Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179990 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juanda Mutifa
"Penggunaan perekat medis dalam waktu yang lama pada pada prosedur pemasangan alat invasif dapat menyebabkan kejadian medical adhesive related skin injury (MARSI) pada anak. Sehingga dibutuhkan pelindung kulit skin barrier sebelum pemberian perekat agar dapat meminimalisir resiko kejadian MARSI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas skin barrier acrylate terpolimer terhadap kejadian medical adhesive related skin injury (marsi) pada anak yang dirawat di ruang intensif. Penelitian ini menggunakan design true experiment yang melibatkan 46 anak dibagi dalam kelompok intervensi 23 responden dan kelompok kontrol 23 responden yang dirawat menggunakan perekat medis karena prosedur pemasangan endotracheal tube dan nasogastric tube. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling. Tingkat resiko skin injury dinilai menggunakan skala Braden Q dan kejadian MARSI di observasi menggunakan format observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa skin barrier acrylate terpolimer efektif menurunkan kejadian MARSI pada anak yang dirawat di ruang intensif dengan nilai p 0,03 (α < 0,05). Dengan demikian penggunaan skin barrier acrylate terpolimer dapat direkomendasikan untuk meminimalisir kejadian MARSI pada anak. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan Kesehatan untuk meminimalisir kejadian skin injury.

he use of medical adhesives for a long time in invasive device installation procedures can cause medical adhesive related skin injury (MARSI) in children. So that a skin barrier is needed before applying the adhesive in order to minimize the risk of MARSI events. The purpose of this study was to determine the effectiveness of acrylate terpolymer skin barrier against medical adhesive related skin injury (MARSI) in children treated in the intensive care unit. This study used a true experiment design involving 46 children divided into an intervention group of 23 respondents and a control group of 23 respondents who were treated using medical adhesive due to the procedure for inserting an endotracheal tube and nasogastric tube. Samples were taken using purposive sampling technique. The risk level of skin injury was assessed using the Braden Q scale and the MARSI events were observed using the observation format. The results showed that the acrylate terpolymer skin barrier was effective in reducing the MARSI in children treated in the intensive care unit with a p-value of 0.03 (α <0.05). Thus the use of an acrylate terpolymer skin barrier can be recommended to minimize the incidence of MARSI in children. The results of this study can be a reference for health workers and health service facilities to minimize the incidence of skin injury, skin injury."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cita Wulan Pasa
"Pengetahuan perawat mengenai MARSI dan cara mencegah MARSI sangat penting untuk mengurangi kejadian MARSI. Anak merupakan populasi yang rentan terhadap MARSI karena lapisan kulit yang lebih tipis dibandingkan dengan orang dewasa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross- sectional. Sampel penelitian berjumlah 153 perawat dengan rentang usia 23-56 tahun di IPTKIA Kiara RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Sampel didapatkan dengan teknik probability sampling jenis simple random sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dengan nilai r> 0,361 dan telah diuji reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha >0,7. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat dengan terjadinya MARSI pada pasien anak dengan hasil p value 0,001 (P< 0,05). Rekomendasi berkaitan dengan penelitian ini ialah disusunnya standar operasional prosedur tentang teknik pemasangan dan pelepasan perekat medis.

