Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107224 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diksi Harmonik Rahman
"Perencanaan kota yang baik diperlukan untuk pembangunan kota yang berkelanjutan dan rendah emisi karbon. Di Indonesia, tingkat urbanisasi yang tinggi menyebabkan urban sprawl. Sementara itu, urban sprawl berdampak negatif terhadap sosial ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Studi ini berfokus pada bagaimana urban sprawl mempengaruhi emisi karbon di Indonesia dari tahun 2010-2018. Dengan menggunakan model two-way fixed effect pada kota-kota di Indonesia, disimpulkan bahwa urban sprawl berkorelasi positif dengan emisi karbon. Studi ini juga menggunakan faktor transmisi yang menghubungkan urban sprawl dengan emisi karbon, yaitu kendaraan pribadi dan perilaku pembakaran sampah. Hasilnya menunjukkan bahwa urban sprawl dapat memperburuk emisi karbon melalui kepemilikan kendaraan pribadi dan perilaku pembakaran sampah.

Good urban planning is necessary for sustainable and low carbon emissions urban development. In Indonesia, a high level of urbanization causes urban sprawl. Meanwhile, urban sprawl has negatively impacted socioeconomic, health, and the environment. This study focuses on how urban sprawl affected carbon emissions in Indonesia from 2010-2018. Using a two-way fixed effect model on cities in Indonesia, it is concluded that urban sprawl positively correlated with carbon emissions. This study also employs the transmission factors that connect urban sprawl to carbon emissions, i.e. private vehicle and open burning behavior. The results show that urban sprawl can aggravate carbon emissions through private vehicle possession and open burning behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satya Dharma Pinem
"Intensitas emisi GRK dari kegiatan produksi migas cenderung meningkat. Penelitian
bertujuan untuk menganalisis emisi GRK, menganalisis biaya pengurangan emisi,
menganalisis perilaku KKKS migas serta menyusun mitigasi emisi pada kegiatan
produksi migas. Perhitungan emisi menggunakan metoda IPCC Tier-1, perilaku KKKS
dianalisis dari Laporan Keberlanjutan, analisis biaya pengurangan emisi menggunakan
metoda marginal abatement cost (MAC), dan mitigasi emisi disusun berdasarkan Kurva
MAC. Hasil penelitian menunjukkan emisi dari sumber pembakaran bahan bakar sebesar
354.487 ton CO2e/tahun, sedangkan emisi dari sumber fugitive sebesar 125.476 ton
CO2e/tahun. Sumber emisi GRK terutama berasal dari pembakaran pada turbin
pembangkit listrik dan kompresor gas. Perilaku KKKS termasuk kategori cukup baik
tetapi perlu peningkatan pada perilaku penggunaan energi terbarukan. Beberapa pilihan
mitigasi bernilai MAC negatif sehingga berpotensi memberikan keuntungan ekonomi
bagi KKKS. Mitigasi emisi disusun melalui peningkatan perilaku KKKS dan pemilihan
aksi mitigasi yang memberikan penurunan emisi GRK terbesar dengan biaya
pengurangan emisi terkecil.

The GHG intensity from O&G production activity is continue increasing. This research
aims to analyze the GHG emission, the emission reduction cost, the mitigation behavior
of O&G company, and to develop emission mitigation. The GHG emission is calculated
by IPCC Tier-1 method, company behavior is analyzed thru Sustainability Report, the emission reduction cost is analyzed by marginal abatement cost (MAC), and emission mitigation is developed by MAC Curve. The results showed that emissions from fuel combustion were 354,487 tons CO2e/year, while emissions from fugitive were 125,476 tons CO2e/year. The source of GHG emissions mainly from fuel combustion in power generator equipment and gas compressor. The O&G company behavior is categorized as quite good but need improvement in using renewable energy. Several mitigation options
have found economically beneficial. Emission mitigation is developed thru increasing mitigation behaviour and de
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi Nuraini
"Dalam upaya untuk menurunkan emisi CO2 dan mencapai net zero emission pada tahun 2070, Pemerintah Indonesia telah menyerukan berbagai langkah upaya penurunan emisi. Implementasi carbon capture storage di industri merupakan salah satu langkah yang dapat ditempuh. Dengan penggunaan energi fosil yang masih sangat tinggi, salah satunya pada Provinsi Jawa Barat, maka integrasi carbon capture storage dengan industri sektor energi fosil di Jawa Barat dapat menjadi langkah awal yang baik untuk peningkatan implementasi carbon capture storage di Indonesia. Meskipun memberikan keuntungan, proses implementasi carbon capture storage juga memiliki berbagai hambatan seperti hambatan sosial, hambatan kebijakan, dan hambatan infrastruktur. Untuk menghilangkan hambatan-hambatan tersebut, peran pemerintah dalam membuat intervensi kebijakan sangatlah penting. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kebijakan-kebijakan apa saja yang dapat diterapkan untuk meningkatkan implementasi carbon capture storage. Dari hasil simulasi alternatif kebijakan yang diterapkan pada tiga skenario, direkomendasikan tiga alternatif kebijakan yang memperlihatkan hasil yang cukup signifikan, yaitu constrain collaboration, rewarded CO2 avoided, dan energy collaboration.

