetic polymeric matrices which are highly selective to an imprinted template. MIPs were synthesized experimentally using methacrylic acid (MAA), divinylbenzene-80 (DVB-80), azobisisobutyronitrile (AIBN) and methanol as a monomer, cross-linker, initiator and porogen, respectively. The Non-Imprinted Polymer (NIP) was produced simultaneously to serve as a control polymer. The rational design approach was theoretically conducted by Ab Initio Molecular Orbital Studies using Gaussian 09 computational software package at the theoretical level of DFT B3LYP/6-31 (d,p). The basis set is used to optimize the number of monomers and their binding site with the template. In both studies, MIPs were prepared with different ratios of template to monomer form a complex of 1:3, 1:4 and 1:5. Experimentally, the MIPs synthesized via precipitation polymerization technique produced homogenous spherical beads distribution where the complex 1:3 gave the best. Theoretical studies support this experimental finding where the complex 1:3 gave the highest interaction energy between caffeine and MAA, -45.29 kJ/mol followed by 1:4, -43.52 kJ/mol and 1:5, -43.11 kJ/mol."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:4 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"his book about molecularly imprinted polymers, physical forms of MIPs, micro and nanofabrication of molecularly imprinted polymers, immuno-like assays and biomimetic microchips, chemosensors based on molecularly imprinted polymerschromatography, solid-phase extraction, and capillary electrochromatography with MIPs,and microgels and nanogels with catalytic zctivity."
Berlin: Springer, 2012
e20405938
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Aldhi Kristianto
"Salah satu metoda untuk mengurangi limbah fosfat adalah dengan menggunakan adsorben yang memiliki daya adsorpsi tinggi dan selektif. Adsorben seperti ini dapat disintesis dengan metode ion imprinted polymer. Mula-mula kitosan dimodifikasi membentuk kitosan suksinat dan ditambahkan ion besi, Fe (III) membentuk kompleks Fe (III) kitosan suksinat. Kemudian kompleks ini ditambahkan fosfat dan diikat silang dengan menggunakan MBA. Selanjutnya fosfat dikeluarkan dengan KOH, sehingga membentuk rongga selektif untuk ion fosfat. Selanjutnya ion imprinted polymer yang terbentuk diteliti kinerja adsorpsinya terhadap ion ortofosfat pada berbagai variasi eksperimen yang dilakukan dalam sistem SPE (Solid Phase Extraction). Adsorpsi fosfat optimum tercapai pada kondisi konsentrasi 4,0 ppm dengan % adsorpsi 84,865 % ; pH 3,0 dengan % adsorpsi 84,865 % ; kecepatan alir 0,5 mL/menit dengan % adsorpsi 85,936 % ; massa adsorben 0,2 gram dengan % adsorpsi 89,43 %. Selain itu gangguan dari ion bikarbonat dan sulfat tidak berpengaruh secara signifikan dalam proses adsorpsi ion fosfat, yang masing-masing penurunanya berkisar 8 % dan 5 %. Berdasarkan percobaan interaksi adsorbat-adsorben mengikuti pola isotherm adsorpsi Freundlich dengan R² = 0,9958 dan konstanta adsorpsi (k) yang diperoleh untuk adsorpsi ion fosfatsebesar 0,4075, sedangkan nilai konstanta n adalah 0,6985. Persen Recovery pada sistem ini sangat tinggi, yaitu 96 %.

One method to reduce phosphate waste is to use selective adsorbent. Such adsorbents can be synthesized by the method of ion imprinted polymer. Modified chitosan was used to adsorb phosphate existing in waste like any aquatic environment. Chitosan succinate, phosphate, MBA (Methylene Bis Acrylamide) is used as a monomer, mold and crosslinking agent. Initially established modified chitosan and chitosan succinate added iron ions, Fe (III) to form complexes of Fe (III) chitosan succinate. Then the complex Fe (III) phosphate and chitosan succinate was added subsequently issued with KOH phosphate to form cavities for ion selective phosphate. Once the cavity is formed, the complex Fe (III) crosslinked chitosan succinate by using the MBA. Phosphate absorption by polymers that have been printed with phosphate higher when compared with non-printed polymer and chitosan. Furthermore ion imprinted polymer studied the adsorption performance in the SPE (Solid Phase Extractionsystem). Phosphate adsorption is achieved at optimum conditions with the concentration of 4.0 ppm with % adsorption 84.865%; pH 3.0 with % adsorption 84.865%; flow rate of 0.5 mL / min with % adsorption 85.936%; adsorbent mass of 0.2 grams with % adsorption 89.43%. Besides disruption of bicarbonate and sulfate ions did not significantly in the process of adsorption of phosphate ions, each of which reduction around 8% and 5%. Based on the experimental adsorbate-adsorbent interactions follow the pattern of Freund lich adsorption isotherm with R² = 0.9958 and adsorption constants (k) obtained for the adsorption of phosphate ions at 0.4075, while the value of the constant n is 0.6985. Percent Recovery on the system is very high, at 96%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S54255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gregor Jung, editor
"Fluorescent Proteins II highlights the physicochemical and biophysical aspects of fluorescent protein technology beyond imaging. It is tailored to meet the needs of physicists, chemists and biologists who are interested in the fundamental properties of fluorescent proteins, while also focussing on specific applications. The implementations described are cutting-edge studies and exemplify how the physical and chemical properties of fluorescent proteins can stimulate novel findings in life sciences."
