Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117277 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tengku Afifah Alda
"Industri tekstil menghasilkan air limbah paling banyak, terhitung hampir setengah dari semua limbah pewarna diseluruh dunia. Sumber masalahnya pewarna yang digunakan adalah pewarna sintesis dimana dari senyawa azo sekitar 60-70%. Senyawa azo adalah senyawa organik dengan gugus -N=N- bersifat stabil sehingga sulit untuk degradasi dalam sistem akuatik. Hingga saat ini, adsorpsi dianggap sebagai salah satu teknik yang paling unggul untuk penghilangan zat warna dalam sistem akuatik. Pada penelitian ini, peniliti mensintesis komposit KGC-Fe3O4 sebagai adsorben zat warna Methylene Blue dan Rhodamine B. Hasil sintesis kemudian dikarakterisasi menggunakan beberapa intstrumentasi yaitu, FTIR, XRD, SEM-EDX, dan BET. Hasil sintesis diaplikasikan untuk melihat pH, waktu kontak, konsentrasi adsorbat, dan jumlah adsorben optimum. Selanjutnya, KGC-Fe3O4 diuji reusabilitas dan dilihat perbandingan selektivitasnya terhadap dua zat warna kationik.

The textile industry generates the most amount of wastewater, accounting for nearly half of all dye waste worldwide. The source of the problem is the dyes used are synthetic dyes which contain about 60-70% of azo compounds. Azo compounds are organic compounds with -N=N- groups which are stable, making it difficult to degrade in aquatic systems. Until now, adsorption is considered as one of the most superior techniques for dye removal in aquatic systems. In this study, the researchers synthesized the KGC-Fe3O4 composite as an adsorbent for Methylene Blue and Rhodamine B dyes. The results of the synthesis were then characterized using several instruments, namely FTIR, XRD, SEM-EDX, and BET. The synthesis results were applied to see the optimum pH, contact time, adsorbate concentration, and amount of adsorbent. Next, KGC-Fe3O4 was tested for reusability and a comparison of its selectivity was observed for the two cationic dyes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainah
"Limbah pewarna merupakan limbah cair yang banyak dihasilkan dari Industri Tekstil dan sangat berbahaya bagi lingkungan. Metode Elektrolisis Plasma merupakan metode yang efektif dalam mendegradasi limbah pewarna karena kemampuannya dalam memproduksi OH radikal dalam jumlah besar. Penelitian ini bertujuan menguji kemampuan metode elektrolisis plasma dalam mendegradasi limbah salah satu pewarna tekstil, yaitu Remazol Brilliant Blue dengan penambahan ion Fe2 dan gelembung mikro. Degradasi limbah pewarna mencapai 99,74 selama 180 menit dengan penambahan ion Fe2 sebesar 40 mg/L akibat adanya reaksi fenton. Penambahan gelembung mikro akan meningkatkan produksi OH radikal hingga sebesar 4,8 dan mampu menurunkan konsumsi energi sebesar 11,3 Nilai COD turun menjadi 20,56 mg/L dan telah memenuhi baku mutu Pemerintah sebesar 50 mg/L. Selain itu, konsentrasi limbah berkurang dari 150 mg/L menjadi 0,388 mg/L. Dimana kondisi maksimum didapatkan dengan menggunakan Na2SO4 0,02 M, tegangan operasi 700 Volt, dan kedalaman anoda 1 cm.

