Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166576 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eny Veronika
"Salah satu strategi yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mencapai target Ending AIDS 2030 (95-95-95) adalah melakukan skrining HIV berbasis komunitas (Community-based Screening/CBS) dengan menggunakan alat Oral-Fluid Test (OFT). Sebagai salah satu Principal Recipient (PR) hibah The Global Fund, Indonesia AIDS Coalition (IAC) berperan sebagai mitra pelaksana Kemenkes RI dalam melaksanakan program-program penanggulangan HIV/AIDS termasuk program CBS HIV untuk populasi Pekerja Seks Perempuan (PSP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran implementasi program serta tantangan dan hambatan dalam pelaksanaan CBS HIV pada PSP di IAC. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui Focus Group Disccusion (FGD) dengan 7 orang penerima program dan wawancara mendalam dengan 7 orang pelaksana program. Penelitian ini menemukan secara umum, capaian CBS HIV pada PSP di IAC tahun 2022 masih rendah. Tidak adanya standar kompetensi dan belum meratanya pelatihan bagi petugas lapangan menjadi hambatan utama dalam aspek komunikasi. Tidak adanya insentif bagi petugas menurunkan semangat petugas khususnya relawan. Hambatan lainnya adalah kurangnya perencanaan dana distribusi di awal program yang menyebabkan terlambatnya pelaksanaan program. Tidak adanya SOP atau buku pedoman juga menghambat petugas dalam pencarian informasi. Kemenkes RI dan IAC serta mitra pelaksana lainnya diharapkan dapat pengembangan keterampilan petugas lapangan, membuat SOP dan buku pedoman yang dapat diakses dan dipahami oleh seluruh petugas, mempertimbangkan insentif finansial maupun non-finansial bagi petugas, serta meningkatkan koordinasi terkait pencatatan dan pelaporan program untuk meningkatkan keberhasilan program CBS HIV di Indonesia.

One of the strategies undertaken by the Indonesian government to achieve the target of Ending AIDS 2030 (95-95-95) is to carry out community-based screening for HIV (CBS) using the Oral-Fluid Test (OFT) kit. As one of the Principal Recipients (PR) grants from The Global Fund, the Indonesia AIDS Coalition (IAC) acts as an implementing partner for the Ministry of Health of Indonesia in implementing HIV/AIDS prevention programs including the CBS HIV program for the female sex worker (FSW) population. This study aims to describe the implementation program as well as challenges and obstacles in the implementation of CBS HIV on FSW in IAC. The research design used is descriptive with a qualitative and quantitative approach. Data collection was carried out through Focus Group Discussion (FGD) with 7 program recipients and in-depth interviews with 7 program implementers. This study found that in general, the achievement of CBS HIV in FSW at IAC in 2022 is still low. The absence of competency standards and uneven staff training are the main obstacles in the communication aspect. The absence of incentives for officers reduces the enthusiasm of officers, especially volunteers. Another obstacle was the lack of planning of distribution funds at the beginning of the program which caused delays in program implementation. The absence of standardized procedure or guidebooks also hindered officers from seeking information. The Ministry of Health of Indonesia and IAC and other implementing partners are recommended to be able to develop the skills of field staff, provide standardized procedures and guidebook that are accessible and understandable to all officers, consider financial and non-financial incentives for officers, and improve coordination regarding program recording and reporting to improve the implementation of CBS HIV program in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Purnomo
"Tugu Proklamasi yang terletak di kawasan elit Menteng yang menjadi lambang pemersatu bangsa, ternyata saat ini dikenal sebagai kawasan yang rawan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis strategi membangun jejaring masyarakat berbasis komunitas untuk Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) dan kendala-kendala yang di hadapinya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif, yaitu data primer didapatkan melalui wawancara dan pengamatan, sedangkan data sekunder didapatkan melalui telaahan dokumen. Dari analisis terhadap hasil wawancara, maka didapat kesimpulan bahwa strategi dalam membangun jejaring masyarakat belum optimal, karena program yang dilaksanakan belum dapat memperkuat kelembagaan komunitas sebagai organisasi sosial berbasis masyarakat dalam upaya mencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari kegiatan yang dilaksanakan komunitas masih terdapat kekurang pedulian terhadap upaya menanggulangi bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sehingga perlu melakukan penataan kembali modal sosial dan ketahanan sosial masyarakat. Faktor yang menjadi kendala adalah masyarakat belum kompak, wilayah yang luas, kerjasama yang bersifat insidentil serta komunitas kurang kualitas dan kuantitas. Agar strategi membangun jejaring masyarakat berbasis komunitas dalam upaya mencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dapat menunjukan hasil maksimal, maka diperlukan penataan kembali modal sosial dan ketahanan sosial dalam masayarakat.

