Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6663 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mashitah ShikhMaidin
"This paper aims to review some highlights on the effects of environmental stresses on the non-human primate population, particularly, climate change and food limitation that may have resulted in their poor reproductive performance. The International Union for Conservation of Nature (IUCN) lists more than a third of the world’s primates as critically endangered or vulnerable. Non-human primates, which are the closest biological relatives of humans, are threatened with extinction from human activities and environmental stress. Deforestation is the main problem that intercalates with climate change. Either, indirectly or directly, those extinction factors could interrupt the physiological basis of reproduction among non-human primates. Researches on other species showed that high ambient temperature causing heat stress had harmed there productive performance by interfering with the hypothalamic-pituitary-gonadal axis. Therefore, the survival, conservation and sustainability of nonhuman primates growing in captivity and in the wild, require more works and researches to be done"
Bogor: Seameo Biotrop, 2021
634.6 BIO 28:2 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ellestad, Myrvin
Philadelphia: F.A. Davis, 1996
616.12 ELL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Yulaeva
"Kualitas udara dalam ruangan yang baik di lingkungan sekolah merupakan hal penting untuk kesehatan dan produktivitas siswa. Pencemaran udara dalam ruangan menjadi perhatian karena seseorang dapat menghabiskan 90 waktunya di dalam ruangan. Pencemaran udara dalam ruangan merupakan masalah utama bagi kesehatan masyarakat secara global. Karbon Dioksida CO2 dan Total Volatile Organic Compound VOC merupakan polutan dalam ruangan yang berdampak pada gangguan fungsi paru.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pajanan konsentrasi CO2, total VOC dalam ruangan dan gangguan fungsi paru pada siswa Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret- Mei 2018. Sampel yang diambil berjumlah sebanyak 139 siswa dengan menggunakan metoda simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi CO2 dalam kelas di Sekolah Menengah Pertama di Depok sebesar 478,70ppm, rata-rata konsentrasi total VOC sekitar 6,4 x 10-3 ppm, rata- rata KVP = 72,66, VEP1 = 74,52 dan VEP1/KVP = 93,97, proporsi siswa yang mengalami gangguanfungsi paru sebesar 3,6. Tidak ditemukan hubungan antara pajanan konsentrasi CO2 dan total VOC dalam ruangan dengan gangguan fungsi paru VEP1/KVP CO2, p =1,000dan total VOC p =0,374 karena jumlah yang mengalami gangguan fungsi paru kecil dan konsentrasi CO2, total VOC masih di bawah ambang batas yang diijinkan. Perlu peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih di sekolah serta dilakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter pencemar udara lain di dalam ruangan dan gangguan pernafasan atau penyakit degeratif dengan metoda yang berbeda.

Good indoor air quality in school environments is important for student health and productivity. Indoor air pollution is a concern because people can spend 90 of their time indoors. Indoor air pollution is a major problems to public health globally. CarbonDioxide CO2 and Total Volatile Organic Compound VOC are indoor pollutants that affect pulmonary function disorders.
The purpose of this research was to know the relationship between exposure of CO2 concentration, total VOC indoor and pulmonary function disorder of students in Junior High School. This research used cross sectional design which conducted in March May 2018. The sample was 139 students using simple random sampling method.
The results showed that the average concentration ofCO2 in the class room at Junior High School in Depok was 478,70 ppm, mean total VOC concentration was about 5.4 x 10 3 ppm, mean FVC 72.66, FEV1 74.52 and FEV1 FVC 93.97, the proportion of student with lung function disorder 3.6. No association was found between exposure to CO2 concentrations and total indoor VOCs with pulmonary function impairment of VEP1 KVP CO2, p 1,000 and total VOC p 0.374 due to the number of impaired small pulmonary function and CO2 concentrations, total VOC was still below the threshold of the allowable limit. It needs to improve healthy and clean life behavior in school and do further research with another parameter of air pollution indoors and respiratory disorder or degenerative disease with a different method.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryko Awang Herdian
"Pendahuluan : Pekerja industri gula memiliki risiko terkena gangguan fungsi paru akibat pajanan debu, khususnya debu bagasse ( tebu ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja pabrik gula di Kabupaten Lampung Tengah, serta hubungannya dengan faktor - faktor karakteristik pekerja dan pekerjaan.
