Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Kapismak, Askim
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2022
155.25 KAP c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Putri Sulistyani
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek mediasi work passion yaitu harmonious work passion dan obsessive work passion pada hubungan antara self-control dan psychological well-being. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa self-control berkontribusi secara signifikan terhadap psychological well-being, namun terdapat inkonsistensi pada temuan mengenai pengaruh self-control terhadap psychological well-being. Penelitian ini mengajukan hipotesis bahwa harmonious work passion dan obsessive work passion memediasi hubungan antara self-control dan psychological well-being. Data diperoleh dari 202 karyawan non-pemerintah yang berasal dari berbagai industri dan berbagai kota di Indonesia, sedangkan efek mediasi dianalisis menggunakan Process Macro dari Hayes.
Dengan menggunakan Self Determination Theory untuk menjelaskan efek mediasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa harmonious work passion memediasi hubungan antara self-control dan psychological well-being secara parsial, sedangkan efek mediasi tidak ditemukan pada obsessive work passion. Implikasi dari penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan membekali karyawan agar mampu menampilkan self-control sehingga karyawan dapat fokus pada pekerjaan dan tujuan utamanya dalam bekerja. Dengan demikian karyawan dapat merasakan work passion yang bersifat harmonious yang mengarah pada terciptanya psychological well-being.

This study aims to investigate the mediating effects of work passion i.e. harmonious work passion and obsessive work passion on the relationship between self control and psychological well being. Previous studies showed that self control significantly contributed to psychological well being, however the findings about the impact of self control on psychological well being were inconsistent. This study hypothesized that harmonious work passion and obsessive work passion mediated the relationship between self control and psychological well being. Data were obtained from the sample of 202 non government sector employees, from various industries and various cities in Indonesia. The mediation effect was analyzed using Hayes' Process Macro.
Using the Self Determination Theory to explain the mediation effect, result showed that harmonious work passion partially mediated the relationship between self control and psychological well being. Whereas obsessive work passion did not mediate the relationship between self control and psychological well being. Implications of this study could be followed up by facilitating employees to be able to perform self control at work, so that employees could focus on their works and main goals in work. Therefore, employees could experience harmonious work passion which leads to psychological well being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Puspita Sari
"Hubungan interpersonal merupakan salah satu ciri khas kualitas kehidupan manusia karena sudah menjadi sifat kodrat bahwa manusia adalah makhluk monodualis yang memiliki sifat makhluk individu dan sosial. Dalam banyak hal, manusia memerlukan keberadaan orang lain untuk saling memberi perhatian, membantu, mendukung, dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan kehidupan. Sejak bayi, manusia sudah memerlukan individu Iain, hingga saat individu memasuki masa usia lanjut pun, individu akan merasa hidupnya "Kaya" dengan kehadiran individu-individu lain yang memperhatikan dirinya (Papalia dan Olds, 1995; Grothberg, 1999). Seinng berlambahnya usia, banyak lanjut usia yang sudah ditinggalkan oleh pasangan hidupnya. Selain itu, banyak juga Ianjut usia yang mengalami sangkar kosong (empty nest) karena ditinggalkan anak-anaknya yang pergi untuk melanjutkan pendidikan atau