Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168887 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vania Anindita
"Latar Belakang: Trauma gigi sulung merupakan cedera yang melibatkan gigi dan/atau struktur pendukungnya sehingga dapat menyebabkan fraktur, perpindahan gigi dan kerusakan jaringan pendukung dengan prevalensi dunia sebesar 22,7%. Data ini menunjukkan anak usia muda perlu mendapatkan perhatian khusus dari individu terdekat karena berisiko tinggi terjadinya trauma gigi sulung. Orang tua memiliki peran utama dalam penanganan darurat trauma gigi. Rendahnya pengetahuan orang tua dapat meningkatkan risiko terjadinya trauma gigi sulung, sehingga kebutuhan edukasi menjadi sangat penting. Digitalisasi dalam perkembangan teknologi menunjukkan perubahan penyampaian informasi dan meningkatkan penggunaan media elektronik sebagai sumber edukasi yang dapat digunakan masyarakat luas. Berbagai sumber informasi menjadi lebih cepat dan efektif didapatkan dengan adanya perangkat elektronik dan jaringan internet. Tujuan: Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan orang tua anak Sekolah TK sebelum dan sesudah membaca buku elektronik “Trauma Gigi Sulung Anak” dan buku elektronik dapat bermanfaat sebagai panduan bagi para orang tua sebagai individu terdekat anak. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan pada 10 Sekolah TK Negeri di Jakarta Selatan dengan total 130 orang tua anak yang memenuhi kriteria inklusi. Buku elektronik dan kuesioner dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan melalui diskusi pakar, dokter gigi dan orang tua anak Sekolah TK di luar subjek penelitian. Dilakukan penilaian tingkat pengetahuan awal menggunakan kuesioner dengan durasi 8 menit, selanjutnya orang tua membaca buku elektronik dengan durasi 6 menit. Penilaian tingkat pengetahuan kembali menggunakan kuesioner yang sama sesudah membaca buku elektronik dilakukan dengan durasi 8 menit. Hasil: Nilai median total skor pengetahuan sebelum dan sesudah membaca buku elektronik secara berurutan adalah 14 (cukup) dan 17 (baik). Berdasarkan uji Wilcoxon, didapatkan nilai p = 0,001 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p < 0,05) antara total skor pengetahuan orang tua anak Sekolah TK sebelum dan sesudah membaca buku elektronik “Trauma Gigi Sulung Anak”. Kesimpulan: Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan orang tua anak Sekolah TK sebelum dan sesudah membaca buku elektronik “Trauma Gigi Sulung Anak”.

Background: Trauma to the primary teeth is an injury involving the teeth and/or their supporting structures which can cause fractures, tooth displacement and damage to supporting tissues with a worldwide prevalence of 22,7%. This data shows that young children needs to get special attention from the closest individuals due to the high risk of trauma to the primary teeth. Parents have a major role in emergency management of dental trauma. Lack of parental knowledge can increase the risk of trauma to the primary teeth, hence the educational needs are very important. Digitalization in technological developments shows changes in the delivery of information and increases the use of electronic media as a source of education that can be used by the wider community. Various sources of information can be obtained more quickly and effectively with the existence of electronic devices and internet. Objectives: Analyzing the difference of knowledge levels of preschool parents before and after reading electronic book “Trauma to the Primary Teeth” and the electronic book can be useful as a guide for parents as the closest individuals to children. Methods: Research was conducted at 10 preschools in South Jakarta with a total of 130 parents of children who met the inclusion criteria. The electronic book and questionnaires in this study were tested for validity and reliability before being used namely through expert discussions, dentists and preschool parents outside the research subjects. An assessment of the level of initial knowledge was carried out using a questionnaire with a duration of 8 minutes, followed by a reading session on the electronic book by the parents with a duration of 6 minutes. Re – assessment of the level of knowledge using the same questionnaire after reading the electronic book was carried out with a duration of 8 minutes. Results: The median total score of knowledge before and after reading electronic book was 14 (fair) and 17 (good) respectively. Based on Wilcoxon test, the p value = 0,001 was obtained which indicated that there was a statistically significant difference (p < 0,05) between total score of knowledge of preschool parents before and after reading electronic book “Trauma to the Primary Teeth”. Conclusions: There is a difference of knowledge levels of preschool parents before and after reading electronic book “Trauma to the Primary Teeth”."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prida Sulistyarsi
"Latar Belakang: Trauma gigi permanen anak sering terjadi di sekolah pada rentang usia 8-12 tahun. Pertolongan pertama yang cepat dan tepat dapat dilakukan guru di tempat kejadian sebelum mendatangi fasilitas kesehatan gigi. Hal ini dapat meningkatkan prognosis pasca-trauma dental. Penelitian sebelumnya menyatakan tingkat pengetahuan guru sekolah dasar terhadap penanganan trauma dental masih rendah. Buku elektronik merupakan media edukasi visual berbasis digital dengan kemudahan akses pada pengguna gawai yang terhubung internet.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat pengetahuan guru sekolah dasar sebelum dan sesudah membaca buku elektronik “Trauma Gigi Permanen Anak”.