Berlin: Springer, 2012
e20406120
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Marta Nurjaya
"Abu terbang hasil dari pembakaran batubara dapat digunakan sebagai prekursor geopolimer. Pengisi berupa serbuk alumina, serat asikular wolastonit, serat karbon dan serat kaca ditambahkan untuk menghasilkan komposit matrik geopolimer. Campuran prekursor dan aktivator dikarakterisasi dengan mesin uji viskositas dinamik Brookfield dan peralatan Vicat Needle. Sintesa geopolimersasi diamati dengan menggunakan XRD, FTIR dan pengamatan SEM, sedangkan pengujian mekanis menggunakan mesin uji tarik universal. Temperatur awal pembekuan dari campuran memberikan pengaruh besar terhadap kekuatan mekanis dari resin yang dihasilkan. Penambahan pengisi serat asikular wolastonit sebanyak 2,50 persen berat mampu meningkatkan kekuatan fleksural sebesar 13,52 persen dan penambahan pengisi alumina sebesar 7,50 persen mampu meningkatkan kekuatan tekan sebesar 26,62 persen. Setelah ekspos panas, komposit berpengisi serat kaca mampu menghasilkan kekuatan mekanis terbaik.

Fly ash from coal combustion can be used as a geopolymer precursor. Fillers such as alumina powder, acicullar wolastonit, carbon fibers and glass fibers are added to produce geopolymer matrix composites. The mixture of precursors and activators characterized by Brookfield dynamic viscosity tester and Vicat Needle apparatus. Geopolymerisation syntesa observed using XRD, FTIR and SEM, while the mechanical testing using a universal tensile testing machine. The initial temperature of the mixture gives a major influence on the mechanical strength of the resin produced. The addition of acicullar wollastonite fillers as much as 2.50 percent by weight can improve the flexural strength of 13.52 percent and the addition of 7.50 percent alumina can improve the compressive strength of 26.62 percent. Upon heat exposure, composite using glass fiber as filler able to produce the best mechanical strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
D2195
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Istiawan
"ABSTRAK
Pembuatan alat-alat rumah tangga dengan memakai bahan polipropilen dilakukan dengan menggunakan alat "injection molding" pada suhu tinggi. Akibatnya bahan polimer tersebut akan mengalami proses degradasi termal dan metoda pencegahan yang dilakukan adalah dengan menambahkan aditif heat stabilizer.
Apabila polimer mengalami degradasi termal, maka akan berpengaruh terhadap sifat mekanik yang dimilikinya. Untuk melihat hubungan tersebut, telah dilaksanakan penelitian dengan cara melakukan proses daur ulang bahan polimer dan melakukan pengujian perubahan sifat mekanik yang ditimbulkannya.