Proclamation Monument, located in the elite area of ​​Menteng is a unifying symbol of the nation, it is now recognized as an area that is prone to abuse and illicit drug trafficking. The purpose of this study is to determine and analyze the strategy of building community-based society networking for the Prevention and Eradication of Abuse and Illicit Drugs (P4GN) and the constraints that face it. This research uses analytical descriptive method with qualitative approach, namely primary data obtained through interviews and observations, and secondary data obtained through research paper document. From the analysis of the results of the interview, it could be concluded that the strategy in building society networking is not optimal, because the programs that have been implemented aren’t able to strengthen the institutional community as a community-based social organizations in an effort to prevent drug abuse and illicit trafficking.
The study says that the activities carried out by the community is still a lack of indifference in a attempt to tackle the dangers of drug abuse and illicit trafficking that need to do the realignment of social capital and social resilience. Factor constraints is that the society is not cohesive, a wide area, incidentally cooperation and community are less quality and quantity. Strategy in order to build community-based society networking in an effort to prevent abuse and illicit drug trafficking can show the most, it would require the realignment of social capital and social resilience in communities.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
"Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan civic engagement dan digital citizenship pada ranah pendidikan berbasis komunitas virtual. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, kegiatan seperti itu merupakan bagian dari program institusi pendidikan formal. Tujuannya adalah untuk mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan media sosial. Untuk memperkaya penelitian-penelitian sejenis, peneliti berargumen bahwa komunitas virtual dapat menyelenggarakan edukasi daring secara mandiri tanpa menjadi bagian dari program institusi pendidikan formal sebagai ruang alternatif pembelajaran daring di luar sistem komodifikasi pendidikan. Penyelenggaraan tersebut bersifat egaliter, inklusif, dan anti-kapitalis. Hal ini masih berkaitan dengan prinsip socialist community design, civic engagement, dan digital citizenship suatu kalangan untuk menggerakkan massa mewujudkan alternatif pendidikan yang ideal sehingga menjadi utopia nyata bagi warga sipil. Perwujudan utopia tersebut sedari awal berlandaskan teknologi digital guna meminimalisir batasan, nyatanya masih memiliki sejumlah kendala dari pihak kapitalis dan negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan kasus Komunitas Ensiklopedia Bebas ID (EBID). Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam para pengurus komunitas tersebut, serta pengamatan pada berbagai konten dan beberapa program yang dijalankan oleh divisi komunitas

The aim of this study is to explain civic engagement and digital citizenship in the realm of virtual community-based education. In previous studies, such activities are part of the formal educational institution program. The goal is to brough easier ways for students to follow the learning process using social media. To enrich similar studies, researchers argue that virtual communities can carry out online education independently without being part of formal educational institution programs as an alternative space for online learning outside the educational commodification system. The implementation is egalitarian, inclusive, and anti-capitalist. This is still related to the principles of socialist community design, civic engagement, and digital citizenship of a party to mobilize the masses to realize an ideal educational alternative so it could become a real utopia for civilians. The realization of this utopia from the start was based on digital technology in order to minimize boundaries, in fact, it still has many obstacles from the capitalist side and the state. This paper uses qualitative approach with the case of Ensiklopedia Bebas ID (EBID) community. Data in this study gained by in-depth interview from people who run the community, along with observation on various content and several programs that was held by their division.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damaji Ratmono
"Kajian ini membahas mengenai Indeks Kepuasan Insan Ombudsman pengguna layanan perpustakaan atas layanan perpustakaan Ombudsman RI kurun waktu selama tahun 2019 sampai dengan tahun 2020. Kajian ini nantinya bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis indeks kepuasan insan ombudsman atas layanan perpustakaan di perpustakaan Ombudsman RI sehingga perpustakaan Ombudsman dapat membuat strategi untuk meningkatkan kepuasan pemustaka terutama dari kalangan insan ombudsman. Kajian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan pengukuran menggunakan Skala Likert yang dikembangkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara yaitu disebarkan secara daring (online) melalui e-survei kepada insan ombudsman selaku pengguna perpustakaan Ombudsman. Penentuan jumlah responden dipilih berdasarkan tabel Sampel Morgan