Nurses' knowledge about MARSI and how to prevent MARSI is very important to reduce the incidence of MARSI. Children are a population that is susceptible to MARSI because the skin layer is thinner than adults. This research is a quantitative research with a cross-sectional research design. The research sample consisted of 153 nurses with an age range of 23-56 years at IPTKIA Kiara RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. The sample was obtained using a simple random sampling type probability sampling technique. This research uses a questionnaire that has been tested for validity with an r value > 0.361 and has been tested for reliability with a Cronbach Alpha value > 0.7. The results of the study were analyzed using the chi-square test, showing that there was a relationship between the level of knowledge of nurses and the occurrence of MARSI in pediatric patients with a p value of 0.001 (P < 0.05). Recommendations related to this research are the preparation of standard operating procedures regarding techniques for installing and removing medical adhesives."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Widiati
"ABSTRAK
Alat kesehatan yang terpasang pada anak akan membuat kulit atau membran mukosa tertekan sehingga dapat menimbulkan cedera tekan. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas panduan pencegahan cedera tekan terhadap anak yang terpasang alat medis. Metode penelitian randomized controlled trial, desain cross over dengan jumlah responden 50, usia 1 hari sampai dengan 18 tahun. Kelompok kontrol mendapatkan perlakuan sesuai dengan rutinitas rumah sakit, sedangkan kelompok intervensi diberikan tindakan sesuai dengan panduan Kiss dan Heiler 2014 .Penilaian kulit dinilai selama tiga hari.Kejadian cedera tekan dengan klasifikasi grade 1dan cedera membran mukosa pada responden dengan rata-rata skor NSRAS 15. Alat kesehatan yang menyebabkan cedera tekan pada responden adalah ETT 6,67 , OGT 12 ,NGT 11 , dan probe SpO2 6 . Tidak ada perbedaan yang bermakna kejadian cedera tekan pada kelompok kontrol dan intervensi.Trauma kulit dan cedera tekan akibat alat kesehatan terjadi pada kategori risiko ringan, untuk itu perawat tidak boleh terlena dengan nilai skor NSRAS dan Braden Q dalam melakukan pencegahan cedera tekan.Penelitian selanjutnya diperlukan untuk meningkatkan power penelitian dan pengembangan pengkajian risiko cedera tekan akibat alat kesehatan pada anak. Kata Kunci: alat kesehatan, Braden Q, cedera tekan, Neonatal Skin Risk Asesment Scale.

ABSTRACT
Medical devices attached to the child will make the skin or mucous membrane depressed so that it can cause injury pressure. The objective of the study was to determine the effectiveness of prevention pressure injury guidance for children with medical devices. Research method of randomized controlled trial, cross over design with number of respondent 50, age 1 day up to 18 years. The control group received treatment in accordance with the hospital routine, while the intervention group was administered in accordance with Kiss and Heiler guidelines 2014 . Skin assessment was assessed for three days. Incidence of pressure injury with grade 1 and mucous membrane injury on respondents with mean NSRAS score 15. Medical devices causing pressure injury on respondents were ETT 6, 67 , OGT 12 , NGT 11 , and SpO2 probe 6 . There was no significant difference in the incidence of pressure injuries in the control and intervention groups. Skin trauma and pressure injury related medical devices occurred in the low risk category, therefore nurses should not be complacent with the NSRAS and Braden Q scores in preventing pressureinjury. Further research is needed to improve power the research and development of risk assessment of pressure injuryrelated medical devices in children. "
2017
T48115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Hartanto Angriawan
"ABSTRAK
Latar belakang: Perekat medis akrilat banyak digunakan dalam layanan kesehatan tetapi kerap menimbulkan Medical adhesive-related skin injury (MARSI). Pencegahan dapat dilakukan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9%, vaselin album, atau alkohol saat pengangkatan.  Namun belum didukung oleh penelitian. Tujuan: Mengetahui efektivitas penambahan bahan topikal dalam prosedur pelepasan perekat akrilat dalam mengurangi angka kejadian MARSI dan parameter objektif terkait. Metode: Penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar tunggal. Dilakukan penempelan perekat akrilat pada empat lokasi di kulit lengan atas dewasa normal. Pada hari ketiga dan keenam perekat diangkat dengan/tanpa menambahkan bahan topikal secara acak pada keempat lokasi dan dilakukan evaluasi angka kejadian MARSI, skor eritema klinis, nilai eritema mexameter, TEWL, dan skor VAS nyeri. Hasil: Terdapat 224 lokasi uji dari 56 sampel. Angka kejadian MARSI pasca pengangkatan pertama 49,5% dan kedua 59,3%, terendah pada alkohol 50%. Alkohol menunjukkan peningkatan rerata skor eritema terendah baik klinis (p=0,102) maupun mexameter (p=0,024).  Alkohol dan vaselin menghasilkan peningkatan nilai TEWL terendah (p=0,709). Alkohol dan NaCl 0,9% tidak bermakna meningkatan skor VAS nyeri (p=0,173 dan p=0,699). Kesimpulan: Penambahan bahan topikal dapat mengurangi angka kejadian MARSI, namun tidak bermakna secara statistik. Alkohol secara konsisten menunjukkan perubahan parameter terkait yang lebih baik.

