Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simamora, Hot Nauli
"Hubungan antara status kurang gizi dan intensi fertilitas cukup kompleks di mana terdapat pengaruh mekanisme biologis dan perilaku terhadap pola fertilitas akibat kekurangan gizi. Tujuan dalam penelitian yaitu menganalisis hubungan status kurang gizi perempuan kawin usia 15-49 tahun terhadap keinginan untuk memiliki atau menambah anak (intensi fertilitas). Penelitian ini menggunakan regresi logistik ordinal dan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2021. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan intensi fertilitas dengan status kurang gizi perempuan kawin. Perempuan yang kurang gizi memiliki intensi fertilitas yang lebih rendah untuk memiliki anak dibandingkan perempuan cukup gizi. Kemudian, terdapat perbedaan hubungan status konsumsi kalori dan protein terhadap tingkat intensi fertilitas menurut paritas perempuan setelah dikontrol dengan karakteristik individu, pasangan dan rumah tangga.

The correlation between malnutrition and fertility intentions is quite complex because there is an influence of biological and behavioral mechanisms. This study aims to analyze the correlation between the undernourished status of married women (15-49 years old) and their intention to have children. This study used ordinal logistic regression and data from the National Socioeconomic Survey (Susenas) in 2021. The results show that women's fertility intention is associated with undernourished status. Undernourished married women were less likely to have children than well-nourished women. Then, there was a difference in the correlation based on parity after being controlled with the individual, partner, and household characteristics."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Purnama Cahya Sari
"Penelitian sebelumnya menemukan bahwa anak dengan banyak saudara kandung cenderung ingin membentuk keluarga besar dibandingkan mereka yang lahir dari keluarga dengan ukuran lebih kecil. Hal ini mengindikasikan adanya transmisi norma keluarga antar generasi. Studi ini bertujuan untuk melihat efek perilaku fertilitas ibu terhadap intensi fertilitas anak perempuannya. Dengan menggunakan data IFLS, studi ini menginvestigasi anak perempuan pernah menikah usia 15-49 tahun, yang memiliki informasi lengkap tentang ibu kandungnya. Model logistik dan zero-inflated poisson digunakan untuk mengestimasi efek dari kovariat. Hasilnya menunjukkan bahwa anak perempuan mengadopsi norma keluarga ibu untuk membentuk intensi fertilitas mereka.

Previous studies found that children born with many siblings prefer a large family size than those born with fewer siblings. This positive relationship shows the presence of intergenerational transmission of family norm. This study aims to examine maternal fertility effect on daughter rsquo s fertility intention. Using data from IFLS, this study investigates ever married women aged 15 49 years old in 2014 who have a complete information about their biological mother, and uses Logistic and Zero Inflated Poisson regression model to estimate the predictors. As a result, daughters adopt their mother rsquo s childbearing behavior in shaping their own fertility intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T48809
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darojad Nurjono Agung Nugroho
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola, perbedaan dan determinan sosioekonomi
dan psikologi-orientasi sosial preferensi fertilitas pria kawin usia 15-54
tahun di Indonesia. Data yang digunakan bersumber dari Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan dianalisi secara analisis deskriptif
dan inferensial dengan menggunakan model logistik biner. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor-faktor pendidikan pria dan pasangan, jenis pekerjaan
pria, indeks kekayaan rumah tangga, preferensi komposisi jenis kelamin anak,
akses media, diskusi KB dan peran istri dalam pengambilan keputusan rumah
tangga memengaruhi preferensi fertilitas pria kawin di Indonesia. Faktor-faktor
penguat mempunyai pengaruh paling kuat terhadap preferensi fertilitas, yaitu
preferensi komposisi jenis kelamin anak dan indeks kekayaan.