Metode : Desain penelitian adalah comparative cross sectional melibatkan 144 pekerja pabrik gula : 72 pekerja bagian factory dan 72 pekerja bagian plantation. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan dan pemeriksaan meliputi pengukuran kadar debu lingkungan dan pemeriksaan spirometri pada pekerja. Variabel yang diteliti meliputi usia, kebiasaan merokok, status gizi, penggunaan alat pelindung diri (APD) masker, masa kerja, jam kerja per minggu dan lokasi pekerjaan. Analisis data menggunakan uji chi square.
Hasil dan Kesimpulan : Kadar debu total di lingkungan bagian factory 0,0586 mg/m3 lebih rendah dibandingkan bagian plantation 0,0843 mg/m3. Kedua nilai tersebut jauh dibawah nilai ambang batas. Prevalensi gangguan fungsi paru 8,33 %. Di bagian factory 5,56 % dan di bagian plantation 11,1 %. Gangguan fungsi paru terbanyak ditemukan adalah gangguan fungsi paru obstruktif. Variabel yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru adalah penggunaan APD (masker) (ORadj = 12,15; 95% CI: 1,14 - 102,62) dan status perokok (ORadj = 9,73; 95% CI: 1,14 - 82,75).
Saran : Perlu dilakukan evaluasi fungsi paru berkala, konseling bagi pekerja agar berhenti merokok dan selalu menggunakan alat pelindung diri. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai kadar debu respirabel, komposisi debu, dan pengaruhnya terhadap fungsi paru pekerja.

Introduction : Workers in sugar factory are at risk to suffer from lung functon disorder due to exposure to dust, especially bagasse dust. The objective of this study is to identify the prevalence of lung function disorder among workers in a sugar factory in Central Lampung district and associated individual- and work- related factors.
Method : The study design used a comparative cross sectional method, involving 144 sugar factory workers 72 among them were from factory department and 72 other workers from plantation. Data collection used interview, observation, measuring of dust in work environment and lung function measurement using spirometry. The variables which studied were age, smoking habbit, nutritional status, use of personal protective equipment (PPE) mask, time of work, working hours in week, and job location. Data was analyzed with chi square test.
Result and Conclusion : Total dust level in the factory department was 0.0586 mg/m3, lower compared to the level in plantation department which was 0.0843 mg/m3. Both level were below the TLV. The prevalence of lung function disorders was 8.33 %. in the factory department 5.56 % and in the plantation 11.1 %. the most lung function disorder cases found among workers was obstructive lung function disorder. Variables associated to lung function disorders found were use of PPE (mask) (ORadj = 12.15; 95% CI: 1.44 - 102.62) and smoking status (ORadj = 9.73; 95% CI: 1.14 - 82.75).
Recommendation : Periodic lung function evaluation, workers counseling to stop smoking and use of PPE. Another study should be conducted to on respirable dust, dust composition and it's effect on workers lung function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranindita Amaida Safira
"Latar Belakang: Uji fungsi paru merupakan metode untuk mengukur ada tidaknya gangguan pada paru. Salah satu parameter fungsi paru adalah kapasitas vital paksa KVP . Pengaruh kadar lemak pada kapasitas vital paksa belum banyak diketahui.
Tujuan: Untuk melihat ada tidaknya korelasi antara kadar lemak dengan kapasitas vital paksa
Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang dengan 62 subjek penelitian yang didapatkan dari data sekunder dan dipilih dengan sistem random sampling. Data diolah menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnoff dan uji korelasi Pearson
Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan nilai korelasi kadar lemak dengan kapasitas vital paksa p >0.001 pada laki-laki dan nilai korelasi p>0.001 pada perempuan yang menunjukkan tidak ada korelasi signifikan di antara kadar lemak dan kapasitas vital paksa
Kesimpulan: Penelitian ini munjukkan bahwa kadar lemak tidak mempunyai hubungan signifikan terhadap kapasitas vital paksa.

Background: Lung function tests are used to evaluate lung health conditions. Forced vital capacity is one of the parameter of lung function. Body fat percentage effect to lung function had not been discovered much.
Objective: This research purpose is to find the relation between body fat percentage and forced vital capacity
Methods: This study used cross sectional study with 62 subjects that were obtained from secondary data and picked by symple random sampling. The method used to analyze the data are Kolmogorov Smirnov normality test and Pearson Correlation test.
Results: Based on the study the correlation value between body fat percentage and forced vital capacity is p 0.001 on both male and females group.
