Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatoni Ramadhan Perkasa
"Banyuwangi pada masa kolonial di Nusantara memegang peranan penting dalam perkembangan perdagangan dan telekomunikasi antar negara jajahan Eropa. Salah satu tinggalan sejarah yang penting di Banyuwangi adalah Kompleks Inggrisan yang berperan penting dalam sejarah Banyuwangi. Penelitian ini akan membahas mengenai bentuk dan gaya bangunan pada Kompleks Inggrisan serta fungsi dan peranan Kompleks Inggrisan dalam sejarah telekomunikasi Banyuwangi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis bentuk, analisis gaya, dan analisis kontekstual. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bangunan–bangunan yang terdapat pada Kompleks Inggrisan menggunakan perpaduan bentuk dan gaya antara gaya arsitektur indische empire dengan gaya arsitektur tradisional Jawa pada masa Jawa Kuno serta Kompleks Inggrisan memiliki peranan dan fungsi penting dalam sejarah telekomunikasi antara Banyuwangi dan Australia.

Banyuwangi in the colonial period in the archipelago played an important role in the development of trade and telecommunications between European colonial countries. One of the important historical remains in Banyuwangi is the English Complex which plays an important role in the history of Banyuwangi. This research will discuss the shape and style of the building in the English Complex as well as the function and role of the English Complex in the history of Banyuwangi telecommunications. The research method used in this research is qualitative research using form analysis, style analysis, and contextual analysis. The results of this study indicate that the buildings in the English Complex use a combination of shapes and styles between the Indische Empire architectural style and traditional Javanese architectural styles during the Old Javanese period and the English Complex has an important role and function in the history of Banyuwangi and Australia telecommunications."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sany Ustman
"Candi merupakan bangunan suci yang digunakan sebagai tempat ibadah. Di halaman pertama Percandian Prambanan terdapat delapan candi kecil yang terletak pada delapan arah mata angin. Penelitian ini membahas mengenai bentuk dan fungsi Candi ldquo;Mata Angin rdquo; tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa candi-candi ldquo;Mata Angin rdquo; mempunyai bentuk, ukuran, dan arah hadap yang sama, serta ragam hias yang sederhana. Fungsi Candi ldquo;Mata Angin rdquo; yaitu sebagai Candi Patok atau penanda titik-titik penting yang terdapat pada halaman percandian. Empat Candi ldquo;Mata Angin rdquo; yang letaknya berdekatan dengan gapura juga berfungsi sebagai kelir, penghalang magis agar kekuatan jahat tidak memasuki halaman candi.

Temple is a sacred building used as a place of worship. On the first courtyard of Prambanan Temple, there are eight small temples located on its eight cardinal points. This research discuss about the shape and function of those lsquo cardinal rsquo temples. The result shows that all the lsquo cardinal rsquo temples has the same size, same shape with simple decoration, and facing the same direction. These temples serve as a patok or a marker of important points on the temple courtyard. Four temples that located near the gates also have a function as kelir, a magical barrier to prevent evil force from entering the temple grounds.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S70174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Devara Loeis
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji sisa pondasi dari kompleks Dharmasala yang terdapat pada dataran tinggi Dieng. Sejauh ini, tinjauan dalam penelitian ini dilihat dari bentuk rekonstruksi. Bentuk dari bangunan di Kompleks Dharmasala belum semua dapat direkonstruksi karena sisa bangunan yang hanya pondasi. Bagian atas bangunan dapat direkonstruksi dengan melakukan perbandingan relief candi sezaman dan etnografi rumah tradisional di Bali. Penelitian ini juga membahas hubungan kegiatan yang terdapat pada kompleks Dharmasala berdasarkan temuan permukaan yang tersisa. Selain itu juga penelitian ini mengkaji hubungan kompleks Dharmasala dengan candi lain berdasarkan jarak dari candi dan kompleks Dharmasala.

