Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 255 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Poeze, Harry A.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011
324.2 POE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Poeze, Harry A.
"Pada tanggal 10 Agustus 1948 Moeso kembali ke Indonesia. Sejak tahun 1926, setelah pemberontakan komun is, ia menghilang ke Moskow dan mengabdikan dirinya pada Komintern - Komun is Internasional. Pada tahun 1936 sebagai agen rahasia ia tinggal selama enam bulan di Surabaya untuk membangun kembali Partai Komun is Indonesia (PK I). Kemudian ia bermukim di Uni Soviet dengan aktivitas utamanya sebagai penasihat untuk urusan Indonesia. Sesudah kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia II dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, PK I memperoleh posisi yang kuat di dalam Republik, tapi tetap mempertahankan eksistensinya yang setengah ilegal. Anggota-anggotanya menyebar masuk ke dalam berbagai macam partai. Amir Sjarifoeddin - anggota rahasia PK I - pernah menjadi perdana menteri, tapi pada Januari 1948 ia mengundurkan diri. Kabinet di bawah pimpinan Wakil Presiden Hatta tampil tanpa mengikutsertakan komun is. Sementara itu, Soviet mengubah haluan politiknya menjadi beroposisi keras terhadap Barat. Moeso mendapat restu dari Moskow untuk melakukan reorganisasi terhadap PK I."
Jakarta: yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2020
324.2 POE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
A. Notosoetardjo
Djakarta: Endang, Pemuda, Api Islam, 1966
959.803 AKH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Menurut Pigeaud 1970:156, naskah ini berasal dari koleksi aneka ragam catatan Muhammad Ali dari Madiun. Naskah terdiri dari dua pucuk surat (bahasa Belanda), bertarikh 1941, yang dialamatkan kepada Pigeaud (si alamat hanya disebutkan sebagai Zeergeleerde Heer tanpa menyebutkan nama) oleh M. Ali, membicarakan masalah memperoleh naskah, sejarah teks Tantu Panggelaran, dan makna beberapa kata. Kemudian terlampir sebuah daftar kata-kata lain, dengan makna dalam bahasa Belanda dan contoh pemakaiannya dalam bahasa Jawa; namun kata-kata tersebut tidak dikutip dari surat yang dilampirinya, dan hubungan dengan surat-surat lain kurang jelas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
BA.333-W 67
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Soewarsono
Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2000
920 Soe b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shiraishi, Takashi
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997
958.8022 SHI z
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soewarsono
Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 0
920 Soe b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Desak Made Oka Purnawati
Semarang : Intra Pustaka Utama , 2004
634.959 8 DES h (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Desak Made Oka Purnawati
Semarang : Intra Putra Utama, 2004
333.750 598 DES h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Soetanto
"Tahun 1948, tahun ketiga perjuangan mempertahankan kemerdekaan merupakan tahun yang paling berat bagi Republik Indonesia. Diterimanya persetujuan Renville oleh Republik Indonesia menimbulkan banyak kerugian baginya. Wilayah kedaulatan Republik Indonesia menjadi semakin sempit, pasukan-pasukan gerilya Indonesia yang belum dapat dikalahkan oleh Belanda harus dipindahkan dari "kantong-kantong" gerilyanya ke daerah Republik yang semakin sempit. Pengunduran pasukan bukan disebabkan karena telah dikalahkan secara militer di dalam medan pertempuran, tetapi disebabkan keputusan yang disepakati bersama di dalam meja perundingan. , suatu "negotiated retreat". Tetapi Belanda melakukan pelanggaran demi pelanggaran persetujuan Renville, menolak diadakannya pebliscite, menunda-menunda diadakannya perundingan lanjutan pasca Renville dan lain-lain. Renville menimbulkan hubungan Indonesia dan Belanda suatu suasana perdamaian yang semu, suatu "state of uneasy peace". Belanda tetap memelihara kekuatan militernya, tidak menguranginya setelah Renville. Jumlah kekuatan 120.000, tetap dipertahankannya, suatu kekuatan militer yang terbesar yang ditugaskan ke Indonesia di dalam sejarah Belanda. Kenyataan ini bagi Republik Indonesia merupakan indikasi bahwa Belanda sewaktu-waktu akan menggunakan kekuatan militernya untuk melakukan agresi militer, memaksakan kehendaknya apabila perundingan-perundingan pasca Renville tidak menghasilkan keputusan politik yang memuaskan baginya.
Mengalirnya para pengungsi di dalam jumlah besar dan pasukan Republik yang ber"hijrah"dari daerah-daerah yang diduduki Belanda kewilayah Republik, menimbulkan problema ekonomi dan sosial yang besar, kesulitan diperbesar dengan adanya blokade ekonomi yang ketat fihak Belanda.
Akibat diterimanya persetujuan Renville juga menimbulkan krisis parlementer. Perdana Menteri Amir Syarifudin meletakkan jabatannya, setelah kabinet "Sayap Kirinya" tidak mendapat dukungan dari Masyumi dan Partai Nasional Indonesia.
Presiden Soekarno menunjuk Wakil Perdana Menteri Mohamad Hatta sebagai formatur kabinet , dan berhasil membentuk kabinet baru pada tanggal 30 Januari 1948. Namun ketidak berhasilan Hatta untuk mengangkat seorang Menteri dari Sayap Kiri menimbulkan mala petaka yang cukup besar. Sayap Kiri menjadi kekuatan oposisi, kekuatan kanan dan tengah revolusi Indonesia di dalam kabinet Hatta melakukan konsolidasi kekuatannya. Sayap Kiri yang telah mengkonsolidasikan dirinya menjadi Front Demokrasi Rakyat, suatu kekuatan politik dan mempunyai sayap militer , melakukan oposisi yang semakin radikal. Pertentangan antara kekuatan kanan dan kiri semakin meningkat dibulan-bulan setelah perjanjian Renville dan berakhir dengan konflik bersenjata di Madiun."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T11237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>