Conclusion: The research shows that there is no correlation or significant effect between body percentage with forced vital capacity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eckholm, Erik P.
New York: W.W. Norton, 1976
333.75 ECK l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun Astarto
"Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan filtrasi glomerulus, sehingga dapat menyebabkan non visualisasi ginjal unilateral atau bilateral pada urografi intra vena.
Pemeriksaan Radioisotop renografi sebagai lanjutan pemeriksaan pada keadaan tersebut ini .dapat menunjukkan gangguan fungsi masing-masing ginjal secara terpisah dan pads fase apa terjadinya gangguan tersebut.
Terdapat 3 fase pada renogram :
1. Fase pengisian atau vaskular menggambarkan ekstensi aliran darah ke ginjal tersebut.
2. Fase pemekatan atau fase sekresi/fase tubular menggambarkan aliran darah arterial, filtrasi glomerulus, sekresi tubular dan transportasi radioaktivitas intra renal ke pelvis dan ekstra renal.
3. Fase eliminasi atau fase ekskresi menggambarkan penurunan radio aktivitas dari seluruh ginjal.
Sedangkan kelainan yang dapat terjadi pada grafik renogram secara garis besar di bagi 3 tipe Obstruktif, Isothenuria dan Nefrektomi.
Karya tulis ini mengamati 21 kasus non visualisasi ginjal unilateral hasil urografi intra vena, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan radioisotop renografi, ternyata sebagian besar menunjukkan tipe nefrektomi (85,71%), sedangkan tipe obstrukti 4,76% dan tipe isothenuria 9,53%.
Kombinasi hasil urografi intra vena dan renogram memperjelas gambaran fungsi masing-masing ginjal secara terpisah. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukas Iwan Djajaputra
"Latar belakang. Kegiatan penyelaman memerlukan kesiapan fisik dan mental yang tinggi karena lingkungan bawah air bukan merupakan lingkungan normal bagi manusia. Pengetahuan dan prosedur serta pelatihan penyelaman yang memadai merupakan kebutuhan mutlak yang dibutuhkan setiap peselam, Penelitian ini dilaksanakan di Seselam Kodikal Surabaya, untuk mengevaluasi faal paru (KV, KVP, VEP, dan VVM) siswa dikbrevet TNI AL.
Metodologi. Dilakukan studi eksperi mental pra dan post test tanpa kontrol pada 31 orang siswa pendidikan brevet di sekolah penyelaman TNI AL, yang telah melalui seleksi, dengan umur antara 20 - 30 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkaran dada inspirasi, lingkaran dada ekspirasi dan status gizi serta pengukuran feat paru sebelum dan setelah pelatihan. Siswa menjalani pelatihan selam selama rentang waktu 12 minggu.
Hasil. Pada penelitian ini terlihat bahwa seluruh siswa pendidikan dalam kondisi sehat setelah pelatihan. Temuan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran TB, BB dan S.gizi sebelum dan setelah pelatihan didapatkan peningkatan yang sangat bermakna (p < 0,01), dan sesuai dengan hasil perhitungan deltanya.
2. Didapatkan penurunan LDE yang sangat bermakna (p < 0,01), dan didukung dengan hasil perhitungan deltanya.
3. Didapatkan penurunan rasio VEP,fKVP, tetapi masih di atas nilai normal (> 80%).
4. Didapatkan peningkatan VVM yang sangat bermakna (p < 0,01), tetapi tidak ditunjang dengan perhitungan CI 95%.
5. Analisis multivariat antara K.V setelah pelatihan dengan KVP (p < 0,05) sebelum pelatihan ternyata mempunyai hubungan yang positif bermakna.
6. Analisis multivariat antara KVP setelah pelatihan dengan KVP (p < 0,05) sebelum pelatihan ternyata mempunyai hubungan yang positif bermakna.
7. Analisis multivariat antara VVM setelah pelatihan dengan KV (p < 0,05), KVP (p 0,05) dan VVM (p < 0,01) sebelum pelatihan ternyata mempunyai hubungan yang positif bermakna.

Background . Diving requires a high degree of physical and mental fitness, as the underwater world is not the natural habitat of human beings. Adequate knowledge of diving and diving procedures as well as driving training are an absolute must for every diver. This research was carried out at the Kodikal Diving School in Surabaya in order to evaluate the pulmonary physiology (VC, FVC, FEV1 and MVV) of students at the diving school which issues diving certificates (Dikbrevet) of the Indonesian Navy.