bekerja. Akibatnya, lanjut usia mengalami kesepian. Akan tetapi bagi sebagian lanjut usia, hal tersebut tidak menjadi masalah karena ia berusaha memanipulasi Iingkungan secara aktif dan konstrulctif melalui aktivitas tisik, sosial, dan mental (Ryff, 1989). Dengan mengikuti aktivitas sosial, individu lanjut usia memiliki kesempatan untuk manialin hubungan interpersonal dengan individu-individu Iain yang sebaya dengan dirinya. Keinginan untuk mencari teman yang sebaya dengan dirinya merupakan karakteristik Khas pada masa usia lanjut (Schell, 1975; Carstensen, 1992). Hal ini dikarenakan terjadinya proses saling tukar pengalaman melalui suclut pandang yang sama sehingga timbul perasaan dimengerli dan didukung (Atwater, 1983; Craig, 1986; Ebersole dan Hess, 1990), aldbatnya dukungan emosi yang sangat dibutuhkan pada masa tua dapat terpenuhi (Antonucci dan Akiyama dalam Quadagno, 2002). Dari berbagai penelitian juga dikelahui bahwa tersedianya sumber dukungan dapat berguna sebagai Stress bufer (Thoits, 1985; Lin dkk., 1986; Cohen dan Willis, 1985 dalam Briselte, Carver, dan Scheier, 2002). Pertemanan dengan individu sebaya juga dapat mempertahankan kemampuan individu lanjut usia untuk menyesuaikan diri dengan baik terhadap stress masa tua (Lowenlhal dan Haven dalam Schell, 1975; Berkman dalam Birnan dan Schaie, 1990; Zander, 1990). Adanya teman pada masa tua juga dapat memperpanjang usia (Steinbeck, 1992 dalam Papalia dan Olds, 1995). Hal ini dapat terjadi karena individu lanjut usia yang memiliki teman akan merniliki sudut pandang yang positif terhadap kehidupan, yang akhimya akan meningkatkan kualitas hidupnya (Reitch dan Zautra, 1981 dalam Dwyer, 2000). Lebih jauh dijelaskan oleh Carstensen (1992) bahwa cara terbaik dalam memilih teman sebaya adalah dengan memperlahankan hubungan dengan teman-teman Iamanya. Lingkungan tempat tinggal menjadi sarana yang memadai bagi para Ianjut usia untuk mempertahankan hubungan dengan teman-teman Iama yang sebaya dengan dirinya. Hal ini clikarenakan mereka telah saling mengenal sejak lama sehingga resiko tenadinya selisih paham dapat diminimalkan, sorta sudah terbeniuknya social involvement dan mutual help (Adams dalam Papalia dan Olds, 1995). Oleh karenanya, tempat tinggal dan rasa memiliki temadap lingkungan sekitamya memiliki pengaruh yang cukup signiikan bagi psychological well being kaum Ianjut usia (Crown clan Longino dalam Tumer dan Helms, 1987; Datan dan Lohman dalam lndati, 1992; Quadagno, 2002). Peneliti menggunakan teori psychological well being yang clikemukakan oleh Ryfl (1989). Aclapun dimensi-dimensi psychological wellbeing dari Rylf (1989) adalah penerimaan diri, hubungan dengan individu lain, kemandirian, penguasaan lingkungan perlumbuhan pribadi, dan tujuan hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well being adalah faklor evaluasi lerhadap pengalaman kehidupan, dan faktor dukungan sosial. Salah satu altematif yang dapat dilakukan Ianjut usia untuk menyaluikan kebutuhan sosialisasi mereka adalah dibentuknya perkumpulan lansia. Peneliti tenarik untuk mengetahui ada lidaknya gambaran psychological well being pada individu Ianjut usia yang al-clif dan tldak al-ctif dalam aktivitas sosial sesuai teori yang dikemukakan Neugarten, Havighurst, dan Tobin (1961 dalam Ryff, 1909). Ketertarikan peneliti semakin dalam saat membaca kurangnya penelitian mengenai lanjut usia di bidang psikologi konseling (Fassinger dan Schlossberg, 1992; Gelso dan Fassinger, 1990 dalam Hanson dan Minlz, 1997). Padahal hasil sensus menunjukkan bahwa dewasa ini, 1 dari 10 orang yang ada di dunia berusia di atas 60 tahun. Data statistik terakhir yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa mamperlihatkan bahwa jumlah orang yang bemsia di alas 60 tahun diperkirakan berjumlah sekitar 605 juta jiwa. Diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat, yakni sekitar 1,2 milyar jiwa di tahun 2025. Di negara-negara berkembang jumlah Ianjut usia mencapai hampir % dari jumlah yang diprediksikan tersebut (Jurnal Perempuan, Oktober 2003). Adapun Indonesia diperlrirakan akan menjadi negara ketiga terbanyak dalam jumlah Ianjut usia setelah China dan Amerika. Pada tahun 2000 jumlah lanjut usia di indonesia sekitar 15,3 juta jiwa (Majalah Selip, April 2001 dalam Wakhida dkk, 2002). Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian Studi Kasus untuk menjawab pem1asalahan dalam penalitian ini. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa individu Ianjut usia yang aktif dapat menoapai psychological well being, dan individu yang tidak lagi aktif tidak dapat memenuhi dimensi kemandirian, penguasaan lingkungan, perlumbuhan pribadi, dan mengalami kesulitan untuk memaknai keberadaannya atas kehidupan yang sudah dijalani. Untuk penelitian selanjutnya, hendaknya digunakan lebih banyak subjek dengan latar belakang yang Iebih beragam sehingga didapalkan gambaran yang Iebih bervariasi, triangulasi data clan triangulasi melodologi, serta studi Iiteralur buku mengenai psychological well being yang Iebih banyak Saran praktis dari peneliti untuk palugas instansi terkait yang mangumsi masalah posyandu Ianjut usia, hendaknya memberi perhatian seoara lebih baik sehingga dukungan sosial yang clibutuhkan benar-banar dapat dirasakan oleh Ianjut usia yang ada dalam kelompok binannya, dan juga buatlah inovasi-inovasi dalam membuat program kegiatan, Selain ilu, Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya aktivitas di usia tua sahlngga masyarakat tidak terjebak dengan stereotipi bahwa masa tua adalah masa untuk menjauhkan diri dari berbagai aktivitas sosial. Yang tidak kalah panting, untuk keluarga yang memiliki lanjut usia hendaknya momberi kesempatan kepada lanjut usia untuk letap aktif di masa tuanya. Keluarga dapat membantu dengan menyediakan informasi mengenai organisasi Ianjut usia yang dapat dimasuki oleh orang tuanya. Lalu, untuk Ianjut usia yang lidak aklif tetap dijaga silaturahminya sehingga ia merasa tetap memiliki teman, khususnya pada Ianjut usia yang tidak dapat aktif karena alasan kesehatan. "Tidak ketinggalan, untuk pralansia sebaiknya mempersiapkan diri secara baik agar tetap dapat aktif di usia tua, misal dengan mulai rajin olah raga atau menjaga pola makan. Intinya, kembangkan gaya hidup sehat sedini mungkin. Jangan lupa untuk banyak mencari informasi mengenai lanjut usia sehingga tidak adanya kekagetan bila nantinya menghadapi berbagai perubahan yang dialami, dimana hal ini dapat dilakukan dengan banyak terlibat pada aktivitas sosial sehingga saling belajar dari anggota lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syazka Kirani Narindra
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan surat terimakasih dan subjective well being pada emerging adult. Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu 4 sesi dan dalam tiga sesi dengan 38 partisipan tersebut diminta untuk menuliskan surat terimakasih kepada individu yang dianggap penting. Surat terimakasih dituliskan secara ekspresif, reflektif, orientasi positif dan tidak basa-basi. Partisipan kemudian ditanyakan apakah mau untuk mengirim surat atau tidak dan kepada siapa surat tersebut dikirim. Subjective well being terdiri atas simptom depresi, rasa syukur, kebahagiaan dan kepuasan hidup. Gratitude Questionnaire 6 untuk mengukur rasa syukur, Beck Depression Inventory untuk mengukur simptom depresi, Subjective Happiness Scale untuk mengukur kebahagiaan dan Satisfaction With Life Scale untuk mengukur kepuasan hidup.
Berdasarkan hasil pengukuran repeated measured ANOVA diketahui bahwa skor simptom depresi memiliki hubungan dengan surat terimakasih (F=6.12, p<0.001) namun tidak signifikan pada kebahagiaan, rasa syukur dan kepuasan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara surat terimakasih dan subjective well being pada emerging adult. Ditemukan terdapat hubungan surat terimakasih dan simptom depresi pada emerging adult.

