Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Fitriana Ariyanti
"Klebsiella sp. GMD08 is one of the bacteria that has the capability to dissolve insoluble inorganic phosphate into soluble phosphate ion through their organic acid production. Transposon is a genetic element agent usually used to generate mutant through mutagenesis. Thus it can be used to identify the genetic functions involved in those phosphate solubilizing mechanisms. This research was conducted to identify the genes of Klebsiella sp. GMD08 involved in phosphate solubilization through sequence detection obtained from a hyper-solubilizing phosphate mutant library. Mutation was conducted by inserting mini-Tn5 transposon hosted in Escherichia coli S17-1/λpir [pBSL202] into Klebsiella sp. GMD08 chromosome by the filter mating conjugation method. Trans conjugant mutant candidates were then qualitatively and quantitatively analyzed for their solubilizing ability to dissolve tricalcium phosphate [Ca3(PO4)2] using pikovskaya medium. The organic acid characteristics of transconjugant mutants were detected using High-performance liquid chromatography (HPLC). Meanwhile, suspected genes involved in phosphate solubilizing were detected using the sequencing method obtained from the transposon insertion result. Nucleotide Basic Local Alignment Search Tool (nucleotide BLAST) was used to identify the nucleotide base sequence similarity with the database. The results showed that PB116 and PB122 were the two main transconjugant mutants obtained from transposon mutagenesis which had higher tricalcium phosphate dissolving ability. Gluconic acid was the main organic acid produced by Klebsiella sp. GMD08 phosphate solubilizing mechanism. Moreover, arginine repressor (ArgR) and malate dehydrogenase gene (mdh) coding gene were involved in Klebsiella sp. GMD08 phosphate solubilizing mechanism."
Bogor: Seameo Biotrop, 2020
634.6 BIO 27:3 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yehezkiel Willy Susanto
"

Pemanfaatan bakteri telah banyak dilakukan pada banyak aspek kehidupan manusia dan menghasilkan dampak yang positif. Salah satu pemanfaatannya adalah asam laktat dan bakteriosin yang diekskresikan dari bakteri Streptococcus macedonicus. Bakteri Streptococcus macedonicus MBF10-2 adalah salah satu galur dari bakteri asam laktat yang diketahui memiliki potensi aktivitas antimikroba terhadap beberapa bakteri Gram positif. Aktivitas antimikroba ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai produk perawatan kulit. Dalam penelitian ini digunakan medium berbasis nabati yaitu de Man, Rogose, dan Sharpe (MRS) Vegitone untuk menjamin kehalalan dari proses dan produk akhir. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum perolehan massa sel terbanyak selama fermentasi pada medium de Man, Rogose, Sharpe (MRS) Vegitone pada skala yang diperbesar untuk meningkatkan produksi lisat. Optimasi kondisi optimum perolehan massa sel dilakukan dengan melakukan pengkulturan sel secara bertahap hingga skala besar pada fermentor. Optimasi pelisisan sel dilakukan dengan cara menggunakan metode ultrasonikasi dan gabungan dari ultrasonikasi dengan penambahan lisozim (enzimatik) dengan kondisi pada pH 7 dan 8 dengan pengulangan 20x dan 40x. Pengujian untuk mengkonfirmasi bahwa bakteri sudah terlisis dengan baik yaitu menggunakan pewarnaan Gram dan pengujian MTT Assay. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perolehan massa sel yang didapat pada medium MRS Vegitone adalah 7.987 gram, dan perolehan massa sel pada medium MRS standar adalah 8.7013 gram. Hasil dari optimasi lisis menunjukkan bahwa metode gabungan ultrasonikasi dan enzimatik dengan kondisi pH 8 dan pengulangan 40x memberikan hasil yang lebih baik, dibuktikan dengan pengujian perwarnaan Gram yang menunjukkan bahwa sel yang terlisis paling banyak dan rendemen hasil freeze dry sebesar 5.7267%. Dari pengujian MTT Assay juga menunjukkan bahwa sel telah terlisis dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa waktu inkubasi optimum medium MRS Vegitone adalah 16 jam dengan efisiensi jumlah massa sel pada medium MRS Vegitone adalah 8,21% lebih sedikit jika dibandingkan dengan medium MRS Standar dan kondisi lisis yang optimum adalah dengan metode gabungan ultrasonikasi dan enzimatik dengan kondisi pH 8 dan pengulangan 40x dengan perolehan rendemen hasil freeze dry sebesar 5.7267%.


