Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161854 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Nyoman Destri Andari
"First-degree relatives (FDR) adalah generasi pertama (anak) dari orangtua yang memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2. Kejadian DM tipe 2 pada FDR secara genetik berisiko 2 kali lipat dibandingkan Non FDR. Penyakit ini didasari adanya inflamasi derajat rendah kronik berhubungan dengan menurunnya aktivitas anti-inflamasi. Diperlukan upaya pencegahan diantaranya dengan memberikan probiotik yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anti-inflamasinya. Bakteri Lactococcus lactis ssp lactis YPD 01 adalah bakteri yang dominan ditemukan pada makanan dadih yang berasal dari Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 terhadap perkembangan monosit menjadi sel dendritik dengan mengkaji peran CD11C,CD80 dan CD40 pada kultur darah PBMC subjek FDR dan NFDR DMT2. CD40 dan CD80 berperan dalam penanda perubahan karakter sel-sel dendritik sebagai sel penyaji antigen dan penting dalam mengaktivasi sel T helper.  Sebanyak 22 sampel darah masing-masing subjek FDR dan NFDR DMT2 dikultur dengan menambahkan Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 pada hari ke-0 dan diinkubasi selama 3 hari, 6 hari dan 9 hari. Pada kondisi awal H-0 tanpa stimulasi diketahui bahwa pada subjek FDR DMT2 didapatkan ekspresi CD40 tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan ekspresi CD80 pada sel dendritik. Pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 dapat menyebabkan perkembangan  ekspresi CD40 pada subjek FDR DMT2 menurun dibanding tanpa pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01.

First-degree relatives (FDR) are the first generation (children) of parents who have a history of type 2 diabetes mellitus. Occurrence of type 2 DM in FDR genetically at risk 2 times compared to Non FDR. This disease is based on chronic low-grade inflammation associated with decreased anti-inflammatory activity. Prevention efforts are needed, including by giving probiotics which are expected to increase their anti-inflammatory abilities.bacteria Lactococcus lactis ssp lactis is the dominant bacteria found in dadih food originating from West Sumatra. This study aims to analyze the effect of administration of Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 on the development of monocytes into dendritic cells by examining the role of CD11C, CD80 and CD40 in PBMC subjects FDR and NFDR DMT2. CD40 and CD80 play a role in markers of changes in the character of dendritic cells as antigen-presenting cells and are important in activating T helper.  A total of 22 blood samples from each of the FDR and NFDR groups DMT2 was cultured by adding Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 on day 0 and incubated for 3 days, 6 days and 9 days. In the H-0 initial condition without stimulation it was known that in FDR DMT2 subjects the expression of CD40 was three times higher than the expression of CD80 in dendritic cells. Giving Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 can cause the development of CD40 expression in FDR DMT2 subjects to decrease compared to without administration of actococcus lactis ssp lactis YPD01."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syah Abdaly
"Latar Belakang. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama pada populasi diabetes mellitus (DM). Proses aterosklerosis pada populasi DM sudah terjadi sebelum diagnosis DM ditegakkan, yaitu pada fase resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi akibat pengaruh faktor genetik dan lingkungan. Secara genetik, populasi keluarga derajat pertama (first degree relative, FDR) penyandang DM tipe 2 lebih berisiko memiliki gangguan aterosklerosis akibat resistensi insulin, bila dibandingkan dengan populasi tanpa riwayat keluarga DM. Penelitian mengenai aterosklerosis subklinik pada kelompok FDR DM tipe 2 usia dewasa muda di Indonesia masih terbatas.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data perbedaan tebal tunika intima media karotis antara kelompok FDR DM tipe 2 dan kelompok bukan FDR DM tipe 2 usia dewasa muda.
Metode. Metode yang digunakan adalah studi potong lintang, melibatkan 16 subjek FDR dan 16 subjek non-FDR berusia 19-40 tahun, dengan toleransi glukosa normal dan tidak memiliki hipertensi. Kelompok non-FDR didapatkan dengan metode matching berdasarkan jenis kelamin dan usia. Data yang dikumpulkan berupa karakteristik subjek, pemeriksaan antropometrik (indeks massa tubuh dan lingkar pinggang), pemeriksaan darah (glukosa darah puasa, HbA1c, profil lipid) dan pemeriksaan tebal tunika intima-media arteri karotis menggunakan ultrasonografi (USG) B-mode.
