Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7420 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bryson, Bill
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2022
612 BRY b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiani Shabrina
"Ruang personal dan teritorialitas merupakan perilaku spasial yang terbentuk saat seseorang berdampingan dengan orang lain di dalam ruang. Pada skripsi ini akan dibahas mengenai ruang personal dan teritori yang terbentuk pada kamar tidur dengan kondisi berbagi, yakni kondisi dimana kamar tersebut dihuni oleh lebih dari satu orang di dalamnya. Penghuni kamar yang merupakan saudara kandung menampilkan bagaimana fleksibilitas manusia dalam memenuhi dua kebutuhan tersebut. Dalam skripsi ini juga ditampilkan bagaimana sistem berbagi pada masing-masing kakak beradik mempengaruhi kenyamanan masing-masing individu di dalam ruang terkait pemenuhan kebutuhan akan ruang personal dan teritori.

Personal space and territoriality is the spatial behavior that is formed when a certain person alongside with others in a room. This study will discuss the personal space and territory which formed in a bedroom with a shared condition, the condition where the rooms inhabited by more than one person. The occupants who is a sibling show how flexible human in their fulfillment of these needs. In this study also shown how the sharing system of sibling affect the comfort of each individual in space-related fulfillment of the need for personal space and territory."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronika Cahya Wijaya
"Pendahuluan: Masalah kesehatan respirasi merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Penyebabnya erat kaitannya dengan perilaku merokok. Selain itu, tingkat pengetahuan, sikap, perilaku serta lingkungan juga berperan serta. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan prevalensi masalah kesehatan respirasi pada penghuni rumah susun di Jakarta.
Metode: Desain penelitian yang dipilih ialah cross-sectional. Data diperoleh dengan mengisi kuesioner yang ditanyakan melalui wawancara. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2012 dengan melibatkan 120 responden. Data yang dikumpulkan akan diuji dengan chi-square dan fisher untuk melihat nilai probabilitas (p).
Hasil: Sebanyak 36% responden pernah mengalami masalah kesehatan respirasi dan 64% lainnya menunjukkan status kesehatan respirasi yang baik. Tingkat pengetahuan responden didapatkan 40,8% dengan pengetahuan di bawah rata-rata dan 59,2% dengan pengetahuan di atas rata-rata. Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan status kesehatan respirasi (p=0,879).
Kesimpulan: Prevalensi masalah kesehatan respirasi pada penghuni rumah susun di Jakarta ialah 36% Tingkat pengetahuan tidak memiliki hubungan dengan masalah kesehatan respirasi.

Introduction: Respiratory health problems is one of the health problems with a high prevalence in the world. The cause is closely associated with smoking behavior. In addition, knowledge level, attitude, behavior and environment also have a role as well. The purpose of this study is to determine the relationship between knowledge level with the prevalence of respiratory health problems in flats occupants in Jakarta.
Method: The selected research design is cross-sectional. Data obtained by filling out a questionnaire that asked through interview. Data collected was performed in August 2012, involving 120 respondents. The data collected will be tested with chi-square and fisher to see the value of the probability (p).
Result: About 36% of respondents had experienced respiratory health problems while 64% showed good respiratory health status. The knowledge level of the respondents earned showed about 40.8% of respondents with knowledge level below average and 59.2% above average. There is no significant relationship between the level of knowledge with the respiratory health status (p=0.879).
Conlusion: Prevalence of respiratory health problems in flats occupants in Jakarta is about 36%. Knowledge level is not contributing for the prevalence of respiratory health problems."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin, editor
"ABSTRAK
Rumah adalah kebutuhan dasar manusia yang bersifat
fisik. Seperti kebutuhan dasar lainnya, kuantitas
minimum sukar dikurangi, tanpa berakibat buruk kepada
kesehatan (fisik dan jiwa), maupun mutu manusianya.