The use of bacteria has been done in many aspects of human life and has a positive impact. Several of the potential substance are lactic acid and bacteriocin. One of the example is Streptococcus macedonicus. Streptococcus macedonicus MBF10-2 is one of the strains of lactic acid bacteria that have antimicrobial activity against several Gram-positive bacteria. This antimicrobial activity is expected to be developed as a skin care product. In this study, vegetable-based medium was used, namely de Man, Rogose, and Sharpe (MRS) Vegitone to ensure halalness of the process and final product. Therefore, this study aims to obtain the optimum conditions for obtaining the most cell mass gain during fermentation in the de Man, Rogose, and Sharpe (MRS) Vegitone on a scale that is enlarged to increase lysate production. Optimization of the optimum conditions for cell mass gain was done by culturing cells gradually to a large scale in fermentor. Optimization of cell lysis is done by using ultrasonication method and a combination of ultrasonication with the addition of lysozyme (enzymatic) with conditions at pH 7 and 8 with repetitions of 20 times and 40 times. Tests to confirm that the bacteria has been properly destroyed, that is, using Gram staining and MTT assay. The results showed that the cell mass gain obtained in the MRS Vegitone medium was 7.987 grams and the cell mass gain obtained in Standard MRS medium was 8.7013 grams. The results of lysis optimization showed that the combined method of ultrasonication and enzymatic with condition at pH 8 with repetitions of 40 times gave better results, proven by the Gram staining test which showed that the most cells are destroyed and the freeze dry yield was 5.7267 %. In MTT assay also shows that the cell has been properly destroyed. It can be concluded that the optimum incubation time of MRS Vegitone medium is 16 hours with the efficiency of cell mass in the MRS Vegitone medium was 8.21% less when compared to the standard MRS medium and the optimum lysis condition is the combined of ultrasonication and enzymatic method with pH 8 and 40 times repetition with the yield of freeze dry is 5.7267%.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Ardiyansyah
"ABSTRAK
Kulit memiliki beragam mikrobiota yang bersifat komensal maupun patogen yang berkontribusi terhadap kesehatan. Penentuan dan identifikasi mikrobiota yang terdapat di kulit kini menjadi topik riset yang menarik. Bakteri kulit tersebut dapat dieksplorasi menjadi sumber zat aktif yang berpotensi dalam pengembangan farmasetika kosmetik maupun kesehatan kulit sebagai proteksi kulit terhadap bakteri patogen. Penelitian sebelumnya telah berhasil mengisolasi dan mengarakterisasi komposisi mikrobiota bakteri dari sampel kulit pria dan wanita Indonesia dewasa muda. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh komposisi optimum galur-galur bakteri terpilih tersebut dalam bentuk koktail bakteri yang telah dioptimasi kondisi campuran dan waktu inkubasi bersamanya dari penelitian sebelumnya. Analisis kemampuan setiap galur bakteri untuk bertahan hidup dalam suatu populasi bersama dilakukan dengan menggunakan pengamatan visual konvensional Deferred Growth Inhibition Assay (DGIA) termodifikasi, maupun secara molekuler berbasis asam nukleat Real-Time qPCR. Antar galur-galur bakteri memiliki potensi saling menginhibisi saat dikultur bersama,sehingga waktu pengulturan bersama terbaik hasil penelitian sebelumnya yaitu 2 dan 4 jam dipilih dalam penelitian ini untuk optimasi konsentrasi masing-masing galur. Hasil real time q-PCR dengan primer rancangan unik yang dipilih terhadap 3 jenis variasi komposisi,yang didukung pula oleh hasil DGIA, menunjukkan bahwa komposisi yang terbaik dalam hal kesetaraan pertumbuhan sel adalah pada komposisi 2 yaitu Micrococcus luteus MBF05-19J : Bacillus subtilis MBF10-19J : Staphylococcus warneri MBF02-19J : Staphylococcus hominis MBF12-19J sebesar 1 : 1: 0,5 : 0,5 dengan waktu inkubasi 2 jam, dan komposisi 3 yaitu Micrococcus luteus MBF05-19J : Bacillus subtilis MBF10-19J : Staphylococcus warneri MBF02-19J : Staphylococcus hominis MBF12-19Jsebesar 1,5 : 1: 0,5 : 0,5 dengan waktu inkubasi 4 jam.

ABSTRACT