Hasil. Rerata tebal tunika intima-media arteri karotis (CIMT) pada subjek FDR dan non-FDR secara berturut adalah 0,44 mm dan 0,38 mm, p=0,005. Setelah dilakukan adjust dengan lingkar pinggang, indeks massa tubuh, kolesterol LDL dan trigliserida, masih terdapat perbedaan CIMT yang signifikan antara kedua kelompok. Indeks massa tubuh dan lingkar pinggang mempunyai korelasi terhadap CIMT.
Simpulan. Tunika intima-media arteri karotis pada populasi FDR DM tipe 2 usia dewasa muda lebih tebal dibandingkan dengan populasi bukan FDR DM tipe 2."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Cindya Klarisa
"Latar Belakang. Subjek first degree relatives (FDR) diabetes mellitus (DM) tipe 2 berisiko berkembang menjadi DM tipe 2 dan kejadian aterosklerosis lebih tinggi daripada subjek tanpa riwayat orang tua dengan DM tipe 2. Studi ini bertujuan untuk melihat perbedaaan rerata kadar Adipocyte fatty acid binding protein (A-FABP) yang berperan dalam berkembangnya DM tipe 2 maupun aterosklerosis, dan Intercellular Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) sebagai penanda disfungsi endotel pada kelompok FDR DM tipe 2 dan kelompok non-FDR DM tipe 2. Serta melihat korelasi A-FABP dan ICAM-1 pada FDR DM tipe 2.
Metode. Penelitian ini merupakan bagian dari payung penelitian FDR tahun 2018, dengan desain potong lintang, yang memeriksakan kadar A-FABP dan ICAM-1 serum dengan metode sandwich enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Subjek yang dilibatkan berusia 19 tahun sampai di bawah usia 40 tahun, yang normotensi dan normoglikemia. Serum yang diambil disimpan dalam suhu -80°C. Hasil yang ada dilanjutkan analisis beda rerata dan uji korelasi kelompok FDR dan non-FDR.
Hasil dan Diskusi. Dari 115 subjek normoglikemi normotensi, didapatkan kadar A-FABP yang lebih tinggi pada FDR DM tipe 2 dibandingkan non-FDR DM tipe 2 dengan median (rentang interkuartil) berturut-turut 5,44 ng/ml (3,99-6,40) dan 4,99 ng/ml (3,35-6,70), namun tidak bermakna secara statistik (p=0,54). Demikian juga kadar ICAM-1 pada populasi FDR DM tipe 2 yang tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok non-FDR DM tipe 2, dengan median 276,70 ng/ml (230,60-375,20) dan 272,55 ng/ml (223,95-318,22) berturut-turut (0=0,21). Tidak ditemukan korelasi bermakna A-FABP dan ICAM-1 pada FDR DM tipe 2 (p=0,276).

Background. The subject of first-degree relatives (FDR) diabetes mellitus (DM) type 2 had a risk of developing into type 2 DM and the incidence of atherosclerosis was higher than subjects without parents with type 2 DM. This study aims to see the mean difference of adipocyte fatty acid binding protein (A-FABP) level which plays role in the development of type 2 DM and atherosclerosis, and Intercellular Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) level as a marker of endothelial dysfunction between FDR type 2 DM group and the non-FDR type 2 DM group. Moreover, to see the A-FABP and ICAM-1 correlation on FDR DM type 2.
Method. This study is part of FDR study held on 2018. Normotensive and normoglycemic subjects aged 19 to under 40 years old were included. The extracted serum was stored at -80C. Serum A-FABP and ICAM-1 levels were measured using the enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method. The results were followed by a mean difference analysis and a correlation test for the FDR and non-FDR groups.
Results and Discussion. Of the 115 subjects, A-FABP levels were higher in FDR type 2 DM than in non-FDR type 2 DM with median (interquartile range) of 5,44 ng/ml (3,99-6,40) and 4,99 ng/ml (3,35-6,70) respectively, and not statistically significant (p=0,54). Likewise, the level of ICAM-1 in FDR type 2 DM subjects was not statistically significant different from non-FDR type 2 DM subjects, with a median of 276.70 ng / ml (230.60-375.20) and 272.55 ng / ml (223.95-318.22) respectively (0 = 0.21). There was no significant correlation between A-FABP and ICAM-1 in FDR type 2 DM (p=0,276).
