Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197234 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahma Nur Istiqomah
"Dislipidemia menyebabkan abnormalitas pada lemak darah seperti peningkatan Low-Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-c). Pajanan SMF berpengaruh pada membran untuk memodulasi jumlah Ca2+ intraseluler melalui jalur calmodulin sehingga mempengaruhi ekspresi gen yang memodulasi degradasi LDL-c. Protein Sterol-regulatory element-binding protein-2 (SREBP-2) merupakan protein yang berperan dalam regulasi kolesterol dan sebagai faktor transkripsi dari gen Low Density Lipoprotein Receptor (LDLR) untuk berikatan dengan LDL-c yang ada di plasma darah, sehingga berkaitan dengan kadar LDL-c. Tujuan peneitian ini melihat efek pajanan SMF dengan Bmax=2mT selama 1 jam/hari dalam mempengaruhi efek biologis sel sehingga mempengaruhi kadar kalsium, Ekspresi SREBP-2 dan LDLR. Mencit C57BL/6J jantan dibagi menjadi kelompok pakan normal dan High Fat Diet (HFD). Kelompok HFD dibagi menjadi kelompok Obes (0,2,7,14,dan21) berdasarkan hari pajanan. Kemudian diambil plasma untuk untuk melihat Kolesterol dan LDL-c dan organ hati untuk analisis kalsium dan ekspresi SREBP-2 dan LDLR. Terdapat perubahan kadar kolesterol dan LDL-c pada plasma darah secara signifikan P<0.05 dan cenderung mengalami peningkatan kadar kalsium, ekspresi LDLR, dan SREBP-2, pada kelompok pajan dibandingkan dengan kontrol P>0.05. Oleh karena itu, pajanan SMF berpengaruh terhadap kadar total kolesterol dan LDL-c pada sirkulasi darah serta mempengaruhi kadar kalsium, ekspresi protein SREBP-2, dan ekspresi gen LDLR. Efek pajanan SMF terhadap total kolesterol, LDL-c, kadar kalsium, ekspresi SREBP-2 dan LDLR. Bergantug pada lama pajanan, dimana pada penelitian ini lama pajanan optimal adalah 7 har

Dyslipidemia causes abnormalities in blood lipids, such as an increase in Low-Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-c). SMF exposure affects the membrane to modulate the amount of intracellular Ca2+ through the calmodulin pathway, thereby affecting the expression of genes that modulate LDL-c degradation. Protein Sterol-regulatory element-binding protein-2 (SREBP-2) is a protein that plays a role in cholesterol regulation. As a transcription factor of the Low-Density Lipoprotein Receptor (LDLR) gene binds to LDL-c in blood plasma, it is related to LDL-c levels. This study aimed to look at the effect of exposure to SMF with Bmax=2mT for 1 hour/day in influencing the biological effects of cells, thereby affecting calcium levels, SREBP-2, and LDLR expression. Male C57BL/6J mice were divided into standard and high-fat diet (HFD) groups. The HFD group was divided into obese groups (0,2,7,14, and 21) based on the day of exposure. Then plasma was taken to see Cholesterol and LDL-c and liver for calcium analysis and SREBP-2 and LDLR expression. There were significant changes in blood plasma cholesterol and LDL-c levels P<0.05 and tended to have increased calcium levels, LDLR expression, and SREBP-2 in the exposure group compared to controls P>0.05. Therefore, SMF exposure affects total cholesterol and LDL-c levels in the blood circulation and affects calcium levels, SREBP-2 protein expression, and LDLR gene expression. Effect of SMF exposure on total cholesterol, LDL-c, calcium levels, SREBP-2, and LDLR expression. Depending on the length of exposure, in this study, the optimal exposure time was 7 days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Hakim Suriasugandha
"Telah berhasil dibangun generator magnet yang dapat menghasilkan medan magnet dengan bervariasi pada ruang sampel. Ruang sampel tersebut berada di inti selenoida. Keseragaman medan magnet di dalam medan magnet diukur secara tiga dimensi. Generator magnetik terdiri dari lilitan koil selenoida. Dengan tabung selenoida medan magnet terbuat dari bahan ferromagnetik untuk memperkuat induksi magnetik. Solenoida yang dibangun memiliki diameter 6 cm, panjan tabung 17 cm, dan jumlah lilitan kawaat 2.700 lilitan demgan diameter kawat 1,5 mm. Arus maksimum yang diberikan ke sistem dapat mencapai 9A dan menghasilkan hingga besar medan maksimum 788 gauss yang dapat dikendalikan melalui mikrokontroler. Generator magnet yang dikembangkan akan digunakan untuk studi instrumentasi efek Kerr.