The skin has a variety of commensal and pathogenic microbiota that contribute to health. The determination and identification of skin microbiome have become an interesting research topic. These skin bacteria can be explored as a potential source of active substances in the development of cosmetics pharmaceuticals as skin protection against pathogenic bacteria. Previous studies have succeeded in isolating and characterizing the composition of bacterial microbiota from skin samples from Indonesian men and women in young adults. The aim of this study was to obtain the optimum composition of the selected bacterial strain in the form of a bacterial cocktail that had been optimized for mixed conditions and incubation time with it from previous studies. Analysis of the ability of each strain to survive in a shared population is carried out using conventional visual observations of modified Deferred Growth Inhibition Assay (DGIA), as well as molecularly nucleic acids based using Real-Time q-PCR. Each bacterial strain has the potential to inhibit each other when cultured together, so that the best time from the previous research results, 2 and 4 hours, was chosen in this study to optimize the concentration of each strain. Real-Time q-PCR results with a unique primer design selected for 3 types of composition variation, supported by the results of DGIA, show that the best composition in terms of equality of cell growth is in composition 2 namely Micrococcus luteus MBF05-19J: Bacillus subtilis MBF10-19J: Staphylococcus warneri MBF02-19J: Staphylococcus hominis MBF12-19J for 1: 1: 0.5: 0.5 with incubation time of 2 hours, and composition 3 namely Micrococcus luteus MBF05-19J: Bacillus subtilis MBF10-19J: Staphylococcus warneri MBF02-19J: Staphylococcus hominis MBF12-19J 1.5: 1: 0.5: 0.5 with incubation time 4 hours."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Askal Maimulyanti
"Fosfor (P) adalah salah satu nutrien utama penyebab eutrofikasi di perairan yang dapat menimbulkan terjadinya blooming alga. Eutrofikasi dapat terjadi karena proses pelepasan senyawa fosfat dari sedimen yang dapat meningkatkan konsentrasi fosfat dalam air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji interaksi antara sedimen dan air pada proses pelepasan fosfat dan penyerapan oleh alga Oscillatoria sp dengan teknik diffusive gradient in thin film (DGT). Teknik DGT menggunakan ferrihidrit sebagai binding gel untuk penentuan fosfat dengan efisiensi penyerapan sebesar 98,17% pada inkubasi selama 24 jam. Respon unit DGT terhadap akumulasi fosfat pada rentang konsentrasi 0-1,0 mg/L memberikan korelasi linier (R2=0,9792). Teknik DGT memberikan respon pada rentang pH 2 -10 untuk spesi fosfat H2PO4 -, HPO4 2- dan PO4 3-. Penelitian ini menggunakan sedimen laut Teluk Jakarta pada 6 titik stasiun. Fraksinasi fosfat dalam sedimen diperoleh fraksi H2O-P (0,27-0,76 μg/g), NH4Cl-P (0,54-2,27 μg/g), NaHCO3-P (3,53-9,69 μg/g), NaOH-P (1,63-11,23 μg/g) dan HCl-P (1,20-2,21 μg/g). Studi pelepasan fosfat dilakukan dengan variasi suhu, pH, agitasi, waktu kontak, salinitas dan kondisi oksigen. Suhu maksimum terjadinya pelepasan fosfat yaitu 35oC sebesar 99, 88 μg/L dan massa fosfat terakumulasi unit DGT sebesar 0,9876 μg. Rentang pH 5-10 menghasilkan konsentrasi fosfat yang lepas dari sedimen sebesar 59,33-100,16 μg/L dan MDGT sebesar 1,8331-2,9734 μg. Secara umum pengadukan tidak mempengaruhi pelepasan fosfat dari sedimen. Pelepasan fosfat maksimum terjadi pada salinitas dengan konsentrasi NaCl 30 g/L dengan inkubasi selama 15 hari diperoleh Clarutan sebesar 113,99 μg/L dan MDGT sebesar 4,7723 μg. Pengaruh kondisi aerasi menunjukkan pelepasan fosfat pada kondisi anoxic lebih besar dari kondisi oxic. Kondisi anoxic dengan inkubasi selama 21 hari menunjukkan pelepasan fosfat dari sedimen ke air sebesar 208,62 μg/L dan MDGT sebesar 6,1081 μg. Bioavailabilitas fosfat terhadap mikroalga Oscillatoria sp dipengaruhi oleh waktu inkubasi. Semakin lama waktu inkubasi maka semakin banyak jumlah fosfat yang diserap. P-tersedia dalam medium dengan aerasi pada konsentrasi fosfat 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm sebesar 5,74, 11,52, 18,14, 23,12 dan 26,48 ppm. P-tersedia yang berasal dari sedimen diserap oleh alga Oscillatoria sp. Fraksi fosfat yang diserap tersebut menunjukkan fraksi NaOH-P ˃ NaHCO3-P ˃ H2O-P ˃ HCl-P ˃ NH4Cl-P. Teknik DGT dapat digunakan untuk memprediksi biovailabilitas fosfat terhadap alga Oscillatoria sp. Hubungan linier antara Palga dengan PDGT pada salinitas 0 g/L, 15 g/L dan 30 g/L diperoleh berturut-turut 0,9820 ; 0,9449 dan 0,9677. Pelacakan fosfat dengan isotop 32P menunjukkan terjadi penyerapan yang sangat cepat 32P oleh alga Oscillatoria sp setelah inkubasi selama 1 jam dengan % incorporation sebesar 99 %.
