Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67915 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhityana Ayu Bestania
"Garudayana Saga merupakan komik yang berkisah tentang Garuda. Komik Garudayana Saga memiliki konsep Garuda, dan konsep Garuda tersebut juga terdapat dalam teks Adiparwa. Adiparwa merupakan parwa (kitab) bagian pertama dari kisah Mahabharata. Tokoh Garuda yang terdapat pada narasi Adiparwa diilustrasi dengan gambar gaya manga dalam komik Garudayana Saga. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan representasi karakter Garuda yang tampak pada gambar karakter Garuda dalam komik Garudayana Saga, berdasarkan kutipan yang berisi tentang tokoh Garuda dalam teks Adiparwa. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif Creswell (2014) yang dipadukan dengan teori alih wahana Damono (2018) dan teori semiotik Peirce (1998). Secara keseluruhan, karakter Garuda dalam komik Garudayana Saga tetap dipertahankan berdasarkan Garuda dalam teks Adiparwa, yang terlihat pada ciri fisik, sebutan raja, kesaktian, sifat, dan selera makan, dengan penambahan berupa aksesori yang dikenakan karakter Garuda dalam komik. Lalu, ditemukan bentuk tanda berupa 3 ikon, 1 indeks, dan 3 simbol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, representasi karakter Garuda dalam komik Garudayana Saga yang berupa gambar dengan gaya manga, memiliki kesesuaian dengan tokoh Garuda dalam teks Adiparwa yang masih berupa narasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, karakter Garuda dalam komik Garudayana Saga direpresentasikan dengan tepat dengan gambar gaya manga, berdasarkan tokoh Garuda dalam teks Adiparwa.

Garudayana Saga is a comic that tells the story of Garuda. Garudayana Saga has the concept of Garuda, which is also found in Adiparwa. Adiparwa is the first book of the Mahabharata story. The Garuda character found in Adiparwa narrative is illustrated with manga-style drawing in Garudayana Saga. This research aims to explain the representation of Garuda character seen in Garuda character image in Garudayana Saga, based on a quote that contains the character of Garuda in Adiparwa. The research is conducted using Creswell's qualitative method (2014), combined with Damono's transmedia theory (2018) and Peirce's semiotic theory (1998). Overall, the character of Garuda in Garudayana Saga is maintained based on Garuda in Adiparwa, which can be seen in physical characteristics, the tittle of king, supernatural powers, personalities, and appetite, with the addition of accessories worn by the Garuda character in comic. Then, found the form of a sign in the form of 3 icons, 1 index, and 3 symbols. The results of this study reveal that the representation of the Garuda character in Garudayana Saga, which is in the form of a manga-style drawing, is compatible with the Garuda character in Adiparwa's narrative. We can concluded that Garuda character in Garudayana Saga is properly represented with a manga-style drawing, based on the Garuda character in Adiparwa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Nur Arifah Yaza
"Karya sastra merupakan representasi kenyataan sosial yang di dalamnya mengandung nilai-nilai kehidupan. Salah satu bentuk karya sastra adalah film. Penelitian ini membahas apa nilai-nilai etika Jawa yang terkandung dalam film pendek Tanah Kalurahan karya Paniradya Kaistimewan. Tujuan penelitian adalah untuk memahami etika Jawa melalui analisis struktur logis dan representasi budaya Jawa mendasarkan pada konsep etika Jawa sebagaimana disampaikan oleh Magnis-Suseno (1984), serta bagaimana etika tersebut direpresentasikan melalui bahasa, tanda, dan gambar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif melalui analisis dialog dan tangkapan layar dari adegan film. Data dianalisis menggunakan metode Miles dan Huberman (1992) yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini berfokus pada empat topik etika Jawa yaitu: sikap batin yang tepat, tindakan yang tepat dalam dunia, tempat yang tepat, dan pengertian yang tepat. Hasil penelitian menemukan representasi nilai etika Jawa melalui dua unen-unen bahasa Jawa yaitu sepi ing pamrih rame ing gawe dan andhap asor serta sikap ngapurancang. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang bagaimana etika Jawa mempengaruhi interaksi sosial, hubungan antarindividu, dan keselarasan sosial dalam masyarakat.