Metode Penelitian: Penelitian dilakukan pada 117 guru di sekolah dasar negeri di Jakarta Timur. Subjek penelitian memiliki gawai yang terhubung internet dan mampu mengoperasikannya. Buku elektronik dan kuesioner yang diberikan sebelum dan sesudah membaca buku elektronik, dibagikan melalui link. Desain penelitian ini adalah membandingkan nilai sebelum dan sesudah membaca buku elektronik "Trauma Gigi Permanen Anak".
Hasil: Nilai median sebelum intervensi 6 (tingkat pengetahuan kurang) dan sesudah intervensi menjadi 13 (tingkat pengetahuan baik). Uji Wilcoxon pada skor sebelum dan sesudah membaca buku elektronik menghasilkan nilai p≤0,05.
Kesimpulan: Buku elektronik “Trauma Gigi Permanen Anak” merupakan media edukasi yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan guru sekolah dasar mengenai trauma gigi permanen anak.

Background: The majority of dental trauma in children aged 8–12 years occurs in schools. Teachers should take proper and immediate emergency management before visiting a dental health center. Previous studies have shown that elementary school teachers still have poor knowledge of how to manage dental trauma. Electronic books are digital-based visual educational media with easy access for internet-connected device users.
Objectives: This study compared the knowledge level of primary school teachers before and after reading the new innovation electronic book "Trauma Gigi Permanen Anak".
Research Methods: The study was conducted on 117 teachers at public elementary schools in East Jakarta. Electronic books and questionnaires that were given before and after reading the book, were shared via a link. The contents of the electronic book are kind of trauma, emergencies, and preventive action, which are explained with appealing illustrations.
Result: The median score before the intervention was 6 (poor), and after it was 13 (good). The Wilcoxon test on scores before and after reading e-books resulted in a value of p≤0.05.
Conclusion: The electronic book "Trauma Gigi Permanen Anak" is innovative, effective educational media, and high impact for increasing the knowledge of dental trauma among primary school teachers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William
"ABSTRAK
Latar Belakang : Gigi tiruan penuh yang estetis dipengaruhi oleh pemilihan gigi
anterior. Selain itu, susunan gigi anterior merupakan faktor yang menciptakan efek
estetis. Terdapat berbagai tipe penyusunan gigi anterior. Teori dentogenik
menjabarkan tipe maskulin untuk pria, tipe feminin untuk wanita, dan tipe “denture”.
Akan tetapi tidak ada aturan baku yang menyatakan konsep mana yang paling
estetis.
Persepsi setiap orang terhadap estetik berbeda-beda. Saat proses
pembuatan gigi tiruan, dokter gigi dan pasien dapat memiliki persepsi yang berbeda
terhadap estetik yang dihasilkan gigi tiruan yang akan dibuat. Setidaknya, efek
estetik gigi tiruan dapat menghasilkan penampilan mirip dengan gigi asli dan sesuai
dengan wajah pemakainya. Adanya susunan gigi anterior yang bermacam-macam
dan persepsi setiap individu yang dapat berbeda, maka penentuan estetik dalam
pembuatan gigi tiruan merupakan suatu tantangan.
