Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120489 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Regita Maharani Wibisono
"Kehidupan urban di Berlin yang sangat menarik bagi banyak orang pada kenyataannya memunculkan beragam masalah. Salah satunya adalah fenomena anak jalanan. Anak muda dan remaja memutuskan untuk hidup di jalan karena mereka telah mengalami stress yang tinggi saat berada di rumah. Jalanan dianggap sebagai tempat mengekspresikan diri. Karya ilmiah ini akan membahas tentang potensi anak jalanan melakukan tindakan kriminal dan menjadi korban dari tindakan kriminal yang direpresentasikan melalui film Victoria (2015). Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode kualitatif dan dianalisis dengan Teori Representasi dari Stuart Hall. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak jalanan melakukan kejahatan dan penyimpangan karena faktor psikologis yang belum stabil, menerima nilai-nilai baru, hubungan dengan kelompok sebaya, dan terjadinya pemaksaan. Sementara, anak jalanan menjadi korban akibat intimidasi dari pihak yang tertentu dan tekanan dari kelompok sebayanya. Penelitian ini juga memberikan upaya meminimalisir kejahatan yang dilakukan oleh anak jalanan dengan melibatkan peran orang tua, lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah setempat.

Urban life in Berlin might be appealing to some people, though in reality, it raises various problems. One of the problems is the phenomenon of street youth. The youth and adolescents decide to live on the street due to the severe stress they experience at home. Streets are considered a place to express themselves. This scientific work will discuss the potential of street youth to commit crimes and become crime victims as represented in Victoria (2015). This study is conducted using the qualitative method and analyzed using Hall's Theory of Representation. The results of this study indicate that street youth commits crime and deviations because of unstable psychological factor, acceptance of new values, relationships with their peer groups, and coercion. Meanwhile, street youth become a victim because of intimidation from the authorities and pressure from their peers. This study also provides alternatives to minimize crimes that are committed by street youth by involving the role of parents, educational institutions, community, and local government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Mirza Apriani
"Skripsi ini membahas mengenai tahapan pelayanan anak jalanan di Yabim Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tahapan pelayanan dan sumber pendukung pelayanan anak jalanan di Yabim Depok. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pendekatan personal sering digunakan pada proses pelayanan mulai dari tahap penjangkauan, masuk rumah singgah, persiapan penerimaan kegiatan, penerimaan kegiatan, dan pengakhiran pelayanan. Pada penelitian ini terlihat relawan dan peer group sebagai sumber daya manusia mempunyai peran yang penting dalam proses pelayanan.

The focus of the study is about service for street children at Yabim Depok. Qualitative method used in this research with descriptive design. The aim of this study is to know the description of the service?s step and supporting system for the street children at Yabim Depok. The result of this study shows the personal approaches usually used in the service?s step which are started from outreach?s step, joins halfway-house, preparation program acceptance, acceptance program until ends of service. In those social services, volunteer and peer groups play majoring roles.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdiand Rahmadya
"Penelitian ini mencoba menggambarkan terutama mengenai bagaimana pandangan anak jalanan terhadap pendidikan dan upaya-upaya pemenuhannya dalam program penanganan anak jalanan melalui pendidikan, pada kerangka penilaian kebutuhan (needs assessment) yang menganalisa kebutuhan-kebutuhannya secara kualitatif berdasarkan teori-teori kebutuhan Maslow (1971), Bradshaw (1972), dan Maslow & Lowery (1998). Hasil penelitian menggambarkan bahwa anak-anak jalanan lebih melihat pendidikan pada kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang termasuk dalam kelompok kebutuhan naluriah (instictual) atau disebut juga kebutuhan kekurangan (deficiency), yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan perlindungan, kebutuhan sosial dan kebutuhan pengakuan, dibandingkan dengan para relawan yang lebih melihat pada kebutuhan pendidikan sebagai kebutuhan normatif, yang berada pada hirarki kebutuhan yang lebih tinggi.
Meskipun pemenuhan pada kebutuhan-kebutuhan naluriah atau kebutuhan-kebutuhan kekurangan tersebut tidak menjamin tumbuhnya kebutuhan anak jalanan terhadap pendidikan, namun pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu diupayakan untuk menciptakan kondisi kesiapan pada anak jalanan dalam menerima program-program pendidikan yang ditujukan sebagai investasi masa depan dengan mengubah pola pikir, meningkatkan kompetensi akademik, mengembangkan keterampilan, dan menumbuhkan kemandiriannya dalam beradaptasi dan berubah sesuai dengan lingkungan kehidupannya, yang pada akhirnya berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraannya.