Methodology . An experimental study of pre-tests and post-tests without control was performed on 31 students at the diving school (Dikbrevet) of the Indonesian Navy, aged between 20 and 30, who had previously passed a selection. The data were collected by measuring body height, weight, girth of the chest on inspiration and expiration as well as the nutritional state, and by measuring the pulmonary physiology before and after the training. . Students underwent a diving training during a period of 12 weeks.
Results . In this study it appeared that all students were in a healthy condition after the training. The findings of the study are as follows:
1. There was a quite significant increase in body height, weight and the nutritional state after the training ( p < 0.01 ) compared to the body height, weight and the nutritional state before the training, and this was in accordance with the delta calculation.
2. There was a quite significant reduction of the chest measurement on expiration ( p 0.01 ), which was supported by the results of the delta calculation.
3. There was a reduction in the FEV11 FVC ratio, which, however, was still above the normal value (> 80 % ).
4. There was a quite significant increase of the MVV ( p < 0.01 ), however this was not supported by the Cl calculation 95 %.
5. A multivariate analysis showed that there was a significant positive correlation between the VC after the training and the FVC ( p < 0.05 ) before the training.
6. A multivariate analysis showed that there was a significant positive correlation between the FVC (p < 0.05 ) before the training.
7. A multivariate analysis showed that there was a significant positive correlation between the MVV after the traing with the VC (p < 0.05 ), FVC (p < 0.05) and the MVV ( p < 0.01 ) before the training."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Fitriani
"ABSTRAK
Beberapa penelitian dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan analgesik dalam menginduksi kerusakan hati pada hewan model. Penggunaan hewan model digunakan dalam studi preklinik untuk mengevaluasi aktivitas obat. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kondisi kerusakan hati yang diinduksi parasetamol dan natrium diklofenak dan mengevaluasi efek hepatoprotektif lisinopril sebagai obat off label pada hewan model hepatotoksik. Orientasi pembentukan hewan model dilakukan beberapa kali pada beberapa variasi dosis parasetamol melalui rute oral dan natrium diklofenak melalui rute intraperitoneal. Selanjutnya, hewan uji digunakan untuk mengevaluasi pemberian lisinopril. Tiga puluh ekor tikus, dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan (normal, kontrol negatif, dan lisinopril 10, 20, dan 40 mg/kg BB) diberikan perlakuan selama 14 hari melalui rute administrasi oral. Dua puluh empat jam setelah administrasi, parasetamol (2000 mg/kg BB) diberikan secara oral dan 6 jam setelah administrasi, sampel plasma dikumpulkan untuk dianalisis kadar AST, ALT, dan ALP sebagai biomarker parameter kerusakan hepatosit dan SOD dan GPx sebagai gambaran kadar antioksidan plasma. Gambaran morfologi hati juga diamati. Hasilnya menunjukkan bahwa parasetamol menimbulkan kerusakan lebih parah dan lebih dapat diimplementasikan dalam studi hepatoprotektif dibandingkan natrium diklofenak. Dosis parasetamol yang memberikan perbedaan signifikan (p<0,05) terhadap kelompok normal adalah 2000 mg/kg BB dan diukur pada waktu 6 jam setelah administrasi. Uji evaluasi lisinopril menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol negatif pada parameter AST, ALT, dan ALP. SOD dan GPx menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibanding kontrol negatif, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada masing-masing dosis. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa parasetamol (2000 mg/kg BB, 6 jam) lebih baik digunakan pada hewan model hepatotoksik dibandingkan natrium diklofenak dan pemberian model lisinopril (40 mg/kg BB) selama 14 hari memiliki potensi sebagai hepatoprotektor pada hewan model hepatotoksik.