Literary works are representations of social reality which contain life values. One form of literary work is film. This research discusses the Javanese ethical values contained in the short film Tanah Kalurahan by Paniradya Kaistimewan. The aim of the research is to understad Javanese ethics through analysis of the logical structure and representation of Javanese culture based on the concept of Javanese ethics as presented by Magnis-Suseno (1984), along with how these ethics are represented through language, signs, and images. The research method used is dercriptive qualitative with an objective approach through analysis of dialogue and screen captures from film scenes. Data were analyzed using the Miles and Huberman (1992) method which including data reduction, data display, and conclution drawing. This research focuses on four topics of Javanese ethics, namely: the right inner attitude, the right action in the world, the right place, and the right understanding. The results of the research found a representation of Javanese ethical values through two Javanese language adages, namely sepi ing pamrih rame ing gawe and andhap asor as well as the ngapurancang attitude. This research provides an understanding of how Javanese ethics influences social interactions, relationships between individuals, and social harmony in society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Marwah Ningtyas
"Kehidupan yang tidak kekal menuntut manusia untuk terus melakukan kewajiban sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Ketidakkekalan membuat manusia sadar bahwa ia akan kembali ke Sang Pencipta. Sikap ini tergambarkan pada kesadaran akan sangkan paraning dumadi. Kata sadar berarti mengerti dan tahu akan hakikatnya untuk kembali ke asal mula penciptanya. Kesadaran tersebut dijalani oleh Kunthi dalam lakon Kunthi Swarga karya Ki Purbo Asmoro. Atas dasar kesadaran batin akan hubungan manusia dan Tuhan, orang Jawa selalu melaksanakan laku yang tepat. Serangkaian laku yang dijalani orang Jawa ditujukan untuk mencapai kemanunggalan dan kematian yang bahagia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan sikap sadar sangkan paraning dumadi dengan pendekatan objektif dan teori representasi dengan perspektif religi Jawa. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana laku sangkan paraning dumadi yang dilakukan oleh Kunthi dalam usahanya meraih manunggaling kawula gusti, sehingga tercapainya tujuan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan transendental mengenai konsep kembali ke asal mula. Hasil penelitian ini menunjukkan sikap sadar dalam batin manusia sebagai langkah awal dalam menjalani serangkaian laku tapa brata untuk kembali kepada Tuhan. Melalui kesadaran sangkan paraning dumadi setiap manusia akan melibatkan batinnya dalam menjalani kehidupan.

The impermanent life requires humans to continue carrying out their obligations as creatures created by God. Impermanence makes man aware that he will return to the Creator. This attitude is reflected in the awareness of the sangkan paraning dumadi. The word conscious means understanding and knowing the essence of returning to the origin of the creator. This awareness is lived out by Kunthi in the play Kunthi Swarga by Ki Purbo Asmoro. Based on inner awareness of the relationship between humans and God, Javanese people always carry out appropriate practices. A series of practices carried out by Javanese people is aimed at achieving oneness and a happy death. This research uses a qualitative descriptive method that describes the conscious attitude of sangkan paraning dumadi with an objective approach and representation theory with a Javanese religious perspective. The formulation of the problem in this research is how the sangkan paraning dumadi is carried out by Kunthi in her efforts to achieve manunggaling kawula gusti, so that she achieves her life goals. This research aims to increase transcendental knowledge regarding the concept of returning to origins. The results of this research show a conscious attitude in the human mind as the first step in carrying out a series of ascetic practices to return to God. Through the awareness of sangkan paraning dumadi, every human being will involve his inner self in living life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shabiria Yumna Shidik
"Memahami nilai-nilai budaya Jawa merupakan hal yang penting khususnya falsafah Sapa Nandur Bakal Ngundhuh ‘siapa yang menanam akan menuai’ dimana menanam kebajikan akan menuai hasil yang baik, sebaliknya siapa yang menanam kejahatan akan menuai hasil yang buruk. Falsafah Sapa Nandur Bakal Ngundhuh mencerminkan sebuah prinsip tentang kausalitas dan tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Penelitian ini mengkaji falsafah Jawa Sapa Nandur Bakal Ngundhuh dalam novel Kumpule Balung Pisah karya Achmad Saerozi A.M. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana falsafah Sapa Nandur Bakal Ngundhuh direpresentasikan dalam novel Kumpule Balung Pisah karya Achmad Saerozi A.M., dan apa saja bentuk representasi dari falsafah Sapa Nandur Bakal Ngundhuh dalam novel tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana falsafah Sapa Nandur Bakal Ngundhuh direpresentasikan dalam novel Kumpule Balung Pisah dan meningkatkan pemahaman mengenai penerapan nilai-nilai budaya Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Metode analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan psikologi sastra dan teori representasi Stuart Hall digunakan dalam penelitian ini untuk mengeksplorasi bagaimana falsafah Sapa Nandur Bakal Ngundhuh dapat mempengaruhi perilaku dan keputusan karakter dalam menghadapi konflik dan tantangan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa falsafah Sapa Nandur Bakal Ngundhuh tidak hanya berperan sebagai sebuah panduan moral, tetapi juga sebagai pembelajaran akan pentingnya kesadaran dalam bertindak. Penelitian ini memberikan wawasan tentang penerapan nilai-nilai budaya Jawa dalam karya sastra dan relevansinya dengan kehidupan sosial.