Dye waste is a liquid waste that mostly generated from the textile industry and is very dangerous for the environment. Plasma electrolysis method is an effective method in degrading dye waste because of its ability to produce radical OH in large quantities. This study aims to test the ability of plasma electrolysis method to degrade one of the textile dyes, Remazol Brilliant Blue, with the addition of Fe2 ion and microbubble. The dye waste degredation reached 99.74 for 180 minutes with the addition of 40 mg L of Fe2 ion as a result of fenton reaction. The addition of microbubble will also increase OH radical production by up to 4.8 and be able to reduce energy consumption by 11.3. The COD value decreased until 20.56 mg L and has fulfilled the Government standard of 50 mg L. In addition, the dye waste concentration decreased significantly from 150 mg L to 0.388 mg L. Maximum conditions are obtained by using 0.02 M Na2SO4, 700 Volt operating voltage, and 1 cm anode depth.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanya Arifanti
"Kemampuan adsorpsi pada silika mesopori dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyerapan limbah zat warna pada industri tekstil. Namun, bahan baku prekursor TEOS dan TMOS untuk sintesis silika mesopori relatif mahal. Oleh karena itu, tongkol jagung dengan kandungan silika yang cukup tinggi dapat dijadikan alternatif bahan prekursor silika yang murah dan mudah didapat. Pada penelitian lain, sintesis silika mesopori dengan tongkol jagung sudah berhasil dilakukan. Untuk meningkatkan karakteristik silika mesopori dilakukan modifikasi jenis dan variasi rasio surfaktan. Sehingga pada penelitian ini dilakukan sintesis silika mesopori menggunakan bahan baku tongkol jagung dengan variasi rasio Pluronic 123 dan cetrimonium bromide sebagai template pori. Variasi rasio Pluronic 123/cetrimonium bromide yang digunakan pada penelitian ini adalah 1:0; 1:3; 1:1 dan 3:1 yang akan menghasilkan karakteristik silika mesopori dan daya serap terhadap zat warna yang berbeda. Adsrobat yang digunakan pada penelitian ini adalah zat warna kationik yaitu methylene blue dan brilliant green serta zat warna anionik yaitu methyl orange. Kemudian untuk jenis pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah SAXS, SEM, FTIR, BET, dan UV-Vis. Dimana sintesis silika mesopori yang dihasilkan memiliki luas permukaan sebesar 127 m2/g – 425 m2/g dengan kapasitas adsorpsi sebesar 7,47 mg/g – 9,84 mg/g pada zat warna kationik dan 0,67 mg/g – 1,3 mg/g pada zat warna anionik. Silika mesopori dengan luas permukaan dan kapasitas adsorpsi tertinggi dimiliki oleh silika mesopori dengan rasio Pluronic 123/ cetrimonium bromide 1:1. Selain itu diketahui bahwa silika mesopori lebih efektif untuk mengadsorpsi zat warna kationik dibandingkan zat warna anionik.

The adsorption ability of mesoporous silica can be used as an adsorben for dye waste in the textile industry. However, the raw materials of precursor, such as TEOS and TMOS are relatively expensive. Therefore, corn cobs which have a fairly high silica content can be used as a cheap and easy-to-obtain alternative for silica precursor material. In another study, the synthesis of mesoporous silica with corn cobs has been successfully carried out. To improve the characteristics of mesoporous silica, modification of the type and variation of surfactant ratio was conducted. Therefore, in this study, mesoporous silica was synthesized using corn cobs as raw material with various ratios of Pluronic 123 and cetrimonium bromide as a pore template. Variations in the ratio of Pluronic 123/cetrimonium bromide used in this study were 1:0; 1:3; 1:1 and 3:1 which will produce different mesoporous silica characteristics and absorption capacity toward dyes. The adsorbate used in this study was a cationic dye, namely methylene blue and brilliant green, and an