Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163042 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imam Syafi'i
"Bawang dayak mengandung naphtoquinon sedangkan herba ceplukan mengandung quersetin dan physalin yang memiliki efek antihipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas antihipertensi kombinasi ekstrak bawang dayak dan herba ceplukan. Deksametason 0,02mg dan larutan NaCl 2,5% digunakan sebagai penginduksi hipertensi. Kelompok normal: akuades, kontrol negatif: CMC-Na 1%, kontrol positif: kaptopril 0,45mg, ekstrak bawang dayak 121,5mg, ekstrak herba ceplukan 232,5mg, dosis kombinasi 1 (BD 40.5mg + HC 77,5mg), dosis kombinasi 2 (BD 81mg + HC 155mg), dan  dosis kombinasi 3 (BD 121,5 mg + HC 232,5mg). Tekanan darah dan berat badan diukur setiap minggu selama 49 hari. Hasil uji antihipertensi menunjukan bahwa, dosis kombinasi 1, 2, dan 3 efektif menurunkan hipertensi dengan p<0,05 dibandingkan dengan tekanan darah pada hari 28. Dosis kombinasi 1 menurunkan tekanan sistolik 32 mmHg (27%), diastolik 29 mmHg (37%), dan MAP 30 mmHg (33%). Dosis kombinasi 1 sudah  cukup untuk menurunkan tekanan darah, kadar angiotensin 2, malondialdehid, VEGF, dan kaveolin-1 dalam plasma serta mengurangi penebalan dinding aorta. 

Dayak onions contain naphtoquinone while herba ceplukan  contain quercetin and physalin which have antihypertensive effects. This study aimed to test the antihypertensive effectiveness of a combination of dayak onion extract and herba ceplukan. Dexamethasone 0.02mg and 2.5% NaCl solution are used as inducers of hypertension. Normal group: aquades, negative control: CMC-Na 1%, positive control: captopril 0.45mg, dayak onion extract 121.5 mg, herba ceplukan  extract 232.5 mg, combination dose 1 (BD 40.5mg + HC 77.5mg), combination dose 2 (BD 81 mg + HC 155 mg), and combination dose 3 (BD 121.5 mg + HC 232.5mg). Blood pressure and weight were measured weekly for 49 days. The results of the antihypertensive test showed that the combined dose of 1, 2, and 3 was effective in reducing hypertension by p<0.05 compared to blood pressure on day 28. The combination dose 1 lowered systolic pressure by 32 mmHg (27%), diastolic by 29 mmHg (37%), and MAP by 30 mmHg (33%). A combination dose of 1 is sufficient to lower blood pressure, levels of angiotensin 2, malondialdehyde, VEGF, and kaveolin-1 in plasma and reduce thickening of the aortic wall. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranum Wanudya Yunas
"Hipertensi memiliki berbagai pilihan pengobatan karena kompleksitas patofisiologinya, termasuk intervensi terhadap inflamasi, sehingga bahan alami yang menargetkan berbagai mekanisme dapat dipertimbangkan. Ekstrak rosella dapat menurunkan tekanan darah dengan menghambat ACE, sementara penambahan ekstrak jahe merah diharapkan dapat mendukung pengobatan hipertensi melalui intervensi inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antihipertensi kombinasi ekstrak rosella dan jahe merah pada tikus model hipertensi yang diinduksi DOCA-salt. Studi dilakukan terhadap enam kelompok tikus (n=5) yang terdiri dari satu kelompok normal dan lima kelompok tikus model hipertensi. Tikus model hipertensi diinduksi dengan pemberian 30 mg/kgBB DOCA secara subkutan dan NaCl 2% sebagai pengganti air minum selama tiga minggu. Kelompok tikus model terdiri dari kontrol negatif (CMC 0,5%), kontrol positif (4,5 mg/200 g BB kaptopril), dan 3 kelompok dosis kombinasi ekstrak rosella-jahe merah (50:3,5 mg/300gBB; 100:7 mg/300gBB; dan 200:14 mg/300gBB). Pemberian sediaan uji dilakukan secara peroral selama dua minggu kemudian diukur tekanan darah, level biomarker RAAS dan mediator inflamasi. Hasil uji antihipertensi menunjukkan kombinasi ekstrak rosella-jahe merah yang mengandung sianidin-3-sambubiosida dan 6-gingerol memiliki aktivitas antihipertensi karena mempengaruhi tekanan darah sistolik-diastolik secara signifikan pada ketiga dosis uji; level renin secara signifikan pada dosis 50:3,5mg /300grBB dan 200:14mg/300grBB; aktivitas ACE secara signifikan pada ketiga dosis, dan level angiotensin II secara signifikan pada dosis 100:7mg/300grBB dan dosis 200:14mg/300grBB serta terhadap level IL-17A secara signifikan pada dosis 100:7mg/300grBB dan 200:14mg/300grBB. Dosis optimalnya adalah 100:7mg/300gBB, dengan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik tikus model hipertensi secara berturut-turut sebesar ± 45 mmHg (27,6%) sistolik dan ± 39 mmHg (33,2%).