To reduce CO2 emissions and achieve net-zero emissions by 2070, the Government of Indonesia has called for various measures to reduce emissions. Implementation of carbon capture storage in the industry is one of the steps that can be taken. With the use of fossil energy still very high, one of which is in West Java Province, the integration of carbon capture storage with the fossil energy sector industry in West Java can be an excellent first step for increasing the implementation of carbon capture storage in Indonesia. However, although it provides advantages, the implementation process of carbon capture storage also has various obstacles such as social barriers, policy barriers, and infrastructure barriers. To remove these obstacles, the government's role in making policy interventions is crucial. This study aims to find out what policies can be applied to improve the implementation of carbon capture storage. From the simulation results of alternative policies applied to the three scenarios, it is recommended that three alternative policies show significant results, namely constraint collaboration, rewarded CO2 avoided, and energy collaboration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Renaldy
"Kebakaran hutan dan lahan merupakan fenomena yang acap kali terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Kebakaran ini menimbulkan emisi yang sangat besar. Sebagai contoh, Karhutla di Indonesia pada tahun 1997 diperkirakan melepas karbon ke atmosfer sebesar 0.81 sampai 2.57 Gt, atau setara dengan 13-40% emisi karbon dari bahan bakar fossil tahunan (Page, et al., 2002). Namun, angka ini sedang dikaji ulang oleh para peneliti karena adanya overestimation pada emission factor yang digunakan oleh IPCC, dan emisi karbon ekuivalen yang dihasilkan Indonesia pun diperkirakan 19% lebih sedikit dari apa yang diperkirakan oleh IPCC. (Erianto Indra Putra, 2016). Dampak dari emisi ini berakibat buruk bagi manusia karena selain mengurangi kualitas udara yang dapat mengakibatkan kerusakan sistem pernafasan, bahkan partikulat yang berterbangan bisa membuat penerbangan regional dan internasional tidak dapat beroperasi. Penelitian kali ini bertujuan untuk mencari tahu korelasi dari pengaruh luasan kebakaran gambut dengan emisi (CO dan PM) yang dihasilkan. Dari penelitian ini, didapat kecepatan persebaran luas rata-rata sebesar 3.27 cm2 per menit, angka flux antara CO dan area kebakaran sebesar 1.708 CO ppm/cm2, dan partikulat memiliki pembacaan yang cenderung konstan selama perambatan antara 25,000 µg/m3 hingga 50,000 Aµg/m3.