< b>ABSTRACT<>br>
This research describes the remaining Structure that lies in Dharmasala Complex Dieng Plateau. So far, the research mainly discuss about reconstructing the complete form of the structure in Dharmasala complex. All of the structure in Dharmasala Complex has not been reconstructed yet based on the fact that the reimanings of the structure is only the strucuture base. To reconstruct the structure, this research compares the piction of relief from Temples in the same era and also ethnography of traditional houses from Bali. This research also talks about the activity inside the complex judging by the remainings inside. Finally, this reseach examine the connection between Dharmasala Complex and other Temples in Dieng Plateau base on the distance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Candi Blandongan merupakan salah satu candi di Komplek Percandian Batujaya,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Candi ini belum diketahui bentuk dan
fungsinya secara pasti. Bentuk dan fungsi pada candi ini penting untuk diketahui
guna merekonstruksi tingkah laku manusia pada masa lampau terutama dalam hal
pembangunan candi pada masa awal perkembangan agama Buddha di daerah
Jawa bagian barat. Penelitian mengenai bangunan Candi Blandongan dimulai
dengan pendeskripsian yang dilanjutkan dengan melakukan analisis khusus dan
kontekstual terhadap bangunan candi. Analisis dilakukan dengan cara
membandingkan bangunan Candi Blandongan dengan bangunan candi lain yang
ada di Komplek Percandian Batujaya. Hasil dari analisis tersebut adalah sebuah
eksplanasi bahwa bangunan Candi Blandongan diperkirakan merupakan bangunan
candi yang memiliki stupa pada bagian atasnya dan berfungsi sebagai pusat
pemujaan pada masa awal perkembangan agama Buddha di daerah Jawa bagian
barat., Blandongan Temple is one of the temples in Batujaya Enshrinement Complex.
The form and function is important to note in order to reconstruct human behavior
in the past, particularly in temple constructing matters in the early days of the
development of Buddhism teachings in western Java. The research is started by
describing the temple physical building and followed by performing form analysis
and contextual analysis. Analysis is done with comparing Blandongan Temple
building to other building temples inside Batujaya Enshrinement Complex. The
result of said analysis explains that Blandongan Temple building probably is a
temple with stupa on top of it and had been used as worship place in the early
days of the development of Buddhism teaching in western Java.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Musthafa Arkhi
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian arkeologi terhadap kepurbakalaan bangunan klasik di kawasan kepurbakalaan Muarajambi, Jambi yang memiliki latar kegamaan Buddha dan juga berhubungan dengan sejarah perkembangan ajaran Buddha di Nusantara pada abad ke- 7 hingga abad ke- 13 M. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menemukan hubungan bentuk bangunan dan penataan ruang dari kepurbakalaan Bangunan Gedong I Muarajambi. Berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa terjadi pembagian hirarkis dalam penataan bangunan dan ruang area dalam kompleks.

ABSTRACT
This study is an Archaeology study on Indonesia Ancient Building in Muarajambi Archaeological Site, Jambi. The Site itself has been being identified containing many Buddhist remaining artifact which has lead the late study to development of Buddha religion in Sumatra on 7th – 13th Century. The Focus of this study is about identification of form and space of Gedong I Archaeological Building Complex. The Study discover there are Hirearchy on Buildings and areas inside the complex which comes from existence of separating wall in the inner hall"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Ari Lesti
"Batavia sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda mengalami peningkatan jumlah penduduk pada abad ke-19. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem transportasi yang memadai untuk mempermudah mobilisasi. Transportasi publik yang populer waktu itu adalah trem, mulai dari yang bertenaga kuda, uap, hingga listrik. Sisa jalur trem listrik ditemukan pada tahun 2007 di depan Museum Fatahillah, tahun 2018 di Jalan Gajah Mada, lalu tahun 2021 ditemukan kembali di Jalan Pintu Besar Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk komponen rel dan fungsi temuan rel di Jalan Pintu Besar Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan studi pustaka yang bersifat deskriptif. Analisis didasarkan pada bentuk dan konteks temuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temuan rel di Pintu Besar Selatan diperuntukkan bagi moda transportasi trem listrik. Hal ini diperkuat dengan temuan arde sebagai komponen yang berguna untuk mengalirkan kebocoran arus listrik. Bentuk ceruk pada bagian kepala rel trem listrik berpengaruh pada bentuk roda dan rolling stock (kereta penumpang). Rel beralur tidak ditemukan pada moda transportasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa secara fungsi bentuk rel beralur hanya digunakan untuk transportasi umum perkotaan.

Batavia as the center of the Dutch East Indies government experienced an increase in population in the 19th century. Therefore, an adequate transportation system was needed to facilitate mobilization. The popular public transportation at that time was the tram, ranging from horse-powered, steam, to electric. The remaining electric tram tracks were found in 2007 in front of Fatahillah Museum, in 2018 on Jalan Gajah Mada, then in 2021 they were found again on Jalan Pintu Besar Selatan. This research aims to find out the form of rail components and the function of rail findings on Jalan Pintu Besar Selatan. This research is a descriptive field research and literature study. The analysis is based on the form and context of the findings. The results showed that the rail findings at Pintu Besar Selatan were intended for the electric tram transportation mode. This is reinforced by the finding of ground as a useful component to drain electric current leakage. The shape of the niche at the head of the electric tram rail affects the shape of the wheels and rolling stock (passenger trains). Grooved rails are not found on other modes of transportation. This suggests that the grooved rail form is functionally only used for urban public transportation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faqih Akbar
"Upaya rekonstruksi kronologi di kompleks percandi selama ini masih cenderung menggunakan metode penanggalan yang sifatnya relatif. Adanya kaitan antara proses pembangunan candi dengan objek astronomi memunculkan dugaan bahwa rekonstruksi kronologi dapat dilakukan dengan bantuan disiplin ilmu astronomi yang dipadukan dengan arkeologi. Kajian arkeoastronomi yang diaplikasikan pada bangunan di kompleks percandian Panataran akan menghasilkan informasi terkait waktu dimulainya pembangunan bangunan-bangunan tersebut. Hasil kajian ini kemudian digunakan untuk menyusun kronologi perkembangan kompleks percandian Panataran.

