Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1044 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryono Djuned Pusponegoro
Jakarta: Sagung Seto, 2019
616.975 ARY a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cope, Zachary Sir
Jakarta: ayasan Essentia Medika, 1989
616.075 43 COP at
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zlatikha Djuliannisaa
"ABSTRACT
Biliary atresia is a hepatobiliary disease that attacks children. This disease has symptoms of narrowing of the gallbladder which progresses to liver failure and death. The prognosis for this disease is very poor in the first two years of life if not treated as soon as possible. The diagnosis is made by looking at clinical manifestations and the results of investigations. This research was carried out to look for accuracy of abdominal ultrasonography as a supporting examination and to find out which parameters of the size, contractility of the gallbladder, and the description of the triangular cord that had the most impact on diagnosing biliary atresia. This research is a retrospective study with cross-sectional method. This study used medical records from 30 children aged two months to two years who were diagnosed with biliary atresia at Cipto Mangunkusumo Hospital. Data were analyzed using the chi-square method and the fischer method. The results of this study are 96.7% ultrasound accuracy and contractility as the most significant parameters. In conclusion, most patients are women with a median age of 8.21 months and have not yet performed the procedure of kasai, ultrasound accuracy to diagnose biliary atresia more than 90% and contractility of the gallbladder as the most determining factors for diagnosis.

ABSTRAK
Atresia bilier adalah penyakit hepatobilier yang menyerang anak-anak. Penyakit ini memiliki gejala penyempitan kantung empedu yang berprogres menjadi gagal hati dan kematian. Prognosis penyakit ini sangat buruk di usia dua tahun pertama kehidupan apabila tidak diberikan perawatan sesegera mungkin. Diagnosis ditegakkan dengan melihat manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan penunjang. Penelitian ini dilakukan untuk mencari akurasi dari ultrasonografi abdomen sebagai pemeriksaan penunjang dan untuk menemukan parameter mana dari ukuran, kontraktilitas kantung empedu, dan gambaran triangular cord yang paling berdampak besar untuk mendiagnosis atresia bilier. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan metode cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data rekam medis dari 30 anak umur dua bulan sampai dua tahun yang didiagnosis atresia bilier di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Data dianalisismenggunakan metode chi-square dan metode fischer. Hasil dari penelitian ini adalah akurasi ultrasonografi sebesar 96.7% dan kontraktilitas sebagai parameter yang paling signifikan. Kesimpulanya, kebanyakan pasien adalah perempuan dengan median usia 8.21 bulan serta belum melaksanakan prosedur kasai, akurasi ultrasonografi untuk mendiagnosis atresia bilier lebih dari 90% dan kontraktilitas kantung empedu sebagai faktor yang paling menentukan untuk diagnosis."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia : Wolters Kluwer/Lippincott Williams Wilkins Health, 2012
617.550 75 KAW d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdi Sahal
"Pesawat angiografi rotasi 3 dimensi digunakan dalam radiologi intervensi, kardiologi intervensi dan bedah invasif minimal yang dapat memvisualisasikan pembuluh darah, dan mengevaluasi anatomi tubuh yang lebih rumit dengan dosis radiasi yang lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan estimasi dosis radiasi yang masuk ke dalam tubuh pasien yang dibandingkan dengan dosis ambang yang dapat diterima. Penelitian dilakukan dengan menggunakan phantom rando jenis wanita di dua instalasi cathlab dengan jenis pesawat yang berbeda. Pengukuran dosis dilakukan dengan menggunakan TLD pada mata, tiroid, spinal cord, payudara dan gonad pada mode preset yang berbeda untuk kepala dan abdomen.
Hasil penelitian menunjukkan pada pesawat 1, dosis yang diterima untuk pengukuran kepala pada mode 5sDR Head berkisar antara 1,17 mGy-3,68 mGy dan pada mode 5sDR Head Care berkisar antara 0,58 mGy-1,15 mGy. Sedangkan untuk pengukuran abdomen pada mode 5sDR Body dosis yang diterima adalah berkisar antara 0,50 mGy-0,85 mGy dan pada mode 5sDR Body Care berkisar antara 0,55 mGy-0,79 mGy. Pada pesawat 2, dosis yang diterima untuk pengukuran kepala pada mode Carotid Prop Scan berkisar antara 2,20 mGy-3.71 mGy dan mode Carotid Roll Scan berkisar antara 2,02 mGy-4,59 mGy. Sedangkan dosis yang diterima untuk pengukuran abdomen pada mode Abdomen Prop Scan berkisar antara 0,44 mGy-2,34 mGy dan pada mode Abdomen Roll Scan berkisar antara 0,43 mGy-1,30 mGy. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semua mode preset tidak memberikan dosis yang mendekati dosis ambang untuk setiap titik pengukuran.