anionic dye, methyl orange. Then for the types of tests carried out in this study are SAXS, SEM, FTIR, BET, and UV-Vis. Where the resulting mesoporous silica synthesis has a surface area of 127 m2/g – 425 m2/g with an adsorption capacity of 7.47 mg/g – 9.84 mg/g on cationic dyes and 0.67 mg/g – 1.93 mg/g on anionic dyes. . Mesoporous silica with the highest surface area and adsorption capacity is owned by mesoporous silica with Pluronic 123/cetrimonium bromide ratio of 1:1. In addition, it is known that mesoporous silica is more effective in adsorption of cationic dyes than anionic dyes"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kemala
"ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan karbon aktif berbahan dasar kulit durian untuk pengaplikasiannya dalam mengadsorpsi pewarna Methylene Blue. Pada penelitian ini H3PO4 dipakai sebagai aktivator dengan variasi rasio impregnasi 1/1, 2/1, dan 3/1. Aktivasi dilakukan pada suhu 600oC selama 1 jam. Kulit durian dicuci dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 150oC selama 5 jam. Uji bilangan iodin terhadap sampel hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktif dengan rasio impregnasi 2/1 memiliki daya serap iodin terbesar, yaitu 454.5 mg/g namun karbon aktif rasio 3/1 memiliki %removal terhadap Methylene Blue yang paling besar. Karbon aktif dari kulit durian dengan rasio impregnasi 1/1, 2/1, dan 3/1 secara berturut-turut memiliki %removal sebesar 5.25%, 80.3%, dan 90.35%. Adsorpsi pewarna Methylene Blue oleh karbon aktif kulit durian ini dilakukan dengan variasi rasio impregnasi, massa karbon aktif, konsentrasi awal Methylene Blue, dan waktu kontak

ABSTRACT
This research aimed to produce durian shell-based activated carbon for its application in the adsorption of Methylene Blue. In this research, H3PO4 was used as an activator with a variety of impregnation ratio which are, 1/1, 2/1, and 3/1. Activation was done at a temperature of 600oC for 1 hour. Durian shell was washed and dried using an oven at 150oC for 5 hours. Iodine number showed that the active carbon with impregnation ratio of 2/1 has the highest number which is 454.5 mg/g, but the activated carbon with impregnation ratio of 3/1 has the biggest % removal of the Methylene Blue dye. Activated carbon from durian shell with impregnation ratio of 1/1, 2/1, and 3/1 respectively have % removal of 5.25%, 80.3% and 90.35%. Methylene Blue dye adsorption by durian shell-based activated carbon was done by varying the impregnation ratio, the mass of activated carbon, the initial concentration of Methylene Blue, and the contact time."
2016
S64619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Dewi Rosalina
"Elektrolisis plasma adalah proses elektrokimia di mana plasma dihasilkan oleh arus DC antara elektroda dan permukaan elektrolit di sekitarnya. Elektrolisis plasma menghasilkan radikal hidroksil, oksidator terkuat, yang jumlah jauh lebih banyak dibandingkan dengan metode oksidasi lanjut lainnya yang digunakan untuk mendegradasi banyak senyawa organik seperti pewarna,fenol, dan LAS. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi degradasi limbah pewarna batik Remazol Brilliant Blue menggunakan metode elektrolisis plasma dengan penambahan gelembung mikro dan ion Fe. Penambahan gelembung mikro dapat meningkatkan produksi radikal hidroksil dan menurunkan konsumsi energi. Kondisi yang digunakan yaitu konsentrasi pewarna 150 mg/L, Na2SO4 0,02 M, penambahan gelembung mikro and Fe 40 mg/L, tegangan 700 volt, dan kedalaman anoda 1,5 cm. Degradasi pewarna diketahui dengan mengukur absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase degradasi limbah mencapai 99,63 dalam waktu 30 menit dengan konsentrasi akhir pewarna 0,56 mg/L, nilai COD menurun dari 121,36 mg/L menjadi 45,86 mg/L dan energi spesifik 1035,61 kJ/mmol. Nilai TOC pada menit ke 180 adalah 6,3 mg/L.

