Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3407 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dick van der Meij
"Most Javanese manuscript illustrations of narrative poems and (pseudo)-historical chronicles (babad) depict only one part of the natural world: animals. Animals are portrayed in relation to the characters in the text they illustrate. Some illustrated Javanese manuscripts are discussed below in relation to the way in which they illustrate the natural world: these are the fictive narrative poems Serat Selarasa, Serat Panji Jayakusuma, Serat Asmarasupi, Serat Jayalengkara Wulang, and Serat Damar Wulan, and the poetic (pseudo)-historical chronicle Babad Perang Demak. It appears from the illustrations in the manuscripts discussed that in the narrative poems the wayang style is preferred and they depict animals differently from the babad for which the wayang-style is not used and whose illustrations tend to be more “realistic”. The focus in the narrative poems discussed here is on serpents, crocodiles, and elephants, and in the babad on all the animals featured."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
909 UI-WACANA 23:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shakespeare, William, 1564-1616
New York: New American Library, 1968
821.3 SHA n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Narratology mostly concerns with the 'cutting-edge' narrative found in literary works on one end the formulatics folklores on the other. What is left in between is a huge span of gray area where popular fictions reside...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kroeber, Karl
Madison: The University of Wisconsin Press, 1966
821.709 KRO r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fischer, Hermann
"Hermann Fischer's lively and original study of romantic verse narrative traces in comprehensive detail the origins and development of this poetic form in the late eighteenth and early nineteenth centuries. It brings together the longer epic verse tales of Scott, Byron and Southey and the more lyrical forms of narrative poetry in the romantic period, thus presenting familiar poems such as Shelley' sAlastor and Keats' The Eve of St Agnes in the revealing but neglected context of the narrative genre and its history. Professor Fischer addresses the question of genre from a viewpoint that is both theoretical and historical, examining it in terms of form, structure and tone, and analysing its contemporary purpose and audience. Whilst looking at each of the major narrative poets in some detail, his study also proves illuminating in many areas of romantic literature, covering issues such as the role of the medieval revival and the decline of neo-classicism, the importance of popular sources such as the ballad and more literary influences such as the eighteenth-century heroic epic, and questions of changing taste and the reading public."
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1991
e20393614
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Anggraini Sadjito
"Dalam bagian dari sejarah Cina, terdapat sekelompok manusia yang mendapat sebutan sebagai warlord. Apa dan siapakah warlord itu ? Warlord adalah militer Cina yang mempunyai karakteristik khusus karena kekhususan mereka inilah, Warlord merupakan sesuatu kelompok yang menarik untuk dipelajari. Warlord adalah istilah yang diberikan oleh bangsa barat kepada militer Cina yang berkuasa di suatu daerah, mempunyai tentara pribadi, dan sering saling berperang. Istilah ini mulai diberikan kepada mereka pada tahun 1916, ketika pemimpin mereka yaito Yuan Shikai meninggal dunia. Dalam makalah ini penulis menggunakan istilah warlord dengan pertimbangan bahwa tidak ada istilah yang dapat menggantikan istilah ini baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Cina. Menurut Lucian Pye dalam bukunya yang ber judul Warlord Politic Conflict And coalition in the modernization of Republican China. Yang disebut Warlord yang disebut sebagai warlord dalam bahasa Cina adalah para Tujun atau gubenur militer propinsi. Tetapi James E. Sheridan dalam bukunya yang berjudul Chinese Warlord the Carrier of Feng Yuh-siang berpendapat bahwa Tujun memang merupakan pelaku utam adari warlord itu sendiri. Namun tidak semua warlord itu merupakan gubernur militer. Ada diantara mereka yang menjabat sebagai perdana menteri, presiden. Sedangkan istilah bahasa Indonesia yang tepat untuk warlord tidak ada. Dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia karya Hassan Shadily, istilah Warlord diterjemahkan sebagai panglima perang. Apabila penulis menggunakan istilah ini pun rasanya tidak tepat, karena seperti telah disebutkan diatas, tidak semua warlord adalah panglima. Karena alasan-alasan itulah maka penulis tetap menggunakan istilah warlord. Warlord mempunyai ciri khas, yaitu seorang warlord dapat berkuasa karena mempunyai tentara pribadi. Seorang warlord sebagai komandan, mempunyai kekuasaan yang besar, dan karena umumnya para tentara yang dimiliki oleh para warlord setia kepada atasannya, maka tentara yang dimiliki oleh para warlord sering disebut tentara pribadi. Seorang warlord harus mempunyai kepribadian yang kuat, keberanian, dan juga bakat untuk memimpin. Memang harus di akui timbulnya warlord saat itu banyak dipengaruhi situasi Negara Cina yang kacau sesudah revolusi 1911. Hal yang sangat dianggap penting oleh para warlordadalah bagaimana mempertahankan dan memperluas kekuasaan. Karena itu, seoranq warlord harus mempunyai tentara yang jumlahnya cukup besar, untuk