Hanya kualitas yang bisa disesuaikan dengan kondisi
Lingkungan alam, kemampuan dan tingkat budaya manusia
pendukungnya, termasuk arsitektur. Oleh karena itu,
tidak satu negara pun di dunia dimana tidak terdapat
masalah perumahan bagi masyarakatnya, terutama bagi
masyarakat golongan menengah ke bawah
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan perumahan dalam skala
besar, terutama untuk masyarakat golongan menengah
ke bawah sejak Pelita II. Tetapi laju pembangunan masih di bawah
laju kebutuhan.
Sebagian besar pendanaan rumah?rumah tersebut di
Indonesia didukung melalui Kredit Pemilikan Rumah
Bank Tabungan Ngara (KPR?BTN ). Dalam Repelita V,
target pembangunan sebanyak 40.000 unit rumah ter
paksa diturunkan menjadi 350.000 unit, karena
pemerintah kekurangan dana. Oleh sebab itu, masalah
perumahan di Indonesia makin membesar. Di samping
itu, ternyata dari rumah?rumah tersebut setelah di
huni, banyak yang diubah, baik luasnya maupun bahan
bangunannya. Pada hal angsuran KPR sebesar 1/3 peng
hasilan keluarga sudah melebihi kemampuan masyarakat
pekerjia Indonesia untuk perumahan yang hanya 1/5
penghasilan keluarga. Ini suatu beban berat bagi
masyarakat yang kondisi ekonominya sudah sulit itu.
Bagi lingkungan, ini merupakai pemborosan sumberdaya
dan meningkatnya Iimbah. Perluasan rumah yang ter
paksa melanggar peraturan bangunan, karena terbatas
nya luas tanah kapling, akan menurunkan mutu ling
kungan fisik rumah tarsebut. Akibatnya, kanyamanan
rumah berkurang. Bila diatasi dengan kemajuan tekno
logi, akan membutuhkan tambahan biaya lagi untuk
membeli peralatan dan pembayaran rekening listrik.
Hal ini karena masalah karakteristik keluarga calon
penghuni belum dipertimbangkan dalam pembangunan
rumah secara massal tersebut. Yang dipertimbangkan
baru besar penghasilan keluarga, agar angsuran
kreditnya tidak macet.
Maksud penelitian ini adalah untuk menemukan faktor?
faktor karakteristik keluarga yang ada hubungan dan
pengaruhnya terhadap perluasan lantai rumah, berapa
luas lantai rumah rata?rata yang dibutuhkan, bahan
bangunan apa yang mereka pakai, hubungan karakteris
tik keluarga tersebut dengan penurunan rnutu lingkung
an fisik rumah, serta persepsi keluarga penghuni
terhadap rumahnya sebelum dan sesudah diubah.
Lokasi penelitian adalah di perumahan PERUMNAS Klen
der, ecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Penelitian
dilakukan pada rumah?rumah tipe D.45 dengan sampel
sebanyak 100 keluarga dan rumahnya. Teknik pengumpul
an data yang digunakan adalah kuisioner, wawancara,
observasi, pengukuran, penggambaran, dan dokumenter.
Analisa data yang digunakan adalah analisis kuantita
tif (distribusi frekuensi, deskriptif, kai?kuadrat
dan regresi linier), dan analisis kualitatif.
Secara singkat, hasil penelitian sebagai berikut:
1. Lingkungan makro kompleks perumahan PERUMNAS
Klender cukup baik dalam hal keanekaragaman dan
penyebaran penghuni, sistem jaringan Jalan, trans
portasi dan drainase, kecuali suplai air minum dan
PAM DKI Jakarta. Untuk memecahkan masalah air ini,
penduduk memompa air ber-sih, dan air tanah dangkal
dengan pompa (listrik atau tangan). Keseimbangan
lingkungan meningkat terus dengan semakin lengkap
nya fasilitas sosial, sehingga mempengaruhi per
kembangan wilayah sekitarnya. Oleh sebab itu, para
penghuni betah tinggal di sana, tidak ingin pindah
ke tempat lain, walaupun mereka belum puas dan
masih ingin mengubah bahan bangunan dan luas rumah
mereka lagi.