Three dimensional Rotational Angiography 3DRA is mostly used in interventional radiology, interventional cardiology, and minimal invansive surgery to visualize blood vessels, and more complicated anatomy with more visual capacity than the previous generation. The rotating nature of image acquisition with suspected high radiation dose requires dose estimation. This study was aimed to measure radiation dose in 3DRA and compare it to the thresholds for deterministic risks. Measurement using TLDs were carried out on female Rando phantom in two angiography suites with different device types, with the organ of interest being eyes, thyroid, spinal cord, breast and gonad. Different preset modes for head and abdomen were employed for comparison.
The result for device 1 showed that dose on 5sDR Head mode ranged from 1,17 mGy 3.68 mGy and in 5sDR Head Care mode ranged from 0,58 mGy 1,15 mGy while the measured dose on the body in 5sDR Body mode ranged from 0,50 mGy 0,85 mGy and in 5sDR Body Care mode ranged from 0,55 mGy 0.79 mGy. On device 2, the result showed the measured dose on the head in carotid prop scan mode ranged from 2,20 mGy 3.71 mGy and in carotid roll scan mode ranged from 2,02 mGy 4,59 mGy while the measured dose on the body in abdomen prop scan mode ranged from 0,44 mGy 2,34 mGy and in abdomen roll scan mode ranged from 0,43 mGy 1,30 mGy. The study presents that all preset modes do not deliver near threshold doses for each measurement point.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cope, Sir Zachary
Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica, 1979
616.33 COP at
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Annisa
"ABSTRAK
Dalam beberapa dekade terakhir, pencitraan sinar-X menggunakan film-screen mulai
digantikan oleh digital radiography. Sistem pencitraan digital salah satunya adalah
computed radiography (CR). Sejauh ini di Indonesia, perkembangan yang pesat dari CR
belum dibarengi dengan penelitian untuk memperoleh kondisi optimum dalam
aplikasinya.
Telah dilakukan penelitian di RS X menggunakan CR Agfa tipe PSP MD 4.0 dan
fantom Rando Man untuk menentukan optimasi pembentukan citra. Juga dilakukan
pengukuran Entrance Surface Dose (ESD) menggunakan thermoluminescent dosimeter
(TLD) dengan berbagai variasi nilai kV. Pemeriksaan yang dipilih adalah kepala PA,
thorax PA, dan abdomen AP. Citra fantom dievaluasi berdasarkan panduan dari
European Commission dibantu oleh dokter spesialis radiologi. Optimasi citra didasarkan
pada nilai kV dengan nilai ESD yang rendah dan hasil evaluasi citra.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pemeriksaan kepala PA optimasi terjadi
pada ESD 3,580 mGy dan 3,834 mGy untuk kondisi 80 kV dan 83 kV dengan 0,224 ?
0,274 mGy/mAs. Untuk pemeriksaan thorax PA teknik kV standar optimasi terjadi pada
ESD 1,341 mGy dan 2,378 mGy untuk kondisi 50 kV dan 55 kV dengan 0,134 ? 0,297
mGy/mAs. Sedangkan untuk teknik kV tinggi yang menggunakan 100 kV, optimasi
terjadi pada ESD 2,960 mGy dengan 0,947 mGy/mAs. Dan untuk pemeriksaan
abdomen AP optimasi terjadi pada ESD 4,090 mGy dan 4,268 mGy untuk kondisi 70
kV dan 80 kV dengan 0,204 ? 0,267 mGy/mAs. Selain nilai kV, optimasi juga
mengikutsertakan nilai kontras tinggi dan rendah, serta karakter CR Agfa yang diwakili
oleh nilai lgM (log Median).

Abstract
For the last few decades, X-ray imaging using film screen has been replaced by digital
radiography. One of digital imaging systems is computed radiography (CR). So far in
Indonesia, the rapid development of CR is not ensued with research to obtain optimum
condition in its application.