Phosphorus (P) is one of the most nutrient contributors in aquatic eutrophication and causes the algae blooms. Sediment plays an important role in the overall phosphate released. Phosphate can be released from sediment and can give effect on phosphate concentration in overlying water. The objective of this research is to study the phosphate released from sediment and phosphate uptake in Oscillatoria sp algae using diffusive gradient in thin film (DGT) technique. DGT technique with ferryhidrite as binding gel showed the adsorption efficiency as 98,17% with incubation for 24 hours. The DGT device gave the range of phosphate concentration was 0.2-1.0 mg/L with linear correlation (R2=0,9649). The DGT technique can be used in the range of pH 2 -10 for the speciation of phosphate as H2PO4 -, HPO4 2-, and PO4 3-. This study use the marine sediment of Jakarta Bay. The research indicated the fractions of six stations were H2O-P (0.27-0.76 μg/g), NH4Cl-P (0.54-2.27 μg/g), NaHCO3-P (3.53-9.69 μg/g), NaOH-P (1.63-11.23 μg/g), and HCl-P (1.20-2.21 μg/g). The study of phosphate released from sediment including the effect of temperature, pH, agitation, salinity and oxygen concentration on phosphate concentration in the overlying water. The temperature maximum of phosphate released at 35oC with the concentration of phosphate was 99.88 μg/L and the accumulation of phosphate in DGT device was 0.9876 μg. The range of pH 5-10 resulted the phosphate released was 59.33-100.16 μg/L and MDGT range 1.8331-2.9734 μg. The agitation did not influence the phosphate released from sediment. Salinity with the concentration of 0-35 g/L showed the maximum of phosphate released at concentration of NaCl 30 g/L, for incubation of 15 days, Csolution was 113.99 μg/L andMDGT was 4.7723 μg/L. The effect of aeration condition showed the phosphate released in anoxic condition was higher than the oxic condition. The anoxic condition with incubation of 21 days showed of phosphate released at 208.62 μg/L, and MDGT 6.1081 μg. Bioavailability of phosphate in medium at phosphate concentrations of 10, 20, 30, 40, and 50 ppm were 5.74, 11.52, 18.14, 23.12, and 26.48 ppm, respectively. The available P from sediment was uptake by Oscillatoria sp algae.The phosphate fraction in sediment which uptake it shown the fraction of NaOH-P ˃ NaHCO3-P ˃ H2O-P ˃ HCl-P ˃ NH4Cl-P. The DGT technique is applied to predict the bioavailability of phosphate for algae uptake (Oscillatoria sp). The linear correlation between Palga and PDGT at salinity of 0 g/L, 15 g/L, and 30 g/L were 0.982, 0.9449, and 0.9677, respectively. The tracer of 32P radioisotope showed the uptake of 32P in Oscillatoria sp microalgae for 1 hour and it related to the fast uptake of Oscillatoria sp for phosphate in the solution with % incorporation was 99 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
D2540
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irarubbyanthy Irwan
"Oi perairan, terdapat beragam Sumber Oaya Hayati (SOH) seperti
mikroorganisme, tumbuhan air dan berbagai hewan perairan. Ganggang
halus lautlmikroalga merupakan SOH perairan yang berperan sebagai
produsen primer dalam rantai makanan. Mikroalga adalah mikroorganisme
atau jasad renik dengan tingkat organisasi selnya termasuk ke dalam
tumbuhan tingkat rendah. Pemanfaatan mikroalga dapat sebagai bahan
pakan utama dalam budidaya perairan dan produk olahan berupa "makanan
sehat", yaitu dari ganggang halus lautjenis Spirulina, sp dan Chlorella, sp.
Ganggang halus laut membutuhkan senyawa karbon, nitrogen, fosfor,
sulfur dan elemen runutan untuk pertumbuhannya. Untuk memenuhi nutrisi
yang dibutuhkan, diberikan dua jenis pupuk anorganik ke dalam media
kultivasi ganggang hal us !aut yang berbeda, yaitu pupuk anorganik proanalis ...,_
dan teknis. Ganggang halus laut memiliki kemampuan untuk menyerap dan -
mengeluarkan kandungan anorganik yang berasal dari pupuk yang diberikan,
sehinga perlu dilakukan analisa kandungan anorganik pada media kultivasi
tersebut dengan metode Colorimetri dan Spektrofotometer Serapan Atom.
Pertumbuhan ganggang halus laut diukur dari kepadatan selnya pada
setiap volume,kulturnya (log sel/ml). Oengan pupuk anorganik proanalis,
Spirulina, sp menghasilkari jumlah sel tertinggi, yaitu sebanyak 7,7005 log
sel/ml pada umur kultivasi 7 hari, dan Ch/orella, sp sebanyak 7,4183 log
sel/ml pada umur kultivasi 9 hari. Sedangkan dengan pupuk anorganik teknis, Spirulina, sp pada umur kultivasi 5 hari menghasilkan jumlah sel
tertinggi, sebanyak 7,02467 log sel/ml, dan Chlorella, sp pada umur kultivasi
9 hari sebanyak 7,03323 log sel/ml.
Pada media kultivasi ganggang halus laut, kadar ammonia yang
dihasilkan berada dalam rentang 0,3467-2,3367 mg/L, sulfida berada dalam
rentang tidak terdeteksi hingga 0,02 mg/L, kemudian kadar nitrat berada
dalam rentang 0,038-8,3367 mg/L, sedangkan kadar nitrit 0,035-2,08 mg/L,
dan kadarfosfat antara 4,1167-1 3,9667 mg/L.