Forest and land fire are phenomenon that happens around the world, and that includes Indonesia. This fire produces a large amount of emission. For an example, forest fire in Indonesia on year 1997 were predicted releasing around 0.81 up to 2.57 Gt of carbon into the atmosphere, or equivalent of 13-40% carbon emission from fossil fuel annually (Page, et al., 2002). But this number is currently re-evaluated by researchers since there has been an overestimation on the emission factor used by IPCC, and carbon equivalent measurements may have been 19% less than what current IPCC emission factors indicate.Namun, angka ini sedang dikaji ulang oleh para peneliti karena adanya overestimation pada emission factor yang digunakan oleh IPCC, dan emisi karbon ekuivalen yang dihasilkan Indonesia pun diperkirakan 19% lebih sedikit dari apa yang diperkirakan oleh IPCC. (Erianto Indra Putra, 2016) Emission leads to many consequences for humans, because the emisison lowers the air quality index that leads to respiratory issues, and the particulates flying around can also leads to both regional and international flights unable to operate. This research purposes are to study the type and pattern of the emission produced by the peat fire and to finds the correlation between smoldering spread area and emission (CO and PM) produced. The results show that the smoldering spread rate area is 3.27 cm2 per minutes, flux of CO and smoldering spread area is 1.708 CO ppm/cm2, and a constant reading of particulates around 25,000 Aµg/m3 up to 50,000 Aµg/m3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Tri Kurniawati
"Kehadiran peralatan memasak yang semakin canggih dan inovatif seperti kompor induksi telah mengubah cara memasak dengan memberikan tingkat efisiensi yang tinggi. Kompor induksi juga merupakan terobosan dalam mengurangi emisi karbon dan menjadikannya pilihan penting dalam upaya konservasi energi. Penggunaan kompor induksi di masyarakat masih menghadapi beberapa kendala seperti harga yang relatif masih tinggi, konsumsi daya yang signifikan, dan kebutuhan akan wadah memasak khusus. Selain itu, perkembangan teknologi kompor induksi dapat menghasilkan emisi elektromagnetik berupa emisi konduksi (conducted emission). Conducted emission merupakan gangguan elektromagnetik yang ditimbulkan oleh perangkat elektronik melalui penghantar (konduktor) yang dapat dinterpretasikan sebagai arus noise yang merambat pada jalur konduksi dan berpotensi mengganggu peralatan elektronik lainnya melalui sumber tegangan. Dalam jaringan listrik yang sama, conducted emission yang ditimbulkan kompor induksi juga dapat mengganggu sinyal data yang menggunakan Power Line Carrier (PLC) pada frekuensi 30-500 kHz. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dampak karakteristik pola emisi gelombang elektromagnetik yaitu emisi konduksi (conducted emission) yang dihasilkan oleh kompor induksi. Fokus utama adalah pada emisi yang dikonduksi, yang dapat mempengaruhi kinerja perangkat elektronik tersebut. Hasil penelitian terkait karakteristik nilai conducted emission dari kompor induksi ini diharapkan agar perangkat rumah tangga ini semakin aman serta nyaman digunakan oleh masyarakat dan dapat memberikan referensi untuk pengembangan teknologi kompor induksi selanjutnya. Metode pengujian dilakukan pada 4 (empat) merek kompor induksi C, A, M dan P dalam berbagai kondisi operasi dan mode memasak baik secara individual maupun diperasikan secara bersamaan di rentang frekuensi 9 KHz-30 MHz melalui pengujian Electromagnetic Compatibility (EMC). Parameter yang diukur adalah nilai Quasi Peak (QP), sesuai dengan standar CISPR 14.1:2020. Berdasarkan pengukuran di rentang frekuensi 9 kHz-30 MHz kondisi individual diperoleh bahwa sebagian kompor induksi yang dipergunakan dalam penelitian ini berada di atas nilai ambang batas yang dipersyaratkan dalam CISPR 14.1:2020. Berdasarkan pengukuran dengan kondisi kompor induksi dioperasikan secara simultan, tingkat conducted emission mengalami penurunan dan terdapat disturbance pada frekuensi baru di luar frekuensi disturbance pada saat kondisi individual.