This research describes mainly street childrens perspective on education and its fulfillment efforts, by conducting a qualitative needs assessment based on the theories of needs by Maslow (1971), Bradshaw (1972), and Maslow & Lowery (1998). It shows how street children see education in relation with their instinctual or deficiency needs, which are physiological needs, protection needs, social needs and self esteem needs, then to be compared with how the program volunteers normatively see street childrens needs of education.
The fulfillment of the instinctual or deficiency needs do not warrant their demand to education, however it is necessary to build conducive environtment for street children to be ready to receive educational programs, as are intended as an investment for their future through changing their mindset, build academic competences, develop their lifeskills and ability to adapt and cope with their life circumstances, with which they will be able to improve their welfare in the future."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T38627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Faustine Sugianto
"Tesis ini membahas tentang motivasi seorang anak jalanan dalam mengambil keputusan untuk keluar dari kehidupan jalanan. Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan, waktu bermain, kasih sayang dan lainnya terpaksa harus bekerja demi membantu orang tua mereka. Keterbatasan skill yang dimiliki membuat mereka melakukan kegiatan seperti berjualan di pinggir jalan, mengamen, meminta-minta dan kegiatan lainnya yang dianggap negatif oleh masyarakat padahal mereka juga ingin memiliki pendidikan yang baik serta penghidupan yang layak. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan latar belakang seorang anak menjadi anak jalanan dan menganalisis motivasi seorang anak jalanan keluar dari kehidupan jalanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur, observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa kebutuhan fisiologis dari dalam dan luar diri anak jalanan serta kebutuhan akan kasih sayang memberikan peran yang cukup besar terkait keputusan anak jalanan meninggalkan kehidupan jalanan. Kebutuhan dasar tersebut mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan. apabila unsur ini tidak dipenuhi maka akan sulit untuk mencapai kelangsungan hidup yang baik serta mencapai pemenuhan kebutuhan lain.

This thesis discusses about motivation of street children to get out off from the street in Jakarta. Street children are actually children who are excluded, marginalized from the treatment of affection because most at a relatively early age have had to deal with harsh city environments, and even very unfriendly. Children who are supposed to get education, play time, affection and others are forced to work to help their parents. The limited skills possessed make them carry out activities such as selling on the roadside, busking, begging and other activities that are considered negative by the community even though they also want to have a good education and a decent living. This study aims to describe the background of a child to be a street child and analyze the motivation of a street child out of street life. This study uses a qualitative approach to the type of descriptive research. Data collection methods used were literature study, observation and in-depth interviews. The results of this study illustrate that the physiological needs of the inner and outer self of street children and the need for affection play a significant role in the decision of street children to leave street life. These basic needs contain elements needed by humans in maintaining physiological and psychological balance, which aims to maintain life. if these elements are not met then it will be difficult to achieve good survival and achieve the fulfillment of other needs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Anindita
"Anak jalanan di Jakarta merupakan golongan yang rentan terlibat perilaku seksual berisiko yang menimbulkan masalah kesehatan reproduksi. Perilaku ini dipengaruhi oleh pengetahuan, persepsi, dan sikap anak jalanan mengenai kesehatan reproduksi dan hal-hal terkait seksualitas. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif untuk mendapatkan gambaran pengetahuan, persepsi, dan sikap anak jalanan terhadap berbagai isu terkait seksualitas. Dari penelitian ini didapatkan bahwa sebagian subyek dapat menggambarkan pubertas dengan adanya perubahan fisik dan psikososial dari pubertas, pengetahuan subyek yang berusia lebih tua atau berpendidikan lebih tinggi cenderung dapat menyebutkan informasi yang lebih banyak, sebagian besar subyek tidak mengetahui proses fisiologis dari menstruasi, mimpi basah, dan kehamilan. Sumber informasi utama mereka adalah peer group. Subyek memiliki berbagai persepsi terhadap seksualitas seperti hubungan seksual yang dinilai tidak aman karena dimaknai secara konkrit sehingga dikaitkan dengan risiko adanya kekerasan. Sebagian subyek menilai usia remaja adalah usia yang wajar untuk melakukan hubungan seksual, sebagian subyek lain mengaitkannya dengan pernikahan dan dosa. Halhal ini dipengaruhi oleh pengetahuan, norma deskriptif, norma agama/sosial, proses kognitif. Sepertiga sampel terlibat dalam hubungan seksual dan dua pertiga lainnya belum. Pilihan perilaku ini dipengaruhi pengetahuan, persepsi kognitif, afeksi, norma, dan lingkungan.