Hypertension offers diverse treatment options due to its complex pathophysiology, including interventions targeting inflammation, thus natural substances that target multiple mechanisms worth considering. Roselle extract reduces blood pressure by inhibiting ACE, while the addition of red ginger extract is anticipated to support hypertension treatment through inflammation intervention. This research aims to evaluate the antihypertensive activity of combination extracts of rosella-red ginger in DOCA-salt-induced hypertension model rats. This study was conducted on six groups of rats (n=5), comprising one normal group and five groups of hypertension model rats. The hypertension was induced in rat models by subcutaneous administration of 30mg/kgBW of DOCA and 2% NaCl as substitute for drinking water for three weeks. The model rat groups were comprised of negative control (0.5%CMC), positive control (4.5mg/200gBW captopril), and three doses groups of roselle-red ginger extract (50:3.5mg/300gBW; 100:7mg/300gBW; and 200:14mg/300gBW). The test preparations were given by oral gavage over two weeks then blood pressure, RAAS biomarker levels, and inflammation mediator were measured. The anti-hypertensive test results indicated combination of roselle-red ginger extract containing cyanidin-3-sambubioside and 6-gingerol has antihypertensive activity as it affects systolic-diastolic blood pressure significantly at all test doses; renin level significantly at doses 50:3.5mg/300grBW and 200:14mg/300grBW; ACE activity significantly at all doses, and angiotensin II level significantly at doses 100:7mg/300grBW and 200:14mg/300grBW and IL-17A level significantly at doses 100:7mg/300grBW and 200:14mg/300grBW. The optimal dose was 100:7mg/300gBW, resulting in reductions of approximately ±45 mmHg (27.6%) in systolic and ±39 mmHg (33.2%) in diastolic blood pressure in the hypertensive rat model."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renita Dewi, supervisor
"Osteoporosis yang paling umum terjadi adalah kehilangan massa tulang karena defisiensi hormon estrogen pada saat menopause. Kondisi hipoestrogen menyebabkan peningkatan aktivitas osteoklas sehingga massa tulang berkurang yang menandakan terjadinya penurunan deposit kalsium tulang. Kondisi hipoestrogen dapat meningkatkan perlemakan sumsum tulang sehingga pembentukan tulang dapat terganggu. Ekstrak buah kacang panjang dan umbi bawang dayak terbukti memiliki efek terhadap tulang, karena potensi kandungan senyawa daidzein dan eleuterinol yang dapat berikatan secara selektif dengan reseptor estrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian kombinasi ekstrak etanol 70 umbi bawang dayak Eleutherine bulbosa Mill. Urb. dan buah kacang panjang Vigna unguiculata L. Walp. terhadap kadar kalsium tulang tibia, berat tulang tibia, dan nilai skoring perlemakan sumsum tulang tibia tikus hipoestrogen yang dibandingkan dengan pemberian ekstrak buah kacang panjang tunggal. Penelitian ini menggunakan 32 tikus putih betina Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok. Kelompok sham diberikan larutan CMC 0,5, kelompok negatif diberikan larutan CMC 0,5, kelompok positif diberikan raloksifen dosis 1,08 mg/200 g BB, kelompok kacang panjang diberikan ekstrak kacang panjang dosis 100 mg/200 g BB, kelompok dosis diberikan kombinasi ekstrak etanol 70 umbi bawang dayak dan buah kacang panjang dengan variasi dosis berturut-turut 36 mg/200 g; 100 mg/200 g BB, 18 mg/200 g; 100 mg/200 g BB, 9 mg/200 g; 100 mg/200 g BB, dan 4,5 mg/200 g; 100 mg/200 g BB. Ovariektomi dilakukan pada semua kelompok kecuali kelompok sham untuk memperoleh kondisi hipoestrogen. Setelah empat minggu operasi, tikus diberi ekstrak secara peroral setiap hari selama 28 hari. Penetapan kadar kalsium tulang tibia, berat tulang tibia, dan nilai skoring perlemakan sumsum tulang tibia dilakukan pada hari ke-29. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak umbi bawang dayak dan buah kacang panjang dapat meningkatkan secara signifikan kadar kalsium tulang dan berat tulang tibia, serta dapat menurunkan nilai skoring perlemakan sumsum tulang tibia lebih besar dibandingkan dengan ekstrak kacang panjang tunggal.