The presence of increasingly sophisticated and innovative cooking equipment, such as induction cookers, has transformed the way we cook by providing a high level of efficiency. Induction cookers also represent a breakthrough in reducing carbon emissions, making them a crucial choice in energy conservation efforts. However, the use of induction cookers in society still faces several challenges, such as relatively high prices, significant power consumption, and the need for special cooking vessels. Furthermore, the development of induction stove technology can result in electromagnetic emissions known as conducted emissions. Conducted emissions are electromagnetic disturbances caused by electronic devices through conductors, interpreted as noise currents propagating on conductive paths and potentially disrupting other electronic equipment through voltage sources. In the same electrical network, the conducted emissions generated by induction cooker can also interfere with data signals using Power Line Carrier (PLC) at frequencies of 30-500 kHz. The aim of this research is to identify the impact of the characteristics of electromagnetic wave emission patterns, specifically conducted emissions, generated by induction cookers. The main focus is on the conducted emissions that can affect the performance of electronic devices. The research results related to the characteristics of the conducted emission values from these induction cookers are expected to contribute to the safety and comfort of household devices, providing reference points for the further development of induction stove technology. Testing was conducted on four (4) brands of induction cooker, labeled as C, A, M, and P, under various operating conditions and cooking modes, both individually and simultaneously, across the frequency range of 9 KHz-30 MHz through Electromagnetic Compatibility (EMC) testing. The measured parameter was the Quasi Peak (QP) value, following the CISPR 14.1:2020 standard. Based on measurements in the frequency range of 9 kHz-30 MHz under individual conditions, it was found that some induction cookers used in this study exceeded the required threshold values in CISPR 14.1:2020. However, when measuring induction cooker operated simultaneously, the level of conducted emissions decreased, and there were disturbances at new frequencies outside the disturbance frequencies observed under individual conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Cahya Nugraha
"Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi terpenting bagi penduduk Indonesia. Masalah yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor antara lain emisi yang lebih tinggi dan juga tidak selalu tersedianya minyak pemanas. Pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan No. Menteri Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM). 12 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Penggunaan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain. Solusi yang diterapkan saat ini adalah campuran bahan bakar etanol, graphene oxide dengan bensin. Tujuan penelitian ini akan menguji bahan bakar campuran gasoline-ethanol-grapheneoxide zat aditif terhadap pengaruh unjuk kerja, emisi, dan temperature pada mesin 4 stroke 125 cc SI. Komposisi campuran menggunakan gravimetri dengan masing-masing sampel 1000 dengan campuran E0 1000 gram gasoline, E20 campuran gasoline 800 gram dan ethanol 200 gram, E20GO campuran gasoline 800 ditambah ethanol 200 gram ditambah graphene oxide 25 mg (125 ppm). Melakukan rancang bangun Rig engine, modifikasi cylinder head untuk meletakan termokopel, sistem elektrikal, fuel system. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini Data-Q sebagai data akuisisi, BRT JUKEN 5+ sebagai ECU, termokopel tipe-K, data box AFR Meter untuk bacaan AFR, gas analyzer kane 9206 Quintox, Chassis dynamometer, fuel system dan tanki KMHE 200 ml. Metode pengujian dengan variasi RPM rendah, tengah, tinggi dengan RPM 5000, 6500, 8000 di tahan pada waktu running selama 30 detik dan dengan throttle terbuka penuh (wide open throttle) diantara pengujiannya yaitu: unjuk kerja meliputi torsi, HP, Konsumsi bahan bakar. Emisi meliputi CO2, CO, HC. Temperatur meliputi temperatur exhaust dan temperatur exhaust valve. Berdasarkan hasil pengujian torsi dibandingkan dengan E0 didapat pada bahan bakar E20GO mengalami penurunan 2%, 20%, 23% dan daya didapat penurunan E20 5%, 4%, 26%. Hasil pengujian konsumsi di bandingkan dengan E0 didapatkan E20GO mengalami kenaikan 40%, 18%, 2%. Pengujian emisi dibandingkan dengan E0, didapatkan emisi karbon dioksida CO2 E20 mengalami penurunan 10%, 3%, 12%. Emisi karbon monoksida CO E20G0 mengalami penurunan 36%, 67%, 89%. Emisi Hidrokarbon HC E20GO mengalami penurunan 59%, 24%, 25%. Pengujian temperature exhaust dan valve exhaust dibanding dengan E0 didapatkan E20GO mengalami kenaikan pada RPM 5000 78%, dan 74 %, RPM 6500 dan 8000 mengalami penurunan 25%, 14%, 8%, 13%.

