Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127590 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutia Karina Norman
"Kepemilikan atas saham dalam sebuah Perseroan Terbatas merupakan hal penting karena memberikan hak bagi para pemegang saham untuk melakukan beberapa hal seperti: menghadiri dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS); menerima pembayaran dividen dan hasil likuidasi; serta menjalankan hak lain sesuai undang-undang. Pentingnya kepemilikan atas saham tersebut menyebabkan seringnya timbul sengketa dalam praktik pengalihannya yang menyebabkan hilangnya nama pemegang saham dari Daftar Pemegang Saham yang terdaftar dalam Sistem Administrasi Hukum Umum (SABH) yang dimiliki Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU). Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif yang didukung dengan studi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengaturan pada hukum positif di Indonesia, hilangnya kepemilikan saham dari Daftar Pemegang Saham menimbulkan beberapa akibat hukum. Ditjen AHU memiliki wewenang untuk memberikan perlindungan kepada pemegang saham tersebut melalui pemblokiran dan pembukaan blokir akses SABH.  Adapun peraturan Menteri Hukum dan HAM yang terbaru dapat menjadi payung hukum dalam memberikan legal standing kepada pemegang saham yang sudah tidak terdaftar untuk dapat mengajukan permohonan pemblokiran demi tercapainya keadilan serta kepastian hukum.

The ownership of shares in a Limited Liability Company (LLC) is crucial, as it grants shareholders various rights, such as the right to attend and vote at the General Meeting of Shareholders (GMS), receive dividend payments and liquidation proceeds, and exercise other rights in accordance with the law. However, due to the significance of share ownership, disputes often arise during the transfer process, resulting in the removal of shareholders' names from the Register of Shareholders in the General Legal Administration System (SABH) maintained by the Directorate General of General Legal Administration (Ditjen AHU). This research employs a normative juridical approach supported by field studies to address the issue at hand. The findings indicate that under Indonesian positive law, the loss of share ownership from the Register of Shareholders carries legal consequences. The Directorate General of AHU has the authority to protect shareholders by blocking and unblocking SABH access. The latest regulation issued by the Minister of Law and Human Rights grants legal standing to shareholders who are no longer registered, allowing them to request SABH access blocking to ensure justice and legal certainty."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Priandhini
"Perseroan Terbatas lahir sebagai Badan Hukum sejak anggaran dasarnya yang dimuat dalam akta pendirian yang dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia, telah diterbitkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI tentang pengesahannya sebagai Badan Hukum. Undang Undang Perseroan Terbatas telah mengatur ketentuan jangka waktu (daluwarsa) untuk setiap jenis permohonan yaitu permohonan pengasahan Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum, permohonan persetujuan dan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan permohonan pemberitahuan perubahan data perseroan terbatas. Perubahan anggaran dasar dapat dituangkan dalam akta risalah rapat yang dibuat dibawah tangan, dengan adanya jangka waktu kewajiban untuk menuangkan dalam akta notaris. Lewatnya waktu atas penyampaian setiap jenis permohonan dan penuangan akta risalah rapat dibawah tangan kedalam akta notaris dapat dikenakan sanksi menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas. Notaris oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas telah ditunjuk selaku kuasa pendiri dalam pengajuam permohonan pengesahan dan kuasa Direksi dalam pengajuan permohonan perubahan anggaran dasar dan perubahan data perseroan secara elektronik melalui Sistim Administrasi Badan Hukum (SABH). Sdanya ketidaksesuaian antara dasar dan jangka waktu permohonan antara Undang-Undang Perseroan Terbatas dengan Aplikasi Sistim Administrasi Badan Hukum, maka diperlukan reposisi ketentuan lewat waktu dan sanksinya.