Pembuatan bijih polimer dilaksanakan dengan mencampurkan bahan polipropilen pluff dengan 2 jenis aditif heat stabilizer yang berbeda dan dengan menggunakan konsentrasi aditif yang bervariasi mulai dari 0.00 % ; 0.03 % ; 0.05 % ; 0.08 % dan 0,10 %. Metoda pembuatan adalah dengan mencampur secara keying dengan alat henscle mixer dan kemudian dilakukan proses ekstruksi untuk dibuat pelet polipropilen. Masing-masing pelet yang dihasilkan dipisahkan untuk di uji sifat mekanik, struktur dan konstanta degradasi. Sedangkan sisanya di daur ulang sampai 5 kali, dengan sampel ke satu, ke tiga dan ke lima di sampling untuk diuji sifat mekanik dan uji struktur. Uji struktur dilaksanakan dengan alat Fourier Transform Infra Red dan uji konstanta degradasi dengan Differential Scanning Calorimetry.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemakaian konsentrasi aditif heat stabilizer yang bertambah besar akan menurunkan harga konstanta degradasinya, sedangkan perubahan sifat mekanik yang meliputi tensile strength, elongasi, impact strength dan sifat optik whiteness index menunjukan, bahwa apabila polimer mempunyai harga konstanta degradasi yang lebih kecil, kemudian dilakukan proses daur ulang, maka perubahan sifat mekanik dan optis yang ditimbulkan akan berlangsung lebih lambat. Sedangkan proses daur ulang polimer polipropilen, akan menyebabkan perubahan struktur kimianya, hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya pita serapan gugus karbonil pada bilangan gelombang v 1716."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Indrianti
"Polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek warna opal dengan tujuan aplikasi coating. Metode yang digunakan untuk menghasilkan partikel polimer monodisperse adalah metode polimerisasi emulsi. Pada penelitian ini telah dilakukan polimerisasi emulsi core-shell secara bertahap terhadap dua monomer dengan perbedaan indeks refraksi yang cukup tinggi antara monomer keras metil metakrilat (MMA) dan monomer lunak etil akrilat (EA), melalui variasi pengikat silang glisidil metakrilat (GMA), variasi penambahan inisiator kedua dan suhu aging core-shell dengan tujuan mempelajari pengaruhnya terhadap persen konversi, ukuran dan distribusi ukuran partikel, serta viskositas pada polimerisasi core-shell metil metakrilat-etil akrilat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa core-shell metil metakrilat-etil akrilat belum mencapai ukuran 200-300nm, kondisi optimum yang diperoleh dalam penelitian ini adalah ukuran partikel sebesar 112,7 nm dengan distribusi ukuran partikel yang monodispers (PDI 0,088) dan persen konversi yang tinggi (93,52%) pada pembuatan polimer core-shell menggunakan teknik semikontinu dengan penambahan GMA sebelum pre-emulsi shell EA, penambahan inisiator kedua secara kontinu dan suhu aging core-shell 800C. Data spektrum IR dan suhu transisi gelas memperkuat bukti telah terjadi polimerisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30360
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stevens, Malcolm P.
New York: Oxford Univertity Press, 2009
541. 225 4 STE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Middleman, Stanley
New York: McGraw-Hill, 1977
668 MID f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse
merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek vvarna opal dengan
tujuan aplikasi coating. IVIetode yang digunakan untuk mengnasilkan partikel
polimer monodisperse adalan metode polimerisasi emu|si_ Pada penelitian
ini telan dilakukan polimerisasi emulsi oore-she// seoara bertanap ternadap
dua monomer dengan perbedaan indeks refraksi yang oukup tinggi antara
monomer Iunak butil akrilat (BA) dan monomer keras stirena (St), melalui
variasi konsentrasi surfaktan SLS, konsentrasi inisiator redoks H202-asam
askorbat dan variasi teknik seeding dan seeding semi kontinu pada polimer
core butil akrilat, serta variasi pengikat silang GMA dan variasi penambanan
inisiator redoks tanap kedua pada polimer oore-she// butil akrilat stirena,
dengan tujuan mempelajari pengarunnya ternadap ukuran dan distribusi
ukuran partikel pada polimerisasi oore-she// butil akrilat- stirena
Hasil pengukuran IR dan temperatur transisi gelas menunjukkan
banvva terbentuk kopolimer BA/GIVIA/St. Dari nasil TEM diperolen morfologi
partikel polimer dengan struktur core-she//, yang memiliki ukuran partikel
250 nm-500 nm dan masin bersifat po|icIisperse_ Polimer core butil akrilat
optimal dinasilkan dengan menggunakan konsentrasi surfaktan 30 CIVIC,
konsentrasi inisiator 1,5% melalui teknik seeding yang mengnasilkan persen
konversi 87,45%, ukuran partikel 104,65 nm, dan indeks polidispersitas
0,204_ Struktur polimer core-shell butil akrilat-stirena yang dihasilkan memiliki ukuran partikel antara 250 nm- 500 nm dengan persen konversi
88,55% dihasilkan menggunakan konsentrasi surfaktan 20 CMC dan
konsentrasi inisiator 0,8% melalui teknik seeding."
Universitas Indonesia, 2007
S30431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>