The most common of osteoporosis is bone loss due to estrogen hormone deficiency at menopause. Hypoestrogen conditions cause increasing osteoclast activity resulting in bone loss that indicated low level of bone calcium. Hypoestrogen conditions could increase the bone marrow fat resulting in impaired bone formation. Cowpea and dayak onion bulbs extracts are proven have effect on bone, cause the content of daidzein and eleutherinol has been known that have affinity to bind with estrogen receptor selectively. This study aimed to determined the effects of dayak onion bulbs and cowpea extract combination on the level of tibia bone calcium, tibia bone weight, and the scoring of tibia bone marrow fat in the hypoestrogen rats compared with single dose of cowpea extract. This study used 32 female white Sprague Dawley rats were divided into 8 groups. The sham group was given CMC 0,5, negative group was given CMC 0,5, positive group was given raloxifene 1,08 mg 200 g BW, long bean group was given long bean extract 100 mg 200 BW. The dose variation was given 70 ethanolic extract combination of dayak onion bulbs and long bean with four doses variation 36 mg 200 g 100 mg 200 g BW, 18 mg 200 g 100 mg 200 g BW, 9 mg 200 g 100 mg 200 g BW, and 4,5 mg 200 g 100 mg 200 g BW. Ovariectomy was performed on all groups except the sham to obtain the condition of hypoestrogen. Four weeks after the surgery, the rats were treated with an oral administration of extract daily for 28 days. Determination of the levels of tibia bone calcium, tibia bone weight, and the scoring of tibia bone marrow fat counted on day 29. The result showed that dayak onion bulbs and long bean extract combination was able to increase the level of tibia bone calcium and tibia bone weight significantly, and reduced the scoring of tibia bone marrow fat higher than single dose of cowpea extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maily
"Latar Belakang: Prevalensi hipertensi yang terkait dengan kelainan metabolik semakin meningkat. Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat keterkaitan antara inflamasi yang melibatkan TNF-α sebagai sitokin pro-inflamasi dengan hipertensi dan sindrom metabolik melalui stimulasi angiotensinogen. Penggunaan bahan yang berasal dari alam telah banyak diteliti sebagai alternatif obat hipertensi yang ada saat ini, Salah satunya adalah mangiferin (Mangifera indica Linn.) yang telah diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek mangiferin terhadap tekanan darah dan perubahan morfologi miokardium serta ekspresi mRNA dan kadar TNF-α di jantung, pada tikus yang diinduksi dengan diit tinggi fruktosa.
Metode: Tikus jantan galur Sprague-Dawley, dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok normal yang hanya diberi diit standar dan kelompok yang diberi diit standar disertai diit tinggi fruktosa. Induksi diit tinggi fruktosa dilakukan selama 6 minggu, dengan pemberian secara oral 60% fruktosa, dua kali sehari dengan dosis 1 mL per pemberian dan 10% fruktosa dalam air minum ad libitum. Kelompok diit tinggi fruktosa selanjutnya dibagi dalam 4 kelompok dengan pemberian terapi per oral selama 4 minggu sebagai berikut: kelompok pertama, sebagai kontrol negatif diberi carboxymethylcellulose 0,5% 1mL/hari; kelompok kedua diberi terapi mangiferin dosis 50 mg/kgBB/hari; kelompok ketiga diberi terapi mangiferin dosis 100 mg/kgBB/hari; dan kelompok keempat, sebagai kontrol positif diberi candersartan 10 mg/kg BB/hari. Pengukuran tekanan darah dilakukan setelah 6 minggu masa induksi dan setelah 4 minggu masa terapi. Pengukuran kadar trigliserida darah dilakukan sebelum masa induksi, setelah 6 minggu masa induksi dan setelah 4 minggu masa terapi. Pada akhir masa studi, hewan didekapitasi dan organ jantung diambil sebagian untuk pemeriksaan histopatologi dan sebagian sisanya untuk pemeriksaan ekspresi mRNA dan kadar TNF-α. Analisis kadar trigliserida dilakukan pada sampel darah.