2 Rata?rata luas lantai rumah sudah berkembang dari
45 M2 menjadi 76 M2 dengan luas tanah kapling rata?
rata 108 M2.
3 Tingkat pendidikan Kepala?keluarga, jumlah anggata
keluarga penghuni, dan luas tanah kapling, berkore
lasi positif dalam taraf nyata berarti, dan sangat
berarti, dengan perluasan lantai rumah.
4 Hubungan tingkat pendidikan Anak tertinggi, jumlah
penghasilan keluarga, daerah asal. Kepala?keluarga
dengan perluasan lantai rumah, tidak berarti.
Diduga para penghuni menggunakan dana di luar peng
hasilan mereka untuk mengubah rumahnya.
5. Dampak dari perubahan rumah?rumah tersebut, adalah
menurunnya mutu kelancaran sirkulasi udara dan mutu
pemanfaatan terang hari ke dalam rumah. Sekarang,
74% rumah?tangga, luas halaman yang tidak diperke
ras sudah di bawah 10% dan luas tanah kaplingnya.
6. Hubungan tingkat pendidikan (Kepala?keluarga dan
Anak tertinggi), tingkat penghasilan, daerah asal
Kepala?keluarga, dan luas tanah kapling, dengan
penurunan mutu lingkungan fisik rumah-rumah
tersebut, tidak berarti.
7 Jumlah anggota keluarga penghuni rumah, ada hubung
annya dalam taraf nyata berarti dengan mutu pe
manfaatan terang hari ke dalam rumah.
8 Walaupun dalam taraf nyata tidak berarti, terdapat
derajat hubungan sedang antara daerah asal Kepala?
keluarga dengan mutu pemanfaatan terang hari dan
luas tanah kapling yang tidak diperkeras. Pada
rumah?rumah yang Kepala?keluarganya berasal dari
Sumatera, relatif lebih baik daripada rumah?rumah
yang Kepala?keluarganya berasal dari Jawa.
9 Rumah?rumah tersebut sekarang, 14% sudah ber
tingkat, 11% jemuran sudah di atas atap, 32% sudah
melanggar garis sempadan bangunan dan setengah dan
responden menyatakan, mengubah rumahnya tanpa izin.

ABSTRACT
House is a physical basic need for human. Like other
basic needs, minimum quantity is difficult to be mi
nimized without having bad impact, to health (psyche
and physical), and to human quality. It is only the
quality which is able to be adapted with natural en
vironment condition, the capability and cultural le
vel of its supporter human including the architec
ture. Therefore, we can always find housing problems
among the citizen over the countries around the
world, mainly in the middle and low class citizen.
Indonesian Government has executed housing develop
ment in large scale, mainly for low and middle class
community since Pelita II. Nevertheless the rate of
housing necesity is still above the rate of housing
development rate.
Most of housing fund in Indonesia is supported by
the house owning credit from Bank Tabungan Negara
(KPR?BTN). In Repelita V, development target as much
as 450,000 houses unit is compulsory decreased the
350,000 unit because of the shortage of housing fund
of Indonesian government. In that case, housing
problem in Indonesia is still even bigger. In
reality, most of occupied houses are changed by
them, either the area of the house and the material
of the house. Whereas, amount of KPR installment as
much as 1/3 family income has exceeded the
capability of housing income separation that reach
1/5 family incarne cl Indonesian worker community.
It is actually become a burden for the community
whose hard enough economic condition. For environ
ment, it represent a waste of resources and the
escalation of rubbish. House expansion that is com
pulsary violating house establishment regulation
because of the limited kavling land area wìIl reduce
the physical environment quality of the house. In
addition, the house convenience also reduce. If it
is excelled by technology achievement, the techno
logy itself will require extra cost for purchasing
tools arid the amount of electrical bill. The case
due to family characteristic of prospective occupant
has not yet been considered in housing develoPment
at large scale. The consideration is always the
family income that is big enough to afford credit
installment to avoid credit breakdown.