Conclusion. There were no significant differences of A-FABP and ICAM-1 levels between FDR and non-FDR type 2 DM groups. There were no correlation between A-FABP and ICAM-1 in the FDR type 2 DM group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Ratna Mukti Umpuan
"Latar belakang. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa hiperurisemia mengambil bagian dalam berkontribusi dalam berkontribusi pada proses sindrom metabolik dua arah. Hiperurisemia merupakan kelainan metabolisme asam urat yang menghasilkan kondisi SUA yang berlebihan dalam plasma darah sebagai akibat dari degradasi metabolisme purin. Namun, masih ada penelitian SUA dan sindrom metabolik yang langka pada subjek dewasa muda dan tidak ada penelitian yang pernah dilakukan pada FDR dewasa muda dari subjek T2DM sejauh ini secara lokal dan internasional. Untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat serum (SUA) antara derajat-kerabat pertama (FDR) diabetes melitus tipe 2 (T2DM) dan non-FDR T2DM, serta korelasinya dengan resistensi insulin pada FDR T2DM.
Metode. Sebanyak 126 (62 FDR dan 64 non-FDR, berusia 25-39 tahun) mata pelajaran terdaftar. Indeks massa tubuh, lingkar pinggang, tekanan darah, glukosa plasma puasa, profil lipid dan kadar SUA diukur. Subjek dengan gangguan toleransi glukosa dan hipertensi tidak termasuk. Hiperurisemia didefinisikan oleh American College of Rheumatology (≥ 7,0 mg/dL untuk pria dan ≥ 6,5 mg/dL untuk wanita), resistensi insulin didefinisikan oleh Homeostatic Model Assessment for Insulin Resistance (HOMA-IR). Sebanyak 126 subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam karakteristik dasar kelompok FDR dan non FDR dari kelompok T2DM. Tingkat SUA tidak berbeda antara FDR dan non-FDR T2DM (5,75 1,41 mg/dL dan 5,54 1,80 mg/dL, p = 0,287). Tidak ada korelasi antara SUA dan resistensi insulin pada FDR T2DM (r = 0,208, p = 0,105).
Kesimpulan. Tingkat SUA dalam normoglikemia dan normotensi FDR T2DM tidak berbeda dibandingkan dengan non-FDR T2DM. Tidak ada korelasi antara SUA dan resistensi insulin pada orang dewasa muda yang sehat dari FDR T2DM.

Background. Previous studies showed that hyperuricemia takes part in contributing the process of metabolic syndrome bidirectionally. Hyperuricemia is an abnormality of uric acid metabolism which produce a condition of excessive SUA in blood plasma as a result of degradation from purine metabolism. However, there is still scarce research of SUA and metabolic syndrome on young adult subjects and no study has ever done in young adult FDR of T2DM subjects so far locally and internationally. To determine difference of serum uric acid (SUA) level between first degree-relatives (FDR) of type 2 diabetes mellitus (T2DM) and non-FDR of T2DM, and its correlation with insulin resistance in FDR of T2DM.
Methods. A total of 126 (62 FDR and 64 non-FDR, aged 25-39 years) subjects were enrolled. Body mass index, waist circumference, blood pressure, fasting plasma glucose, lipid profile and SUA levels were measured. Subjects with impaired glucose tolerance and hypertension were excluded. Hyperuricemia was defined by American College of Rheumatology (≥ 7.0 mg/dL for males and ≥ 6.5 mg/dL for females), insulin resistance was defined by Homeostatic Model Assessment for Insulin Resistance (HOMA-IR).
Results. There were 126 subject met inclusion criteria. We discovered no significant differences in basic characteristics of both FDR and non FDR of T2DM groups. SUA level was not different between FDR and non-FDR of T2DM (5.75+1.41 mg/dL and 5.54+1.80 mg/dL, p = 0.287). There was no correlation between SUA and insulin resistance in FDR of T2DM (r = 0.208, p = 0.105).
Conclusions.  SUA level in normoglycemia and normotensive FDR of T2DM was not different compared to non-FDR of T2DM. There was no correlation between SUA and insulin resistance in healthy young adults of FDR of T2DM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syah Abdaly
"ABSTRACT
Cardiovascular disease (CVD) remain a leading cause of death globally. The concept of acute myocardial infarction in young adults was uncommon. Atherosclerosis is the leading cause of CVD, including myocardial infarction, stroke, heart failure and peripheral artery disease. This condition is initiated early in childhood and progressive in nature. CVD risk factors includes hypertension, dyslipidemia and obesity play a role in the development of atherosclerosis and components in insulin resistance syndrome.