dan Krejcie yang terdapat di dalam pedoman penyusunan survei kepuasan masyarakat unit penyelenggara pelayanan publik Nomor 14 tahun 2017 yang diterbitkan Kemenpan RB, sehingga dengan total jumlah pengunjung dari kalangan insan ombudsman di kantor pusatnya di Jakarta yaitu sebanyak rata-rata 100 orang pertahun maka jumlah sampel yang didapat adalah sebanyak 80 orang responden. Pada kajian ini ditemukan hasil Indeks Kepuasan Masyarakat/Insan Ombudsman atas layanan perpustakaan di perpustakaan Ombudsman RI yaitu mendapatkan kategori baik dengan nilai sebesar 3,23 atau jika dikonversikan menjadi 80,63. Dalam kajian ini terdapat dua unsur pelayanan yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu unsur biaya/tarif layanan yang mendapatkan nilai 3,96 atau 99,06 dan unsur perilaku petugas atau pustakawan yang mendapatkan nilai 3,46 atau 86,56. Sedangkan unsur pelayanan yang mendapatkan nilai terendah adalah unsur sarana dan prasarana yaitu dengan nilai 2,80 atau 70,00 dan unsur produk spesifikasi jenis pelayanan yaitu dengan nilai 2,89 atau 72,19. Dari hasil survei ini disimpulkan bahwa untuk program layanan ke depannya, perpustakaan Ombudsman harus melakukan kegiatan peningkatan pelayanannya agar sesuai dengan standar pelayanan perpustakaan khusus dan meningkatkan anggaran dalam memperbaiki sarana dan prasarana yang ada sehingga kualitas layanan dapat berjalan lebih optimal. "
Jakarta: Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, 2020
020 VIS 22:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Expansion of public participation in local autonomy is manifestated in government legal permition and support toward community-based services (CBS) in Bogor City. CBS is public services that are provided by individual citizen and non government organization. In fact, CBS in Bogor City faces some obstacles in legal permition fulfillment and less of support for the government. Obstacles and problem solutions in CBS are two things that are answered in this research. Qualitative method with quantitative data using as data support were used to answer the formula problems. After the withdrawal of quantitative data and the interviews were conducted for users, providers and government authorities in Bogor City, it is proved that the providers experienced problems in licensing, provision of facilities, student development and human resources. However, community-based services contribute to the achievement of minimum service standards (SPM), and some other perceived benefits such as low cost for users and the service is fast and precise. This study led to the recommendation in the form of strategic action and solution of the perceived constraints and government users."
JWK 16:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdjanah Julistia
"Usia sekolah dasar adalah masa penanaman perilaku sehat sedini mungkin. Pada masa sekolah, siswa diberikan pengetahuan, sikap dan perilaku sehat dengan harapan akan membentuk kebiasaan hidup sehat sampai masa dewasa. Oleh sebab itu, masa usia sekolah dasar sangat panting dalam pembangunan SDM kesehatan.Upaya pembinaan kesehatan sekolah selama ini telah dijalankan melalui program yang dinamakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Puskesmas Sukasari adalah salah satu puskesmas yang memiliki sekolah binaan dan siswa binaan UKS yang banyak dibandingkan dengan puskesmas lainnya. Mengingat banyaknya jumlah sekolah dan siswa yang dipantau oleh Puskesmas Sukasari, maka kebutuha.n untuk menciptakan Sistem Informasi yang menggunakan teknologi komputer dirasa sudah mendesak.
Permasalahan yang ada adalah belum ada Sistem Aplikasi Praktis Program UKS. Sehingga penelitian ini bertujuan mengembangkan Sistem Aplikasi Praktis Program UKS yang dapat menginput data, mengolah dan menganalisis data UKS, dan menyajikan hasil analisis berdasarkan indikator program UKS. Diharapkan hasilnya nanti dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan puskesmas, terutama untuk penyusunan tindak lanjut program UKS.
Sistem Aplikasi Praktis Program UKS ini akan dilaksanakan di bagian Sie Kesehatan Puskesmas Kota Tangerang. Adapun sampel penelitian diambil dari laporan bulanan program UKS tahun 2005. Proses pelaksanaan pengembangan sistem ini dilaksanakan hanya sampai tahap uji cobs prototype di laboratorium FKMUI.
Dalam mewujudkan tujuan penelitian maka pendekatan yang digunakan dalam kerangka pikir adalah pendekatan sistem (masukan, proses dan keluaran). Aplikasi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam, studi dokumen, observasi dan melalui tahap pengembangan sistem yang terdiri dari pengumpulan kebutuhan, perancangan cepat prototype, pembentukan prototype, evaluasi prototype dengan pemakai, hasil sistem atau dikenal dengan metode Sistem Development Life Cycle (SDLC). Langkah-langkah Pengembangan Sistem yang dilakukan dimulai dari tahap Perencanaan, tahap Analisis Sistem, tahap Perancangan Sistern, dan tahap Implementasi Sistem.
Dari basil telaah dokumen dan wawancara rnendalam ditemukan beberapa kendala dalam mengerjakan pelaporan UKS. Dalam alur pelaporan ditemukan beberapa kendala pada input, proses dan output. Penulis kemudian merancang aplikasi yang dibatasi pada kegiatan yang meliputi standar pelayanan UKS, kegiatan BIAS dan Penjaringan/Screening di tingkat puskesmas.