The purposes of the research are to find: family
characteristic factors that have relationship and
correlation to house floor expansion, the average of
house floor needed, what materials are used, family
charateristic relationship with the reduction of
physical environment quality of the house, and also
the occupant families perception to their house
before and after the changing.
Research location is applied to PERUMNAS Klender
Housing, Duren Sawit District, East Jakarta. The
research is conducted on type D.45 houses with sam
ples as much as 100 families and their houses. The
data collecting technic that used are: questionaire,
interview, observation, measurement, drawing and
documentary. The data analysis, cover the quantita
tive analisis (frequency distribution, descriptive,
chi?square and linier regression), and qualitative
analysis.
In short, this research has proceeded as follows:
1. Macro environment of housing at the PERUMNAS
Kiender Housing is good enough in diversity and
dispersion resident, read net system, trans
portation, drainage, except, the fact that
drinking water supply from PAM DKI jakarta is bad.
In order to solve water problem, the residents
pump clean water from shallow land water either
electrically and manually.
Environment homeostatic increase properly keeping
up with the completion of social facility, that
influence its surronding growth. Therefore, the
occupants is living comfortably, They will not
move to another place, although they are not
satisfy enough that they will still want to change
the materials and ecpand their house again.
2 The average of floor area had been expanded, from
45 m2 to 76 m2 with the average of land kavling
area is 108 m2.
3 Education Level of family head, number of family
occupant member, and kavUng land area has a
positive correlation within significant at the
0,05 and 0,01 level with house floor enlargement.
4 The relationship of the children highest education
level, amount of family income, origin region of
family head, with house floor enlargement is not
significant. It is presume the occupants use their
extra income to afford the changing of their
houses.
5 Impact of the house changing: the air circulation
quality and the utilization of indoor day light
are reducing. There are 74 % of houses whose not
hardened yard is below the number of 10 % from
kaviing land area.
6 The relationship of the highest education level
(of family head and his children), income level,
origin region of family head, kaviing land area,
with the decrease of physical environment quality
of the houses, are not significant.
7. The number of family member of house occupant, has
a relationship significant at the 0,05 level, with
the utilization of day light.
8 Although there is an insignificant, there exist a
middle degree of association among origin region
of family head with quality of daylight utiliza
tion, and not hardened kaviing land area. Such
degree of association of the houses, whose family
head coming from Sumatera, its appearance is to be
relatively better than the houses whose family
head coming from Java.
9 Nowadays from houses, there are 14 7. storied
houses, 11% of bleachfield is upstair, 32%
violated building border line, and half of the
samples claim that they had changed the houses
without pemission.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butar Butar, Daniel Atmario
"Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun PPPSRS diberikan status sebagai badan hukum. Namun dalam undang-undang ini tidak ditemukan ketentuan mengenai Pengurus, apalagi pengaturan mengenai organ badan hukum lainnya. Padahal seharusnya karakteristik suatu badan hukum adalah memiliki pengaturan organ yang lengkap. Permasalahan ini praktis berlanjut pada sejauh mana tanggung jawab Pengurus terhadap Perbuatan Hukum yang dilakukan oleh PPPSRS. Bahkan isu tidak adanya kejelasan tanggung jawab Pengurus ini muncul dalam kasus hukum antara pemilik atau penghuni Sarusun melawan Pengurus PPPSRS, dengan dalil bahwa Pengurus dimintakan pertanggungjawaban karena dituduh terbukti melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Oleh karena itu, topik ini menarik untuk diangkat dengan tujuan menghasilkan penjelasan yang sistematis mengenai Tanggung Jawab Perbuatan Hukum Pengurus PPPSRS dalam mewakili PPPSRS, berdasarkan keterbatasan peraturan yang ada dan sedikit teori hukum badan hukum di Indonesia. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus. Ditemukan bahwa Pengurus tidak bertanggung jawab secara pribadi untuk perbuatan hukum beheren PPPSRS yang telah dilakukan sesuai dengan prinsip pengurusan PPPSRS, namun bertanggung jawab secara pribadi untuk perbuatan hukum beschikking yang diambil secara melawan hukum. Ditemukan juga bahwa majelis hakim sudah menerapkan prinsip tanggung jawab terbatas bagi Pengurus PPPSRS.