Limited Liability Company formed as when its charter was approved and ratified by the Decree of the Minister of Justice and Human Rights. Limited Liability Company Act has set the terms of a (shelf) for each type of application is an application tuning as a Limited Liability Company Law Board, requesting approval or notification and amendments and request notification of data changes limited liability company Amendments can be contained in the deed of minutes of meetings are made under the hand, with the obligation period to pour in a notarial deed. Over time the delivery of any type of application and deed pouring into the hands of minutes of meetings under the deed may be penalized according to the Limited Liability Company Law. Notary by the Limited Liability Company Law has been appointed as the attorney-founder of the adoption petition and the Board of Directors authorized the filing amendments and changes in the company's data is electronically through the Electronic Administration System of Legal Status (SABH). The discrepancy between the base and the time period between the application for a Limited Liability Company Law with Application Administration System of Law, it is necessary to reposition the passing of time and the penalty provisions."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T35147
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chico Setyo Asmoro
"Undang-Undang Perseroan Terbatas mewajibkan adanya penyetoran modal ditempatkan secara penuh pada pendirian perseroan terbatas. Akan tetapi, dalam penerapannya pendirian perseroan terbatas seringkali tidak disertai penyetoran modal ditempatkan secara penuh meskipun penyetoran modal ditempatkan secara penuh menjadi syarat bagi perseroan terbatas untuk dapat mengajukan permohonan pengesahan status badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM. Salah satu dokumen pendukung pendirian perseroan terbatas dalam sehubungan dengan permohonan status badan hukum adalah surat pernyataan setor modal. Dalam praktiknya, meskipun diketahui adanya penyetoran modal ditempatkan tidak secara penuh, namun surat pernyataan setor modal ini tetap dibuat untuk mengajukan permohonan pengesahan status badan hukum perseroan terbatas. Penelitian ini membahas mengenai akibat hukum yang timbul sebagai akibat dari pendirian perseroan terbatas dengan penyetoran modal ditempatkan tidak secara penuh baik secara umum maupun secara khusus bagi pemegang saham, serta untuk melakukan analisis terhadap efektivitas penerapan ketentuan kewajiban penyetoran modal ditempatkan secara penuh dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa diperlukan adanya sanksi dan pengawasan yang lebih tegas berkenaan dengan kewajiban penyetoran modal ditempatkan secara penuh pada pendirian perseroan terbatas di masa yang akan datang.

The Company Law requires a fully paid capital in a limited liability company establishment. However, the implementation of limited liability company establishment frequently neglected the fully paid of issued capital obligation although the fully paid issued capital obligation is a requirement for the limited liability company in order to obtain the legal entity status from the Ministry of Law and Human Rights. One of the supporting documents of limited liability company establishment in relation to the legal entity status application is the statement letter of capital payment. In practice, although it is known that the issued capital is not fully paid, the statement letter of capital payment proceed to be issued in order to submission of legal entity status application of the limited liablity company. This research disscussed the legal consequence which arises as the result of limited liability company establishment through not fully paid issued capital either in general or particularly for the shareholder, also to implement analysis on effectivity of implementation of the fully paid issued capital obligation provided in the Company Law. The result of this research suggest that more assertive sanction and supervision is required in relation to the fully paid issued capital obligation for limited liability establishment in the future."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
T48447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femmi Andarini
"ABSTRAK
Perseroan terbatas sebagai suatu subjek hukum mempunyai tanggung jawab yang
dibatasi, sebagai subjek hukum perseroan diangap bertanggung jawab atas segala
kegiatan termasuk terhadap kerugian yang ditimbulkan. Tindakan ultra vires Direksi
pada dasarnya merupakan setiap tindakan yang bersifat melampaui kewenangan yang
telah diberikan Direksi yang merupakan wakil perseroan dan melaksanakan
pengurusan dalam merealisasikan maksud, tujuan serta kegiatan usaha perseroan.
Tindakan tersebut dapat merugikan perseroan, pemegang saham dan pihak ketiga
yang sangat berperan dalam menunjang kelangsungan usaha perseroan. Pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pertanggungjawaban Direksi
PT Tedco Resources yang melampaui kewenangannya kepada pemegang saham dan
pihak ketiga. Metode penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, dimana
penelitian menitikberatkan pada studi kepustakaan pada data sekunder. Dari
penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pemegang saham maupun pihak ketiga
yang dirugikan akibat tindakan Direksi PT Tedco Resources yang melampaui
kewenangannya dapat meminta pertanggungjawaban dengan mengajukan
mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum ke Pengadilan Negeri. Adapun
pemegang saham dapat mengajukan derivative suit berdasarkan Pasal 97 ayat (6)
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maupun gugatan
langsung (direct suit). Sedangkan pihak ketiga yang mengalami kerugian dapat
mengajukan gugatan atas dasar perbuatan melawan hukum sebagaimana ketentuan
pasal 1365 KUHPerdata, dimana selanjutnya untuk dapat meminta
pertanggungjawaban Direksi secara pribadi diperlukan suatu pemeriksaan terlebih
dahulu terhadap perseroan untuk membuktikan bahwa kerugian terjadi akibat
tindakan kesalahan Direksi sebagaimana pasal 138 ayat 1 huruf (b) Undang-undang
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

ABSTRACT
Limited liability company as a legal subject has limited responsibilities, considered as
a subject of company law are responsible for any activity including against losses
incurred. Ultra vires act of the Directors is basically any action that is beyond the
authority that has been granted the Directors who represent the company and carry
out the maintenance in the realization of the purpose, objectives and business
activities of the company. Such actions may cause financial loss to the company,
shareholders and third parties who play an important role in supporting the company's
business continuity. The issue in this research is how legal responsibility of Directors
of Tedco Resources which exceeded its authority to shareholders and third parties.