Motor vehicles are the most important means of transportation for the population of Indonesia. The issues caused by motor vehicles include higher emissions and the inconsistent availability of heating oil. The Indonesian government issued Minister of Energy and Mineral Resources Decree No. 12 of 2015 regarding the Provision, Use, and Trade of Vegetable Fuel as an Alternative Fuel. The current solution applied is a mixture of ethanol, graphene oxide, and gasoline as fuel additives. This research aims to test the performance, emissions, and temperature effects of the gasoline-ethanol-graphene oxide fuel mixture on a 125 cc SI 4-stroke engine. The mixture composition is determined using gravimetry, with each sample consisting of 1000 grams of gasoline for E0, a mixture of 800 grams of gasoline and 200 grams of ethanol for E20, and a mixture of 800 grams of gasoline, 200 grams of ethanol, and 25 mg (125 ppm) of graphene oxide for E20GO. The research includes the construction of an engine rig, modification of the cylinder head for thermocouple placement, electrical system, and fuel system. The measurement tools used in this research are Data-Q for data acquisition, BRT JUKEN 5+ as ECU, type-K thermocouples, AFR Meter data box for AFR reading, Kane 9206 Quintox gas analyzer, chassis dynamometer, fuel system, and KMHE 200 ml tank. The testing method involves variations of low, medium, and high RPM at 5000, 6500, and 8000 RPM, respectively, held for a running time of 30 seconds, with the throttle wide open. Performance testing includes torque, horsepower, and fuel consumption. Emission testing includes CO2, CO, and HC. Temperature testing includes exhaust temperature and exhaust valve temperature. Based on the test results, compared to E0, the torque of E20GO fuel showed a decrease of 2%, 20%, 23%, while the power showed a decrease of 5%, 4%, 26% for E20. The fuel consumption testing showed an increase of 40%, 18%, 2% for E20GO compared to E0. In terms of emissions, compared to E0, E20 exhibited a decrease of 10%, 3%, 12% in carbon dioxide (CO2) emissions, while E20GO showed a decrease of 36%, 67%, 89% in carbon monoxide (CO) emissions and a decrease of 59%, 24%, 25% in hydrocarbon (HC) emissions. In the exhaust and valve temperature testing, compared to E0, E20GO showed an increase of 78% and 74% at 5000 RPM, and a decrease of 25%, 14%, 8%, 13% at 6500 and 8000 RPM, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chevallier, Julien
"Through analysis of the European Union Emissions Trading Scheme (EU ETS) and the Clean Development Mechanism (CDM), this book demonstrates how to use a variety of econometric techniques to analyze the evolving and expanding carbon markets sphere, techniques that can be extrapolated to the worldwide marketplace. It features stylized facts about carbon markets from an economics perspective, as well as covering key aspects of pricing strategies, risk and portfolio management.
"
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20396674
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita
"Studi tentang obesitas dari berbagai sudut pandang telah banyak dibahas dalam literatur ilmu kesehatan. Akan tetapi, studi yang membahas obesitas dari sisi karakter kota masih sangat terbatas, terutama untuk negara berkembang. Untuk melengkapi gap literatur, studi ini memberikan pembuktian empiris hubungan kausal antara obesitas dan karakter kota berupa urban sprawl. Skor indeks risiko gempa dan elevasi digunakan sebagai instrument variable (IV) untuk mengatasi masalah endogenitas dalam mengestimasi parameter. Hasil estimasi dengan metode 2SLS menunjukkan bahwa peningkatan satu persen indeks sprawl akan menurunkan 3,6% poin indeks massa tubuh dan 0,4% poin likelihood peningkatan status obesitas. Konsisten dengan hasil estimasi tersebut, studi ini menemukan bahwa semakin sprawl suatu area, maka peluang individu melakukan aktivitas fisik seperti berjalan kaki dan bersepeda semakin meningkat, intensitas individu mengkonsumsi makanan sehat meningkat, dan intensitas konsumsi makanan yang tidak sehat semakin menurun. Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk mengendalikan tingkat obesitas masyarakat dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pada struktur kota (lingkungan) dengan meningkatkan fasilitas yang dapat mendukung aktivitas fisik masyarakat, seperti jogging track, jalur khusus sepeda, atau taman untuk berolahraga terutama di aera yang padat residensial.