Hasil: Pemberian mangiferin dosis 50 dan 100 mg/kgBB/hari secara bermakna dapat menurunkan kadar trigliserida, tekanan darah, ekspresi mRNA TNF-α dan cenderung menurunkan kadar TNF-α pada jantung tikus, dibandingkan kelompok kontrol. Pemberian kedua dosis mangiferin secara bermakna juga dapat memperbaiki morfologi miokardium dengan menurunkan respon hipertrofi, dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kesimpulan: Mangiferin mempunyai potensi untuk mengatasi hipertensi terkait kelainan metabolik melalui hambatannya terhadap TNF-α yang teraktivasi akibat diit tinggi fruktosa.

Background: Prevalence of hypertension in metabolic disorder increased. Previous study showed that there were a significant correlation between inflammation that involved TNF-α as pro-inflammation cytokine with hypertension and metabolic syndrome through stimulating angiotensinogen production. Many researches have been conducted on plant-based ingredients as alternative to the current hypertension medicines, such as mangiferin (Mangifera indica Linn.) which is well-known to have antiinflammation property. The aims of the present study is to evaluate the effect of mangiferin on blood pressure, the changes in morphology of myocardium, mRNA expression and level of TNF-α in heart tissue of rat with high fructose diet.
Methods: Male Sprague-Dawley rats, divided in 2 groups, i.e., normal group fed with standard diet only and fructose group fed both standard and high-fructose diet. In the duration of 6 weeks, 60% fructose were given by direct oral ingestion, 1 mL twice a day and 10% fructose in drinking water ad libitum. The fructose group then divided further into 4 groups with different 4-week orally treatment. They were given: carboxymethylcellulose 0,5% 1mL/day, mangiferin at the dose of 50 mg/kgBW/day, mangiferin at the dose of 100 mg/kgBW/day, and candersartan at the dose of 10 mg/kg BW/day as positive control, respectively. The blood pressure was measured at the end of 6-week fructoce-induced and at the end of 4-week treatment. At the end of the study, all animals were decapitated. Half of the heart were taken for the histopathological assessment, and the remaining was for mRNA expression and level of TNF-α. The analysis of trigliseride level was conducted on blood samples.
Result: The administration of mangiferin decreased the trigliseride level, the blood pressure, the expression of mRNA TNF-α and tends to decrease the level of TNF-α. It also improved the histology changes caused by high fructose diet.
Conclusion: Mangiferin has a potency as antihypertension in high fructose rats at least in part related to its antiinflammation effect."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aliyah
"Masalah ketidakpatuhan dalam pengobatan sering dijumpai pada penyakit yang memerlukan penanganan jangka panjang, seperti hipertensi. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan hipertensi sering kali menjadi penyebab utama berbagai kecacatan. Alasan utama yang mendasari ketidakpatuhan minum obat pada pasien hipertensi tersebut ialah kurangnya pengetahuan pasien akan pentingnya minum obat hipertensi secara teratur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi penderita hipertensi di Puskesmas Boom baru Kota Palembang berdasarkan teori Lawrence Green. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 102 sampel. Jumlah sampel dihitung dengan rumus Lemeshow dan sampel diambil secara purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan 74 responden (72,5%) patuh dalam minum obat antihipertensi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi meliputi pengetahuan, sikap, motivasi diri, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi, adalah pengetahuan dengan nilai OR = 8,040 (95% CI: 2,151 - 30,050). Perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan, sikap, motivasi dengan menyediakan media informasi melalui media sosial seperti membuat grup whatsapp sebagai media komunikasi secara daring antara penderita hipertensi dan tenaga kesehatan di Puskesmas Boom baru dan sebagai media penyebaran informasi sebagai upaya peningkatan pengetahuan. Edukasi diperlukan dengan menitikberatkan pada pengetahuan mengenai hipertensi dan tatalaksananya. Juga perlu dilakukan langkah pendekatan dengan keluarga sebagai upaya untuk menjalin kerjasama antara tenaga kesehatan dan keluarga dalam memberikan dukungan bagi penderita hipertensi.