One of many risk factors for insulin resistance in healthy individuals is a first-degree relative (FDR) of Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) patients. This group shows a higher risk of insulin resistance and pancreatic beta cells disruption even in adolescence, although they often remains asymptomatic. Clinical manifestations of metabolic disorders and atherosclerosis will appear earlier in the FDR T2DM group who have sedentary lifestyles and obesity, when compared to the non-FDR group. Several studies have attempted to detect metabolic disorders and subclinical atherosclerosis that might occur; therefore an early prevention can be carried out in these high-risk groups. Unfortunately, factors that affect the onset and the severity of the prospective clinical manifestations from the previous studies remained inconclusive."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2019
610 UI-IJIM 51:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hadits Lissentiya Armal
"ABSTRAK
Peradangan kronik saluran cerna seperti Inflammatory Bowel Disease (IBD) berisiko menjadi karsinoma kolorektal, disebabkan oleh ketidakseimbangan mikrobiota komensal dan patogen. Dadih sebagai probiotik dapat mempertahankan keseimbangan mikrobiota usus sehingga mengurangi risiko radang usus. Untuk melihat keefektifan probiotik susu kerbau hasil fermentasi lokal berasal dari Sumatera Barat yang mengandung Bakteri Asam Laktat, dilakukan penelitian menggunakan hewan coba. Desain penelitian eksperimental menggunakan 4 kelompok mencit Balb/c terdiri dari 6 ekor per kelompok yakni, kelompok normal diberi aquades 8 minggu, kelompok (+) dadih diberi dadih 8 minggu (112 mg/20g/BB), kelompok (+) DSS mencit diberi DSS konsentrasi 3% sebanyak 3 siklus 6 minggu, serta kelompok uji diberi dadih 8 minggu dan DSS sebanyak 3 siklus. Mencit kemudian di-euthanasia dan diambil darah intrakardiak. Kadar sitokin TNF-alpha, IL-1β dan IL-10 diperiksa menggunakan Luminex dari serum. Dadih yang digunakan mengandung bakteri Lactococcus lactis subsp. lactis sebanyak 3x107 CFU/gram. Ada beda signifikan kadar TNF-alpha (p=0,033) dan IL-1β (p=0,007) antar kelompok namun tidak terdapat perbedaan signifikan IL-10 antar kelompok (p=0,091). Serta, ada beda signifikan kadar sitokin TNF-alpha mencit diberi dadih dan DSS dengan median kadar sitokin 26,641 (16,027-35,206) lebih rendah dibandingkan mencit yang hanya diberi DSS 41,220 (36,226-101,920) namun, median kadar sitokin IL-10 lebih tinggi sebesar 109,951 (92,621-130,436) dibandingkan mencit DSS sebesar 85,164 (57,292-111,548) serta tidak terdapat perbedaan signifikan untuk IL-1β. Dadih sebagai probiotik dapat meningkatkan kadar sitokin anti-inflamasi dan menurunkan sitokin pro-inflamasi dalam keadaan radang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dadih dapat digunakan untuk mencegah terjadinya peradangan usus.