Tujuan : untuk menganalisis persepsi orang awam dan dokter gigi terhadap
susunan gigi anterior gigi tiruan penuh.
Bahan dan Cara : Subjek penelitian terdiri dari 37 orang awam dan 37 orang dokter
gigi. Pasien terdiri dari 1 orang pria dan 1 orang wanita. Masing-masing pasien
dibuatkan gigi tiruan malam dengan 3 susunan gigi anterior yang berbeda. Dibuat
foto pasien yang sedang memakai gigi tiruan malam tersebut saat tersenyum lebar,
sehingga didapat 3 foto untuk masing-masing pasien. Subjek penelitian diminta
untuk menjawab kuesioner berdasarkan foto-foto pasien yang diamatinya. Jenis
penelitian ini adalah penelitian analitik observasional cross sectional. Penelitian ini
dianalisis dengan uji tes Kappa.
Hasil : Terdapat persamaan persepsi antara orang awam dan dokter gigi. Pada
foto pasien pria, orang awam dan dokter gigi memilih susunan gigi anterior tipe
maskulin, demikian pula pilihan pada foto pasien wanita.
Kesimpulan : Tipe maskulin merupakan tipe susunan gigi anterior yang dipilih
untuk pasien pria dan wanita berdasarkan persepsi orang awam dan dokter gigi.

ABSTRACT
Introduction : Complete denture is aesthetically influenced by the selection of
anterior teeth. In addition, the arrangement of the anterior teeth are factors that
create aesthetic effects. There are various types of anterior tooth arrangement.
Dentogenic theory described masculin type for male and feminin type for female,
beside those, there are denture type. There is no rule that states what type is the
most aesthetic.
Aesthetic perception of each person will vary. In making the denture, the
dentist and the patient may have a different perception. At least, the esthetic effect of
the dentures provides an appearance similar to natural teeth and acceptable with the
wearer's face. There are many arrangement of the anterior teeth and the perception
of each individual that can be different. The determination of the aesthetic in the
fabrication of complete denture facing a challenge.
Aim : to analyze perception of dentists and patients about the anterior teeth
arrangement of complete denture.
Material and method : Subjects were 37 patients and 37 dentists. Models
consisted of 1 male and 1 female. Three different anterior teeth arrangement of wax
trial denture was made for each patient. Photograph was made to the patient with
each wax trial denture while they in a big smile, so 3 pictures were made for each
patient. Subjects were asked to answer the questionnaire based on the photographs
observeation. This was cross sectional analytic study and analized by Kappa test
Result : There is a similarity perception among patients and dentists. In the
photograph of male model, patients and dentists choose anterior tooth arrangement
of masculine types, as well as the photograph of female patients.
Conclusion : The masculine type of anterior teeth arrangement were selected for
male and female patients based on patients and dentists perceptions."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dellyan Putra Mulia
"Resorpsi akar gigi sulung dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Resorpsi akar fisiologis terjadi pada gigi sulung yang sehat atau tidak mengalami karies mencapai pulpa, dan resorpsi akar patologis terjadi pada gigi sulung yang mengalami karies mencapai pulpa. Pengetahuan mengenai pengaruh resorpsi pada gigi sulung secara fisiologis maupun patologis terhadap tumbuh kembang gigi permanen penting untuk menentukan rencana perawatan yang tepat.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara resorpsi akar gigi sulung terhadap tumbuh kembang gigi permanen pada anak laki-laki usia 7-8 tahun.
Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian berupa 71 gigi molar satu dan molar dua bawah sulung serta gigi premolar satu dan premolar dua yang dilihat menggunakan radiografi panoramik anak laki-laki usia 7-8 tahun yang berjumlah 32 lembar.