Jakarta street children are prone to be exposed to risky sexual behaviors lead to reproductive health problem. These behaviors are influenced by street children's knowledge, perception, and attitude toward reproductive health and issues related to sexuality. This is a qualitative research aimed to attain the description of street children's knowledge, perception, and attitude toward issues related to sexuality. From this research we conclude that some subjects are able to describe puberty in both physical and psychosocial aspects, older or higher educated children tend to be able to mention more information than the other, most subjects do not know the physiologic process of menstruation, wet dream, and pregnancy. Their main information sources are their friends. Subjects have various perceptions on sexuality, as sexual intercourse is perceived unsafe for its relation to violence concretely processed by younger subjects, some subjects perceive sexual intercourse is a common practice among teenager, and some relate it to marriage and sin. These are affected by knowledge, descriptive norm, religion/social norm, and cognitive process. One third of the subjects are involved in sexual intercourse and two third other are not. These behaviors are affected by knowledge, cognitive process, affection, norm, and environment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Jaya Ali
"Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimanakah perlindungan HAM dalam Penanganan terhadap anak jalanan di Kota Tangerang ; Apakah hambatanhambatan yang dijumpai dalam penanganan anak jalanan ; dan bagaimanakah upaya menanggulangi hambatan-hambatannya.
Penelitian ini memakai metode pendekatan kualitatif yang diuraikan secara deskriptif. Dengan demikian penelitian ini menekankan pada data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan, disamping menggunakan data sekunder melalui studi kepustakaan.Penelitian ini dilakukan di Kantor Pemberdayaan Masyarakat Pemerintah Daerah Kota Tangerang, Yayasan Rumah Singgah Anak Langit, Yayasan Rumah singah Baitul Ummi, Departemen Sosial RI, pcrpustakaan UI, CS IS, Balitbang HAM Departemen Hukum dan HAM RI, Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Khusus Anak Jalanan (SDC) Bambu Apus. Berdasarkan studi pustaka, akan digambarkan perkembangan Konsep HAM dalam perlindungan terhadap anak. peraturan perundang-undangan mengenai perlindungan anak dalam hukum positif nasional dan hukum positif internasional.
Berdasarkan penelitian lapangan diperoleh penemuan mengenai pelaksanaan Penanganan terhadap anak jalanan di Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Yayasan Rumah Singgah Anak Langit, Yayasan Rumah Singgah Baitul Ummi dan Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial khusus Anak Jalanan (SDC) Bambu Apus. Lebih lanjut, dari penelitian lapangan, diketahui bahwa dalam prakteknya penanganan terhadap anak jalanan pada Yayasan Rumah Singgah Anak Langit dan Yayasan Rumah Singgah Baitul Ummi sudah ada penanganannya walaupun belum seperti yang diharapkan sedangkan penanganan terhadap anak jalanan oleh Pemerintah Kota Tangerang yakni Kantor Pemberdayaan Masyarakat hampir dikatakan belum ada model penanganannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hambatan sumber daya manusia, kesadaran aparatur Pemerintah Daerah serta dana. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Kota Tangerang harus melakukan pengaturan perlindungan dalam penanganan anak jalanan dalam satu kesatuan secara komprehensif dan lengkap ; meningkatkan kesadaran aparatur Pemerintah Daerah dan Yayasan Rumah Singgah akan pentingnya penanganan anak jalanan sehagai generasi penerus bangsa ; serta membentuk sebuah lembaga untuk penanganan anak jalanan disamping meningkatkan parlisipasi masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka penanganan terhadap anak-anak jalanan.

The research aimed to study human right protection for street children in Tangerang city. This includes some obstacles found when handling street children and how to solve them.
This is a sociological research that used descriptive-qualitative approach_ Thus this research has emphasis on primary data obtained from thorough interview and observation; while the secondary data was mainly taken from literature study. The research took place at the state government office for society empowerment in Tangerang city, shelter house of Yayasan Anak Langit (foundation for street children), shelter house of Baitul Ummi, Social department Republic of Indonesia, Universitas Indonesia Iibrary, CSIS (Centre Strategic for International Studies), Research and Development for Human Rights of Department of law and Human Rights Republic of Indonesia, Centre of Development for Street Children (SDC) of Bambu Apus.
Results from the literature study described the implementation of concept of Human Right in regard to protection of children, as well as conventional regulations of children protection in the context of national and international positive law.
Based on field research, it was found that implementation of handling of street children was carried by the state government office for society empowerment in Tangerang city, shelter house of Yayasan Anak Langit (foundation -for street children), shelter house of Baitul Ummi, and center of development for street children.(SDC) Bambu Apus. This finding has further suggested that, in practice, handling of street children has already managed by Yayasan Anak Langit and Baitul Ummi, even though it was less satisfactory than it was expected. Meanwhile, handling of street children by Government of Tangerang City has not yet have standard procedure. It was because of some obstacles in human recourses, awareness of local government agencies and limited fund.
For reasons stated above, Government of Tangerang city should have regulation of protection in handling street children comprehensively and completely; to increase awareness of government agencies and foundation house shelter about the importance of handling street children as the next generation of this nation. It also important to develop an institution that handle street children and increase community participation by community endeavor in handling street children."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Dimas H.S.
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai ruang gerak dan aktivitas anak jalanan untuk memahami seperti apa ruang aktivitas anak jalanan dalam kaitannya sebagai working children. Penyusunan skripsi dengan melakukan studi kasus lewat pengamatan dan wawancara tidak terstruktur dengan anak jalanan untuk mendapatkan pandangan subjektif dari mereka dan saya pribadi. Hasil penulisan memperlihatkan bahwa anak jalanan tidak ada niat mengambil alih kontrol ruang ¬ruang bekerja mereka, mereka hanya memasuki teritori tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Faktor-faktor yang menyebabkan ruang-ruang tersebut berpengaruh terhadap pergerakan dan aktivitas anak jalanan saat bekerja adalah affordances ruang tersebut, karakter teritori, serta jaminan akan pemenuhan kebutuhan dasar di ruang tersebut.