ABSTRACT
This research aims to study the socio-economic and psychological-social
orientation patterns, differentials and determinants of fertility preference among
merried men aged 15-54 years in Indonesia. The data used come from the 2012
Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS). The data were analyzed
descriptively and inferentially using a binary logistic model. The results of the
stady show that the education and couple?s education, occupation, index of
household wealth, children?s sex composition preference, media access, discusion
family planning and couple?s autonomy in household decision-making statistically
have significant effects on the ideal number of children among married men aged
15-54 years. The most significant factor is the children?s sex composition
preference, followed by the wealth index., This research aims to study the socio-economic and psychological-social
orientation patterns, differentials and determinants of fertility preference among
merried men aged 15-54 years in Indonesia. The data used come from the 2012
Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS). The data were analyzed
descriptively and inferentially using a binary logistic model. The results of the
stady show that the education and couple’s education, occupation, index of
household wealth, children’s sex composition preference, media access, discusion
family planning and couple’s autonomy in household decision-making statistically
have significant effects on the ideal number of children among married men aged
15-54 years. The most significant factor is the children’s sex composition
preference, followed by the wealth index.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Solihat
"ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk merupakan peristiwa terjadinya perubahan jumlah penduduk pada suatu wilayah, baik bertambah maupun berkurang. Indonesia merupakan negara yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi.BKKBN menyebutkan bahwa rata-rata Wanita Usia Subur melahirkan 2,6 anak dan laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan jika rata-rata Wanita Usia Suburmelahirkan 2,1 anak. Kelompok usia remaja merupakan komponen yang beradapada usia produktif. Kelompok usia muda adalah paling dominan di antara kelompok usia lainnya. SDKI tahun 2002/2003 menunjukkan penurunan menjadi10,4 remaja yang sudah pernah melahirkan atau sedang mengandung anakpertama, pada tahun 2007, terdapat 8,5 remaja sudah pernah melahirkan dan sedang mengandung anak pertama yaitu sebesar 6,6 remaja sudah pernah melahirkan dan 1,9 remaja sedang mengandung anak pertama BKKBN, 2008 .Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah yang kompleks terkait dengan pendidikan, kemiskinan, norma sosial budaya, dan geografis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas remaja kawin di Indonesia, analisis lanjut data SDKI tahun 2012 dengan pedoman kuesioner WUS Wanita Usia Subur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi crossectional. Pengolahan data dilakukan pada bulan Februari-Juni 2017 dengan sampel yang diambil berjumlah 2176 responden memenuhi kriteria inklusi. Hasil yang didapat adalah usia kawin pertama, usia pertama melakukan hubungan seksual, dan usia pertama melahirkan memiliki nilai estimasi resiko terbesar dibandingkan dengan variabel lain. Remaja yang berumur2anak dibandingkan dengan remaja yang berumur ge;20 tahun saat kawin pertama. Terdapat beberapa responden yang berusia kurang dari 20 tahun saat kawin pertama, melakukan hubungan seksual pertama kali, dan saat melahirkan pertama kali. Oleh karena itu, penguatan sosialisasi pendewasaan kehamilan, penguatan program PKPR, dan sosialisasi serta penguatan program KB dalam penjarangan kehamilan yang dapat disampaikan melalui KUA kepada para calon pengantin sangat diperlukan untuk menekan permasalahan yang terjadi pada usia remaja.

ABSTRACT
Population growth is the occurrence of changes in the number of people in a region, either increased or decreased. Indonesia is a country that has a high population growth rate. BKKBN mentioned that the average Fertile Women gave birth to 2.6 children and the rate of population growth can be suppressed if the average of Women Aged Fertile gave birth to 2.1 children. The adolescent age group is a component that resides in the productive age. The younger age group is the most dominant among other age groups. IDHS in 2002/2003 showed a decrease to 10.4% of teenagers who had given birth or being pregnant with the first child, in 2007, there were 8.5% of teenagers had given birth and were pregnant with the first child that is 6.6% Childbirth and 1.9% of teenagers being pregnant with the first child (BKKBN, 2008). This can lead to complex problems related to education, poverty,
socio-cultural norms, and geography. This study aims to determine the factors affecting the fertility of adolescents mating in Indonesia, further analysis of data SDKI 2012 with guidelines questionnaire WUS (Female Age Fertile). This research uses a quantitative approach with cross sectional study. Data processing conducted in February-June 2017 with the sample taken amounted to 2176 respondents with inclusion criteria. The results obtained are the first marriage age, the first age of sexual intercourse, and the first age of birth has the greatest risk estimation value compared with other variables. Teenagers <20 years old at first marriage had a 4- fold higher risk of having > 2 children compared with ≥20 years of age at first
marriage.