ABSTRACT
Background: Acrylic-based tapes are widely used in medicine but frequently associated with medical adhesive-related skin injury (MARSI). Addition of normal saline, vaseline or alcohol in its removal may prevent this, but studies are lacking. Aim: To determine the effectiveness of topical substances in reducing MARSI and related parameters during the removal of acrylic-based adhesives. Methods: We conducted a single-blind randomized controlled trial on the skin of normal adults. Tapes were placed on four sites on the upper forearms which were removed on the third and sixth days with/without applying the substances. The incidence, erythema based on clinical scores and mexameter, TEWL, and pain VAS were measured. Results: We obtained 224 test locations from 56 subjects. The incidence was 49.5% on the third day, increasing to 59.3% on the sixth; it was lower in alcohol group (50%). Alcohol resulted in lower mean of clinical erythema (p=0.102) and mexameter scores (p=0.024).  Both alcohol and vaseline gave the lowest TEWL increase (p= 0.709). Alcohol and normal saline was insignificantly increasing pain score (p=0.173 and p=0.699). Conclusion: Application of substances reduced MARSI incidence, but not statistically significant. Alcohol consistently demonstrated more favorable outcome in MARSI-related parameters.

 

"
2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suhirman
"Cedar kulit terkait perekat medis sering terjadi baik diperawatan biasa, intensif maupun rawat jalan. Cedera kulit merupakan stressor fisik yang dapat menimbulkan nyeri, rasa tidak nyaman dan dapat menjadi tempat masuknya kuman atau bakteri. Cedera kulit pada anak diruang intensif disebabkan oleh penggunaan perekat medis seperti pemasangan NGT, ETT, IV Line, elektroda maupun Spo2. Cedera kulit masih sering dianggap hal yang biasa bahkan pendokumentasiannya masih jarang dilakukan baik di RS pemerintah maupun swasta. Cedera kulit dapat menyebabkan trauma, menimbulkan infeksi dan tentunya hal ini menyebabkan hari rawat semakin panjang. Dalam keperawatan modern diperlukan ketrampilan yang baik dalam mencegah cedera kulit terkait perekat medis. Identifikasi pasien beresiko tinggi cedera kulit, menentukan langkah yang tepat serta tehnik pemakain dan pelepasan perekat sangat diperlukan dalam rangka pelayanan keperawatan yang semakin optimal.