Plasma electrolysis is a process of electrolysis with DC current to form electric sparks due to the electrons that undergo plasma excitation in the electrolyzed solution. Plasma electrolysis produce hydroxyl radicals, a powerful oxidant, greater than other advanced oxidation method which are used to degrade much weight organic compounds such as dye, phenols, and LAS. This research aims to evaluate the degradation of batik dye waste Remazol Brilliant Blue using plasma electrolysis method with addition of microbubbles and Fe Ion. The addition of microbubbles can increase hydroxyl radicals production and can decrease energy consumption. The condition used are dye concentration is 150 mg L, Na2SO4 0.02 M, in addition of microbubbles and Fe 40mg L applied voltage 700 volt, and anode depth 1.5 cm. Dye degradation is known by measure its absorbances with Spectrophotometer UV Vis. The result of this research show that the efficiency of dye degradation in addition of microbubbles is increased. The result of study showed that percentage of degradation was 99,63 in 30 minutes with final concentration of dye is 0.56 mg L, COD value decease from 121.36 mg L to 45.86 mg L and specific energy is 1035.61 kJ mmol. TOC value in minute 180 is 6.5 mg L.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jesica Deviana
"Pertumbuhan sektor industri tekstil memunculkan fenomena pencemaran limbah tekstil yang dikualifikasi sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun limbah B3. Kondisi nyata pencemaran limbah tekstil terjadi di Jawa Barat, khususnya DAS Citarum beserta anak sungainya. Hingga saat ini masih banyak perusahaan tekstil yang belum melaksanakan kewajiban pengelolaan limbah B3. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian hukum yuridis normatif. Permasalahan yang diteliti antara lain mengenai pengaturan tanggung jawab perusahaan tekstil dalam pengelolaan limbah B3 menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, sistem pengelolaan limbah B3 di PT. Kahatex II dalam mencegah pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, serta kebutuhan pengaturan ke depan terkait pengelolaan limbah B3 cair yang dibuang ke sumber air.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa suatu perusahaan tektil bertanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban dan tidak melakukan larangan yang diatur dalam izin pengelolaan limbah B3 maupun peraturan perundang-undangan terkait pengelolaan limbah B3. Selanjutnya PT. Kahatex II sebagai penanggungjawab usaha dan/kegiatan telah memenuhi tanggung jawab pengelolaan limbah B3 yang dibebankan terhadapnya. Kemudian terdapat kebutuhan pengaturan ke depan terkait pengelolaan limbah B3 cair perusahaan tekstil seperti pengaturan lebih lanjut mengenai kewajiban pengurangan limbah B3 dan sanksinya, standar kepekatan warna atau kekeruhan air limbah, penetapan baku mutu air sungai serta daya tampung beban pencemaran sumber air.

The growth of companies in textile industry raises the phenomenon of environmental pollution by textile waste pollution that is qualified as waste of hazardous and toxic materials waste of B3. The actual condition of environmental pollution by textile waste happened in Citarum River Basin and Citarum tributaries. Until now some of textile companies still throw out textile waste to the river without processing on installation of waste water treatment. The research method of this thesis is normative and juridical research. This thesis will examining the regulation in Indonesia about liability of textile industry in waste management of hazardous and toxic materials, the waste management system in PT. Kahatex II and future regulation that related to waste management of liquid hazardous and toxic materials.
This research concludes that a textile company has some responsibility to fulfill its obligations on secure license from the authority and any regulation that related to waste management of hazardous and toxic materials. Furthermore, PT. Kahatex II has fulfilled the responsibilities on waste management of hazardous and toxic materials. Through this research, Indonesia need develop the regulations for the waste management of liquid waste from textile company such as regulation about penalty for disobeying the obligation to reduction waste of B3, color standard of water waste from textile company, quality standard of water and carrying capability of the river."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nabila Anisa
"Pencemaran limbah cair industri zat warna di Indonesia telah menjadi permasalahan lingkungan yang serius. Beberapa metode yang digunakan untuk mengatasi limbah zat warna diantaranya filtrasi membran, ozonisasi, klorinasi, proses elektrokimia, fotodegradasi, koagulasi flokulasi, oksidasi kimia, oksidasi biologi, dan adsorpsi. Adsorpsi memilki kelebihan yaitu berbagai macam bahan adsorben, preparasi dan operasi mudah, nilai ekonomis tinggi, efisiensi tinggi, reusabilitas baik, cocok untuk beragam zat warna ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk menghilangkan pewarna organik dalam perairan dengan skala besar. Beragam adsorben dengan struktur pori dan luas permukaan spesifik telah dipelajari, salah satunya MOFs. MOFs memiliki keunggulan seperti luas permukaan spesifik yang tinggi, porositas yang baik, dan ukuran pori terkontrol. Dalam penelitian ini MOFs jenis MIL-101 (Fe) disintesis menggunakan logam Fe yang ramah lingkungan dan ligan BDC dengan metode solvothermal. Variasi suhu 100oC dan 120oC, jumlah prekursor FeCl3.6H2O 2,45 mmol, 4,9 mmol, dan 9,81 mmol dan jenis pelarut yaitu DMF dan campuran pelarut DMF : Aquades dengan perbandingan 2 : 3 dipelajari pengaruhnya terhadap sintesis MOF, MOF hasil sintesis kemudian diaplikasikan sebagai adsorben zat warna Methylene Blue dan Rhodamine B dalam air. Hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, TGA, BET, dan SEM untuk mengetahui ikatan kimia, topologi kerangka, kristanilitas, luas permukaan, dan stabilitas termal. Hasil karakterisasi menunjukan variasi suhu dan prekusor dihasilkan MOF dengan struktur polimorfik MIL-88B. Aplikasi adsorpsi zat warna Methylene Blue dan Rhodamine mencapai kapasitas absorpsi optimum pada pH 9 dan waktu kontak 180 menit adsorpsi Fe-BDC MOF pada Methylene Blue dan Rhodamine B mengikuti pemodelam isoterm adsorpsi Langmuir dengan kapasitas adsorpsi maksimum berturut-turut sebesar 162,82 mg/g dan144,65 mg/g.