This research method is a normative research, where research focuses on the study of
literature in the secondary data. From this study, it was concluded that the
shareholders or third parties harmed by the actions of PT Tedco Resources Board
who exceeded his authority can compensate such loss by filing a tort lawsuit filed to
the District Court. The shareholder may fill derivative suit based on Article 97
paragraph (6) of Law No. 40 of 2007 concerning Limited Liability Companies and
lawsuits (direct suits). While the third party may fill a tort lawsuit to compensate their
loss as the provisions of Article 1365 Civil Code, which in turn for Director to be
liable fully personally, required an inspection prior to the company to prove that the
loss occurred due to mistakes of Directors acts as Article 138 paragraph 1
subparagraph (b) of Act No. 40 of 2007 concerning Limited Liability Companies."
Universitas Indonesia, 2013
T36114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zelika Anggar Kusuma
"Tesis ini membahas mengenai kendala yang dihadapi Perseroan Terbatas (PT) dalam melakukan pemberitahuan hasil akhir proses likuidasi kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Menteri) secara elektronik melalui Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH). Persoalan ini terjadi karena pada saat Notaris memasukkan data untuk memenuhi ketentuan Pasal 152 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu pemberitahuan kepada Menteri perihal hasil akhir likuidasi, ternyata data PT di basis data SABH telah dihapus. Sehingga dalam pelaksanaannya Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa PT yang berisi hasil akhir proses likuidasi dan pelunasan serta pembebasan kepada likuidator tidak dapat diberitahukan kepada Menteri melalui SABH.
Dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif, tesis ini mengkaji mengenai apa sifat hukum (legal nature) dari kewajiban likuidator memberitahukan hasil akhir proses likuidasi kepada Menteri secara elektronik melalui SABH dan apakah dengan tidak dapat disampaikannya pemberitahuan hasil akhir proses likuidasi kepada Menteri secara elektronik karena data PT tidak ada lagi dalam basis data elektronik SABH, memiliki akibat hukum terhadap status badan hukum PT yang dibubarkan.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sifat hukum (legal nature) dari kewajiban likuidator memberitahukan hasil akhir proses likuidasi kepada Menteri secara elektronik melalui SABH adalah administratif karena proses pemberitahuan kepada Menteri secara elektronik melalui SABH bukan merupakan satu-satunya cara bagi likuidator untuk memberitahukan hasil akhir proses likuidasi kepada Menteri. Likuidator dapat melakukan pemberitahuan hasil akhir proses likuidasi kepada Menteri secara manual. Apabila likuidator tidak dapat menyampaikan pemberitahuan hasil akhir proses likuidasi kepada Menteri secara elektronik karena data PT tidak ada lagi dalam basis data elektronik SABH, maka akibat hukumnya adalah status badan hukum PT yang dibubarkan tetap ada. Dengan demikian, sepanjang likuidator PT belum menyampaikan pemberitahuan hasil akhir proses likuidasi kepada Menteri, status badan hukum PT belum hilang, karena Menteri baru akan mencatat berakhirnya status badan hukum PT dan menghapus nama PT dari daftar perseroan, setelah likuidator memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam surat kabar. Tindakan pemberitahuan hasil akhir proses Likuidasi kepada Menteri tersebut dilakukan setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan (release and discharge) atau setelah Pengadilan Negeri menerima pertanggungjawaban likuidator yang ditunjuknya, atau setelah hakim pengawas menerima pertanggungjawaban kurator yang ditunjuknya.