Until now, chronological reconstruction efforts at candis complex buildings still tend to use relative dating methods. The connection between the construction process of candi and astronomical objects raises the suspicion that chronological reconstruction can be carried out using the interdisciplinary integration between astronomy and archaeology. The archaeoastronomical study that applied to the buildings at the Panataran candis complex will giving infomartion related to the start of that buildings construction. The result of this study will be used to arrange the chronology of the development of Panataran candis complex."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintya Chairunnisa
"[Skripsi ini untuk melakukan upaya rekonstruksi bentuk Candi Gunungsari berdasarkan komponen bangunan yang masih tersisa, serta menelisik lebih jauh tentang batu silinder sebagai keistimewaan Candi Gunungsari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bentuk awal Candi Gunungsari, serta mengungkapkan kehadiran batu silinder berdasarkan konsep keagamaan. Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode yang ditawarkan oleh Sharer & Ashmore, meliputi tujuh tahap penelitian, yaitu formulasi, implementasi, pengumpulan data, pemrosesan data, analisis, interpretasi dan publikasi. Pada tahap analisis menggunakan analisis khusus dan analisis kontekstual. Sedangkan pada tahap interpretasi, dilakukan analogi dengan candi atau tinggalan arkeologis lain yang berasal dari periode sejaman. Hasil dari penelitian ini adalah Candi Gunungsari memiliki bentuk seperti candi-candi periode klasik tua, yang berdasarkan paleografi pada inskripsi berasal dari sekitar paruh pertama abad ke-8. Lebih lanjut terungkapkan bahwa kehadiran batu silinder memiliki peranan penting karena berdasarkan penataannya memiliki dua model, yaitu model terpusat yang terinspirasi dari penataan vastupurusamandala, dan model menyebar yang terinspirasi dari penataan Candi Prambanan halaman kesatu. Penataan seperti Candi Prambanan ini menghasilkan kesimpulan bahwa Candi Gunungsari diduga merupakan konsep awal pembangunan Candi Prambanan atau disebut dengan ?Proto Penataan Candi Prambanan?.;This study is to reconstructing effort for the form of Candi Gunungsari based building components remaining, and probe further about as distinctive cylindrical stone of Candi Gunungsari. The purpose of this study was to reveal the initial form of Candi Gunungsari, as well as revealing the presence of cylindrical stone based on religious concepts. This study uses Sharer & Ashmore's research method that consists of seven stages, which are formulation, implementation, data gathering, data processing, analysis, interpretation and publication. On the analysis stage, specialized analysis, contextual analysis, and paleography analysis are used to the inscription. While on the interpretation stage, comparison with other candi or archaeological remains, which are from the same period of time as Candi Gunungsari, is used. Results from this study is that Candi Gunungsari has a shape like the temples of old classic period, which is based on inscriptions paleography from around the first half of the 8th century. Furthermore is revealed that the presence of the stone cylinder has an important role since it is based on the arrangement has two models that are centralized model of structuring vastupurusamandala inspired and spread model that inspired the arrangement first yard of Prambanan. This arrangement like Candi Prambanan lead to the conclusion that possibility Candi Gunungsari is the initial concept development of Candi Prambanan or is called 'Proto Prambanan Arrangement'., This study is to reconstructing effort for the form of Candi Gunungsari based building components remaining, and probe further about as distinctive cylindrical stone of Candi Gunungsari. The purpose of this study was to reveal the initial form of Candi Gunungsari, as well as revealing the presence of cylindrical stone based on religious concepts. This study uses Sharer & Ashmore's research method that consists of seven stages, which are formulation, implementation, data gathering, data processing, analysis, interpretation and publication. On the analysis stage, specialized analysis, contextual analysis, and paleography analysis are used to the inscription. While on the interpretation stage, comparison with other candi or archaeological remains, which are from the same period of time as Candi Gunungsari, is used. Results from this study is that Candi Gunungsari has a shape like the temples of old classic period, which is based on inscriptions paleography from around the first half of the 8th century. Furthermore is revealed that the presence of the stone cylinder has an important role since it is based on the arrangement has two models that are centralized model of structuring vastupurusamandala inspired and spread model that inspired the arrangement first yard of Prambanan. This arrangement like Candi Prambanan lead to the conclusion that possibility Candi Gunungsari is the initial concept development of Candi Prambanan or is called 'Proto Prambanan Arrangement'.]"
[, ], 2015
S62260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idmand Perdina
"Bangunan sudut sebagai salah satu peninggalan masa kolonial dapat memperlihatkan perpaduan pengaruh arsitektur Eropa dengan kearifan lokal dalam bentuk yang lebih menarik dibandingkan bangunan di sekitarnya. Peninggalan tersebut banyak dijumpai di Kawasan Kota Lama Semarang sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan untuk wilayah Jawa bagian tengah yang memiliki karakteristik unik karena terdapat ratusan bangunan di lahan dengan luas sekitar 30 hektar sehingga tata bangunannya memunculkan banyak bangunan sudut. Keletakan dan bentuknya yang berbeda mengandung unsur-unsur yang dapat menjadi tanda perkembangan gaya arsitektur sehingga menarik untuk diteliti. Unsur-unsur tersebut kemudian didata dan dianalisis untuk mengetahui posisi Kota Lama Semarang dalam perkembangan gaya arsitektural. Hasilnya menunjukkan bahwa bangunan sudut di Kota Lama Semarang mengalami dua fase perkembangan gaya, yaitu gaya transisi dan gaya kolonial modern. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Kota Lama Semarang adalah kota yang dinamis meskipun sudah berdiri sejak abad 17.