ABSTRACT
Several studies have been performed to investigate the analgesic drugs for inducing the liver injury in animal model. It is used as animal model to perform the preclinic study in evaluating the activity of drugs. This study was conducted to compare the conditions of paracetamol and sodium diclofenac-induced liver injury and to experimentally evaluate the protective effect of lisinopril as off label drug in hepatotoxic animal models. The orientation for the formation of animals hepatotoxic model was repeated at various doses of paracetamol orally and sodium diclofenac via intraperitoneal for various timeframes. Furthermore, the animal model was used to evaluate the lisinopril administration. A total of 30 rats in 5 treatment groups (normal, negative control, and lisinopril at dose of 10, 20, and 40 mg/kg/BW/day) were used and treated for 14 days via oral administration route. Twenty four hours after administration, paracetamol (2000 mg/kg BW) were given orally and 6 hours after the plasma samples were collected to analyze AST, ALT, and ALP as paramater biomarkers for hepatocyte damage and SOD and GPx as illustrations of plasma antioxidant activity. Morphological observations were also carried out. The result showed that paracetamol cause more damage and that could be implemented in the hepatoprotective study than sodium diclofenac induction. The dose of paracetamol which gives a significant different (p<0,05) to the normal group is 2000 mg/kg BW and measured at 6 hours after administration. The evaluation of lisinopril showed that there were significant difference (p<0,05) between the treatment groups compared to negative control group on AST, ALT, and ALP parameters. In addition, SOD and GPx activity showed a higher value compared to the negative control group but there were no significant differences in each dose. Based on the the result, it be concluded that paracetamol (2000 mg/kg BW, 6 hours) could be better used as hepatotoxic animal model compared to sodium diclofenac and lisinopril administration (40 mg/kg BW) for 14 days has the potential as a hepatoprotector in animal model."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Astuty Ningsih
"Latar Belakang dan Tujuan: Penerbang bekerja di lingkungan ketinggian yang terpajan gaya G dan seiring peningkatan gaya Gz akan berbanding lurus dengan penurunan curah jantung dan oksigenasi otak hal ini akibat perubahan pertukaran gas di paru dalam kondisi hipergravitasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas difusi paru pada penerbang pesawat tempur serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian potong lintang yang dilaksanakan bulan Februari 2019 di Madiun dilakukan pada subjek laki-laki di instansi X Madiun. Jumlah sampel sebanyak 44 orang dipilih secara total sampling. Wawancara dilakukan untuk mengisi kuesioner data dasar, jam terbang dan lama berolahraga. Dilakukan pengukuran spirometri dan DLCO dengan menggunakan alat penggukur spirometri dan DLCO portable (Easyone TM Pro Lab).
Hasil: Penelitian ini mendapatkan hasil sebagian besar peserta (93,2%) memiliki nilai spirometri yang normal hanya 3 peserta (6,8%) mengalami kelainan obstruksi dan tidak didapatkan kelainan restriksi sama sekali dengan nilai rerata VEP1 prediksi 103,3±10,60 % dan nilai median VEP1/KVP 84,5% dengan nilai minimum 63,5% dan nilai maksimum 92,5%. Pada nilai uji DLCO diperoleh hasil sebagian besar peserta (93,2%) memiliki nilai yang normal dan terdapat nilai DLCO mengalami penurunan ringan pada 3 peserta (6,8%) pada kelompok perokok.
Kesimpulan: Nilai kapasitas difusi paru dan pemeriksaan spirometri pada penerbang secara umum normal terdapat sebagian kecil yang mengalami penurunan ringan namun tidak mempunyai hubungan yang bermakna antara parameter DLCO dengan usia, IMT, jam terbang tempur, total jam terbang, menit olahraga dalam sepekan serta indeks Brinkman dan nilai parameter spirometri.

Background: Pilot works in the high environment that exposed by G force. Increasing G force led to linear decreases in cardiac output and blood oxygenation of the brain. Thus, likely due to decreased lung gas exchange capacity in hypergravity. This study aims to investigate the pulmonary diffusing capacity test among Fighter pilots in Madiun.
Methods: This study used cross sectional method conducted on February 2019 in Madiun. The total subjects consist of 44 Fighter pilots based on total sampling. Interview was done to fill out question about sociodemografic and smoking habit, flight hour data and physical fitness. Lung function measurement was done using portable spirometry and DLCO equipment (Easyone TM Pro Lab).
Result: Spirometri result was found in the standard normal range in 41 subjects (93,2%) only 3 subject (6,8%) get obstruction abnormalities and none of them get restriction result. Average VEP1 prediction was 103,3±10,60 % and median range for VEP1/KVP was 84,5(63,5-92,5) %. Lung diffusion capacity measurement was found to be normal in 41 subject (93,2%) and to be deficient in 3 subject (6,8%) in smoker.
Conclusion: This study demosntrated that diffusion capacity and spirometry test in Fighter pilots generally in normal range. Lung diffusion capacity has no association with age, BMI, flight hour, physical fitness, Brinkman index and spirometry parameters.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>