Hasil : Tidak terdapat pengaruh (p>0.05) antara resorpsi akar gigi sulung terhadap tumbuh kembang gigi permanen pada anak laki-laki usia 7-8 tahun.

Primary root resorption can occur physiologically and pathologically. Physiological root resorption occurs in healthy primary teeth or in primary teeth with caries, but, without pulp involvement and pathological root resorption occurs in primary teeth with pulp caries. The knowledge about physiological and pathological primary root resorption towards the development of permanent successor is important to define the proper treatment plan.
Aim : The aim of this research was to analyze about the effect of primary root resorption towards the development of permanent successor in boys aged 7-8 years old.
Method : The method of this research was descriptive with cross-sectional design. The subject consisted of 71 mandibular primary molars and mandibular premolars that was seen using 32 sheets panoramic radiograph in boys aged 7-8 years old.
Result : Result showed that there was no effect of primary root resorption towards the development of permanent successor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thadila Arinka Viranti
"ABSTRACT
Latar Belakang: Bleaching kimiawi dapat merusak email gigi dan jaringan lunak. Daun stroberi mempunyai zat aktif berupa asam ellagat yang dapat berperan sebagai oksidator pada proses pemutihan gigi. Tujuan: Mengetahui perubahan warna pada email gigi setelah aplikasi ekstrak murni daun stroberi serta mengetahui sistem ruang warna yang paling sesuai untuk mengukur perubahan warna tersebut. Metode: Menggunakan ekstrak murni daun stroberi dengan konsentrasi 25 dan 50 diaplikasikan pada email gigi selama 7 jam hingga 28 kali aplikasi. Analisis warna menggunakan spektrofotometri dengan software Adobe Photoshop. Hasil: Perubahan warna email gigi mejadi lebih terang. Kesimpulan: Ekstrak murni daun stroberi mampu mengubah warna email gigi menjadi lebih terang. RGB merupakan sistem ruang warna yang paling sesuai untuk mengukur perubahan warna email gigi setelah bleaching.

ABSTRACT
Background Bleaching using chemicals can damage tooth enamel and soft tissue. Strawberry leaves contain active compounds in the form of acid ellagat that can act as an oxidant in the process of teeth whitening. Objective To determine discoloration of the tooth enamel after application of direct extracts of strawberry leaves and determine the color space which appropiate to measure the color change. Methods Using direct extracts of strawberry leaves with a concentration of 25 and 50 applied on enamel for 7 hours until 28 times repetition of application. Color analysis conducted using a spectrophotometry with software Adobe Photoshop. Results Enamel surface becoming brighter. Conclusions Direct extraction of strawberry leaves able to change the color of the enamel becomes brighter. RGB is a color space system which most appropriate for measuring changes in the color of enamel after bleaching. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juliani Kusumaputra Isbandiono
"ABSTRAK
Kasus trauma oro-maksilofasial cukup banyak yang ditangani Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Umum Tangerang. Namun masih diperlukan data tentang frekwensi, distribusi jenis kelamin, umur penderita yang mengalami trauma tersebut, jenis trauma, lokasi fraktur yang sering, penatalaksanaannya, dan hasil terapinya.
Dalam penelitian yang dilakukan selama 12 bulan ini yaitu sejak 1 oktober 1992 sainpai dengan 30 September 1993 diperoleh angka penderita trauma oro-maksilofasial di Rumah Sakit Umum Tangerang sebanyak 108 orang. Dari penelitian ini terungkap bahwa penderita terbanyak adalah laki-laki, kelompok umur yang terbanyak mengalami trauma ini adalah 21-30 tahun, sedangkan jenis trauma yang terbanyak adalah campuran jaringan lunak dan keras, serta lokasi fraktur yang paling sering adalah di daerah sepertiga tengah muka.
Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa kecelakaan lalu lintas paling banyak menyebabkan trauma oro-maksilofasial. Dan korban tersebut ternyata lebih banyak dialami oleh laki-laki. Kelompok umur yang paling banyak mengalami trauma oro-maksilofasial akibat kecelakaan lalu lintas adalah 21-30 tahun, sedangkan lokasi fraktur di regio oro-maksilofasial akibat kecelakaan lalu lintas paling banyak terjadi di daerah sepertiga tengah muka.
Pada pengamatan terlihat terapi yang dilakukan pada penderita bervariasi mulai dari pemberian obat-obatan saja, penjahitan luka, pencabutan gigi, alveolektomi, serta reposisi dan fiksasi. Kemudian dilakukan evaluasi dari terapi yang berupa tindakan. Hasilnya 69% dari penderita yang mengalami trauma jaringan lunak dan mendapat tindakan penjahitan dinyatakan sembuh. Sementara itu 64.6% penderita yang mengalami fraktur dan mendapat tindakan fiksasi dinyatakan sembuh. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Rio Andika Haryanto
"ABSTRAK
Diskolorasi gigi dapat diterapi dengan dental bleaching, namun dapat merusak enamel dan jaringan gingiva. Asam elagat dalam daun stroberi mampu menciptakan reaksi redoks sehingga dapat memutihkan gigi. Tujuan: Mengetahui pemutihan warna permukaan gigi pasca aplikasi dan sistem ruang warna yang paling sesuai menilai warna permukaan gigi. Metode: Ekstrak fenol daun stroberi diaplikasikan ke tiga gigi dengan konsentrasi 15 gigi kesatu, 30 gigi kedua dan 15 lalu 30 gigi ketiga. Analisis menggunakan software Adobe Photoshop. Hasil: Permukaan gigi menjadi lebih gelap. Kesimpulan: Ekstrak fenol daun stroberi tidak memutihkan enamel dan sistem ruang warna yang paling sesuai adalah RGB.

ABSTRAK
Background Teeth discoloration can be treated with dental bleaching but it damages the enamel and gingival tissue. Ellagic acid in strawberry leaf ables to create redox reaction that can whiten teeth. Objective Determine whitening tooth surface after application and determine most appropriate color space system to assess tooth surface color. Methods Strawberry leaf phenolic extract was applied to three teeth with concentration of 15 , 30 and 15 to 30 . Analyze use Adobe Photoshop software. Results Surface color of teeth become darker. Conclusion Strawberry leaf phenolic extract doesn 39 t whiten the enamel and most appropriate color space system is RGB."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Farah Pratiwi
"Hasil pemeriksaan dapat menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kesulitan tindakan. Penelitian deskriptif analitik menggunakan rekam medik bedah mulut RSGMP FKG UI periode Januari 2011?Agustus 2012. Terdapat 1573 tindakan, wanita (63,9%, p<0.05), 21-30 tahun (40.4%, p<0.05), gigi akar ganda (78,3%, p<0.05), diagnosis eruptio deficilis (29,4%, p<0.05), keluhan rasa sakit (52,5%), pasien kompromis medis (23,3%, p>0.05), hipertensi (22,3%, p>0.05), dan pengukuran tekanan darah dilakukan pada 32,9% kasus. Jenis kelamin, usia, jumlah akar, dan diagnosis eruptio deficilis, fraktur, gangraena menunjukkan hubungan yang bermakna, sedangkan riwayat medis, penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus tidak menunjukkan hubungan bermakna secara statistik terhadap tingkat kesulitan.

Examination results show related factors to difficulty level of tooth extraction. A descriptive analytical study used oral surgery medical record RSGMP FKG UI period January 2011?August 2012. There were 1573 tooth extractions, females (63,9%, p<0.05), 21-30 years (40,4%, p<0.05), multiple roots teeth (78,3%, p<0.05), diagnosed eruptio deficilis (29,4%, p<0.05), pain (52,5%), medically compromised patients (23,3%, p>0.05), hypertension (22,3%, p>0.05), and measuring blood pressure done in 32,9% cases. Sex, age, the roots typed, and diagnosed as eruptio deficilis, fracture, gangraena show significant relation, while medical history, cardiovascular disease, hypertension, and diabetes mellitus show no statistically significant relation to difficulty level."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harum Sasanti
"Telah diteliti secara klinis dan laboratoris terhadap 22 orang pasien penderita SAR dengan tujuan untuk mengetahui riwayat klinisnya dan kadar zinc dalam darah pasien pasien tersebut.