Skin injuries are physical stressors that can cause pain, discomfort and can harbor germs or bacteria. Skin injuries to children in intensive rooms are caused by the use of medical adhesives such as the insertion of NGT, ETT, IV Line, electrodes or Spo2. Injuries to the skin are still considered commonplace and even documentation is rarely done in both government and private hospitals. Injuries to the skin can cause trauma, lead to infection and of course this will lead to longer days of stay. Modern nursing requires good skills in preventing skin injuries related to medical adhesives. Identification of patients at high risk of skin injury, determining appropriate steps and techniques for using and removing adhesive are needed in order to optimize nursing services. Key words: skin injury, medical adhesive"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jhauharina Rizki Fadhilla
"Pelepasan perekat medis pada lanjut usia (lansia) berisiko tinggi menyebabkan medical adhesive-related skin injury (MARSI). Pemberian bahan topikal, NaCl 0,9%, vaselin album, dan alkohol 70%, dalam proses pelepasan diduga dapat mengurangi adhesi kulit dengan plester. Untuk mengetahui apakah penambahan bahan-bahan tersebut dalam prosedur pelepasan perekat medis berbahan dasar akrilat efektif mengurangi kejadian MARSI pada lansia, suatu uji klinis acak tersamar tunggal dilakukan pada penghuni sebuah panti werdha di Jakarta. Subjek yang dipilih berdasarkan kriteria penerimaan (usia 3 60 tahun) dan penolakan (tidak memiliki kelainan kulit, tidak menggunakan obat antiinflamasi, imunosupresan, antihistamin, atau tidak ada riwayat alergi terhadap plester dan bahan uji) serta bersedia berpartisipasi menjalani penempelan perekat medis akrilat pada empat lokasi di kedua tungkai atas sisi ekstensor. Sejumlah 75 orang subjek penelitian (SP) dengan 300 lokasi uji terpilih berdasarkan teknik convenience sampling dan mengikuti seluruh rangkaian prosedur hingga penelitian selesai. Pada hari ketiga, perekat dilepas dengan atau tanpa penambahan bahan topikal sesuai dengan kode randomisasi yang tidak diketahui oleh peneliti (blinding). Perubahan skor skin irritation scoring systems (SISS), nilai transepidermal water loss (TEWL), dan indeks eritema pada mexameter yang merupakan parameter MARSI diukur pada tiap-tiap lokasi uji. MARSI teramati pada 52% SP atau 20,7% lokasi perlakuan (26,7% NaCl 0,9%, 20% vaselin album, 17,3% alkohol 70%, dan 18,7% kontrol; p=0,501). Perubahan skor SISS dan indeks eritema antar kelompok tidak bermakna secara statistik. Perubahan nilai TEWL lebih kecil pada kelompok perlakuan NaCl 0,9% (1 g/m2/jam; p<0,001) dan vaselin album (1 g/m2/jam; p<0,001) dibandingkan kontrol. Disimpulkan bahwa penambahan bahan topikal dalam proses pelepasan perekat medis akrilat di hari ketiga pada kulit lansia tidak terbukti mengurangi kejadian MARSI. Tetapi, penambahan NaCl 0,9% dan vaselin album secara bermakna mengurangi kerusakan sawar kulit yang ditimbulkannya. Waktu pengamatan penelitian ini sangat pendek karena dilakukan dalam masa pandemi Covid-19 untuk membatasi interaksi dengan lansia sebagai populasi rentan. Penelitian lebih lanjut diperlukan karena MARSI umumnya terjadi setelah pemakaian jangka panjang dan berulang.

The removal of medical adhesives in the elderly risks causing medical adhesive-related skin injury (MARSI). Application of topical agents, 0.9% NaCl, vaseline album, or 70% alcohol, could possibly reduce adhesion between the skin and the tape. To determine if application of 0.9% NaCl, vaselin album, or 70% alcohol while removing medical adhesives was effective in reducing MARSI in geriatrics, a randomized, single- blind trial was conducted in a nursing home in Jakarta. Subjects were recruited based on inclusion (age 360 years old) and exclusion criteria (having no skin disorder, not taking anti-inflammatory drugs, immunosuppressants, or antihistamines, and not known allergy to adhesives and the topical agents). Seventy-five subjects gave consent to this study. Acrylic medical adhesives were applied on four areas on extensor thighs. On day three, they were removed with or without using the topical agents based on randomized allocation code unknown to the investigators. Changes in MARSI parameters, i.e. skin irritation scoring systems (SISS), transepidermal water loss (TEWL), and erythema index by mexameter were measured in each of trial area. MARSI was observed in 52% subjects or 20.7% areas (26.7% 0.9% NaCl, 20% vaselin album, 17.3% 70% alcohol, and 18.7% control; p=0,501). Change in SISS score and erythema index among experimental groups were not statistically significant. The change of TEWL value was significantly smaller in 0.9% NaCl group (1 g/m2/hour; p<0,001) and vaselin album (1 g/m2/hour; p<0,001) than control. We concluded that application of topical agents in aiding acrylic medical adhesive removal on day three in the elderly was not proven to reduce MARSI. However, the addition of 0.9% NaCl or vaselin album was shown to confer significantly less damage to the skin barrier. The observation time was very short due to Covid-19 pandemic to limit interaction with the elderly as vulnerable population. Further research is needed to confirm these preliminary findings before they can be generalized because MARSI prevention generally occurs after long-term use and repeated removal.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Helena Golang Nuhan
"Karya ilmiah akhir ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan program residensi Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam bentuk kegiatan praktik residensi I dan II. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran aplikasi Model Konservasi Levine pada asuhan keperawatan anak dengan penyakit infeksi dan pencapaian kompetensi baik sebagai pemberi asuhan, pendidik, advokad, konsultan, dan pembaharu selama praktik residensi. Menurut Model Konservasi Levine , tropicognosis risiko kerusakan integritas kulit : luka tekan merupakan gangguan dari konservasi integritas struktur. Lima kasus kelolaan terpilih ditemukan adanya masalah risiko kerusakan integritas kulit. Intervensi yang diberikan berdasarkan empat prinsip konservasi yaitu mengkaji faktor risiko kerusakan integritas kulit menggunakan skala Braden Q, menjaga kebersihan dan perawatan kulit, memberikan perubahan posisi pasien, memberikan nutrisi yang adekuat, edukasi serta kolaborasi pemberian terapi. Hasil evaluasi akhir dari trophicognosis risiko kerusakan integritas kulit pada lima kasus kelolaan terpilih menunjukkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit : luka tekan.