In Law No. 20 of 2011 on Strata Units (UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun), the Association of Owners and Occupants of Strata Units (PPPSRS) is granted legal status. However, this law does not provide any provisions regarding the Management Board, let alone regulations regarding other organs of the legal entity. In fact, the characteristics of a legal entity should include a complete organ regulation. This problem practically continues to the extent of the Management Board's responsibility for the legal acts carried out by the PPPSRS. Even the issue of the lack of clarity of the Management Board's responsibility emerged in a legal case between the owner or occupant of the Strata Unit against the Management Board of the PPPSRS, with the argument that the Management Board was asked to be accountable for being accused of proven unlawful acts as referred to in Article 1365 of the Civil Code (KUHPerdata). Therefore, it is interesting to raise this issue with the aim of producing a systematic explanation of the Legal Liability of the Management Board of the PPPSRS in representing the PPPSRS, based on the limitations of existing regulations and a little legal theory of legal entities in Indonesia. This research uses a statutory approach and a case approach. The research results are that the Management Board is not personally liable for the legal acts of managing the PPPSRS that have been carried out in accordance with the management principles of the PPPSRS, but is personally liable for the unlawful legal acts that are taken. It was also found that the panel of judges has applied the principle of limited liability for the Management Board of the PPPSRS."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadia Amalia
"Peranan signifikan dari seorang Notaris dalam hukum menyentuh berbagai perbuatan hukum, misalnya saja dalamkehidupan sehari – hari masyarakat seperti mendirikan suatu badan usaha, perjanjian jual - beli, tukar menukar,perjanjian kredit dan lain sebagainya. Bahkan dalam lingkungan tempat tinggal kadang kala masyarakatmembutuhkan peranan seorang Notaris. Demikian pula dalam pembuatan Akta Pendirian Perhimpunan Pemilikdan Penghuni Rumah Susun (PPRS). Adapun pada kasus perkara Putusan Nomor 16/Pdt.G/2018/PN.Jkt.Pst, aktaBerita Acara Rapat Umum Luar Biasa PPRS-GCM (Grand Cempaka Mas) yang dibuat oleh pihak tergugat tidakmemenuhi persyaratan kuorum sesuai dengan peraturan perundang- undangan dan Anggaran Dasar PPRS yangberlaku. Hal tersebut tentunya menimbulkan permasalahan mengenai keabsahan aktanya dan juga mengenaitanggung jawab Notaris yang membuat akta tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatifdengan tipe penelitian deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga PPRS- GCM berlaku mengikat dan tidak dapat dikesampingkan. Saran yang diusulkan penulis kepadaNotaris adalah agar selalu mengambil sikap cermat dan hati-hati di dalam mempelajari dokumen termasukAnggaran Dasar PPPSRS serta kemungkinan potensi sengketa di masa yang akan datang. Selain itu, Notarisseharusnya sedapat mungkin memberikan penjelasan, menunjukkan kelemahan atau kekurangan, serta konsekuensidalam akta yang akan dibuat.

The significant role of a Notary in law, dealing with various legal actions. In society's daily life, for example, establishing a business entity, buying and selling agreements, exchanging, and credit agreements. Even in theneighborhood, sometimes people also need the role of a notary. The same as in making The Deed ofEstablisment of the Association of Flat Owners and Occupants (PPRS). The Deed of Minutes of Extraordinary General Meeting of the Association of Flat Owners and Occupants (RULB PPPSRS) which does not meet the quorumrequirements in accordance with the legislation and the applicable PPPSRS Articles of Association, it will causeproblems regarding the validity of the Deed of Minutes of Extraordinary General Meeting of the Association of Flat Owners and Occupants (PPRSC-GCM) and regarding the responsibilities of the Notary who made the deed. Thisresearch uses normative juridical research method with descriptive analytical research type. The results show that thePPRSC-GCM Articles of Association and By-laws are binding and can not be waived. The suggestion proposed bythe author to the Notary is to always be thorough and careful in studying documents including the PPPSRS Articles of Association and the possibility of potential disputes in the future. In addition, the Notary should be able toprovide an explanation, point out weaknesses or shortcomings, and the consequences in the deed to be made.