The problem of non-adherence medication is often encountered in diseases that require long-term management, such as hypertension. Non-adherence among hypertension medication is often become as main cause of various disabilities. The main reason underlying of the non-adherence medication among hypertension patients are the lack of patients knowledges of the importance of taking hypertension medication regularly. This study aims to determine the factors associated with adherence to taking antihypertension medication among hypertension patients who regularly seek treatment at the Boom Baru Public Health Centre, Palembang City based on Lawrence Green's theory. This study used a cross sectional design with 102 samples. The number of samples was calculated using the Lemeshow and the samples were taken by purposive sampling according to the inclusion and exclusion criterias. Datas were collected by interview using a questionnaire which was analysed univariately, bivariately and multivariately. The results showed that 74 respondents (72.5%) were compliant in taking antihypertension medication. Factors associated with adherence on taking antihypertension medication includes knowledge, attitude, self-motivation, family support and health worker support. The most dominant factor associated with adherence to taking antihypertension drug is knowledge with OR = 8,040 (95% CI: 2,151 - 30,050). Efforts need to be made to improve knowledge, attitudes, motivation by providing information media through social media such as creating a WhatsApp group as an online communication medium between hypertension patients and health workers at Puskesmas Boom Baru and as a medium for disseminating information as an effort to increase knowledge. Education is needed with an emphasis on knowledge about hypertension and its management. It is also necessary to take steps to approach families as an effort to establish cooperation between health workers and families in providing support for people with hypertension"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aggil Zulian
"Melinjo (Gnetum gnemon L.) mengandung senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu senyawa bioaktif pada melinjo adalah senyawa flavonoid golongan antosianin dan flavonol yang dapat berfungsi sebagai antihiperglikemia dan antihiperurisemia. Dalam penelitian ini akan dikaji kondisi operasi terbaik berdasarkan waktu dan konsentrasi pelarut. Ekstraksi dilakukan dengan metode dekoksi karena biaya yang relatif rendah, cocok untuk bahan alam dengan serat yang keras dan kuat, serta mudah dioperasikan. Pada proses ekstraksi, dilakukan penelitian dengan variasi waktu dan konsentrasi pelarut agar didapatkan kandungan total flavonoid tertinggi dengan standar kuersetin dari flavonoid kelompok flavonol. Kandungan flavonoid tertinggi diperoleh melalui ekstraksi selama 105 menit berpelarut etanol 80% sebesar 0,944 mg QE/mL. Pengujian LCMS terhadap ekstrak dari kondisi operasi terbaik menunjukkan adanya flavonoid jenis kaempferol-3-rhamnoside, quercitrin, dan quercetin 3,7 -dirhamnoside pada ekstrak. Kemampuan ekstrak sebagai antihiperglikemia dan antihiperurisemia diuji dengan metode in vitro dengan mengamati nilai inhibisi ekstrak terhadap enzim α-amilase untuk antihiperurisemia dan enzim xantin oksidase untuk antihiperurisemia. Berdasarkan pengujian in vitro antihiperglikemia dan antihiperurisemia, didapatkan  nilai inhibitory 50% (IC50) ekstrak terhadap enzim α-amilase sebesar 68,28 μg/mL dan enzim xantin oksidase sebesar 93,73 μg/mL. Nilai IC50 ekstrak terhadap enzim α-amilase dan xantin oksidase lebih lemah dibandingkan obat kimia sintetis Acarbose dengan IC50 65,37 μg/ml dan Allopurinol dengan IC50 6.75 μg/ml.