Has been performed a research in hospital X using Agfa CR Type PSP MD 4.0 and
Rando Man phantom to determine optimization of image development. Also conducted
measurement of Entrance Surface Dose (ESD) using thermoluminescent dosimeter
(TLD) for various kV values. The examinations were selected for skull PA, thorax PA,
and abdomen AP. Image phantom assessment was carried out using guideliness from
European Commission with assistance of radiologist. Optimization of image was done
based on kV value with low ESD value and image assessment.
The results showed that for skull PA examination, optimization occured on ESD 3.580
mGy and 3.834 mGy for exposure condition of 80 kV and 83 kV with 0.224 to 0.274
mGy/mAs. For standard kV technique thorax PA examination, optimization occured on
ESD 1.341 mGy and 2.378 mGy at 50 kV and 55 kV with 0.134 to 0.297 mGy/mAs. As
for the high kV technique of which used a 100 kV, ESD optimization occured at 2.960
mGy with 0.947 mGy/mAs. While for abdomen AP examination, optimization occured
on ESD 4.090 mGy and 4.268 mGy for 70 kV and 80 kV with 0.204 to 0.267
mGy/mAs. In addition to values of kV, optimization also included high and low contrast
values as consideration and Agfa CR character that was represented by the lgM (log
Median) value."
2012
T30125
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Awalia Yulianto
"Morbiditas dan mortalitas apendisitis akut disebabkan karena perkembangan apendisitis akut menjadi perforasi apendiks. Hal-hal yang menyebabkan kerentanan apendiks belum banyak diteliti dan belum diketahui sebab pastinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memprediksi terjadinya perforasi apendiks. Penelitian menggunakan desain kasus kontrol menggunakan data sekunder berupa rekam medis penderita apendisitis akut dewasa tahun 2013-2014 dengan jumlah kasus (perforasi apendiks) 36 dan kontrol (non perforasi) 93. Analisis data yang dilakukan meliputi deskriptif, chi square, receiver operating characteristic, dan regresi logistik multivariat. Dua faktor prediksi yang bermakna sebagai faktor prediksi perforasi apendiks dalam analisis regresi logistik multivariat adalah suhu badan diatas 37,50C dengan odds ratio (OR) 7,54 (95% CI 2,01; 28,33), jumlah leukosit diatas 11.500/mm3 dengan OR 12,12 (95% CI 4,03; 36,48) Perlu validasi pemeriksaan suhu badan di RS, penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor prediksi lainnya, persiapan operasi segera untuk pencegahan komplikasi perforasi apendiks, dan pemberian informasi ke masyarakat bahwa sakit perut dapat bersifat gawat darurat.

Appendix perforation is the causation for acute appendicitis morbidity and mortality. Factors that may cause appendix vulnerability has not been extensively studied before and the main cause is still yet unknown. The goal of this study is to analyze what factors that could be used to predict appendix perforation. This study is a case control study using 2013-2014 medical records as data. Case group pooled from 36 perforated appendix adult (above 15 years old) patients, while control group pooled from 93 non perforated appendix adult patients. Data analysis conducted are descriptive, chi square, receiver operating characteristic, and multivariate logistic regression. There are two prediction factors which significantly associated with perforated appendix. Those are body temperature above 37,50C with odds ratio (OR) 7,54 (95% CI 2,01; 28,33), and leucocytes count above 11.500/mm3 with OR 12,12 (95% CI 4,03; 36,48). Further studies and body temperature validation on each hospital are needed to find other prediction factors, preparing pre operative equipment for immediate definite measure like surgery, to prevent the complication of perforated appendix, and education to people that abdominal pain is not always causing by gastric problem and it might be a case of emergency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brittenden, John, editor
"Radiology of the post surgical abdomen provides a comprehensive overview of all abdominal operations involving the gastrointestinal tract, pancreas, hepatobiliary and genitourinary systems. Each chapter is fully illustrated with artists' drawings and radiological images of normal post operative anatomy. The complications associated with each procedure are described alongside imaging examples. Written by experts in the field, Radiology of the post surgical abdomen provides the reader with key teaching points emphasising differentiation between normal post-operative anatomy and complications."
London : Springer, 2012
e20426026
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Sidharta
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
R 616.075 4 SID a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>