Understanding the values of Javanese culture is important, especially the philosophy of Sapa Nandur Bakal Ngundhuh ‘whoever plants will reap’ where planting virtue will reap good results, otherwise whoever plants evil will reap bad results. The philosophy of Sapa Nandur Bakal Ngundhuh reflects a principle of causality and responsibility for one's actions. This study examines the Javanese philosophy of Sapa Nandur Bakal Ngundhuh in the novel Kumpule Balung Pisah by Achmad Saerozi A.M. The problems raised in this study are how the philosophy of Sapa Nandur Bakal Ngundhuh is represented in the novel Kumpule Balung Pisah by Achmad Saerozi A.M., and what are the forms of representation of the philosophy of Sapa Nandur Bakal Ngundhuh in the novel. This research aims to examine how the philosophy of Sapa Nandur Bakal Ngundhuh is represented in the novel Kumpule Balung Pisah and increase understanding of the application of Javanese cultural values in everyday life. A qualitative descriptive analysis method with a literary psychology approach and Stuart Hall's representation theory is used in this study to explore how the philosophy of Sapa Nandur Bakal Ngundhuh can influence the characters' behavior and decisions in facing conflicts and challenges. The findings of this study show that the philosophy of Sapa Nandur Bakal Ngundhuh not only acts as a moral guide, but also as a lesson in the importance of awareness in action. This research provides insight into the application of Javanese cultural values in literary works and their relevance to social life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wishnu Widoseno
"Penelitian ini membahas mengenai memayu hayuning bawana dalam lagu Kidung Reksabumi karya Pancal15 yang dinyanyikan oleh Sindy Purbawati. Lagu Kidung Reksabumi merupakan lagu berbahasa Jawa yang diunggah pada 17 Desember 2021 di kanal Youtube Sindy Purbawati. Pembahasan dilakukan dengan memahami makna lirik lagu berdasarkan pemaknaan simbolik di balik Kidung Reksabumi. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana representasi memayu hayuning bawana yang termuat dalam lirik lagu Kidung Reksabumi. Untuk menjawab permasalahan tersebut menggunakan pendekatan semiotik Roland Barthes dengan teori ekologi sastra. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa lirik lagu Kidung Reksabumi menggambarkan tindakan manusia yang mengeksploitasi alam sehingga menimbulkan bencana alam gunung meletus sebagai simbol kemurkaan alam. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa lagu Kidung Reksabumi merupakan lagu yang memberikan peringatan akan keberadaan antara manusia dengan alam serta secara tidak langsung mengajak manusia untuk mulai sadar akan pentingnya menjaga alam sebagai tempat tinggalnya. Memayu hayuning bawana dalam lagu diwujudkan melalui bentuk peringatan dari lirik lagu dan berdasarkan kajian ekologi sastra lirik lagu.