Melinjo (Gnetum gnemon L.) contains bioactive compounds that are beneficial for health. One of the bioactive compounds in melinjo is the flavonoid group, including anthocyanins and flavonols, which can function as anti-hyperglycemic and anti-hyperuricemic agents. This study aims to investigate the optimal operating conditions based on time and solvent concentration for extraction. The decoction method was employed for extraction due to its relatively low cost, suitability for natural materials with tough and strong fibers, and ease of operation. The extraction process involved variations in extraction time and solvent concentration to obtain the highest total flavonoid content with quercetin as the standard, which is a flavonol compound. The highest flavonoid content was obtained through extraction for 105 minutes using 80% ethanol as the solvent, with a value of 0.944 mg QE/mL. LCMS analysis of the extract obtained from the optimal operating conditions revealed the presence of kaempferol-3-rhamnoside, quercitrin, and quercetin 3, 7 - dirhamnoside flavonoids. The extract's ability as an anti-hyperglycemic and anti-hyperuricemic agent was evaluated through in vitro testing by observing the inhibitory values of the extract against α-amylase enzyme for anti-hyperglycemia and xanthine oxidase enzyme for anti-hyperuricemia. Based on the in vitro testing, the extract exhibited an inhibitory concentration of 50% (IC50) of 68.28 μg/mL against α-amylase enzyme and 93.73 μg/mL against xanthine oxidase enzyme. Nilai IC50 ekstrak terhadap enzim α-amilase dan xantin oksidase lebih lemah dibandingkan obat kimia sintetis Acarbose dengan IC50 65,37 μg/ml dan Allopurinol dengan IC50 6.75 μg/ml."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentio Daniel Caesar Perdana Putra
"Hipertensi adalah penyakit dengan prevalensi yang tinggi, terutama pada kelompok lanjut usia. Obat golongan calcium channel blocker (CCB) kelompok dihidropiridin merupakan salah satu obat lini pertama dalam pengobatan hipertensi yang telah terbukti baik dari sisi efikasi dan keamanannya. Namun, efek samping yang dihasilkan adalah refleks takiaritmia sehingga dikembangkan CCB dihidropiridin generasi keempat seperti cilnidipine bertujuan untuk mengurangi efek samping ini dengan mekanisme kerja pada dua lokasi, yaitu menghambat kanal kalsium tipe L dan tipe N sehingga dapat dirancang analog-analog senyawa baru berdasarkan cilnidipine. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh prediksi potensi dari beberapa senyawa yang dirancang berdasarkan analog dari cilnidipine dan memperoleh salah satunya, yaitu senyawa dibenzil 4-(3-klorofenil)-2,6-dimetil-1,4-dihidropiridin-3,5-dikarboksilat melalui proses sintesis serta hasil uji karaterisasi. Penelitian ini diawali dengan penambatan molekuler senyawa target terhadap makromolekul tipe-L (6JP5) dan tipe-N (7VFW) dengan hasil energi bebas ikatan (ΔG) dan konstanta inhibisi (Ki) yang lebih baik dibandingkan cilnidipine pada kedua makromolekul. Senyawa target kemudian disintesis menggunakan microwave dalam pelarut etanol. Hasil sintesis dimurnikan menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif dan diperoleh rendemen sebesar 1,02%. Elusidasi struktur dilakukan terhadap senyawa target dan diperoleh senyawa target dengan nama IUPAC dibenzil 4-(3-klorofenil)-2,6-dimetil-1,4-dihidropiridin-3,5-dikarboksilat yang telah dikonfirmasi dengan spektroskopi IR, 1H-NMR,13C-NMR, dan LC–MS/MS.

Hypertension is a disease with a high prevalence, especially in the elderly. The dihydropyridine group of calcium channel blocker (CCB) is one of the first-line drugs in the treatment of hypertension which has been proven in terms of efficacy and safety. However, the resulting side effect is tachyarrhythmia reflex, so the fourth generation of dihydropyridine CCBs such as cilnidipine was developed. The aim is to reduce this side effect by acting at two locations, by inhibiting type L and type N calcium channels so that new analogue compounds based on cilnidipine can be designed. This study aims to obtain potential predictions of several compounds designed based on analogues of cilnidipine and to obtain one of them, namely dibenzyl 4-(3-chlorophenyl)-2,6-dimethyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarboxylate through synthesis process and characterization. This research was initiated by molecular docking of target compound to macromolecules of type-L (6JP5) and type-N (7VFW) with better bond free energy (ΔG) and inhibition constant (Ki) results than cilnidipine in both macromolecules. The target compound was then synthesized using a microwave in ethanol solvent. The synthesis results were purified using preparative thin layer chromatography with a yield of 1.02%. Structural elucidation was carried out on the target compound and the target compound with IUPAC name dibenzyl 4-(3-chlorophenyl)-2,6-dimethyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarboxylate was obtained which was confirmed by IR spectroscopy, 1H-NMR, 13C-NMR, and LC–MS/MS."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delvika Yessi Chumala