This research was carried out to build a magnetic generator that can produce a magnetic field with a variety of samples. The sample space is in the selenoid core. The uniformity of the magnetic field in the magnetic field is measured in three dimensions. Magnetic generator consists of a coil of selenoide. With selenoids tubes the magnetic field is made of ferromagnetic material to strengthen magnetic induction. The built solenoid has a diameter of 6 cm, a length of a tube of 17 cm, and the number of winding kawaat 2,700 turns with a wire diameter of 1.5 mm. The maximum current given to the system can reach 9A and produce a maximum field size of 788 gauss which can be controlled via a microcontroller. The developed magnetic generator will be used for the Kerr effect instrumentation study."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Sari
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Penelitian epidemiologi pada pekerja kelistrikan dan masyarakat yang bermukim di kawasan tegangan tinggi, menunjukkan adanya korelasi pengaruh listrik terhadap peningkatan resiko mendapat kanker darah, limfoma dan kanker otak. Hasil penelitian pemajanan medan elektromagnetik in vitro dan in vivo, dapat meningkatkan aberasi kromosom dan proliferasi sel. Hasil penelitian in vivo dengan menggunakan medan elektrostatik pada tikus jantan dewasa dosis 6 kV dan 7 kV, menunjukkan beberapa anaknya menderita kelainan kongenital. Tetapi pada penelitian tersebut tidak dilaporkan pengaruhnya terhadap materi genetik yang mendasari terjadinya kelainan itu. Untuk membuktikan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan menggunakan mencit sebagai hewan coba. Prekuensi aberasi kromosom dihitung, diperiksa ada tidaknya aberasi kromsom spesifik, yang diikuti dengan pemeriksaan proliferasi limfosit. Data yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian dilakukan analisis varian faktorial.
Hasil dan kesimpulan : Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 6 kV dan 7 kV pada mencit dapat meningkatkan aberasi kromosom (p < 0,01). Pemajanan medan elektrostatik pada mencit selama 48 jam, 72 jam dan 96 jam tidak berpengaruh terhadap frekuensi aberasi kromosom, aberasi kromosom spesifik dan proliferasi limfosit (p > 0,005). Pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 7 kV pada mencit dapat meningkatkan proliferasi limfosit (p , 0,01).
Kesimpulan: pemajanan medan elektrostatik masing-masing dosis 6 dan 7 kV terbukti meningkatkan frekuensi aberasi kromosom, tidak terbukti menimbulkan aberasi spesifik. Pemajanan medan elektrostatik selama 48 jam, 72 jam dan 96 jam tidak terbukti terhadap peningkatan frekuensi aberasi kromosom, pembentukan aberasi kromosom spesifik dan peningkatan proliferasi limfosit."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syihan Auzani
"Pengaruh gradien medan magnet negatif terhadap nyala api aliran bahan bakar LPG-udara coaxial telah dipelajari untuk memahami interaksinya. Sebuah medan magnet gradien negatif tidak seragam yang dihasilkan oleh elektromagnet dari arus listrik searah 0 hingga 0,25 T diberikan diantara burner. Kecepatan aliran udara dan LPG serta intensitas medan magnet divariasikan untuk diketahui pengaruhnya tehadap karakteristik nyala api. Pengaruh gradien medan magnet negatif terhadap karakteristik nyala api seperti temperatur, tingkat kecerahan, panjang, luas, dan jarak lift-up yang dihasilkan dari proses pembakaran telah dipelajari. Temperatur, panjang nyala api, tingkat kecerahan dan jarak lift-up diketahui terpengaruh oleh laju aliran bahan bakar, udara dan intensitas medan magnet. Sementara itu, luas nyala api cenderung tidak berubah terhadap perubahan medan magnet. Panjang nyala api berkurang seiring dengan bertambahnya laju aliran udara dan intensitas medan magnet. Begitu pula dengan jarak lift-up yang berkurang seiring dengan bertambahnya kuat medan magnet dan bertambah seiring dengan penambahan laju aliran udara. Temperatur dan tingkat kecerahan nyala api meningkat seiring dengan bertambahnya gradien medan magnet. Korelasi tinggi nyala api terhadap parameter-parameter yang mempengaruhi diperoleh : 𝑙𝑛(𝐿𝑓𝑑)=−0,0292+ 0,5002 .ln(𝑅𝑒𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎)+0,2647 .ln(𝑅𝑒𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟)+0,1469 .ln (𝐺𝑟𝑚)