ABSTRACT
The focus of this study is street children's movement space and activities to understand street children's activity spaces as working children. The data were collected by means of observation and unstructured interview with street children, to get subjective point of view from street children and me. The study give understanding that street children have no purpose to control the spaces they work. Working spaces of street children give important affect to their self-development. Important things that affects street children's movements and activities when they work are affordances of the spaces, characteristic of territories, and insurances of basic needs."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S874
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"
Tulisan ini menunjukkan bahwa kaum muda terlibat dalam budaya pengaturan yang sangat dinamis di Indonesia, yang berlangsung terutama melalui organisasi kepemudaan. Dalam praktiknya, kekuasaan Negara di tingkat lokal disalurkan melalui organisasi pemuda dan tidak melalui suatu relasi kuasa yang bercorak langsung. Kasus pemuda kampong di Ternate merupakan sebuah contoh bagaimana agensi kaum muda diwujudkan melalui negosiasi terus-menerus, yang hasilnya lebih banyak berupa perebutan wacana dan kepentingan sendiri."
JSPA 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Syarif
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran resiliensi pada anak jalanan, serta ingin menggali faktor-faktor apa saja yang membentuk resiliensi pada anak jalanan. Pengertian resiliensi yang digunakan merujuk pada lima karakteristik resiliensi dari Wagnild (2010) yaitu meaningfulness, perseverance, equanimity, self reliance dan existential aloness. Skala sikap RS-14 (Wagnild & Young, 2009) digunakan untuk memperoleh gambaran resiliensi dan wawancara mendalam dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat membentuk resiliensi pada. Penelitian ini dilakukan di jalanan ibukota Jakarta. Partisipan penelitian terdiri dari 31 orang dengan rentang usia 12-17 tahun dan untuk wawancara mendalam jumlah partisipan adalah tiga orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata partisipan mendapatkan skor resiliensi tinggi. Faktor yang mempengaruhi adalah faktor internal yaitu terutama keinginan mereka untuk memperoleh masa depan yang lebih baik, dan faktor eksternal yang juga mempunyai pengaruh besar bagi anak jalanan untuk bertahan adalah teman-teman. Sejumlah saran untuk penelitian selanjutnya juga turut disertakan.

This study was conducted in order to get an overview of resilience in street children, and wanted to explore what are the factors that build up the resilience of street children. Definition of resiliense used refer to the five characteristics of resilience Wagnild (2010), namely meaningfulness, persevarance, equanimity, self reliance, and existential aloness. Resilience scale RS-14 (Wagnild & Young, 2009) is used to obtain a picture of resilience and in depth interviews conducted to obtain information about factors that may build resilience. The research was conducted on the sreets of the capital city of Jakarta. Study participants consisted of 31 persons, and the age range is 12-17 years and for in depth interviews participants consisted three people. The result showed that on average participants get high scores of resiliency. Factors that affect the internal factor is their own desire to get a better future, and external factors which have a major influence for street children to survive are peers. A suggestions for future research were also included.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"
Tulisan ini adalah kajian tentang bagaimana pemuda Ambon salg berkomunikasi dalam sebuah ruang public yakni Ambon Plaza,atau sering disingkat dengan Ampas, yang berdiri sejak 1995. Ini adalah pusat perbelanjaan yang secara signifikan berubah pasca konflik di Ambon tahun 1999-2003. Di pusat perbelanjaan,pengunjung dapat melakukan hubungan yang interaktif, tidak hanya dengan pengunjung lain tetapi juga dengan penjajanya. Amplaz memiliki peran yang penting untuk mempertemukan orang-orang dari agama yang berbeda. Ini adalah tempat di mana kelompok Kristen dan Islam dapat bertemu tanpa rasa takut. Di tempat ini, gaya hidup baru dirayakan, sehngga Amplaz lebih terlihat sebagai arena untuk menunjukkan gaya hidup modern, dibangdingkan sebagai area konflik.
"
JSPA 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>