This thesis discuss about complicacy faced by Limited Liability Company (LLC) in announcing the result of liquidation process to the Ministry of Law and Human Rights Republic of Indonesia (Ministry) electronically through Legal Entity Administration System (LEAS). This problem happens at the time of the Notary input the data to fulfill Article 152 paragraph (3) Law Number 40 Year 2007 on Limited Liability Company, which is the announcement to the Ministry on the end-result of the liquidation, evidently LLC data in the LEAS database has been erased. Thus in practice Minutes of Extraordinary General Meeting of Shareholders (GMS) of LLC which hold the end-process result of liquidation and release and discharge of the liquidator can not be informed to the Ministry through LEAS.
By using normative juridical research method, this thesis evaluate on whether the legal nature of liquidator obligation to inform the liquidation endprocess result to the Ministry electronically through LEAS and whether by the unconveyed of liquidation process result to the Ministry electronically because LLC data no longer exist in the LEAS electronic database, have legal consequence towards dissolved LLC legal entity status.
Based on the analysis performed, thus can be concluded that legal nature of liquidator responsibility to notify the liquidation process to Ministry electronically through LEAS is administratif because the notification process to the Ministry electronically through LEAS is not the only way for the liquidator to notify liquidation process result to the Ministry. Liquidator can inform the liquidation process result to the Ministry manually. If the liquidator can not notify the liquidation process result to the Ministry electronically because LLC is not exist in the electronic database LEAS, thus the legal consequence of the dissolved LLC legal entity status still exist. Thus, as long LLC liquidator has not notify the liquidation end-process to the Ministry, the LLC legal entity status has not dissapeared, because the Ministry will then record the expirery of LLC legal entity status and erase LLC name from the company registry, after liquidator inform Ministry and announce the liquidation process result on the newspaper. The act of notification of liquidation process result to the Ministry conducted after the GMS grant release and discharge or after the District Court accept the responsibility of the appointed liquidator, or after the superintendent judge accept the responsibility of the appointed curator.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
T31063
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meriska Nofianti
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai pembubaran suatu Perseroan Terbatas dengan cara
Penetapan Pengadilan Negeri, yang mengangkat contoh kasus pembubaran PT.
Nichias Leakless Telison Gasket Manufacturing. Pembubaran ini terjadi akibat
perbedaan pendapat antara pemegang saham secara terus menerus sehingga
membuat PT. Nichias Leakless Telison Gasket Manufacturing tidak dapat
menyesuaikan anggaran dasarnya dengan Undang-undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas sampai batas waktu yang ditentukan. Dengan
menggunakan metode penelitian yuridis normatif, tesis ini mengkaji mengenai
bagaimanakah mekanisme penyelesaian perbedaan pendapat antara para
pemegang saham untuk membubarkan PT menurut Undang-undang No. 40 Tahun
2007 dan apakah Penetapan Majelis Hakim telah sesuai dengan Undang-undang
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar PT. Nichias
Leakless Telison Gasket Manufacturing. Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan, mekanisme penyelesaian perbedaan pendapat antara pemegang saham
harus dilakukan secara musyawarah mufakat terlebih dahulu dan apabila tidak
berhasil, maka mekanisme selanjutnya adalah menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham atau mengedarkan circular letter kepada para pemegang saham,
sebelum akhirnya mengajukan pembubaran Perseroan Terbatas kepada Pengadilan
Negeri. Adapun mengenai Penetapan Majelis Hakim dalam pembubaran PT.
Nichias Leakless Telison Gasket Manufacturing adalah tidak tepat karena
beberapa alasan, yaitu ketidakcermatan Majelis Hakim dalam memahami
ketentuan hukum yang terdapat dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, tidak memuat alasan dan dasar penetapan yang
lengkap, dan kekurangcermatan dari Majelis Hakim dalam menganalisis dalildalil
yang diajukan oleh Pemohon.