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hein Dewantara
"Smart home atau rumah cerdas merupakan rumah yang didalamnya ditanam kecerdasan untuk dapat merasakan, berpikir, dan melakukan sesuatu untuk membuat penghuni di dalamnya merasa aman dan nyaman. Dari berbagai bagian dan fungsi penyusun yang ada di dalam rumah cerdas, context analyzer sebagai pengolah konteks menjadi bagian penting untuk membuat sebuah rumah cerdas dapat merasakan keadaan yang ada di sekitarnya. Dalam penelitian ini, dilakukan percobaan dan implementasi tentang pengolahan konteks indikator cuaca dengan inferensi logika fuzzy. Implementasi dilakukan pada framework OSGi dengan melibatkan komponen rancang bangun rumah cerdas yang telah ada (registrar dan virtual device) ditahap integrasinya. Akhir dari pengolahan konteks pada penelitian ini adalah tingkat kenyamanan dari penghuni rumah berdasarkan suhu, kelembapan, dan kecepatan angin yang ada di sekitar rumah

Smart home is a home that has intelligence in it so the house can feel, think, and do something to make residents feel safe and comfortable inside. From the various parts and functions composing smart home system, context analyzer as an important part to processing context make a smart home can feel the situation/condition around it. In this research, the experiment and implementation of weather indicator context processing with fuzzy logic inference was done. The implementation is done on the OSGi framework involves components of the existing smart home design (registrar and virtual device) in the integration phase. The expected result of this research is the comfort level of the occupants in the smart home is determined based on temperature, humidity, and wind speed that are around the house."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbi Aulia Ahmad
"Pencemaran udara dalam ruangan merupakan masalah penting yang harus diperhatikan. Jamur udara ialah salah satu pencemar udara dalam ruangan. Tujuan penelitian ini ialah mengukur dan menganalisis perbedaan konsentrasi jamur udara, menganalisis suhu, kelembaban, dan kepadatan hunian yang mempengaruhi konsentrasi jamur udara di beberapa jenis hunian, dan menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku penghuni indekos terhadap konsentrasi jamur udara di indekos. Sampel jamur udara diambil dengan alat EMS E6-Single Stage yang diisi dengan media jamur MEA. Sampel penelitian berjumlah 79 (18 di indekos, 31 di rumah tapak, dan 30 di apartemen). Pengambilan sampel dilakukan 1 menit untuk setiap sampel. Jamur diinkubasi selama 48-72 jam dengan suhu ±29 oC. Perhitungan statistik menggunakan software SPSS versi 24. Hasil pengukuran konsentrasi jamur rata-rata di indekos, rumah tapak, dan apartemen masing-masing sebesar 1.046±413 CFU/m3, 825±241 CFU/m3, dan 294±55 CFU/m3. Kelembaban mempengaruhi konsentrasi jamur udara di rumah tapak (r=0,911) dan apartemen (r=0,521). Kepadatan hunian mempengaruhi konsentrasi jamur di rumah tapak (r=0,553) dan apartemen (r=0,459). Suhu tidak mempengaruhi konsentrasi jamur di seluruh jenis hunian (p>0,05). Perilaku membuka jendela kamar mempengaruhi konsentrasi jamur udara di indekos (r=0,477). Pengetahuan dan sikap tidak mempengaruhi konsentrasi jamur di indekos (p>0,05). Konsentrasi jamur udara tertinggi berada di jenis hunian indekos

Indoor air pollution is a major problem that needs to be concerned. Airborne fungi is one of the indoor air pollutants. This research aims to measure and analyses airborne fungi concentration, analyses temperature, and relative humidity, and occupancy density that influenced airborne fungi concentration, and analyses the relationship between knowledge, attitude, and behavior of boarding house occupants to airborne fungi concentration in boarding house. Samples are taken with EMS E6-Single Stage which is filled with MEA. The amount of samples are 79 (18 in boarding house, 31 in homes, and 30 in apartments) with duration 1 minute of each samples and incubated for for 48-72 hours (±29 oC). SPSS is used to calculate statistical analyses. Mean airborne fungi concentrations for boarding houses, homes, and apartments respectively are 1,046±413 CFU/m3, 825±241 CFU/m3, and 294±55 CFU/m3. Relative humidity influenced airborne fungi concentration in homes (r=0,911) and apartments (r=0,521). Occupancy density influenced airborne fungi concentration in homes (r=0,553) and apartments (r=0,459). Temperature does not influence airborne fungi in any residence types (p>0,05). Opening room window influenced airborne fungi concentration in boarding house (r=0,477). Knowledge and attitude does not influence airborne fungi in boarding house (p>0,05). The highest airborne fungi concentration is in boarding house."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernanti Aryajayaputri