This final assignment provides an overview about the implementation residency practices of the specialist pediatries nurse program in the form practical activities residency I and II. The aim of this final assignment is provide overview application conservation model Levine on nursing care of children with infectiosus diseases and the achicvement of competencies such as a caregiver, educator, advocator, counselor, and change agents during practice residency. According Levine conservation models, trophicognosis risk of damage to integrity of the skin pressure sores is a disorder the conservation of structural integrity. The five selected cases, indicating risk of damage to skin integrity. Intervention given bassed on the four principles of conservation the examined risk of damage to integrity skin using the Braden scale Q, hygiene and skin care, providing patient position changes, adequate nutrition, education and collaboration therapy. The evaluation results of trophicognosis the risk of damage to skin integrity on selected five cases showd no damage to skin integrity pressure sores.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Susiana Jansen
"Anak sangat rentan mengalami kerusakan integritas kulit karena kondisi kulit yang lebih sensitif dan tipis dibandingkan orang dewasa. Pemakaian popok sekali pakai yang menjadi tren di kalangan ibu yang memiliki anak balita semakin meningkatkan risiko dan kejadian kerusakan integritas kulit berupa ruam popok. Tujuan penulisan ini adalah memberikan gambaran aplikasi model adaptasi Roy pada anak yang mengalami kerusakan integritas kulit berupa ruam popok. Model adaptasi Roy digambarkan pada 5 kasus pasien anak yang mengalami kerusakan integritas kulit. Asuhan keperawatan berdasarkan model adaptasi Roy dimulai dengan pengkajian perilaku yang terdiri dari pengkajian fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interpedensi. Pengkajian tahap dua adalah pengkajian stimulus yang terdiri dari stimulus fokal, kontekstual dan residual. Setelah mendapatkan data melalui pengkajian, penulis merumuskan masalah keperawatan yang timbul berdasarkan respon anak apakah adaptif atau inefektif. Intervensi dan evaluasi keperawatan diberikan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Model adaptasi Roy direkomendaikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan kerusakan integritas kulit berupa ruam popok. Model ini akan lebih baik jika digunakan pada anak dengan umur yang lebih tua.