This research discusses about memayu hayuning bawana in the song Kidung Reksabumi by Pancal15 sung by Sindy Purbawati. Song Kidung Reksabumi is a Javanese song which was uploaded on December 17, 2021 on the Sindy Purbawati Youtube channel. The discussion is carried out by understanding the meaning of the song lyrics based on the symbolic meaning behind Kidung Reksabumi. The problem of this research show about representation of memayu hayuning bawana contained in the song lyrics Kidung Reksabumi. To answer this problem, Roland Barthes's semiotic approach is used with the theory of literary ecology. The results of the study show that song lyrics Kidung Reksabumi describes human actions that exploit nature causing natural disasters, volcanoes erupt as a symbol of nature's wrath. The conclusion from this research is that the song Kidung Reksabumi is a song which gives a warning of the existence between humans and nature and indirectly invites people to start being aware of the importance of protecting nature as a place to live. Memayu hayuning bawana in the song is manifested through the warning form of the song lyrics and based on the study of the literary ecology of song lyrics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Savina Mudzalifah Rasyid
"Film Yowis Ben 3 mengisahkan mengenai tantangan besar dalam perjalanan grup musik Yowis Ben menuju kesuksesan. Masalah utama pada penelitian ini adalah bagaimana solidaritas dalam budaya Jawa direpresentasikan dalam film Yowis Ben 3. Penelitian ini menganalisis representasi solidaritas dalam tradisi budaya Jawa, khususnya filosofi mangan ora mangan, sing penting kumpul yang tercermin dalam film Yowis Ben 3. Menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teori semiotika Roland Barthes, analisis ini mendeskripsikan makna denotasi, konotasi, dan mitos yang muncul dalam film. Melalui dokumen visual, penelitian ini meneliti bagaimana solidaritas diwujudkan oleh tokoh utama dalam film, yaitu Bayu, Doni, Nando, dan Yayan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi antara tokoh-tokoh utama dalam film Yowis Ben 3 mencerminkan solidaritas yang sejalan dengan filosofi Jawa mangan ora mangan, sing penting kumpul, melalui integrasi kesamaan dan ketergantungan yang kuat di antara mereka. Penlitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mudah dan mendalam mengenai nilai-nilai budaya Jawa yang menekankan kebersamaan, kesetiaan, dan saling mendukung.

The film Yowis Ben 3 portrays the significant challenges faced by the Yowis Ben music group on their journey to success. The main focus of this research is on how solidarity in Javanese culture is represented in film Yowis Ben 3. This study analyzes the representation of solidarity in Javanese cultural traditions, particularly the philosophy of "mangan ora mangan, sing penting kumpul" as reflected in the film Yowis Ben 3. Using a qualitative descriptive approach and Roland Barthes' semiotics theory, this analysis describes the denotative, connotative, and mythical meanings that emerge in the film. Through visual documents, this study examines how solidarity is manifested by the main characters in the film, namely Bayu, Doni, Nando, and Yayan. The results of this research show that the interactions between the main characters in the film Yowis Ben 3 reflect solidarity consistent with the Javanese philosophy of "mangan ora mangan, sing penting kumpul," through the integration of strong similarities and interdependencies among them. This research is expected to provide an easier and deeper understanding of Javanese cultural values that emphasize togetherness, loyalty, and mutual support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adelina Ayu Lestari
"Seorang konsumen membeli suatu objek untuk menghabiskan nilai gunanya.Namun, masyarakat konsumerisme merlukan barang bukan untuk mengonsumsi nilai guna, melainkan untuk nilai simbolik.Bagi masyarakat konsumeris, nilai simbolik pada suatu objek lebih penting daripada nilai guna karena nilai simbolik dapat memberikan mereka status dan kehormatan.Peran media dan teknologi sangat berpengaruh. Hal tersebut tidak berlaku pada karakter Nenek dalam komik Saga no Gabai Bachan Nenek Hebat dari Saga .Nenek memang miskin. Membeli barang yang memang ia butuhkan saja sulit, tapi anehnya Nenek menjalani hidupnya dengan bahagia dan selalu merasa cukup. Cara yang ia lakukan untuk dapat bertahan hidup di tengah masyarakat konsumeris adalah mengamali ajaran bersyukur dari agama Buddha. Sang Buddha mengajarkan umatnya untuk melihat segala sesuatu apa adanya. Berkat ajaran tersebut, Nenek berhasil membuktikan jikaia bisa hidup ditengah masyarakat konsumeris, meskipun tanpa memiliki banyak harta.