Hasilnya:
Dari 22 orang yang diteliti, terdapat 16 orang laki laki usia antara 16 - 77 tahun dan 6 orang wanita antara usia 19-34 tahun. Yang termasuk SAR minor 18 orang, SAR mayor 3 orang, dan SAR tipe herpes 1 orang. Berdasarkan jumlah lesi yang timbul pada satu saat serangan, 59,90% dengan lesi kurang dari 5, dan 40,10% dengan lesi lebih dari 5. Frekwensi kekembuhan dalam 1 bulan sekali 4 orang, sebulan 2 kali, 10 orang, sebulan 3 kali 2 orang, dan lebih dari 3 kali sebulan ada 6 orang.
Lamanya kesembuhan lesi berkisar dari 3 hari sampai lebih dari 14 hari. Tetapi yang terbanyak, lebih dari 7 hari.Yang kemungkinan ada hubungannya dengan faktor keturunan ada 7 orang, berdasarkan anamnesa adanya anggota keluarga lainnya yang juga sering mengalami SAR.Lamanya SAR berlangsung berkisar antara 3 hari sampai lebih dari 2 minggu.Pada umumnya antara 7-10 hari. Hasil pemeriksaan kadar Zinc dalam darah, yang terendah adalah 0,karena terlalu rendah sehingga tidak terdeteksi oleh cara AAS.Yang tertinggi adalah 9,4000 ppm. Terdapat 18 orang (82 %) yang kadar zinc dalam darahnya dibawah normal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Gimawati Muljono
"ABSTRAK
Gangguan sendi temporo-mandibula merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang akhir-akhir ini menarik banyak perhatian, namun masih belum banyak yang benar-benar memahaminya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa oklusi sangat berperan dalam proses terjadinya masalah tersebut, walaupun belum dapat dikatakan secara pasti bahwa maloklusi merupakan penyebab utamanya.
Kesulitan yang sering dihadapi dalam menanggulangi gangguan sendi temporo-mandibula adalah banyaknya gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga pemeriksaan klinis saja belum cukup untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa pemeriksaan radiografik dapat merupakan sarana bantu untuk mencari informasi mengenai perubahan struktural pada komponen sendi temporo-mandibula. Di Indonesia masalah gangguan sendi temporo-mandibula masih belum banyak diungkapkan, khususnya bagaimana kaitannya dengan oklusi. Berdasarkan alasan tersebut di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan posisi kondilus antara oklusi gigi yang secara klinis tampak normal dan yang habitual dilihat secara radiografis. Dari penelitian ini diharapkan dapat terungkap kemungkinan pemanfaatan pemeriksaan radiografis sebagai sarana bantu dalam menegakkan diagnosis gangguan sendi temporo-mandibula.
Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada 46 orang mahasiswa yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Pemetaan foto rontgen sendi temporo-mandibula yang dibuat dengan proyeksi transkranio lateral oblik superior dianalisis dengan metode pengukuran kuantitatif linier menurut Pullinger. Hasil pengukuran pada pemetaan foto menunjukkan bahwa mahasiswa yang oklusinya secara klinis normal, posisi kondilusnya tidak selalu normal. Demikian pula hasil pengukuran pemetaan foto pada mahasiswa yang oklusinya secara klinis habitual. secara statistik tidak terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa oklusi yang secara klinis normal, belum menjamin posisi kondilusnya normal. Karena itu pemeriksaan klinis perlu ditunjang oleh pemeriksaan radiografis terutama bila telah ada keluhan atau gejala yang mengarah kepada gangguan sendi temporo-mandibula."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>