Di alam, logam dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan
perkembangannya, tetapi dapat pula bersifat toksik. Kadar cadmium pada
media kultivasi berada dalam rentang tidak terdeteksi hiogga 0,1707 mg/L,
sedangkan kadar tembaga tida terdeteksi, kemudian kadar besi dihasilkan
antara 0,0945-3,2904 mg/L dan Radar timbal berada dalam rentang tidak
terdeteksi hingga 1,147 mg/L. • •
Berdasarkan hasil penelitian kandungan anorganik pada media
kultivasi ganggang halus laut Spiro/ina, sp dan Chlorella, sp, maka media
kultivasi ganggang halus laut ini aman untuk pengembangan pakan.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fissilmi Khansa
"Mikroalga Nannochloropsis sp. memiliki kandungan biomassa bervariasi, salah satunya protein. Hidrolisis protein menghasilkan peptida dan asam amino sehingga meningkatkan bioaktivitas dari protein. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan protein hidrolisat dari mikroalga Nannochloropsis sp. serta mengetahui keamanan dan efektivitasnya sebagai produk kosmetik anti-aging. Protein hidrolisat mikroalga Nannochloropsis sp. (PHMN) diperoleh dari proses hidrolisis menggunakan enzim alkalase. PHMN dievaluasi perolehan rendemen, derajat hidrolisis, kandungan proksimat, asam amino serta aktivitas anti-elastasenya. PHMN diformulasikan menjadi sediaan emulgel, kemudian dievaluasi sifat fisikokimia dan stabilitasnya. Uji keamanan produk kosmetik PHMN dilakukan dan efektivitas produk kosmetik PHMN sebagai anti-aging dievaluasi dengan mengukur serat kolagen, elastisitas, dan kelembaban kulit relawan. Protein hidrolisat yang diperoleh memiliki nilai rendemen sebesar 25,77%±3,16% (b/b), derajat hidrolisis sebesar 36,73%, dan mengandung asam amino yang didominasi oleh asam glutamat, asam aspartat, dan leusin. Nilai konsentrasi penghambatan setengah maksimal (IC50) PHMN sebagai anti-elastase yaitu 244,43 mg/mL. Produk kosmetik PHMN menunjukkan stabilitas yang baik yaitu homogen dan kadar yang stabil setelah 24 minggu. Penggunaan produk kosmetik PHMN tidak menyebabkan iritasi dan meningkatkan serat kolagen, elastisitas, dan kelembaban kulit setelah 28 hari. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa diperoleh protein hidrolisat dari mikroalga Nannochloropsis sp. serta produk kosmetik PHMN memiliki karakteristik yang baik, aman, dan efektif sebagai anti-aging

Microalgae Nannochloropsis sp. contain various biomass composition including protein. Protein hydrolysis generate peptide and amino acids so that protein bioactivity improves. The purpose of study was to obtain protein hydrolysate from Nannochloropsis sp. microalgae, also assess its safety and efficacy as anti-aging cosmetic product. Nannochloropsis sp. protein hydrolysate (NPH) was obtained from microalgae through enzymatic hydrolysis using alcalase enzyme and characterized for yield, degree of hydrolysis (DH), proximate content, amino acids composition, and anti-elastase activity. NPH was formulated as emulgel, then evaluated for physical characteristics and stability. NPH cosmetic product was evaluated for safety and efficacy as anti-aging by measuring collagen fibers, elasticity, and moisture in volunteers. NPH was obtained with yield of 25.77±3.16% (w/w), DH value of 36.73%, and amino acids dominated by glutamic acid, aspartic acid, and leucin. Half-maximum inhibitory concentration (IC50) value as anti-elastase was 244.43 µg/mL. NPH cosmetic product showed good stability which homogenous and had stable protein content after 24 weeks storage. NPH cosmetic product usage did not cause skin irritation and increased collagen fiber, elasticity and moisture after 28 days. In conclusion, protein hydrolysate was obtained from Nannochloropsis sp. microalgae and NPH cosmetic product had good characteristic, safe, and effective as anti-aging."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Kosasih
"Ikan Lemuru (Sardinella sp) adalah salah satu kelompok ikan yang memiliki kandungan
protein tinggi dan kandungan minyak ikan yang banyak, tersebar luas di perairan Jawa
Timur, terutama di Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk pengayaan omega-3
minyak ikan Lemuru melalui reaksi enzimatik, sehingga akan meningkatkan nilai
ekonomi dari minyak ikan lemuru yang selama ini di Muncar (sentra produksi minyak
ikan) dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak dan ikan. Minyak ikan Lemuru
dilakukan pemurnian dengan menggunakan bentonit dan karbon aktif. Minyak ikan
sebelum pemurnian dan sesudah pemurnian ditentukan kualitasnya dengan cara analisa
angka asam lemak bebas, angka asam, angka peroksida dan angka iodnya
menggunakan metode titrimetri, sedangkan pemucatan warna (bleaching) ditentukan
menggunakan nilai absorbansinya menggunakan spektofotometer. Pengayaan omega 3
minyak ikan cara hidrolisis dengan bantuan enzim lipase komersial dilakukan sebanyak
1 gram minyak ikan menggunakan tabung reaksi dan 160 gram menggunakan reaktor 1
L. Reaksi enzimatis dilakukan dengan variasi suhu (45-55), waktu (6-24 jam),
konsentrasi enzim (500, 1000, 1500 dan 2000 unit) dan agitasi (50-150 rpm).
Kandungan asam lemak omega 3 dari minyak ikan yang telah dihidrolisis dengan enzim
lipase ditentukan menggunakan Gas Chromatography (GC). Hasil pemurnian
menggunakan karbon 3% dapat menurunkan angka peroksida sampai nol dan
menurunkan nilai absorbansi yang sebelumnya 0,883 menjadi 0,559 pada λ 440 nm.