This research purposed to examine the description of relationship between thank you letter and subjective well being on emerging adult. This research conducted in 4 sessions, during the first three session with the 38 participants, the participants were asked to write down a thank you letter to those who is matters to them. The letter should be written in an expressive, reflective, positive oriented and non-trivial. Participant then asked if they want to send the letter or not and were asked to whom the letter was sent. Subjective well being consists of depressive symptoms, gratitude, happiness and life satisfaction. Gratitude Questionnaire 6 to measure gratitude, Beck Depression Inventory to measure depressive symptoms, Subjective Happiness Scale to measure happiness and Satisfaction With Life Scale to measure life satisfaction.
The results showed that there are a significant relationship between depressive symptoms and thank you letter (F= 6.12, p<0.001) but there are no significant relationship between happiness, gratitude and life satisfaction with thank you letter. This shows that there are no relationship between thank you letter and subjective well being on emerging adult. There are relationship between thank you letter and depressive symptoms on emerging adult.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wuri Ayu Puspita Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perceived social support memoderasi hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis. Partisipan dalam penelitian ini adalah emerging adults Indonesia berusia 18-25 tahun berjumlah 828 partisipan. Hasil pengolahan data menggunakan teknik analisis regresi menunjukkan bahwa perceived social support tidak memoderasi hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis, β = 0.0016, t(828) = 0,66, p>0,5, yang berarti perceived social support tidak memperkuat atau memperlemah hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis. Namun, jika dilihat secara terpisah, ditemukan bahwa distres psikologis secara signifikan dapat memprediksi kesejahteraan psikologis, β = - 0.27, t(828) = -15.05, p<0.05. Selain itu, perceived social support secara signifikan dapat memprediksi kesejahteraan psikologis, β = 0.51, t(828) = 11.65, p<0.05.

This study aims to determine whether perceived social support moderates the relationship between psychological distress and psychological well-being. Participants in this study were Indonesian emerging adults aged 18-25 years totaling 828 participant. The results of data processing using regression analysis techniques show that perceived social support does not moderate the relationship between psychological distress and psychological well-being, β = 0.0016, t (828) = 0.66, p> 0.5, which means perceived social support does not strengthen or weaken the relationship between psychological distress and psychological well-being. However, when viewed separately, it was found that psychological distress could significantly predict psychological well-being, β = - 0.27, t (828) = -15.05, p <0.05. In addition, perceived social support can significantly predict psychological well-being, β = 0.51, t (828) = 11.65, p <0.05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schwartz, David Joseph
Batam: Binarupa Aksara, 1996
153.42 SCH b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Schwartz, David Joseph
Jakarta : Binarupa Aksara, 1992
153.42 SCH b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zebian, Najwa
"Rumah adalah tempat di mana jiwamu merasa nyaman, di mana kau dicintai apa adanya. Terlalu banyak dari kita yang membangun rumah di dalam diri orang lain, berharap mereka akan menganggap kita layak untuk diterima di dalamnya, kemudian merasa ditinggalkan dan hampa saat orang-orang itu pergi. Membangun rumah di dalam dirimu sendiri dimulai dari sini. Dalam buku ini, Najwa Zebian membagikan konsep revolusionernya tentang rumah–tempat yang aman di mana kau bisa menerima kerentananmu dan menemukan nilai dirimu. Zebian ingin menunjukkan kepadamu bagaimana caranya membangun ruangan-ruangan dalam rumahmu dengan membentuk dasar yang kuat untuk nilai diri, rasa memiliki, dan kebahagiaanmu. Ditulis dengan kekuatan, keterusterangan, dan kehangatan, Welcome Home adalah jawaban atas rasa sakit yang kita alami ketika kita tidak merasa damai dengan diri kita sendiri. Setiap manusia berhak memiliki rumahnya sendiri. SELLING POINT: 1. Karya dari penulis buku terlaris Nectar of Pain dan Mind Platter. 2. Karya terinspirasi dari pengalaman pribadi penulis dan orang-orang di sekitar penulis yang masih dalam pencarian rumah di dalam dirinya. 3. Terdapat tips-tips yang mudah diaplikasikan dalam kehidupan. 4. Penulis menempatkan diri sebagai teman dalam buku ini 5. Kekuatan narasi dari penulis membuat buku ini mudah dimengerti. 6. Didukung ilustrasi yang menarik."
Jakarta: PT Gramedia , 2024
155.2 ZEB w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>