"Kandungan eleutherinol, suatu senyawa derivat naftokuinon dalam umbi bawang dayak Eleutherine bulbosa Mill. Urb. telah diketahui dapat berikatan dengan reseptor estrogen alfa Er?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan tekanan darah dan penurunan kadar lipid plasma berdasarkan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL dari ekstrak etanol 70 umbi bawang dayak pada tikus hipoestrogen. Dalam penelitian, 30 ekor tikus betina diovariektomi dan 6 ekor tikus betina dilakukan pembedahan tanpa ovariektomi. Tikus-tikus tersebut kemudian dibagi dalam 6 kelompok. Kelompok 1 adalah kelompok sham, kelompok 2 adalah kontrol negatif yang mendapatkan CMC 0,5, kelompok 3 adalah kontrol positif mendapatkan Tamoksifen dengan dosis 0,36 mg/200 g BB tikus, kelompok 4, 5, dan 6 adalah kelompok yang mendapatkan ekstrak etanol 70 umbi bawang dayak dengan dosis berturut-turut 8; 12; dan 18 mg/200 g BB tikus yang disuspensikan dalam CMC 0,5. Pemberian perlakuan dimulai pada hari ke-36 pascaovariektomi selama 21 hari. Pengukuran tekanan darah tikus menggunakan alat non invasif CODA dilakukan selama enam kali, yaitu pada minggu kedua, ketiga, dan keempat pascaovariektomi, dan minggu pertama, kedua, dan ketiga setelah pemberian perlakuan ekstrak umbi bawang dayak. Pada akhir perlakuan darah diambil dan dicek profil lipid menggunakan kit kolesterol, trigliserida, dan HDL, serta tikus dikorbankan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70 umbi bawang dayak menurunkan tekanan darah sistolik p < 0,05 dan diastolik p < 0,05, serta menurunkan kadar lipid plasma p < 0,05 pada tikus hipoestrogen.

The content of eleutherinol, a naphthoquinone derivative, in dayak onion bulbs Eleutherine bulbosa Mill. Urb. has been known that have affinity to bind with estrogen alpha receptors Er. This study aimed to determained the decreasing effect in blood pressure and plasma lipid level based on the level of total cholesterol, trygliceride, HDL, and LDL of 70 ethanolic extract of dayak onion bulbs in hypoestrogen model rats. In this study, ovariectomy conducted on 30 female rats and surgery without ovariectomy on 6 others female rats. These rats were divided into 6 groups. Group 1 is sham group, group 2 as negative control group which received 0.5 CMC, group 3 as positive control group received a dose of tamoxifen of 0.36 mg 200 g BW of rats, group 3, 4, and 5 are groups who received 70 ethanolic extracts of dayak onion bulbs suspended in 0.5 CMC with successive doses 8 mg 12 mg and 18 mg 200 g BW of rats. Provison of the treatment started at day 36 after ovariectomy and given treatment for 21 days. Rat blood pressure was measured with a non invasive tool CODA on the second, third, and fourth weeks pascaovariectomy, and the first, second, and third weeks after administration of dayak onion treatment. After treatment, the blood were collected for serum lipid level measurement with cholesterol kit, triglycerides kit, and HDL kit, then the rats were sacrificed. The result showed that administration of 70 ethanolic extracts of dayak onion bulbs can decrease systolic and diastolic blood pressure level p 0,05 and lipid profile serum p 0,05 on hypoestrogen rats.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ligar Galarliyasa
"Latar belakang: Penderita hipertensi yang rutin mengonsumsi obat antihipertensi memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami karies gigi. Kapasitas buffer menjadi salah satu faktor protektif utama gigi terhadap karies gigi karena kapasitas buffer yang ada di dalam saliva berfungsi sebagai penetralisir pH dalam rongga mulut. Mengonsumsi obat antihipertensi dapat menimbulkan efek samping berupa pengurangan sekresi saliva (serostomia). Kapasitas buffer saliva berhubungan erat dengan laju aliran saliva pada rongga mulut. Ketika laju aliran saliva pada individu menurun, maka kapasitas buffer pada juga akan menurun. Tujuan: Menganalisis perbedaan kapasitas buffer saliva terstimulasi pada kelompok yang mengonsumsi obat antihipertensi amlodipin dan yang tidak mengonsumsi obat antihipertensi amlodipn. Metode: Saliva terstimulasi 30 individu yang mengonsumsi obat antihipertensi amlodipin (subjek) dan 30 individu yang tidak mengonsumsi obat antihipertensi amlodipin (kontrol) dikumpulkan dengan cara mengunyah non-flavoured parafin wax untuk kemudian diukur kapasitas buffer nya dengan menggunakan buffer test foil pack. Hasil: Terjadi perbedaan bermakna pada kapasitas buffer saliva tersimulasi antara kelompok subjek dan kelompok kontrol. Kesimpulan: kapasitas buffer dalam saliva terstimulai pada kelompok subjek [6.0 ( 4 – 9 )] lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol [9.5 ( 7 – 12 )] yang mana berdasarkan analisis statistik, hal tersebut berbeda bermakna secara signifikan.