Hasil GC menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk reaksi enzimatis adalah waktu
reaksi 24 jam, konsentrasi enzim 1000 unit dan temperatur optimum 50oC. Reaksi
enzimatik menggunakan lipase komersial dapat meningkatkan kadar omega-3 minyak
ikan Lemuru yang sebelum reaksi enzimatis ALA 0,110, EPA 0.089 dan DHA 0.01 %
setelah reaksi enzimatis berturut turut menjadi menjadi 1,059 (12 kali), 1,61 (18 kali
lebih) dan 0.352 % (35 kali lebih). Reaksi enzimtais minyak ikan Lemuru dengan cara
rancangan RSM-Box Behnken mendekati sebenarnya sampai lebih dari 95%, dengan
kondisi optimum rancangan temperature, waktu dan agitasi berturut-turut 45oC, 24 jam
dan 150 rpm.

Lemuru fish (Sardinella sp.) is a group of fish that has a high protein and oil content. It
is widespread in East Java waters, especially in Banyuwangi. The present study was
aimed to enrich the omega-3 lemuru fish oil through enzymatic reactions so that it
would increase the economic value of lemuru fish oil, which has been used as the
mixture of animal and fish feed in Muncar (fish oil production center). Lemuru fish oil
was refined using bentonite and activated carbon. The quality of fish oil before and after
purification was determined by analyzing the free fatty acid number, acid value,
peroxide value and iodine value using the titrimetric method, while bleaching analysis
was determined by absorbance value using a spectrophotometer. The enrichment of
omega-3 from fish oil by enzymatic hydrolysis using commercial lipase enzymes was
carried out in the amount of 1 gram of fish oil using a test tube and 160 grams using a 1
L reactor. Enzymatic reactions were carried out with variations in temperature (45-
55°C), time (6-24 hours), concentration enzymes (500, 1000, 1500, and 2000 units),
and agitation (50-150 rpm). The omega-3 fatty acid content of fish oil that has been
hydrolyzed with lipase was determined using gas chromatography (GC). The result of
purification using 3% carbon could reduce the peroxide value to zero and the
absorbance value from 0.883 to 0.559 at λ 440 nm. The GC result showed that the
optimum conditions for the enzymatic reaction were 24 hours, 1000 units of enzyme
concentration, and 50°C. The enzymatic reaction using commercial lipases could
increase the omega-3 levels of lemuru fish oil. It was found that before enzymatic
hydrolysis, the concentration of ALA, EPA, and DHA were 0.110%, 0.089%, and
0.01%, respectively. After the enzymatic reaction, the level of ALA, EPA, and DHA
became 1.059% (12 fold), 1.61% (18 fold), and 0.352% (35 fold), respectively. The
enzymatic hydrolysis of lemuru fish oil by using Behnken RSM-Box design approach
was true to more than 95%, with the optimum design conditions of temperature, time,
and agitation were 45°C, 24 hours and 150 rpm, respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghulam Fathul Amri
"Perkembangan teknologi yang masif mendorong manusia melakukan eksplorasi sumber daya alam secara besar-besaran. Industrialisasi pun bergeliat dengan penuh harapan mendapatkan keuntungan yang besar. Pertambangan dibuka dimana-mana dengan modal yang sangat besar. Dari semua proses itu akhirnya muncullah limbah berbahaya bernana NORM/TENORM. Di antara limbah itu adalah unsur Radium 226. Diperlukan suatu metode yang ramah lingkungan untuk menyelesaikan permasalahan ini agar tidak menimbulkan masalah baru di kemudian hari. Fitoremediasi sebagai opsi paling ramah lingkungan dipilih dan serangkaian percobaan pun diatur untuk mendapatkan kondisi ideal. Tanaman Dieffenbachia dipilih sebagai kandidat karena memiliki spesifikasi khusus mampu hidup pada media air, tubuhnya yang memiliki kandungan asam sehingga sangat ideal digunakan dalam usaha pengolahan limbah radium 226. Selain itu tanaman ini juga bukan tanaman konsumsi sehingga menutup celah masuknya radionuklida tersebut ke dalam rantai makanan. Tanaman mampu hidup pada pH 3 sd 10. Percobaan dilakukan dengan menggunakan wadah botol dengan media air pH 7 dengan suhu dikontrol pada 28-30oC dan kelembaban 68 % maka didapatkan hasil bahwa tanaman ini mempunyai nilai faktor pindah sebesar 0,38 sehingga termasuk kategori akumulator sedang dan fitoremediator yang baik karena tidak terpengaruh oleh kontaminan. Berdasarkan keadaan tersebut maka tanaman ini bersifat Fitovolatil dan Fitostabilisasi. Reaksi kinetika Radium 226 dengan Dieffenbachia Sp memenuhi orde 2 dengan persamaan y = 1,8268x2 - 9,8389x + 44,975 dan nilai R² = 0,7623. Persamaan kinetika ini bisa digunakan untuk memperkirakan bagaimana kinerja tanaman dalam mendekontaminasi kontaminan yang akan diproses. Untuk mencegah kontaminasi lanjutan maka pengelolaan matrik pascapanen perlu dilakukan dengan cermat dan seksama.