"
2017
S69754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Hananinta
"Pola pernikahan hipogami adalah pola pernikahan dengan pasangan perempuan (istri) berpendidikan lebih tinggi dibandingkan suami. Pola pernikahan dan capaian pendidikan dari suami dan istri dianggap berpengaruh terhadap realisasi fertilitas, namun belum ada yang melihat pengaruhnya terhadap intensi fertilitas atau intensi memiliki anak dari perempuan atau istri. Dengan menggunakan data IFLS 5 serta selisih lama sekolah pasangan sebagai proksi pola pernikahan hipogami, studi ini membahas pengaruh hipogami terhadap intensi fertilitas dari perempuan. Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), hasil pada studi ini menemukan bahwa adanya pengaruh negatif dari pola pernikahan hipogami terhadap intensi fertilitas perempuan.

Educational hypogamy is an assortative mating where women are marrying men with lower education. With rising education among women across the world, educational hypogamy in couples has increased over the last few years in Indonesia. Using the Indonesian Family Life Survey 2014 (IFLS 5), this study aims to analyze the effect of educational hypogamy on women's fertility intention in Indonesia. Using Ordinary Least Square (OLS) method, this study found that educational hypogamy significantly affects women's fertility intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lies Rosdianty
"ABSTRAK
Dengan semakin tingginya tingkat mobilitas baik nasional maupun internasional, telah mendorong banyak peneliti melakukan analisa mengenai migrasi. Sayangnya, analisis mengenai konsekuensi yang timbul dari proses migrasi penduduk masih jarang dilakukan. Analisis migrasi yang dilakukan lebih banyak kepada faktor-faktor yang terjadi sebelum terjadinya proses tersebut, tetapi analisis mengenai apa yang terjadi sesudahnya atau pengaruh yang diakibatkan proses migrasi masih jarang dilakukan.
Di Indonesia, migrasi internal antar propinsi akhir-akhir ini propinsi yang menarik untuk ditempati, karena telah banyak menarik pendatang dengan tujuan ke propinsi tersebut. Hal ini diindikasikan dengan semakin meningkatnya jumlah migran masuk dan menurunnya jumlah migran keluar. Oleh sebab itu, propinsi ini perlu mendapat perhatian pemerintah, karena pada lokasi seperti ini terjadi pertemuan berbagai suku dengan latar belakang yang beragam, sehingga sangat potensial bagi konflik antar budaya. Di Indonesia, dampak dari sentuhan terhadap etnis lain atau kontak dengan budaya lain nampak paling kritis dan sangat potensial untuk menuju pada disintegrasi nasional. Dengan mengetahui perbedaan karakteristik penduduk migran dan non migran baik keadaan sosial maupun ekonomi, diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya konflik dan kesenjangan diantara mereka. Selain itu, dengan mempelajari karakteristik migran juga diharapkan dapat diketahui apakah kedatangan mereka ke daerah tujuan akan mendatangkan perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang positif atau negatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik perempuan migran dan non migran serta mengetahui apakah ada asosiasi antara rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup dan status migran serta variabel lain yang diamati. Dari hasil penelititan ini terlihat adanya perbedaan karakteristik antara perempuan migran dan non migran. Selain itu, dengan menggunakan model log-linier juga dapat dibuktikan adanya asosiasi antara jumlah anak dan status migran. Perempuan migran yang umumnya berada pada kelompok usia produktif mempunyai karakteristik sosial dan ekonomi yang umumnya lebih baik dibandingkan perempuan non migran. Dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik, perempuan migran ternyata mempunyai paritas yang lebih rendah dibandingkan perempuan non migran. Hal ini kemungkinan disebabkan perempuan non migran yang sebagian besar adalah penduduk nativ Jawa Barat umumnya telah menikah pada usia muda. Penyebab utama keadaan tersebut diduga karena rendahnya pendidikan dikalangan perempuan non migran. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi penduduk khususnya perempuan non migran di Jawa Barat, maka perlu ditingkatkan pendidikan mereka. Karena pendidikan adalah salah satu faktor yang ikut menentukan dalam perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan dan pendidikan juga mempunyai arti penting bagi penundaan usia perkawinan pertama. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin lama waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pendidikannya, sehingga akan menunda seseorang untuk melakukan perkawinan pertama pada usia muda."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafly Parenta Bano