The study of obesity from various perspectives has been widely discussed in the health science literature. However, studies that discuss obesity in terms of urban character are still very limited, especially for developing countries. To complete the literature gap, this study provides empirical evidence of a causal relationship between obesity and urban form in terms of urban sprawl. The earthquake risk and elevation scores are used as instrument variables (IV) to solve the endogeneity problem in estimating parameters. The estimation results using the 2SLS method find that a one percent increase in the sprawl index will decrease 3.6% body mass index points and 0.4% likelihood of increasing obesity status. Consistent with the results, this study found that the more sprawl an area, the chances of individuals doing physical activities such as walking and cycling increased, the intensity of individuals consuming healthy food increased, and the intensity of consumption of unhealthy foods decreased. Based on these findings, it can be concluded that to combat the obesity rate can be done by making changes to the structure of the city (environment) by increasing facilities that can support the physical activities of the community, such as jogging tracks, bicycle lanes, or parks to exercise, especially in areas that residential solid."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramanatalia Parhusip
"Kenaikan suhu di daerah perkotaan yang mengakibatkan terbentuknya UHI, diduga didorong oleh mengikatnya konsentrasi emisi antropogenik efek dari aktivitas manusia. Belakang ini, pandemi COVID-19 terjadi di Indonesia, sehingga untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, pemerintah memberlakukan peraturan seperti PSBB dan PPKM yang salahsatunya diterapkan di Kabupaten Bekasi. Adanya pembatasan pergerakan masyarakat ini memicu terjadi penurunan konsentrasi emisi antropogenik yang disinyalir akan mengurangi fenomena UHI di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial dan temporal emisi antropogenik dan UHI di Kabupaten Bekasi, serta keterkaitan keduanya. Metode yang digunakan yaitu pengolah dari citra Sentinel 5P untuk mendapatkan nilai konsentrasi emisi antropogenik (NO2 dan SO2) dan Landsat 8 untuk mendapatkan suhu permukaan daratan (SPD). Hasil penelitian ini menujukan bahwa Kabupaten Bekasi sempat mengalami penurunan konsentrasi emisi antropogenik pada saat pandemi 2020, kemudian meningkat kembali pada saat pandemi 2021. Adapun wilayah yang terdampak urban heat island terus mengalami peningkatan luas pada saat pandemi COVID-19. Hasil ini didukung oleh uji statistik yang menunjukkan semakin tinggi konsentrasi emisi antropogenik, maka dapat meningkatkan urban heat island.

The rise in temperature in urban areas resulting in the formation of UHI is thought to be significantly driven by anthropogenic emissions due to human activities. During the COVID-19 pandemic, the Indonesian government issued the Large-Scale Social Restrictions (PSBB) and Community Activities Restrictions Enforcement (PPKM) policy. Bekasi Regency is part of the Jabodetabek megapolitan that applied strict PSBB and PPKM treatment during the pandemic. The existence of restrictions on the movement of this community triggered a decrease in the concentration of anthropogenic emissions which allegedly will reduce the phenomenon of UHI in Bekasi regency. This study aims to determine the spatial and temporal patterns of anthropogenic emissions and UHI in Bekasi regency, also the association between the variables. The research method uses processed satellite imagery from Sentinel 5P to get anthropogenic emissions concentrations (NO2 and SO2) and Landsat 8 to get land surface temperature (LST). The results showed that Bekasi had a slight decrease in the concentration of anthropogenic emissions during COVID-19 pandemic 2020, then increased during COVID-19 pandemic 2021. The areas affected by urban heat islands increased steadily during the COVID-19 pandemic. Therefore, when the concentration of anthropogenic emissions rises, the UHI ascends."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnandar Prijadikusuma
"ABSTRAK
Tesis ini membahas share Indonesia yang rendah dalam perdagangan karbon internasional di pasar Protokol Kyoto dengan mekanisme pembangunan bersih / Clean Development Mechanism (CDM). Faktor internal Indonesia yaitu potensi sektor energi dan kehutanan, kepentingan serta kebijakan, dan faktor eksternal yaitu kepentingan negara Annex I dan responnya mempengaruhi posisi Indonesia dalam share perdagangan karbon internasional di pasar Protokol Kyoto tersebut. Hasil Penelitian menyarankan bahwa pertama konsistensi dan komitmen bersama para pihak baik negara-negara Annex I maupun negara-negara non-Annex I dalam menghadapi perubahan iklim, kedua diperlukan kapasitas yang memadai baik pemerintah, pengembang, konsultan, institusi yang berwenang, perbankan dan asuransi, ahli hukum dan LSM untuk suksesnya proyek CDM. Tanpa kesiapan yang memadai maka kebijakan yang dibuat akan berdampak pada kurang maksimalnya hasil yang diperoleh sesuai dengan kepentingan politik dan ekonomi nasional Indonesia pada tataran global.

ABSTRACT
This thesis discusses about the low share of Indonesia in international carbon trading at Protokol Kyoto Market with clean development mechanism (CDM). This condition is influenced by internal and external factors. The internal factors in Indonesia are potential of energy and forestry sector, Indonesia interests and policies, while the external factors are the interest of Annex I countries and its response that affect the share position of Indonesia in international carbon trading at Protokol Kyoto market. The first result of this study suggest that there must a consistency and commitment both from Annex I countries and non-Annex I countries to face of the climate change. The second is sufficient capacity was needed both from government, developers, consultants, institutional authorities, banking and insurance, legal experts and LSM to the success of this CDM project. Improper preparation would made the policy that has been made will make no significant result as the Indonesian national economical and political interest at the global level."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>