ABSTRACT
Chronic inflammation in the gastrointestinal tract, such as Inflammatory Bowel Disease (IBD), is a risk factor for colorectal cancer (CRC) causes the imbalance between commensal and pathogen microbiota in the intestine. Dadih could improve the balance between commensal and pathogen bacteria, and also between pro-inflammatory and anti-inflammatory responses. Aim of this research is to see the effectiveness of probiotic made from locally fermented buffalo milk originating from West Sumatra using animal model. This in vivo experimental research used 4 groups of Balb/c mice consisted of 6 mice per group there are normal group mice indued by aquades for 8 weeks, DSS(+) group mice induced by dadih for 8 weeks with doses 112mg/20g/BB, DSS(+) group mice induced DSS with concentration 3% as much as 3 cycle for 6 weeks and the last treatment group mice induced dadih for 8 weeks and DSS dor 6 weeks. The further more, mice doing euthanasia and taking blood to get the serum. Serum will be using for cytokine investigation consist of TNF-alpha, IL-1β and IL-10 with Luminex. The results showed dadih contained Lactococcus lactis ssp. lactis with 3x107 CFU/gram. The significant differences in TNF-alpha and IL-1β level with p = 0,033 and 0.007 respectively. However, there was no significant difference in IL-10 (p = 0.091). A further test was conducted to see the differences between groups the results showed that there were significant differences in TNF-alpha mice induced dadih+DSS group has median cytokine lower than DSS group equal to 26,641 (16,027-35,206) than 41,220 (36,226-101,920) but IL-10 cytokine dadih+DSS group has higher median cytokine 109,951 (92,621-130,436) than DSS group has 85,164 (57,292-111,548), but was no significant different at IL-1β cytokine. This research showed that dadih could enhance anti-inflammatory cytokines and suppress pro-inflammatory cytokines. Therefore, as locally made probiotic, dadih could be used to prevent intestinal inflammation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Ayatika Sadariskar
"First-degree relatives (FDR) dari pasien diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita DMT2 dan penyakit tidak menular lainnya. Selain disebabkan oleh faktor genetik, peningkatan risiko ini juga dapat disebabkan oleh agregasi familial dari berbagai perilaku kesehatan, beberapanya adalah pola diet dan aktivitas fisik.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola diet dan aktivitas fisik antara FDR dan non-FDR yang normoglikemik dan normotensi di Jakarta, Indonesia. Melalui desain studi potong lintangyang melibatkan 59 FDR dan 59 non-FDR, data poladiet diukur menggunakan 24-hour recall dan data aktivitas fisik menggunakan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) bahasa Indonesia yang sudah tervalidasi, dan dikelompokkan ke dalam kategori sesuai rekomendasi dan tidak sesuai rekomendasi (rekomendasi AMDR Institute of Medicine untuk pola diet dan WHO untuk aktivitas fisik).
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat proporsi yang cukup besar pada pola diet yang tidak sesuai rekomendasi pada FDR (50,8%) dan non-FDR (45,8%). Sebagian besar subjek dengan ketidakseimbangan asupan memiliki asupan lemak yang berlebih, baik pada FDR (96,7%) maupun non-FDR (88,9%). Hasil yang serupa didapatkan untuk proporsi aktivitas fisik yang tidak sesuai rekomendasi pada FDR (52%) dan non-FDR (40%). Pada kelompok FDR, subjek perempuan memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih baik dibandingkan subjek laki-laki (OR 0,23; 95% CI 0,06-0,88; p = 0,026). Meski demikian, tidak didapatkan perbedaan yang signifikan pada pola diet dan aktivitas fisik antara FDR dan non-FDR.
Hasil penelitian ini mendorong evaluasi program nasional untuk pencegahan DMT2 pada kelompok berisiko dan peningkatan upay promotif dan preventif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat pada umumnya.

First-degree relatives (FDR) of patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM) have a higher risk of developing T2DM and other non-communicable diseases. Besides genetic factors, this increased risk can also be caused by familial aggregation of various health behaviors, such as dietary patterns and physical activity.
This study compared diet and physical activity between normoglycemic and normotensive FDR and non-FDR in Jakarta, Indonesia. Through a cross-sectional design involving 59 FDR and 59 non-FDR, dietary data were collected using 24-hour recall and physical activity data were gathered using validated Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). These data were grouped into categories fulfilling and not fulfilling recommendations (AMDR Institute of Medicine recommendations for dietary patterns and WHO recommendations for physical activity).
Results showed that a considerable percentage of FDRs(50.8%) and non-FDRs(45.8%)did not consume their diets as recommended by the Institute of Medicine. Most of the subjects with intake imbalance had excessive fat intake, both among FDR (96.7%) and non-FDR (88.9%). The proportion of subjects with physical activity not meeting WHO recommendations was high among both FDR (52%) and non-FDR (40%). In the FDR group, female subjects had better levels of physical activity than male subjects (OR 0.23; 95% CI 0.06-0.88; p = 0.026). Overall, the differencesin dietary pattern and physical activity between FDR and non-FDR were not significant.