mencapai hal ini, seorang warlord biasanya merekrut calon-calon dari daerah mereka tinggal karena situasi yang buruk pada saat itu, maka tidak sedikit penduduk yang memilih hidup sebagai tentara. Selain itu, seorang warlord juga sering memasukkan musuh-musuhnya yang kalah perang ke dalam bala tentaranya sendiri. Hal lainnya yang dianggap penting ialah hak berkuasa atas suatu daerah. Hal ini disebabkan karena untuk dapat mendirikan suatu basis mi l i ter, maka warlord tersebut harus berkuasa di daerah tersebut. Seorang warlord yang berkuasa dapat menarik pajak di daerah yang di kuasainya. Hal ini di lakukannya selain untuk kekayaan pribadi, untuk dana membiayai tentara-tentaranya, dan juga untuk biaya amunisi. Jadi dapat disebut kekuasaan seoranq warlord bergantung dari dua hal yaitu tentara dan daerah. Atau dengan kata lain seorang warlord membutuhkan tentara untuk mempertahankan kekuasaannya sehingga ia dapat membiayai tentaranya. Seorang warlord umumnya berambisi, namun tidak semua warlord mementingkan ambisi pribadi, ada juga warlord yang memperhatikan kepentingan nasional. Tetapi ada juga warlord yang bertingkah seperti bandit, mereka merampok penduduk. Pernah pula disebutkan, seorang warlord adalah seorang kepala bandit yang telah memahami pengetahuan kemiliteran dan dapat berkuasa di suatu daerah. Penulis tertarik untuk membahas para warlord karena mereka merupakan kelompok yang mempunyai ciri-ciri khas yang menunjang kekuasaan mereka. Misalnya, dari kelompok militer Beiyang telah lahir beberapa pemimpin negara Republik Cina. Kelompok ini sering dianggap sebagai kelompok perusak persatuan negara dan sewenang-wenang terhadap rakyat. Namun apapun alasannya, kelompok ini mempunyai peran yang tidak sedikit pada awal berdirinya Republik Cina. Chi Hsi-seng dalam bukunya yang berjudul Warlord Politics in China 1916-1928 berpendapat: seorang militer terhormat, biasanya tidak juga di sebut warlord, karena istilah ini umumnya mengacu pada militeris yang bersifat buruk. Namun, dalam makalah ini penulis akan tetap memperlihatkan istilah warlord sesuai dengan periode yang di bahas, tanpa menunjuk apakah ia militer yang bersifat baik atau buruk. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan gambaran proses kebangkitan dan pembentukkan kelompok warlord Cina, bagaimana mereka membangun militerisme di Cina, sampai mereka dapat berkuasa. Hal ini merupakan hal penting karena periode warlord merupakan periode transisi dari jatuhnya monarkhi dinasti Qing sampai timbulnya golongan komunis."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantular, Mpu, active 14th century
Leiden: Indonesian Lingustics Development Project (ILDEP) bekerjasama dengan Legatum Warnerium in the Library of Leiden University, 1994
899.222 TAN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Artikel ini membahas tentang kehidupan sosial dan politik nasional di Inggris pada abad pertengahan yang digambarkan dalam karya terbesar Geoffrey Chaucer, "Prologue to Cantgerbury Tales". Chaucer yang juga dikenal sebagai hapak puisi Inggris menggambarkan secara detail berbagai aspek sosial, budaya dan politik nasional pada masanya. Gambaran kehidupan masyarakat pada masa itu diramu dengan balk oleh Chaucer melalui presentasi tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam karyanya tersebut sehingga dengan membaca artikel ini pembaca akan mendapat gambaran yang balk dan jelas tentang kehidupan dan situasi sebenarnya pads masa itu."
410 JLS 4:2 (2004)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Vandhya Bachtiar
"Dalam mengalami ruang, manusia bergerak secara spontan dan selama pergerakannya ini akan ada kondisi berhenti sejenak yang disebut sebagai pause moment. Pause moment merupakan sebuah konsekuensi dari proses datang dan pergi manusia di dalam ruang yang terjadi karena kehadiran objek. Karena pergerakan ini, narasi yang ingin disampaikan di sebuah ruang tidak sama dengan yang dipersepsikan oleh manusia. Sementara, penyamaan pemahaman ini diperlukan untuk menegaskan makna kehadiran ruang. Skripsi ini selanjutnya akan membahas kehadiran pause moment dalam membentuk narasi dari berbagai ruang dengan melihat peran tubuh manusia dan objek di dalam ruang. Hal ini bertujuan untuk melihat relasi antara objek dan pause moment dalam membentuk narasi ruang. Sehingga, penyusunan objek untuk menciptakan pause moment di dalam ruang dapat terlihat. Studi kasus yang dilakukan melihat bagaimana tiap pause moment ini tersusun di dalam ruang pamer yang menempatkan posisi manusia sebagai traveler.

In experiencing space, human moves spontaneously where during this movement there will be a condition where human stops for a while which it referred as pause moment. A pause moment is a consequence of human arriving and leaving process which caused by the existence of objects. This spontaneous movement caused the narration to be conveyed in space is not the same as what human perceived. While this perception should be equal in order to understands the meaning of the presence of space. Furthermore, this thesis will discuss about the presence of pause moment in forming a narratives of various spaces by looking at the role of human body and object in space. The aim is to see a relation between object and pause moment in forming a narrative space. Thus, the arrangement of objects to create pause moments in space can be seen. Case studies conducted to investigate at how each pause moment is arranged in a exhibition space with human as a traveler.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>