Massive technological developments encourage people to explore natural resources on a large scale. Industrialization is also wriggling about in hopes of gaining sizable profits. Mining is opened everywhere with considerable capitals. From all these processes finally emerged hazardous waste as known as NORM / TENORM. Among those waste is the Radium 226 element. An environmentally friendly method is needed to solve this problem so that it will not cause new problems in the future. Phytoremediation as the most environmentally friendly option was chosen and a series of experiments were arranged in order to obtain ideal conditions. The Dieffenbachia plant was chosen as a candidate because it has special specifications which is capable of living on water media, its body which has an acid content so that it is quite ideal to be used in the waste processing business of radium 226. In addition this plant is also not a consumption plant so that it closes the gap of the entry of that radionuclides into the food chain. This plant is also able to live at pH of 3 to 10. The experiment was carried out using a bottle container with a water medium that has pH of 7 with temperature controlled at 28-30 degrees Celsius and humidity of 68 % the result is that the plant can move contaminants into itself by 38.44 % with details of roots, stems and leaves with a percentage of 15.43%, 13.22% and 9.79% respectively and encouraging contamination evaporation of 57.85%, leaving only pollutants as much as 3.71% from the initial amount. Based on those conditions, this plant is Fitovolatil. The kinetic reaction of Radium 226 with Dieffenbachia Sp is in order of 2 with the equation y = 1.8268x2 - 9.8389x + 44.975 and the value of R² = 0.7623. This kinetic equation needed for predict ability of the plant when process the contaminant to be decontaminated. To prevent further contamination, the management of the post-harvest matrix needs to be carried out carefully and thoroughly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yefta Ruben Hasian Aruan
"Perkembangan teknologi memberikan dampak besar dalam terciptanya waktu, ruang, dan jarak sehingga saling terhubung satu sama lainnya dalam suatu ruang bernama ruang siber (cyberspace). Ruang siber memungkinkan adanya interaksi manusia satu sama lain yang tidak berbatas waktu dan jarak sehingga kebocoran data yang bersifat masif menjadi ancaman terjadinya peretasan. Untuk mencegah terjadinya serangan siber, perlindungan dari adanya pencurian data, gangguan pada sistem informasi, perangkat lunak serta perangkat keras maka diperlukan sebuah kerangka kerja keamanan atau Cybersecurity Framework beserta penerapan kontrol keamanan dan privasi yang didasarkan dari kerangka kerja keamanan tersebut. Instansi XYZ, sebagai salah satu PSE yang mengelola dan menyimpan data serta informasi yang sensitif, tidak terkecuali dari ancaman serangan siber dan kebocoran data tersebut. Karena dalam menjalankan tugasnya yakni melakukan pelayanan kepada masyarakat, Instansi XYZ telah membuat dan mengembangkan aplikasi mobilebernama Superapp untuk mempercepat dan mempermudah dalam pelayanannya. Namun berdasarkan telaah dokumen dari Instansi XYZ, ditemukan bahwa belum ada kebijakan manajemen keamanan informasi terkait aplikasi mobile Superapp. Hal ini dapat menjadi titik lemah yang rentan terhadap serangan siber dan berdampak pada kerahasiaan, ketersediaan serta integritas data dan informasi pada aplikasi mobile Superapp. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi penerapan kontrol keamanan dan privasi informasi pada pengelolaan aplikasi mobile Superapp dengan melakukan asesmen berdasarkan FISP PUB 199 dan NIST SP 800 5 agar dapat menganalisis tingkat keamanan pada aplikasi mobile Superapp dan memberikan rekomendasi terhadap resiko keamanan yang ada berdasarkan kerangka kerja NIST pada aplikasi mobileSuperapp sebagai bentuk komitmen pimpinan dalam menjamin keamanan siber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kontrol keamanan dan privasi informasi terhadap pengelolaan aplikasi mobile Superapp di Instansi XYZ memiliki potensi dampak moderate berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan dan menggunakan acuan FISP PUB 199. Tahap selanjutjnya adalah mengevaluasi lebih lanjut menggunakan standar NIST SP 800-53, dimana dari 17 indikator kontrol dasar keamanan dan privasi yang diuji, hanya 3 (tiga) indikator kontrol yang diterapkan dengan sempurna (100%) dan direkomendasikan 14 indikator sebagai peningkatan kontrol keamanan dan privasi informasi dengan rata-rata nilai kesenjangan sebesar 18%.