The effect of a negative gradient magnetic field on LPG-air coaxial flame has been systematically studied to comprehend its interaction. A non-uniform negative gradient magnetic field was produced in the air gap of the burner by an electromagnet which is powered by direct current power supply producing 0 to 0,25 T magnetic field. Magnetic field intensity, air and LPG flow were set in various condition to to understand its effect to flame characteristics. The influence of negative magnetic field gradient to characteristics of the diffusion flame, such as the temperature, brightness, flame length, area and lifted distance produced by the flames have been thoroughly investigated. The flame length, temperature, brightness and lifted distance were found to be influenced by air-LPG flowrate and magnetic field intensity. Meanwhile, the flame area remained constant with the presence of the vertically decreasing gradient magnetic field. The flame length and lift-up distance of the flame reduced when the magnetic field gradient increased. Meanwhile, the flame temperature and brightness increased with the increasing of magnetic field gradient. Correlation between flame length and non dimensional number obtained : 𝑙𝑛(𝐿𝑓𝑑)=−0,0292+ 0,5002 .ln(𝑅𝑒𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎)+0,2647 .ln(𝑅𝑒𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟)+0,1469 .ln (𝐺𝑟𝑚)"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paul, Clayton R.
New York: McGraw-Hill, 1982
537 PAU i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eyges, Leonard
"This excellent text covers a year's course in advanced theoretical electromagnetism, first introducing theory, then its application. Topics include vectors D and H inside matter, conservation laws for energy, momentum, invariance, form invariance, covariance in special relativity, and more."
New York: Dover Publication. Inc, 2015
530.141 EYG c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amien Rahardjo
1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sovina Helyati
"Exremely low frequency-electromagnetic field (ELF-EMF) merupakan salah satu jenis radiasi non-ion yang dapat dihasilkan dari perangkat listrik rumah tangga atau alat komunikasi elektronik. Paparan ELF-EMF jangka panjang diduga mengganggu pelepasan hormon gonadotropin yang berperan dalam perkembangan dan pematangan folikel ovarium, terutama perkembangan folikel pre antral menjadi folikel antral ataupun folikel de Graaf. Oleh karena itu, melalui penelitian ini dapat diamati pengaruh paparan ELF-EMF dengan berbagai tegangan terhadap jumlah dan morfologi folikel de Graaf. Penelitian ini juga melihat apakah ada efek kumulatif pajanan medan elektromagnetik pada generasi-generasi selanjutnya. Dua belas pasang mencit strain Swiss Webster (P) dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok perlakuan 3 kV 5,5 μT, kelompok perlakuan 4 kV 5,4 μT, dan kelompok perlakuan 5 kV 5,3 μT. Perlakuan ini dilanjutkan dan diberikan pada mencit generasi pertama (F1), generasi kedua (F2), dan generasi ketiga (F3). Selanjutnya lima ekor mencit usia 2,5 bulan dari masing-masing kelompok perlakuan pada tiap generasi diperiksa ovariumnya untuk mengevaluasi jumlah dan morfologi folikel de Graaf. Uji hipotesis Kruskall-Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna jumlah folikel de Graaf (p=0,480) dan folikel atresia de Graaf (p=0,336) di antara kelompok. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pemajanan ELF-EMF tidak mempengaruhi jumlah dan morfologi folikel de Graaf mencit strain Swiss Webster serta tidak dijumpai efek kumulatif pemajanan pada generasi-generasi seterusnya.