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara status penerimaan PKH terhadap intensi fertilitas perempuan berstatus kawin yang tidak ber-KB usia 15-49 tahun di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitan ini bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2017. Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah intensi fertilitas dari perempuan berstatus kawin usia 15-49 tahun yang tidak sedang menggunakan alat kontrasepsi. Variabel bebas meliputi variabel bebas utama, yaitu status penerimaan PKH dan variabel bebas kontrol yang mencakup faktor individu, yaitu jumlah anak lahir hidup, tempat tinggal (desa/kota), status bekerja perempuan, tingkat pendidikan perempuan, tingkat pendidikan suami, umur perempuan, umur suami, akses terhadap internet, tingkat pendapatan, status kepemilikan rumah, dan faktor kontekstual, yaitu TFR provinsi, IDG provinsi dan CPR provinsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dikontrol terhadap faktor individu dan faktor kontekstual, intensi fertilitas yang tinggi berasosiasi dengan menerima PKH. Perempuan yang berasal dari rumah tangga penerima bantuan PKH cenderung untuk memaksimalkan bantuan yang diterima dengan menambah jumlah anak (moral hazard). Perilaku moral hazard lebih mencolok pada perempuan dari rumah tangga yang pernah menerima PKH atau yang saat ini menerima PKH tetapi tidak dapat menunjukkan kartu.

The purpose of this study is to investigate the relationship between PKH acceptance status and the fertility intentions of married noncontracepting women aged 15-49 years in Indonesia. Data for this study came from the National Socio-Economic Survey (Susenas) 2017. The dependent variable in this study is the fertility intention of married women aged 15-49 years who were not contracepting. The independent variables include the main variable, namely PKH acceptance status and the control variables which include individual factors, namely parity, living area (rural/urban), women's working status, women's education, husband's education, women's age, husband's age, internet access, income, home ownership status, and contextual factors, namely the province TFR, IDG and CPR. The findings showed that after controlling for individual and contextual factors, high fertility intention was associated with PKH acceptance. Women from PKH beneficiary were more likely to maximize the cash assistance by increasing the number of children (moral hazard). Moral hazard behavior was more striking among in women from households who had received PKH or who currently received PKH but were unable to show their cards."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Damayanti
"Jumlah penduduk Indonesia saat ini menempati posisi keempat populasi terbesar di dunia dengan 270.203.917 jiwa. Fertilitas (kelahiran) merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah penduduk. Angka fertilitas total (TFR) sebagai salah satu indikator pengukuran fertilitas di tahun 2019 menunjukkan angka tertinggi berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan 3,36 sedangkan yang terendah adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan 1,80 anak per wanita. Situasi dan kondisi demografis yang berbeda-beda serta bersifat dinamis menjadikan tingkat fertilitas setiap daerah di Indonesia dapat dipengaruhi oleh faktor yang berbeda pula. Tujuan : untuk mengetahui perbandingan faktor atau determinan yang mempengaruhi fertilitas pada wanita kawin di Provinsi NTT dan Provinsi DIY. Metode : menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan sampel seluruh responden wanita usia subur yang berstatus kawin atau hidup bersama pasangannya. Hasil : Adanya perbedaan variabel yang dominan berpengaruh terhadap fertilitas di kedua provinsi. Di NTT variabel paling berpengaruh adalah umur, dimana umur berkaitan erat dengan umur kawin pertama dan lama perkawinan, semakin wanita di NTT berumur tua, umur kawin pertama terlalu muda dan lama perkawinan terlalu lama maka semakin banyak jumlah anak yang dimilikinya. Sedangkan di DIY, variabel paling berpengaruh adalah jumlah anak ideal, dimana jumlah anak ideal berkaitan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki wanita di DIY yang sebagian besar adalah SMA dalam membentuk pola pikir terkait jumlah anak yang diinginkan dimana lebih mengutamakan kualitas dibandingan kuantitas. Kesimpulan : Provinsi NTT dan DIY memiliki determinan fertilitas yang berbeda, dimana sebagian besar fertilitas di NTT adalah > 2 anak sedangkan sebagian besar fertilitas di DIY ≤ 2 anak.