Abstract
The thesis discusses about the dissolution of Limited Liability Company by
District Court Order, which related to the dissolution case of PT. Nichias Leakless
Telison Gasket Manufacturing. The dissolution occurs due to the different opinion
amongs shareholders which happened continously and made PT. Nichias Leakless
Telison Gasket Manufacturing unable to adjust its Article of Association with
Law Number 40 Year 2007 regarding Limited Liability Company. By using
normative juridical research method, this thesis discuss regarding how the
mechanism to solve the different opinion amongs shareholders to dissolve the
Company according to the Law Number 40 Year 2007 regarding Limited Liability
Company and whether the Court Order of Tangerang District Court has satisfy the
Law Number 40 Year 2007 regarding Limited Liability Company and Article of
Association of PT. Nichias Leakless Telison Gasket Manufacturing. Based on the
analysis which done, the mechanism to solve the different opinion amongs
shareholders to dissolve the Company is by discussion first and if its not achieved,
then the next mechanism is by holding a General Meeting of Shareholders or by
circulating the circular letter to all shareholders, before giving the application of
company?s dissolution to the District Court. While regarding the Court Order of
Tangerang District Coust in the dissolution of PT. Nichias Leakless Telison
Gasket Manufacturing is not correct due to the negligence from the Board of
Judge in understanding the Law Number 40 Year 2007 regarding Limited
Liability Company, not mention the complete reason of stipulation, and the
negligence of the Board of Judge to analyze the reasons which given by the
Plaintiff."
2012
T31020
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrianto Jaya
"Dalam praktek sering ditemukan akta Pendirian Perseroan Terbatas yang didirikan oleh hanya suami istri yang tidak membuat perjanjian perkawinan . Ada notaris yang mau menerima, ada juga notaris yang menolak tegas untuk membuatkan suatu Akta Pendirian Perseroan Terbatas yang didirikan oleh suami istri khususnya yang tidak membuat perjanjian perkawinan diantara keduanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder terutama bahan hukum primer yang meliputi peraturan perundang-undangan antara lain UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Undang-undang perkawinan.

In common practice certificate Incorporation Limited Liability Company founded by husband and wife who not only made a marriage agreement . There is a notary who would accept, there is also a notary who firmly refused to make a Deed of Company Limited which was founded by husband and wife in particular that does not make a marriage treaty between them. The method used in this study is a normative legal research methods were done by examining library materials is a secondary data mainly primary legal materials that include legislation, among others, Law no. 40 of 2007 on Limited Liability Companies, and Act the marriage."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T38701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulean
"ABSTRAK
Perseroan terbuka mempunyai sistem manajemen yang berbeda dengan
perseroan tertutup. Dalam perseroan terbuka harus terdapat transparansi yang
dapat dipertanggungjawabkan kepada publik, mengingat banyaknya pemegang
saham publik. Pemegang saham dalam suatu perseroan dapat terdiri dari
pemegang saham minoritas dan pemegang saham mayoritas. Hal tersebut dapat
dibedakan dari jumlah kepemilikan saham dalam suatu perseroan. Dikarenakan
pemegang saham minoritas memiliki persentase kepemilikan saham yang lebih
kecil dibandingkan dengan pemegang saham mayoritas, maka seringkali
dirugikan atau ada ketidakpuasan terhadap keputusan-keputusan yang diambil
oleh manajemen perseroan. Terlebih apabila manajemen perseroan didominasi
oleh pemegang saham mayoritas, sehingga keputusan terkait perseroan yang
diambil cenderung mewakili kepentingan pemegang saham mayoritas. Bahkan
pada saat pengambilan keputusan melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(“RUPS”), maka pemegang saham minoritas akan mengikuti keputusan (dari
pemegang saham mayoritas/melalui) RUPS. Bertitik tolak dari permasalahan
tersebut di atas, maka masalah-masalah yang timbul sebagai berikut: pertama,
bagaimana hak pemegang saham publik yang mengalami kerugian dalam
perseroan terbuka karena nilai saham menurun yang disebabkan oleh tindakan
pemegang saham mayoritas, kelalaian anggota direksi ataupun dewan komisaris;
kedua, kesulitan apa yang dihadapi oleh pemegang saham minoritas dalam
menuntut hak-haknya; ketiga, bagaimana hak anggota direksi untuk melakukan
pembelaan terhadap setiap gugatan pemegang saham; keempat, apakah pemegang
saham minoritas sudah cukup mendapat perlindungan hukum. Dari penelitian
kepustakaan yang menggunakan metode atau bersifat yuridis normatif dengan
metode pengumpulan data kepustakaan, hasil penelitian menemukan jawaban
bahwa pemegang saham publik yang dirugikan dapat mengajukan gugatan
derivatif, yaitu menggugat direksi atau dewan komisaris atas nama perseroan
apabila mewakili minimum 1/10 dari jumlah seluruh saham perseroan, dan direksi
sebagai pengelola perseroan dapat melakukan pembelaan atas adanya gugatan
yang timbul dengan menggunakan prinsip Business Judgement Rule. Namun
demikian, pemegang saham minoritas dalam perseroan terbuka belum cukup
mendapat perlindungan hukum karena masih terdapat kesulitan dalam
pembuktian. Disarankan agar prinsip keterbukaan perlu dimiliki dan diterapkan
dalam perseroan terbuka serta otoritas lembaga, khususnya Otoritas Jasa
Keuangan dan Bursa Efek Indonesia memainkan peran sentral dalam melindungi
kepentingan pemegang saham dengan membuat peraturan-peraturan yang
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan perseroan publik.