Sistem Aplikasi Praktis UKS ini memerlukan spesifikasi software dan hardware sebagai berikut : a) Kebutuhan Software: Sistem operasi Windows 98120001xp, Office 2000 atau lebih tinggi, dan Microsoft Access; b) Kebutuhan Hardware: Pentium III atau lebih tnggi, RAM 128 MB, Hardisk 10 GB, dan monitor SVGA
Dalam rancangan database UKS ini meliputi beberapa file yang sating berhubungan yaitu Data Master (File sekolah, file siswa), Data Kegiatan (File sarana, File kegiatan), Laporan (disajikan dalam bentuk tabel dan grafik) dan Pemeliharaan Data (File backup dan restore).
Pengembangan sistem aplikasi ini masih memiliki beberapa kekurangan sehingga pengembangan dari sistem harus terns dilakukan untuk mengikuti kebutuhan pemakai.Sedang kelebihannya dengan adanya basis data maka akan memudahkan bagi pengguna untuk pemasukan, pencarian maupun pengambilan data dan informasi yang dibutuhkan dengan cepat.
Agar sistem baru ini dapat berjalan maka diperlukan pelatihan bagi teknisi clan Jana dan komitmen yang kuat dan Kepala Puskesmas Kota Tangerang agar pengembangan sistem ini berkesinambungan.

Primary school age is the crucial period to instill healthy lifestyle in children. During this period, children are equipped with knowledge of how to lead a healthy life so that they will have healthy habits later on as adults. Therefore, it is important to develop human resources on health during the primary school age. Effort to promote health issues in schools has been run through a program called School Health Program (SHP). In Tangerang, there is one Puskesmas, Sukasari Puskesmas, that fosters more schools' SHP than the other Puskesmas in the city. Concerning the number of schools and students that this Puskesmas supervises, it is urgent to make Computerized Information System to support the Puskesmas and SHP itself.
One major problem in sustaining the program is there is no integrated Database Information System of SHP available. This research aims to develop an integrated database information system which can input data of SHP, process and analyze the data, and present the analyses based on the program indicator of SHP. It is expected that the outcome of this system will ease and promote the clinic's work, especially in constructing the follow up program of SHP.
The development of Integrated Aplication System of SHP will be done in Health Unit of Puskesmas of Tangerang, Banten Province. The research sample was taken from monthly report of SHP in 2005. The process of the system development implementation was executed up to prototype try out phase in the laboratory of Faculty of Public Health, University of Indonesia.
This research applied the systemic approach (input, process, and output). The database system development used the qualitative approach through intensive interviews, documents study, observation, and system developmental phase which consists of collecting what are needed, System Development Life Cycle (SDLC).
The document study and intensive interviews showed that there are several obstacles in doing the SHP report, such as difficulties in the input, process and output phases. The writer then designed a system which is limited on the activities related to SHP services, BIAS, and screening in Puskemas level.
The Database Information System of SHP needs the following software and hardware requirements: a) Software: Windows Operation System 98120001Xp, Microsoft Office 2000 or higher, and Microsoft Access; b) Hardware: Pentium III or higher, 128 MB RAM, 10 GB HDD, and SVGA monitor.
In the database design, there are several files that are interrelated, named Master Data (school files, student files), Activity Data (facility files, activity files), Report (presented in forms of tables and charts) and Data Maintenance (backup file and restore).
There are yet some flaws in this system development; therefore, it is necessary to continuously advance the system according to the users' needs. Apart from that, this new system has some good features. It is more complete than the previous system (the analyses are based on the available indicators) and the output display is more informative and attractive (as they are presented in forms of tables and charts based on the activities of each school or puskesmas). In addition, because of the database availability, users can easily make some inputs, do some searches and quickly take data or information that they need.
In order to run the new system well, it is necessary to have some training for the technicians. Funding and strong commitment from the Head of Puskesmas of Tangerang are also fundamental in sustaining the system advancement in the future.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banda Aceh: United Nations Human Settlements Programme, 2008
338.6 UNI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yosep Rohyadi
"Memberikan kepuasan kepada pasien merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan citra sebuah rumah sakit. Kepuasan pasien dapat diperoleh melalui pemberian pelayanan yang bermutu yang juga merupakan kewajiban profesi. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah karena masih ada sebagian masyarakat yang merasa tidak puas terhadap pelayanan di rumah sakit umum Cibabat, meskipun pihak rumah sakit tersebut mempunyai misi dan visi yang salah satunya adalah mengutamakan kepuasan pelanggan. Berdasarkan keadaan tersebut peneliti ingin memberikan masukan pada rumah sakit ini melalui suatu penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan karakteristik demografik dengan kepuasan pasien tentang pelaksanaan "fungsi komunikasi" oleh perawat di ruang rawat inap dewasa rurnah sakit umum Cibabat. Penelitian ini merupakan penelitian descriptive correlational dengan pengumpulan datanya dilakukan secara cross sectional. Hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah "Adanya hubungan antara karakteristik demografik dengan kepuasan pasien tentang pelaksanaan "fungsi komunikasi" oleh perawat diruang rawat map dewasa rumah sakit umum Cibabat tahun 2004.