Extremely low frequency- electromagnetic fields are categorized as non-ionising radiation which could be produced by electrical household appliances or communication devices. ELF-EMF long term exposure suggested can disturb releasing gonadotropine hormon (GnRH) which have a role in follicle development and maturation, especially pre antral follicle development. Therefore, this study aims to evaluate the influence of extremely low frequency-electromagnetic field in varying frequencies on number and morphology of follicle de Graaf. This study also evaluate ELF-EMF cumulative effect on multiple generation (F1, F2, and F3). Twelve pairs mice strains Swiss Webster as parental mice (F0) were divided into four groups. One group as control and three other groups were exposed by magnetic field,which doses were 3kV 5,5μT, 4kV 5,4μT,and 5kV 5,3μT. These treatments were also given to first, second, and third generation. Five female mices aged 2,5 months from each first (F1), second (F2),and third (F3) generation on each groups were examined to evaluate number and morphology (atresia follicle) of de Graaf follicle from their ovarium. The hypothesis was tested using Kruskall-Wallis which show no significant difference between groups on follicle de Graaf number (p=0,480) and atresia follicle de Graaf (p=0,336). These results suggest ELF-EMF exposure don?t affect number and morphology of follicle de Graaf and there are no cumulative effect on multiple generation."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S38254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Penelitian epidemiologi pada pekerja kelistrikan yang terpajan medan elektromagnet (EMF) memperlihatkan terjadi peningkatan risiko leukemia, limfoma dan tumor otak. Hasil penelitian terdahulu dengan pajanan medan elektromagnet (1-5 kV) hingga 4 generasi mencit menimbulkan kelainan morfologi dan tumor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pajanan dengan medan elektromagnet terus menerus dengan tegangan 3, 4 dan 5 kV pada mencit berimplikasi terhadap rusaknya kromosom yang dideteksi sebagai pembentukan kromosom double minute.
Metode: Empat pasang mencit galur Swiss Webster umur 3-4 bulan, dipajankan terhadap EMF 3, 4, dan 5 kV, dan satu pasang diambil sebagai kontrol tanpa pajanan. Pembentukan double minute diperiksa pada semua turunan, kecuali satu pasang untuk dipajan seperti di atas untuk mendapatkan generasi F2, dan F3 . Dua puluh metafase kromosom diperiksa, dan frekuensi double minute dihitung pada tiga generasi semua kelompok.
Hasil: Frekuensi double minute pada mencit F1, F2, dan F3 yang dipajan EMF 3 kV adalah berturut-turut (0,78+0,08; 0,83+0,09; dan 0,80+0,05). Pada pajanan 4 KV (0,083+0,11; 0,73+0,03; dan 0,96+0,15), dan 5 kV (0,96+0,25; 0,75+0,05; dan 0.99+0.33), sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan. Frekuensi double minute pada mencit yang dipajan dengan EMF lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kontrolnya.
Kesimpulan: Pajanan medan elektromagnet terus menerus dengan tegangan 3 kV, 4 kV, dan 5 kV selama tiga generasi menyebabkan peningkatan perubahan pada kromosom yang menghasilkan double minute. (Med J Indones 2011; 20:109-13).

Abstract
Background: Epidemiological studies indicate increased risk of leukemia, lymphoma, and brain tumor among electrical workers exposed to electromagnetic fi eld (EMF). Other investigator reported that continuous exposure of four successive generations of mice to EMF in doses of 1 kV to 5 kV caused tumor formation in offspring. The objective of this study was to evaluate the effect of continuous exposure of three successive generations of mice (Mus musculus L) to EMF of 3 kV, 4 kV, and 5 kV and its implication of chromosomal breakage, as detected by double minute formation.
Methods: Four couples of mice of Swiss Webster strain, 3-4 months of age, and 7-40 gram of body weight were exposed to EMF at the doses of 3 kV, 4 kV, and 5 kV, and one couple served as control. Double minute formation was examined in all offspring, except one couple of each group to be exposed with the same doses of EMF to get the F2 generation, and so forth until F3 generation. Twenty metaphases of chromosomes were examined and frequencies of double minute were calculated in the three generations of all group.
Results: Frequencies of double minute in F1, F2, and F3 of mice exposed to EMF of 3 kV were respectively 0.78+0.08; 0.83+0.09; and 0.80+0.05. In the 4 kV group were 0.083+0.11; 0.73+0.03; and 0.96+0.15, and in the 5 kV group were 0.96+0.25; 0.75+0.05; and 0.99+0.33, whereas no double minute chromosomes were noted in control group. Frequencies of the double minute in mice exposed to EMF were signifi cantly higher than control group.
Conclusions: Continuous exposure of mice during three successive generations to EMF at doses of 3 kV, 4 kV, and 5 kV causes increased chromosomal breakage as detected as double minute chromosome formation. (Med J Indones 2011; 20:109-13)"
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>