The results of this study encourage the evaluation of national programs to address T2DM in at-risk groups and the increase of efforts in health promotion and disease prevention to improve the health of the general public.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hazim
"Latar Belakang. Keluarga derajat pertama (first degree relatives/FDR) dari Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) memiliki kecenderungan untuk memiliki gangguan metabolik dan vaskular lebih dini tanpa melaui resistensi insulin (RI) sebagai perantaranya seperti lebih tebalnya tunika intima media karotis. Penyakit perlemakan hati non-alkoholik (non-alcoholic fatty liver disease/NAFLD) adalah penyakit hati kronik yang banyak ditemukan pada pasien DMT2 yang dependen terhadap RI. Studi tentang hubungan FDR DMT2 dengan NAFLD masih sangat terbatas dan inkonklusif. Hubungan tersebut masih belum jelas apakah kejadian NAFLD pada FDR DMT2 dependen terhadap RI atau karena kerentanan genetik FDR DMT2.
Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara FDR DMT2 dengan NAFLD.
Metode. Sebanyak 118 dewasa muda (19-39 tahun) dengan toleransi glukosa normal (59 subjek FDR DMT2 dan 59 subjek non-FDR dengan matching usia dan jenis kelamin) diikutsertakan dalam penelitian potong lintang ini. Pengukuran antropometri (tinggi, berat badan, indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar perut) dan analisis laboratorium (glukosa darah puasa, HbA1c, profil lipid, serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT)), serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT)) diperiksa pada penelitian ini. Perlemakan hati didiagnosis dengan ultrasonografi (USG) menggunakan kriteria standar.
Hasil Penelitian. Dua puluh enam subjek (22,03%) dengan NAFLD terdeteksi dengan USG dalam penelitian ini dengan proporsi yang sama pada kedua kelompok. Pada kelompok FDR DMT2 didapatkan jumlah subjek dengan angka HDL rendah dan sindrom metabolik lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tanpa FDR.
Kesimpulan. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara FDR DMT2 dengan NAFLD.

Background. First degree relatives (FDR) of type 2 diabetes mellitus (T2DM) predisposes individuals to have earlier metabolic and vascular disorders independent of insulin resistance (IR) such as thicker carotid intima media thickness than that of non-FDR. Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) is the most commonly found chronic liver disease in T2DM which is IR dependent. Studies about NAFLD in FDR of T2DM populations are very limited and inconclusive. It is unclear whether the occurrence of NAFLD in FDR of T2DM is IR dependent or due to genetic vulnerability.
Aim. to determine the association between NAFLD and FDR of T2DM.
Method. A total of 118 young adults (19-39 years old) with normal glucose tolerance (59 FDR of T2DM and age-sex matched 59 non-FDR subjects) were included in this cross-sectional study. Anthropometric measurement (height, weight, BMI and waist circumference) and routine laboratory analysis (fasting blood glucose, HbA1c, lipid profile, alanine aminotransferase (ALT), aspartate transaminase (AST)) were examined. Fatty liver was diagnosed by ultrasonography (US) using standard criteria.
Result. Twenty-six (22,03%) subjects with NAFLD were detected by US with similar proportion for each group. Low HDL level and metabolic syndrome were found higher in FDR group.
Conclusion. we couldn`t prove the association between FDR of T2DM and NAFLD in this research.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risty Yasmin Bonita
"Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) adalah penyakit metabolik kronis, yang melibatkan berbagai macam proses patogenik. Secara keseluruhan pada seluruh proses tersebut menghasilkan hilangnya massa dan/atau fungsi dari sel - β pankreas yang dimanifestasikan sebagai hiperglikemia. Pengaruh faktor keluarga tampaknya terlibat dalam inisiasi dan perkembangan DMT2 melalui faktor genetik dan nongenetik. Lingkungan keluarga yang sama dengan pasien dengan diabetes, kerabat tingkat pertama pasien dengan diabetes menunjukkan peningkatan risiko 30-70% terkena diabetes. Resistensi insulin dan disfungsi sel telah diidentifikasi pada individu dengan riwayat keluarga diabetes, bahkan sebelum adanya muncul gejala DMT2.
Monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) adalah kemokin-CC dengan kemampuan efek atraktan untuk monosit, sel T memori dan basofil. Ekspresi dari MCP-1 jaringan adiposa dan kadar yang bersirkulasi berkorelasi positif dengan adipositas. Adiposit yang lebih besar dikaitkan dengan resistensi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan ekspresi MCP-1 terhadap monosit sebelum dan setelah perlakuan diet tinggi lemak selama lima hari. Hasilnya didapatkan adanya perubahan aktifitas inflamasi yang ditandai dengan rasio TNF-α/IL - 10 yang tinggi pada kelompok FDR sehingga dapat meningkatkan aktifitas MCP-1. Namun, idak ditemukan hubungan kadar MCP-1 serum dengan presentase monosit CD14+CD16+ baik pada kedua kelompok.