Sampel penelitian adalah pasien rawat map lebih dari 1 X 24 jam di ruang rawat inap dewasa rumah sakit umum Cibabat, dengan jumlah 95 responden. Instrumen yang digunakan adalah instrumen untuk mengukur kepuasan yang telah dimodifikasi dan telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Instrumen untuk harapan dan kenyataan pelayanan masing-masing terdiri dari 35 pertanyaan. Hasii uji coba validitas (r > 0,202) dan realibilitas (r=0,9603) instrument menggunakan Alpha Cronbach dengan hasil baik.
Hasil penelitian menunjukkan kepuasan pasien dengan katagori puas 50,5% dan yang tidak puas 49,5%. Tidak terbukti adanya hubungan antara karakteristik demografi dengan kepuasan pasien tentang pelaksanaan "fungsi komunikasi" oleh perawat di ruang rawat map dewasa rumah sakit umum Cibabat (p >0,05).
Berdasarkan hasil penelitian beberapa rekomendasi telah disampaikan untuk meningkatkan fungsi komunikasi perawat yaitu melalui pendidikan atau pelatihan. Selain itu perlu adanya penelitian lebih lanjut di bagian rawat jalan, atau dengan metoda lain dan dengan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien.

Fulfilling satisfaction to patient is one of the efforts to improve the image of a hospital. Patient's satisfaction can be achieved through providing quality nursing care which is also the obligation of a profession. The background to conduct this study was because there many people were dissatisfied to health services at the public hospital Cibabat, although the hospital has vision and mission that lead the management to focus on customer satisfaction. Based on the condition above, the investigator has an aim at providing in puts to the hospital through a study.
The purpose of the research was to describe the relationship between demographic characteristic and patient's satisfaction on implementation of "communication function" of the nurses in adult general ward Cibabat Public Hospital. This descriptive correlational design employed cross sectional approach. The hypothesis was "There is a significant relationship between demographic characteristics and patient satisfaction on implementation of "communication function" of the nurses in adult general ward Cibabat Public Hospital 2004".
The sample was inpatient subjects who has been admitted at lest for 24 hours. The number was 95 respondents. The instrument used to measure the satisfaction was a modified instrument, consisted of 35 questions for expected and actual services. Validity and reliability of the instrument were r > 0.202 and r : 0.9603 (Cronbach alpha) respectively.
The findings showed that those who were in the category of satisfaction was 50,5% and dissatisfaction was 49,5%. There was no relationship between demographic characteristics and patient satisfaction on implementation of "communication function" of the nurses in Cibabat Public Hospital (p>0.05).
Based on the findings, some recomendation were directed to improve the communication function of the nurses through pursuing further education or training. In addition, a, research study was recommended to assess other population (in outpatient) or use another method, and to assess factors influencing patient satisfaction."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T18400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Sari Rofa
"Sehubungan dengan meningkatnya pertumbuhan organisasi dan persaingan bisnis di industri pendidikan, Fakultas Ekonomi Unsada membutuhkan suatu alat stratejik manajemen yang mampu membantu organisasi untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi agar dapat meraih keunggulan yang kompetitif. Dimana hal tersebut akan mengarahkan FE Unsada untuk dapat meningkatkan kinerja ke arah yang lebih baik agar dapat bersaing dalam perkembangan peningkatan mutu, kualitas, daya saing dan nilai akreditasi A. Untuk meningkatkan pengelolaan strategi, FE Unsada membutuhkan suatu sistem pengendalian dalam proses pengimplementasian strategi bisnis dari suatu organisasi pendidikan untuk menjalankan strategi yang tepat. Penelitian studi kasus ini menggunakan konsep four levers of control seperti yang dipaparkan oleh Simons (2000) sebagai suatu sistem pengendalian manajemen pada proses implementasi strateginya. Dimana dalam pembahasan mengenai penerapan diagnostic control system akan digunakan konsep Balanced Scorecard yang dijelaskan oleh Kaplan dan Norton (1996). Penerapan four levers of control dilakukan dengan menerapkan belief system yaitu melalui paham/kepercayaan, misi, serta pernyataan tujuan organisasi yang dikomunikasikan kepada seluruh unit di dalam organisasi. Boundary system tercermin melalui business conduct, sistem perencanaan strategi dan prosedur operasional perusahaan. Diagnostic control system yaitu sistem feedback formal yang digunakan untuk memonitor hasil perusahaan dan deviasi yang timbul atas pengukuran kinerja, sistem ini dapat diterapkan dengan menggunakan Balanced Scorecard melalui Key Performance Indicator yang ditetapkan sebagai pengukurannya. Interactive control system dapat diterapkan dengan menggunakan KPI yang dapat memonitor strategic uncertainty yang dihadapi organisasi. Usulan penerapan Balanced Scorecard dimulai dengan melakukan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari FE Unsada. Hasil analisis SWOT tersebut digunakan untuk menentukan dan menyelaraskan sasaran strategi dengan visi dan misi organisasi melalui matriks SWOT. Sasaran strategi yang dihasilkan akan diklasifikasikan menjadi lima perspektif. Sasaran strategi tersebut juga digunakan untuk merumuskan pengukuran dan tindakan-tindakan inisiatif menggunakan Balanced Scorecard.