Corner building as one of the relics of the colonial period can show the combination of European architectural influences with local wisdom in a more interesting form compared to the surrounding buildings. These relics are often found in Semarang Old City as an economic and government center for the central part of Java, which has unique characteristics because there are hundreds of buildings on a land area of about 30 hectares so that the building layout raises many corner buildings. The layout and the different forms contain elements that can be a sign of the development of architectural style so that it is interesting to study. The elements are then recorded and analyzed to determine the position of Semarang Old City in the development of architectural styles. The results show that the corner building in Semarang Old City underwent two phases of style development, namely the transition style and the modern colonial style. It also shows that Semarang Old City is a dynamic city even though it was founded in the 17th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosanti
"Uma Lengge merupakan rumah adat masyarakat Bima yang memiliki karakteristik tersendiri dengan bentuk rumah panggung dan atap limas. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui bentuk adaptasi masyarakat suku Mbojo yang mendiami wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat, terhadap lingkungan tempat tinggalnya lewat tinggalan kebudayaan materi berupa rumah adat Uma Lengge yang kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat bentuk-bentuk adaptasi masyarakat suku Mbojo terhadap lingkungan tempat tinggal mereka di Desa Maria yang terepresentasikan lewat Uma Lengge. Bahan-bahan utama yang digunakan untuk membangun Uma Lengge adalah bahan-bahan yang mereka peroleh dari alam sekitar, seperti kayu, bambu, alang-alang dan pengikat dari kayu yang dibentuk menyerupai tali. Bentuk rumah yang merupakan rumah panggung disesuaikan dengan kondisi alam di Bima yang memiliki curah hujan tinggi sehingga seringkali terkena banjir. Selain itu, penggunaan batu sebagai pondasi tiang bangunan merupakan sebuah bentuk upaya preventif dari kondisi lingkungan Bima yang memiliki gunung api aktif, dan pada sejarahnya seringkali terjadi gempa di daerah ini.

Uma Lengge is a traditional house of Mbojo people which has its own characteristics with the shape of a house on stilts and a pyramid roof. This study aims to determine the adaptation of the Mbojo people to the environment where they live through the material cultural remains in the form of the Uma Lengge traditional house which now has been designated as a cultural heritage. The method used in this study is a qualitative method through the stages of data collection, data processing, and interpretation. The results of this study shows that Uma Lengge is a form of adaptation of the Mbojo people to their living environment in Desa Maria. The main materials used to build Uma Lengge are materials that they get from the environment, such as wood, bamboo, reeds and wooden binders shaped like ropes. Stilt house shape is adapted to the natural conditions in Bima which has high rainfall so that it is often flooded. Furthermore, the use of stone as the foundation for building pillars is a preventive measure from the environmental conditions of Bima which has an active volcano, and historically earthquakes have often occurred in this area.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>