Technological developments have had a big impact on creating time, space, and distance so that they are connected in a space called cyberspace. Cyberspace allows for human interaction with each other that is not limited by time and distance, so massive data leaks become a threat of hacking. To prevent cyber attacks, protect against data theft, disruption of information systems, software and hardware, a security framework or Cybersecurity Framework is needed along with the implementation of security and privacy controls based on this security framework. XYZ Agency, as one of the PSEs that manages and stores sensitive data and information, is not exempt from the threat of cyber-attacks and data leaks. Because in carrying out its duties, namely providing services to the community, XYZ Agency has created and developed a mobile application called Superapp to speed up and simplify its services. However, based on a review of documents from the XYZ Agency, it was found that there is no information security management policy regarding the Superapp mobile application. This can be a weak point that is vulnerable to cyber-attacks and has an impact on the confidentiality, availability, and integrity of data and information on the Superapp XYZ mobile application. For this reason, it is necessary to evaluate the implementation of information security and privacy controls in the management of the Superapp mobile application by conducting an assessment based on FISP PUB 199 and NIST SP 800 5 in order to analyze the level of security in the Superapp mobile application and provide recommendations on existing security gaps based on the NIST framework in the Superapp mobile application as a form of leadership commitment to ensuring cyber security. The research results show that the implementation of information security and privacy controls for the management of the Superapp mobile application at XYZ Agency has the potential for a moderate impact based on the results of in-depth interviews conducted and using the FISP PUB 199 reference. The next stage is to start further using the NIST SP 800-53 standard, where of the 17 basic security and privacy control indicators tested, only 3 (three) control indicators were implemented perfectly (100%) and 14 indicators were recommended as improving information security and privacy controls with an average gap value of 18%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizil Hamid
"Film bionanokomposit kitosan/Na-MMT/glutaraldehid (GLA) telah berhasil disintesis dengan metode solvent casting. Selain itu, uji aktivitas antimikroba dengan bakteri S. aureus dan Salmonella juga telah dilakukan. Terdapat tiga tahapan dalam melakukan sintesis. Tahapan pertama adalah Sintesis serbuk Bionanokompoit dengan metode presipitasi lalu tahapan selanjutnya serbuk bionanokomposit digunakan untuk pembuatan Film berbasis kitosan sehingga terbentuk Film Bionanokomposit Na-MMT/Kitosan/GLA. Selain itu juga dilakukan variasi penambahan material pada permbuatan serbuk bionanokomposit yaitu penambahan kitosan (0,5; 1; 2; 3 ;4 gram), variasi penambahan Na-MMT (0,5; 1; 2; 3 ;4 gram) terhadap 10 mL GLA dan variasi Na-MMT berbanding kitosan terhadap GLA masing-masing yaitu; (0,5:2,5); (1:2); (1,5:1,5); (2:1); (2,5:0,5) gram. Karakterisasi yang dilakukan berupa FTIR, XRD, TEM, uji kelarutan dalam air dan uji aktivitas antibakteri. Karakterisasi FTIR memberikan indikasi interaksi GLA dengan kitosan ditunjukkan adanya puncak pada bilangan gelombang 1613 cm-1 dan interaksi Kitosan dengan Na-MMT oleh munculnya regangan (C=N) pada bilang gelombang 1613 cm-1. Selain itu, karakterisasi XRD pada serbuk bionanokomposit menunjukkan pergeseran nilai basal spacing pada Na-MMT. Hal ini mengindikasikan bahwa GLA telah berhasil melakukan interkalasi terhadap Na-MMT dan menjadikan sifat hidrofilik dari Na-MMT menjadi organofilik. Sebagai pendukung data pada karakterisasi XRD, karakterisasi TEM memperlihatkan layer Na-MMT yang telah terinterkalasi. Uji kelarutan dalam air yang telah dilakukan memperlihatkan penyusutan bionanokomposit terkecil sebesar 9,19 % dari berat semula yaitu kitosan film dengan persen kelarutan dalam air yaitu sebesar 23,44%. Selain itu, uji aktivitas antibakteri memberikan nilai zona hambat paling besar yaitu 15,5 mm pada bakteri Salmonellla sp dan 8,5 mm pada bakteri S aureus setelah inkubasi 48 jam.

In this study, the solvent casting method was used to successfully produce a chitosan/Na-MMT/glutaraldehyde (GLA) bionanocomposite film. Antimicrobial activity studies also performed. The microorganisms Staphylococcus aureus and Salmonella were also tested. In the synthesis, there are three steps. The initial stage is to make bionanocomposite powder using the precipitation method, followed by bionanocomposite preparation. Then the next step is the bionanocomposite powder used to manufacture chitosan-based films to form a Na-MMT/chitosan/GLA bionanocomposite film. In addition, variations in the addition of materials to the manufacture of bionanocomposite powders were carried out, namely the addition of chitosan (0.5; 1; 2; 3 ;4 grams), variations in the addition of Na-MMT (0.5; 1; 2; 3 ;4 grams) to 10 mL of GLA and variation of Na-MMT versus chitosan to GLA, respectively; (0,5:2,5); (1:2); (1,5:1,5); (2:1); (2.5:0.5) grams. Characterization carried out in the form of FTIR, XRD, TEM, water solubility test and antibacterial activity test. The FTIR characterization gave an indication of the interaction of GLA with chitosan indicated by the peak at wave number 1613 cm-1 and the interaction of Chitosan with Na-MMT by the appearance of streching (C=N) at wave number 1613 cm-1. In addition, the XRD characterization of the bionanocomposite powder showed a shift in the basal spacing value of Na-MMT. This indicates that GLA has successfully intercalated Na-MMT and made the hydrophilic nature of Na-MMT organophilic. To support the data on XRD characterization, TEM characterization shows the intercalated Na-MMT layer. The water solubility test that has been carried out shows the smallest shrinkage of the bionanocomposite of 9.19% from its initial weight, namely chitosan film with a percent solubility in water of 23.44%. In addition, the antibacterial activity test gave the greatest inhibition zone value, namely 15.5 mm for Salmonella sp and 8.5 mm for S aureus after 48 hours of incubation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>