In connection with the growth of the organization and competition in the education industry Faculty of Economics Unsada requires a strategic management tool< that can help organizations to formulate and implement strategies in order to achieve a competitive advantage. Where it will lead FE Unsada to be able to improve the performance to a better direction in order to compete in the development of quality improvement, quality, competitiveness and value of accreditation A. To improve management strategies, FE Unsada requires a control system in the process of implementation of the business strategy an educational organization to execute the right strategy. This case study uses the concept of four levers of control as described by Simons (2000) as a management control system in the process of strategy implementation. Where in the discussion on the implementation of diagnostic control system also using the Balanced Scorecard concept that described by Kaplan and Norton. The implementation of levers of control is done by applying a belief system that is through understanding beliefs mission as well as the statement of the organization's goals are communicated to all units within the organization. Boundary system is reflected through the conduct of business strategic planning systems and operational procedures of the company. Diagnostic control systems are formal feedback system that applied to monitor the results of the company and the deviation arising from performance measurement, this system can be applied by using the Balanced Scorecard through Key Performance Indicators are defined as the measurement. Interactive control system can be implemented by using KPIs that can monitor the strategic uncertainty that will be faced by the organization The proposal of Balanced Scorecard implementation will begins with a SWOT analysis to determine the strengths, weaknesses, opportunities, and threats of FE Unsada. Result of SWOT analysis is utilized to determine the objectives and strategies align with the vision and mission of the organization through the SWOT matrix. As result of this strategy targets will be classified into five perspectives. Afterward, that strategy targets also applied to formulate measurements and actions using the Balanced Scorecard initiative."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ratna Nur Hawati
"Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik, bukanlah sesuatu yang mudah bagi pengelola Rumah Sakit. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit menyangkut hidup para pasiennya sehingga bila terjadi kesalahan dalam tindakan medis maka dapat berdampak buruk bagi pasien. Dampak tersebut dapat berupa sakit bertambah parah, kecacatan bahkan kematian. Tantangan ini, harus dihadapi oleh setiap Rumah Sakit yang ada di Indonesia, tidak terkecuali Rumah Sakit Agung.
Saat ini Rumah Sakit Agung adalah Rumah Sakit yang baru memiliki akreditasi D Pratama. Dalam satu tahun ke depan. Rumah Sakit Agung berencana untuk melakukan akreditasi menjadi C Madya sebagai salah satu usahanya untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Permasalahan yang dihadapi oleh Rumah Sakit Agung adalah terjadinya penurunan kualitas layanan yang ditunjukkan dari penurunan angka kesembuhan dan peningkatan jumlah keluhan yang diberikan oleh pasien rawat inap. Hal tersebut merupakan salah satu indikator yang menunjukkan terjadinya ketidakpuasan pasien atas pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Agung. Jika kondisi ini tidak segera diatasi. maka akan mengakibatkan berkurangnya kepercayaan pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan oleh Rurnah Sakit Agung.
Selama ini, pengukuran kualitas pelayanan yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Agung, masih terbatas hanya untuk megetahui kualitas pelayanan tanpa mengidentifikasi variabel yang dinilai penting oleh pasien dalam membentuk kepuasan pasien. OIeh karenanya, karya akhir ini ditulis untuk menyempurnakan pengukuran kepuasan pasien yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Agung selama ini.
Survei kepuasan dilakukan terhadap 4 faktor penentu kepuasan pasien yakni Pelayanan dokter, Pelayanan peruwat, Administrasi, Keadaan lingkungan dun Fasilitas rawat inap. Survei tidak hanya dilakukan untuk melihat kualitas layanan akan tetapi juga untuk melihat nilai kepentingan variabel-variabel pada masing-masing faktor tersebut. Hasil Survei akan disajikan dalam bentuk analisis kuadran sehingga akan tergambarkan 4 kondisi sebagai berikut :
A. Kuadran A, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap sangat penting oleh pasien akan tetapi belum dapat dipenuhi oleh Rumah sakit Agung secara optimal.