A consumer buys an object by the purpose of using its functional value. On the contrary, the purpose of consuming objects on consumerist society is not to pursue the use value, but to find the symbolic value of the objects. For them, symbolic value of an object is more important than functional value because it could give them status and prestige. The role of media and technology is very influential on this matter. However, this statement is not happening to The Grandmother character from Saga no Gabai Bachan Great Old Lady from Saga comic. The Grandmother is poor and it rsquo;s hard for her to buy things she really needs. Yet, she lives her life happily and fulfilled. The way she does to survive in the middle of consumerist society is by implementing Buddhist teaching of being grateful. Buddha taught his follower to see everything as it is. By implementing Buddhist teaching of gratefulness, The Grandmother proves that she can survive in the middle of consumerist society without having a need to be rich.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ghoniyati Rohmah
"Skripsi ini membahas pencitraan wanita pada lima cerkak dalam antologi cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bgaimana pengarang membangun citra wanita dalam lima cerkak tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Teori yang digunakan adalah teori pencitraan Rene Wellek dan pembagian aspek-aspek pencitraan wanita secara fisik, psikologis, dan sosial oleh Sugihastuti. Hasil penelitian ini menemukan tipe-tipe ideal wanita dari sudut pandang laki-laki minimal menurut pengarangnya dan penggambaran citra wanita tersebut mencerminkan ekspresi individual Suparto Brata sebagai pengarang sastra Jawa modern.

This research present the image of women in five short stories on the anthology entitled Lelakone Si Lan Man by Suparto Brata. The aim of this research is to explain how the author build the image of women in those five short stories. This research use descriptive-analitical method. The theory which is used is the theory of image by Rene Wellek and the dividing of its aspect are physical aspect, psychology aspect, and social aspect by Sugihastuti. The result of this research find the ideal type of women which is seen from the point of view of men, at least from the author and the description of the image of women reflect the individual expression of Suparto Brata as the man of modern Javanese letter.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Novel Jawa memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perkembangan sejarah Kesusastraan Jawa Modern. Dengan Cara penyajiannya ataupun penyampaian yang sederhana dan cerita yang menggambarkan keadaan masyarakat seperti sesungguhnya, menjadikan novel Jawa menempati posisinya yang cukup mantap di hati para penikmatnya maupun dalam khasanah Kesusastraan
Jawa Modern.
Beragam segi-segi keadaan atau kehidupan masyarakat yang dituangkan ataupun diangkat menjadi topik cerita ragam sastra novel, Salah satunya adalah perbincangan mengenai sosok perempuan yang menjadi topik cerita teks novel Sintru Oh Sintra yang dipilih oleh penulis sebagai bahan obyek
penelitian skripsi ini. Perbincangan sosok perempuan didalam karya sastra khususnya ragam sastra novel Jawa amatlah beragam dan menarik. Berangkat dari konsep mengenai
perempuan Jawa yang harus diindahkan dan diterapkan oleh setiap perempuan Jawa dalam kehidupannya sehari-hari, penampilan ataupun kehadiran tokoh-tokoh perempuan rekaan dalam ragam sastra novel menjadi suatu daya tarik diantara keanekaragaman topik cerita yang ada.
Tokoh Sintru dalam teks novel Sintra Oh Sintra hadir sebagai tokoh rekaan yang memiliki identitas diri yang jelas sebagai individu, yang juga mengalami konflik kejiwaan emosi dan perasaannya yang terjalin dalam rangkaian peristiwa yang dialaminya dalam cerita. Sosok perempuan Sintru ditampilkan dengan perawakan yang indah dan wajah yang cantik bagai dewi
Banowati. Namun goncangan kejiwaan yang pernah mengendap dan ditambah lagi kegagalan perkawinan dan pertunangannya, membuatnya menjadi berpendirian mandiri dan hendak menggugat dominasi kaum pria. Namun akhirnya Sintru menyadari kekeliruan dan kesalahannya terhadap apa yang selama ini menjadi sikap dan keyakinannya.
Sosok perempuan Sintru bagaikan hadir guna menjadi cerminan kehidupan kita saat ini ditengah gencarnya kemitra sejajaran antara pria dan perempuan yang dicanangkan oleh pemerintah. Sintru bagai hadir untuk mengingatkan kaum perempuan agar tidak meninggalkan dan melupakan kodratnya sebagai perempuan yang mempunyni andil besar bagi penoiptaan generasi penerus bangsa."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>