Indonesia’s population is currently the fourth largest in the world with 270,203,917 people. Fertility (birth) is one component of population growth that is increasing the population. Total fertility rate (TFR) as an indicator of fertility measurement in 2019 shows that the highest number is in the Province of East Nusa Tenggara (NTT) with 3.36 while the lowest is the Special Region of Yogyakarta (DIY) with 1.80 children for a woman. The Differences between dynamic demography situations and conditions make the fertility rate of each region in Indonesia can be influenced by different factors. Objective: To compare the factors or determinants that affect fertility in married women in NTT and DIY Province. Method: Using a cross-sectional design with a sample of all female respondents of reproductive age who are married or living with their partners. Result: There are differences variables that are most related to fertility rates in two provinces. In NTT, the most related variable is age, age is closely related to age of first marriage and length of marriage, women in NTT who are getting older, who have age of first marriage are too young and have been married too long, then more children they will have. Meanwhile in DIY, the most related variable is the ideal number of children. The ideal number of children is related to the education level of women in DIY who most of them are high school graduates in forming a mindset related to the desired number of children who prioritize quality over quantity.Conclusion: NTT and DIY Province have different patterns of fertility determinants which most of the fertility rates in NTT are ≥ 3 children while most of the fertility rates in DIY are < 3 children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Poedjastoeti
Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1991
301.321 SRI f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Ekoriano
"Studi ini menganalisis pengaruh perkawinan pasangan suami istri berbeda etnis dan migrasinya terhadap fertilitas (rata-rata ALH) di seluruh wilayah di Indonesia dengan menggunakan data pasangan (couple) yang bersumber dari Sensus Penduduk 2010. Studi ini fokus menganalisis kepada 4 (empat) etnis yaitu Aceh, Batak, Minangkabau dan Bugis dengan unit analisis berdasarkan istri yang beretnis Aceh, Batak, Minangkabau dan Bugis. Hasil studi ini menunjukan bahwa perkawinan pada pasangan suami istri berbeda etnis cenderung menurunkan fertilitas sedangkan perkawinan pada pasangan suami istri sesama etnis mempunyai fertilitas paling tinggi diantara etnis lainnya. Faktor migrasi juga turut menyebabkan fertilitas pasangan suami istri cenderung menurun dibandingkan tidak bermigrasi. Namun jika etnis tersebut bermigrasi ke wilayah dengan fertilitas yang tergolong tinggi maka fertilitasnya secara konsisten relatif tinggi. Hasil analisis ini menujukan bahwa perkawinan berbeda etnis dan migrasinya merupakan faktor yang dapat menentukan fertilitas.

The objective of this research is to analyze the effect of marriage couple with different ethnic and their migration on fertility (average of children ever born) in all regions in Indonesia by using the pair (couple) from Population Census 2010. This study is focus in four (4) ethnic, such as Aceh, Batak, Minangkabau and Bugis with the unit of analysis which is based on their wife ethnic Aceh, Batak, Minangkabau and Bugis. The results show that marriage between couples of different ethnicities have tend to lower fertility but if couples (husband and wife) marriage with intra-ethnic have the highest fertility among the other ethnic groups. The migration factors also contribute to the fertility of married couples who tend to decline fertility than not to migrate. But if the ethnic migrate to their regions with relatively high fertility, the fertility is consistently relatively high. The results of this analysis show that couple married with different ethnic and their migration are factors which can determine fertility size."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>