B. Kuadran B, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap punting oleh pasien dan telah dapat dipenuhi dengan baik oleh Rumah sakit Agung
C. Kuadran C, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap kurang penting dan telah dapat dipenuhi dengan baik oleh Rumah sakit Agung
D. Kuadran D, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap kurang penting namun telah dijalankan dengan sangat baik oleh Rumah sakit Agung.
Hasil survei pada periode bulan Juli - Agustus 2006 menunjukkan hasil sebagai berikut :
I. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kualitas Layanan Dokter Berdasarkan hasil analisis terhadap layanan dokter dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan dokter Rumah Sakit Agung secara umum dipersepsikan cukup baik oleh pasiennya. Hal tersebut dapat diketahui dari tujuh variabel layanan dokter pada hasil analisis per ruang rawat, hanya terdapat tiga variabel yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
Berdasarkan hasil analisis terhadap tingkat kepentingan dan persepsi kualitas layanan dokter dapat disimpulkan terdapat perbedaan persepsi antara pasien Super VIP. VIP dan Utama dengan pasien kelas I, II dan III. Hasil analisis pada pasien Super VIP, VIP dan Utama menunjukkan bahwa dokter lebih sering melakukan visit kepada pasien. Selain itu, variabel layanan dokter lainnya juga telah memenuhi harapan pasien sehingga sebaiknya tetap dipertahankan kualitasnya oleh pihak Rumah Sakit Agung.
Pada hasil analisis pada pasien kelas I, II dan III diperoleh terdapat tiga variabel layanan dokter yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya oleh Rumah Sakit Agung. Ketiga variabel tersebut adalah visit dokter, contact dokter dan kejelasan informasi dari dokter. Dari ketiga variabel tersebut, variabel yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah variabel kejelasan informasi dokter oleh karena itu, sebaiknya variabel ini menjadi prioritas utama dalam upaya meningkatkan kualitas layanan dokter.
II. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kualitas Layanan Perawat
Berdasarkan hasil analisis terhadap layanan perawat dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan perawat secara umum masih kurang baik menurut pasien. Hal tersebut dapat dilihat dari delapan variabel layanan perawat pada hasil analisis per ruang rawat terdapat 6 variabel yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
Berdasarkan hasil analisis layanan perawat secara keseluruhan diperoleh dua variabel layanan perawat yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya yakni variabel kecepatan perawat dan perhatian perawat. Hasil analisis per ruang rawat menunjukkan bahwa adanya perbedaan persepsi kualitas layanan dan tingkat kepentingan pada pasien Super VIP, VIP dan Utama dan Kelas I dengan Pasien Kelas II serta Pasien KelasIII. Menurut pasien Super VlP, V1P dun Utama dan Pasien Kelas 1, variabel yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya adalah kecekatan perawat dan informasi dari perawat. Diantara kedua variabel tersebut, variabel informasi dari perawat memiliki tingkat kepentingan yang lebih penting dibandingkan kecekatan perawat.
Menurut pasien kelas II variabel yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya adalah kecepatan ( respon perawat ) dan visit perawat. Variabel visit perawat dinilai memiliki nilai lebih penting dibandingkan kecepatan perawat.
Menurut pasien kelas II variabel yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya adalah kecepatan perawat, perhatian perawat, visit dan keramahan perawat. Diantara keempat variabel tersebut, variabel perhatian perawatlah yang memiliki nilai lebih penting.
Berdasarkan hasil analisis per ruang rawat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada enam variabel layanan perawat yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya oleh pihak Rumah Sakit Agung. Keenam variabel tersebut adalah kecekatan perawat, informasi dari perawat, kecepatan perawat dan visit perawat, perhatian perawat dan keramahan perawat. Diantara keenam variabel layanan tersebut variabel perhatian perawat adalah variabel yang memiliki nilai kepentingan tertinggi. Berdasarkan hal itu, maka sebaiknya pihak Rumah Sakit menempatkan variabel tersebut sebagai prioritas pertama dalam upaya peningkatan kualitas perawat.
III. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kualitas Layanan Bagian Administrasi.
Hasil analisis terhadap layanan bagian administrasi menunjukkan bahwa kualitas layanan administrasi dipersepsikan kurang baik oleh pasiennya. Hal tersebut dapat disimpulkan dari hasil analisis layanan administrasi per ruang rawat yang menunjukkan terdapat 3 variabel dari 4 variabel layanan administrasi yang membutuhkan upaya peningkatan kualitas. Ketiga variabel ini adalah variabel keramahan petugas, informasi dari petugas dan tarif:
Hasil analisis pada layanan bagian administrasi oleh pasien secara keseluruhan menunjukkan dua variabel yang perlu ditingkatkan kualitasnya yaitu : keramahan petugas dan informasi dari petugas. Konsisten dengan hasil analisis secara keseluruhan, hasil analisis pada pasien kelas I & II menunjukkan hanya dua variabel yang dibutuhkan upaya perbaikan yakni variabel 1 keramahan petugas dan informasi dari petugas. Hasil analisis pada pasien Super VIP, VIP dan Utama menunjukkan bahwa variabel keramahan petugas sebagai satu-satunya variabel yang membutuhkan upaya perbaikan. Selain keramahan dan informasi dari petugas, variabel tarif juga perlu dievaluasi kembali menurut pasien kelas III.