Background: Hypertension patients who routinely take antihypertensive drugs have a higher risk to suffer from dental caries. Buffer capacity is one of the main protective factors of teeth against dental caries because buffer capacity in saliva functions as a neutralizing pH in the oral cavity. Taking antihypertensive drugs can cause side effects such as reduced salivary secretion (xerostomia). Buffer capacity in saliva is related to the flow rate of saliva in the oral cavity. When the salivary flow rate in an individual decreases, the buffer capacity of that individual will also decrease. Objective: to analyze the difference of buffer capacity stimulated saliva in the group whose taking amlodipine and those who did not take amlodipine. Method: Stimulated saliva of 30 individu who consumed amlodipine (subjects) and 30 individu who doesn’t experience hypertensive (controls) were collected by chewing non-flavored paraffin wax and then buffer capacity was measured by using a buffer test foil pack. Result: There were significant differences in the buffer capacity of stimulated saliva between the subject and control groups. Conlusion: the buffer capacity in the subject group [6.0 (4-9)] is lower than the control group [9.5 (7-12)] which is significantly different by statistical analysis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Amandasari
"Senyawa derivat naftokuinon yaitu Eleutherinol memiliki afinitas terhadap reseptor estrogen alfa RE- dan dapat ditemukan dalam umbi Bawang Dayak Eleutherine bulbosa Mill. Urb. Buah kacang panjang Vigna unguiculata L. Walp mengandung Daidzein yang bekerja pada reseptor estrogen beta RE-. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian kombinasi kedua ekstrak terhadap penurunan tekanan darah dan profil lipid serum tikus model hipoestrogen. Sebanyak 36 tikus betina Sprague-Dawley secara acak dibagi ke dalam 8 kelompok yaitu SHAM, OVX, RAL Raloksifen 1 mg/200 g BB, kombinasi ekstrak buah kacang panjang 100 mg/200 g BB dengan ekstrak umbi bawang dayak: 36 mg/200 g BB D1 - 18 mg/200 g BB D2 - 9 mg/200 g BB D3 - 4,5 mg/200 g BB D4 - dan ekstrak buah kacang panjang tunggal100 mg/200 g BB D5. Seluruh tikus kecuali kelompok SHAM diovariektomi untuk mendapatkan kondisi hipoestrogen. Ekstrak diberikan secara oral selama 28 hari. Tekanan darah dan profil lipid diukur setelah 28 hari pemberian. Hasil menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak D2 18 mg/200 g BB umbi Bawang Dayak dan 100 mg/200 g BB buah kacang panjang dapat menurunkan tekanan darah dan profil lipid serum secara signifikan serta lebih baik dibandingkan pemberian 100 mg/200 g BB ekstrak buah kacang panjang tunggal.

A naphtoquinone derivate called Eleutherinol has strong affinity to bind with estrogen receptor alpha ER and can be found in Dayak onion bulbs Eleutherine bulbosa Mill. Urb.. The cowpea Vigna unguiculata L. Walp contain Daidzein that acts on estrogen receptors beta ER. This study was aimed to investigate the effect of both extract on blood pressure and serum lipid profile of hypoestrogen model rats. Thirty six of female Sprague Dawley were randomly assigned to eight groups as followed, SHAM, OVX, RAL Raloxifene 1 mg 200 g BW, Cowpea 100 mg 200 g BW with Dayak onion bulbs 36 mg 200 g BW D1 18 mg 200 g BW D2 9 mg 200 g BW D3 4,5 mg 200 g BW D4, and single dose of cowpea 100 mg 200 g BW D5. All groups, except the SHAM, is ovariectomized to obtain the conditions of hypoestrogen. The extracts was given orally for 28 days. Blood pressure and lipid profile were measured after 28 days treatment. The results show that combination of extract D2 18 mg 200 g BW Dayak onion bulbs and 100 mg 200 g BW cowpea significantly decrease blood pressure and serum lipid profile of hypoestrogen model rats better than the single dose of 100 mg 200 g BW cowpea.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>