"Notaris mengemban tanggung jawab yang besar dalam memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, yakni melalui perannya dalam pembuatan akta autentik. Dalam hal ini, apabila Notaris melakukan suatu kelalaian dalam melaksanakan jabatannya, termasuk dalam pembuatan akta autentik, maka Notaris harus bertanggungjawab atas perbuatannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Penelitian ini merupakan studi kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 1335 K/PDT/2021 dimana Notaris dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum atas pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun yang didasarkan atas pelaksanaan RULB yang tidak sah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan tipologi penelitian deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa rapat yang diselenggarakan adalah tidak sah karena tidak memenuhi ketentuan penyelenggaraan rapat sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, sehingga hasil keputusan yang dituangkan ke dalam Akta Berita Acara Rapat menjadi batal demi hukum. Dari pembuatan akta tersebut, Notaris dinyatakan telah melanggar Undang-undang Jabatan Notaris dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata, sehingga Notaris dapat diminta pertanggungjawabannya secara administratif dan perdata. Notaris harus membaca dan memahami terlebih dahulu ketentuan di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dari badan hukum yang bersangkutan, serta Notaris harus bersikap tegas untuk menolak pembuatan akta yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku demi terlindungi dari akibat hukum sekaligus memberikan kepastian hukum kepada klien.

Notaries have great responsibility in providing legal certainty, namely by making authentic deeds. In this case, if the Notary commits an error in carrying out their position, including in making an authentic deed, the Notary must be responsible for their actions whether its intentional or unintentional. This research is a case study of the Supreme Court’s Decision Number 1335 K/PDT/2021 where the Notary is declared to have committed an unlawful act for making the Deed of Minutes of the General Meeting of the Flat Owners and Occupants’ Association which is based on the implementation of an invalid meeting. The issue raised in this research is the legal consequences of the deeds produced by the invalid meeting, as well as the responsibility of the Notary who makes the deed. The research method used in this research is normative juridical with descriptive analytical research typology. This research further concludes that the meeting was invalid since it does not meet the requirements of conducting a meeting as regulated in Articles of Association and Bylaws. Therefore, the decisions contained in the Minutes of Meeting were regarded as null and void. Furthermore, the Notary is also deemed to have violated Notary Profession Law as well as the Civil Code, in which they would be held accountable in both administrative and civil manners. The Notary must first read and understand the provisions in the Articles of Association and Bylaws of the legal entity concerned, and the Notary must be firm in refusing to make a deed that is not in accordance with the applicable laws and regulations in order to be protected from legal consequences while at the same time providing legal certainty to the client.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisno Sumardjo, 1916-1969
Djakarta : Balai Pustaka, 1963
899.221 TRI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>