Variabel keramahan adalah variabel yang sebuiknya dijadikan sebagai prioritas utama dalam upaya perbaikan kualitas layanan bagian administrasi di Rumah Sakit Agung.
IV. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Terhadap Lingkungan dan Fasilitas RS
Hasil analisis tingkat kepcntingun dan persepsi terhadap lingkungan dan fasilitas Rumah Sakit menunjukkan bahwa kualitas lingkungan dan fasilitas RS dipersepsikan biasa saja oleh pasien. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis terhadap lingkungan dan fasilitas RS per ruang rawat yang menunjukkan bahwa dari enam variabel terdapat tiga variabel yang membutuhkan upaya perbaikan. Ketiga variabel tersebut adalah kebersihan, kualitas fasilitas dan kualitas makanan.
Hasil analisis pada pasien VIP dan kelas 1 menunjukkan tiga variabel yang membutuhkan perbaikan yaitu kebersihan, kualitas fasilitas dan kualitas makanan. Hasil ini berbeda dengan hasil analisis pada pasien kelas II dan III menunjukkan bahwa hanya ada dua variabel yang membutuhkan upaya perbaikan yaitu kebersihan dan kualitas makanan.
Di antara ketiga variabel yakni variahel kebersihan. kualitas fasilitas dan kualitas makanan, variabel kebersihan adalah variabel yang memiliki nilai kepentingan tertinggi. Berdasarkan hal itu. maka sebaiknya variabel kebersihan dijadikan sebagai prioritas utama dalam upaya perbaikan lingkungan RS dan fasilitasnya.

Most hospital and healthcare organizations in Indonesia faces a high competition. Service quality excellence is a must to survive in healthcare industry. Healthcare organization wasn't sufficient just to deliver high quality medical or clinical care but also have to added market satisfaction to their list of goal.
Agung Hospital is a hospital with D Pratama accreditation in Jakarta. In the next year, this hospital is planning to upgrade it's accreditation to C Madya as a strategy to quality improvement. Agung Hospital faces two problems. This problem is deceased cure rate and increasing complaint from patient. This problem is indicator for quality improvement in Agung Hospital.
Agung Hospital have developed a patient survey, satisfaction measurement in this hospital consist of a `performance only program', which looks purely at service ratings but not the importance of service to patients. Studies and practice have shown that while patient input is essential in regards to rating the performance in service rating. A hospital must also know what patient expect from a service and the aspects they feel are important. This paper presents an application of Importance and Performance Analysis for satisfaction measurement at Agung Hospital. From the past research, this technique has shown the capability to provide management with valuable information for both satisfaction measurement and the efficient allocation of resources, all in easily applicable format.
Patient Satisfaction variables were identified through in deep interview with 10 (ten) patient in Agung Hospital. These variables were developed and incorporated into a survey instrument. These variables are: Doctor's care, nursing care, administration and hospital environment and facility.
The importance and performance of service was rated by 5 liken scales. Importance and performance scores attained from survey instrument are plotted onto four quadrants:
A. Quadrant A. Importance and performance ratings both meet or exceed service quality standards
B. Quadrant B. Importance and performance ratings both fall short of service quality standards
C. Quadrant C. Performance scores do not meet the service quality standard but respondents do not place a high level of importance on the service.
D. Quadrant D. Performance meets or exceeds service quality standards, but a low level of importance is assigned to this particular service.
RESULT
1. Importance and Performance Analysis for Doctor's Care
The result from Analysis indicates there are three variables where the hospital can concentrate on improving doctor performance quality. These variables are doctor visit, contact doctor and information from doctor.
2. Importance and Performance Analysis for Nursing Care
The result from Analysis indicates there are six variables where the hospital can concentrate on improving nurse performance quality. These variables are kecekatan perawat, nurse contact and visit, nurse courtesy, nurse friendliness and nurse information.
3. Importance and Performance Analysis for Administration division
The result from Analysis indicates there are two variables where the hospital can concentrate on improving administration division performance quality. These variables are officer friendliness and officer information.
4. Importance And Performance Analysis for Hospital environment and facility
The result from Analysis indicates there are three variables where the hospital can concentrate on improving administration division performance quality. These variables are cleans, facility quality and food quality.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>