Type 2 diabetes mellitus is a chronic metabolic disease, which involves a variety of pathogenic processes. Overall these processes result in loss of mass and/or function of pancreatic -cells which is manifested as hyperglycemia. The influence of familial factors appears to be involved in the initiation and development of T2DM through both genetic and nongenetic factors. In the same family environment as patients with diabetes, first-degree relatives of patients with diabetes show a 30-70% increased risk of developing diabetes. Insulin resistance and cell dysfunction have been identified in individuals with a family history of diabetes, even before the onset of T2DM symptoms.
Monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) is a CC-chemokine with an attractant effect on monocytes, memory T cells and basophils. Expression of adipose tissue MCP-1 and circulating levels were positively correlated with adiposity. Larger adipocytes are associated with insulin resistance. This study aims to determine the changes in MCP-1 expression on monocytes before and after treatment with a high-fat diet for five days. The results showed that there was a change in inflammatory activity which was indicated by a high ratio of TNF-α/IL - 10 in the FDR group so that it could increase MCP-1 activity. However, there was no relationship between serum MCP-1 levels and the percentage of CD14+CD16+ monocytes in both groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wulandari
"Pengalaman-menyerupai-psikotik (Psychotic-like experience/PLE) merupakan pengalaman serupa halusinasi/delusi, bersifat non – klinis, dan cukup umum ditemui pada populasi sehat. PLE muncul sebagai hasil dari interaksi aspek kognitif dan aspek emosi yang diketahui berfluktuasi secara cepat. Namun, penelitian longitudinal terdahulu kurang dapat menangkap fluktuasi tersebut karena jeda waktu antar pengukuran yang panjang. Selain itu, belum banyak penelitian mengenai mekanisme terbentuknya PLE pada kelompok dengan kerentanan biopsikososial tinggi. Penelitian ini akan menguji peran afek negatif sebagai mediator atas pengaruh skema negatif-mengenai-diri terhadap PLE pada anggota keluarga pasien psikosis. Sebanyak 36 individu berpartisipasi dalam pengambilan data secara Experience Sampling Method (ESM). Pada hari pertama, pengukuran mencakup gejala depresi (PHQ – 9), kecemasan (GAD – 7), dan psikotik (CAPE – 42). Pada hari kedua sampai kelima belas dilakukan pengukuran skema negatif (BCSS), afek negatif (Momentary Affect Scale), dan PLE (Index of PLE). Data harian dianalisis dengan Multilevel Mediation Modeling. Skema negatif-mengenai-diri ditemukan memprediksi PLE, b = 0,378, p < 0,001, dan afek negatif memediasi secara parsial hubungan kedua variabel tersebut, b = 0,401, 95% CI [0,2501; 0,5714]. Fluktuasi harian dari skema yang disertai dengan keberadaan afek negatif akan mendorong interpretasi maladaptif atas pengalaman sehari – hari, sehingga memicu PLE, yang pada keluarga pasien dapat dijelaskan melalui tingginya behavioral sensitization.

Psychotic-like experience (PLE) is hallucination/delusion – like experiences, nonclinical, and quite common in healthy normal population. PLE is shaped by the interplay of cognitive and emotional aspects which are found to be fluctuated in daily life. However, most of the longitudinal studies have yet to capture the dynamic, due to the longer time gap between measurements. Studies in higher-than-average genetic risk-group were also still limited. This study examines the role of negative affect as a mediator to the effect of negative-self schema on PLE in first-degree relatives of psychotic patients. Data was collected from 36 individuals using Experience Sampling Method (ESM). On the first day, depression (PHQ – 9), anxiety (GAD – 7), and psychotic symptoms (CAPE – 42) were measured. On day two until fifteen, daily measurements on negative-self schema (BCSS), negative affect (Momentary Affect Scale), and PLE (Index of PLE) were completed twice a day. Multilevel Mediation Modeling was performed to analyze the data. Negative-self schema was found to predict PLE, b = 0,378, p < 0,001, and this effect was partially mediated by negative affect, b = 0,401, 95% CI [0,2501; 0,5714]. Day-to-day fluctuation of negative-self schema accompany by negative affect would induce maladaptive interpretation which then result in the PLE symptoms. In first-degree relatives, vulnerability to PLE could be explained by behavioral sensitization."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>