ABSTRACT
A public company has a different system of management as opposed to a
closed company. A public company is required to implement transparency
accountable to the public, considering the huge number of the public investors.
The shareholders in a company may distinct into minority shareholders and
majority shareholders. That differentiation may be based on the portion of the
shares ownership in the company. Due to the portion of the minority shareholders
hold the shares in less number than the majority shareholders, often they are
damaged or not satisfied by way the decision are made by the management of the
company. This is based on the fact that the management of the company is
dominated by the majority shareholders, thus corporate decision is taken for the
benefit and interest of the majority shareholders. Even at the voting at the General
Meeting of Shareholders, the minority shareholders shall follow the decision
made by the majority shareholders. In the view of that, the issues are as follows:
firstly, what are the rights of the public shareholders that incurred loss in a public
company due to the value of the shares collapse as a result of the majority
shareholders action, including the negligence of the Board of Directors members
or even the Board of Commissioners members; secondly, what are the obstacles
faced by the minority shareholders in the pursue for their rights; thirdly, what are
the rights of the Board of Directors to defend itself against any claims of the
shareholders; fourthly, are there adequate legal protection to the minority
shareholders. Through literature data collating based on legal normative form by
using library research methods it has summarized several answers, among others
are that public shareholders who experience damages may use derivative action to
claim on behalf of the company if the shareholders as the claimant represent all
together minimum 10% voting rights of the entire shares issued by the company,
and the Board of Directors may use the principle of Business Judgment Rule to
defend itself of any claim raised against it. However, the minority shareholders in
a public company are not adequately legally protected due to the obstacle in the
implementation considering most of the claims must be proven. It is advisable that
the transparency principle must be uphold and implemented in a public company
and the related authorities, mainly Otoritas Jasa Keuangan (Financial Services
Authority) and the Stock Exhance of Indonesia has a central role in the protection
of the shareholders interest in the capital market by issuing provisions to enhance
the transparency and accountability practice in the management of a public
company."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T38764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
English, Arthur Robert
London: Sweet & Maxwell, 1958
658.14 ENG f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Febi Novayanti
"ABSTRAK
Apabila Direksi melakukan kegiatan pribadinya dengan mengatas namakan perusahaan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, maka Perseroan tersebut tidak bertanggung jawab atas pinjaman tersebut, jadi Direksi masingmasing secara tanggung renteng bertanggung jawab penuh atas kerugian perusahaan. Keempat promissory notes yang diterbitkan oleh kedua Anggota Direksi PT. DOK dan PERKAPALAN KODJA BAHARI (Persero) tidaklah mengikat PT. DOK dan PERKAPALAN KODJA BAHARI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif dan studi kasus terhadap putusan pengadilan niaga NO.32/ PAILIT/ 2000/ PN.NIAGA/JKT.PST).

ABSTRACT
If the Board of Directors of personal conduct in the name of the company that resulted in losses for the company, the Company is not responsible for the loan, so the Board of Directors of each jointly and severally accept full responsibility for the company's losses. Fourth promissory notes issued by the two Member Directors. DOK and Kodja SHIPPING MARINE (Persero) PT is not binding. DOK and Kodja MARITIME SHIPPING. The method used in this study is a normative legal research methods and case studies to the commercial court decision 32 / BANKRUPTCY / 2000 / PN.NIAGA / JKT.PST)."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T38925
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>