Children are very vulnerable to skin damage because the skin is more sensitive and thin compared to adults. The use of disposable diapers is a trend among mothers in todler and children, increasing the risk and independence of skin damage to diaper rash. The purpose of this response is to provide an overview of the application of Roy's adaptation model in children who repair damaged skin consisting of diaper rash. Roy's adaptation model illustrates 5 cases of pediatric patients. Nursing care based on Roy's adaptation model begins with an assessment of behavior consisting of physiological, self-concept, role functions and interpedence. The assessment was completed with a stimulus assessment consisting of focal, contextual and residual stimulus. After getting data based on the assessment, the authors formulate nursing problems that arise based on whether the child's response is adaptive and/ or uneffective. Nursing interventions and evaluations are given based on nursing care Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Roy's adaptation model is recommended in providing nursing care to children with skin protection in the form of diaper rash. There’s would be better if this model use in older children"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Barnis Lady Mentari Alamdani
"Atresia ani merupakan malformasi kongenital pada anorektum. Klien dengan atresia ani biasanya dilakukan kolostomi. Kolostomi seringkali mengalami iritasi pada kulit peristomal. Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada klien dengan atresia ani dengan kolostomi yang memiliki kondisi iritasi pada kulit peristomal. Salah satu intervensi untuk menghindari komplikasi lebih lanjut yaitu dengan perawatan stoma. Perawatan stoma dilakukan dengan cara menilai iritasi kulit dengan ostomy skin tools, melakukan intervensi, dan pemantauan kondisi kulit. Setelah dilakukan perawatan stoma selama 3 hari ditemukan hasil berkurangnya kemerahan pada kulit dan hilangnya iritasi dari tiga lokasi menjadi hanya satu lokasi iritasi. Hasil karya ilmiah ini merekomendasikan pihak rumah sakit untuk mengembangkan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan kerusakan integritas kulit untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Atresia ani was a congenital malformation in anorectum. Clients with atresia ani usually had colostomy procedure. Colostomy often experienced for peristomal skin irritation. The purpose of this study was provided an overview of nursing care to clients with atresia ani who had peristomal skin irritation. One intervention to avoid further complications was by stoma care. Stoma care was done by assessing skin irritation with ostomy skin tools, interventions, and monitoring the condition of the skin. After stoma care for 3 days found resulted in redness less and reduce irritation location from three locations into one location. From the result of this study recommend the hospital need to develop a nursing care on clients with skin integrity damage to improve the quality of service."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Harjati
"Pelayanan kesehatan mengalami pergeseran fokus pelayanan dari pengobatan penyakit dan trauma kulit ke arah pencegahan melalui penilaian rutin. Peralatan perawatan dan kondisi neonatus, termasuk berat dan usia bayi, status klinis, dan penyakit yang mendasari memiliki hubungan yang kuat pada risiko terjadinya trauma kulit. Instrumen penilaian trauma kulit yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen SRAMT dan NSRAS plus. Penelitian ini menggunakan studi kohort prospektif, total responden 66 neonatus yang terdiri dari kelompok terpapar dan historical control. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan tingkat risiko trauma kulit pada penilaian awal dan penilaian akhir pada kelompok terpapar (p value 0.001), terdapat perbedaan tingkat risiko trauma kulit antara kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar (X2 29.505 > 5.991) dan terdapat hubungan yang sangat lemah antara usia gestasi dan berat badan lahir terhadap tingkat risiko trauma kulit pada neonatus (rs 0.077 dan 0.004). Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian yang mengintegrasikan pengetahuan perawat terhadap faktor penyebab trauma kulit dan pemantauan ulang sebagai upaya menurunkan tingkat risiko trauma kulit menggunakan instrumen SRAMT, memodifikasi instrumen sesuai dengan kondisi pelayanan yang ada di Indonesia sehingga instrumen ini dapat digunakan untuk menurunkan risiko trauma kulit pada neonatus khususnya bayi prematur.

Health services have shifted the focus of services from treating skin diseases and skin injury to prevention through routine assessments. Treatment equipment and neonatal conditions, including the weight and age of the baby, clinical status, and underlying disease have a strong association with the risk of skin injury. The skin injury assessment instruments used in this study were the SRAMT and NSRAS plus instruments. This study used a short cohort study, totaling 66 neonates consisting of the exposed group and unexposed group (historical control). The results showed that there were differences in the risk level of skin injury first assessment and last assessment in the exposed group with a value (p value 0.001), there were differences in the risk level of skin injury between the exposed group and unexposed group (p value 0.001) and there was no correlation between gestational age and birth weight on the level of skin injury risk (p value 0.446 and 0.821). The researchers suggest that researchers should integrates nurses' knowledge of the factors that cause skin injury and re-monitoring as an effort to reduce the risk level of skin injury using SRAMT instrument, modify the instrument according to the existing service conditions in Indonesia so that the instrument can be use to reduce skin injury in neonates especially preterm."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>