Kata Kunci: Fe-Metal Organic Frameworks, Methylene Blue, Rhodamine B, Adsorpsi, Ligan BDC (Asam 1,4-benzena dikarboksilat), metode solvothermal.
The industrial dye-wastewater has been a tremendous environmental problem in Indonesia. Several techniques have been used to eliminate dye-waste water, such as membrane filtration, chlorinaton, ozonation, coagulation-floculation, chemical oxidation, biology oxidation, and adsorption. Adsorption technique is extensively used for removal of the dye-wastewater due the excellent properties of its method, having various of adsorbent material, simple preparation and operation, low cost, high efficiency, good reusability and capable of reducing the organic dyes widely. In this case, many adsorbents, having tunable pore and specific surface area, have been studied. MOFs have some advantages as adsorbents in that their large surface area, tunable pore size, and adjustable porosity. In this work, MOFs type MIL-101 (Fe) was synthesized assisted solvothermal reactions at 100 oC and 120 oC, and various amount of FeCl3.6H2O precursor of 2.45 mmol, 4.9 mmol, and 9.81 mmol. The effect of solvents in the synthesis was studied by using DMF and mixture of DMF: distilled water 3 : 2. Briefly, MIL-101 was synthesized with environmental friendly metal precursor, FeCl3.6H2O, and 1,4 benzenedicarboxylate (BDC) ligands. The material characteristics of the as-synthesized Fe-BDC MOF such as structure and topology of MOFs, surface area, and thermal stability were studied using XRD, FTIR, BET, TGA, and SEM. The XRD patterns show that the crystals of MIL101 was successfully formed with some impurities of MIL-88B. The application of Fe-BDC MOF as adsorbent for Methylene Blue (MB) and Rhodamine B (RhB) in aqueous solution is learned. The optimum adsorption condition showed when 5 mg Fe-BDC MOF is applied to the dyes after 180 minutes at pH 9. It was found that the isotherm data for Methylene Blue and Rhodamine B had a good correlation with the Langmuir isotherm. The maximum adsorption capacity of MOF was able to reach 162,82 mg/g for Methylene Blue and 144,65 mg/g for Rhodamine B.
Keyword(s): Fe-Metal Organic Frameworks, Methylene Blue, Rhodamine B, adsorption, 1,4 benzenedicarboxylate (BDC), and solvothermal method.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurvira Zanirah
"

Peningkatan produksi industri tekstil dan farmasi yang terjadi selama beberapa tahun menyebabkan air limbah yang dihasilkan meningkat. Methylene blue merupakan senyawa yang paling banyak digunakan dalam industri tekstil, sementara itu parasetamol merupakan senyawa yang paling banyak diproduksi dalam industri farmasi. Kurang efisiennya pengolahan air limbah yang ada sekarang menyebabkan kedua polutan terbawa masuk ke dalam lingkungan. Penilitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas reaksi Fenton heterogen dengan katalis serbuk besi dalam penghilangan senyawa methylene blue dan parasetamol. Katalis serbuk besi dikarakterisasi dengan SEM-EDX, XRD, PSA, dan AAS. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa katalis serbuk besi berbentuk prisma asimetris; tersusun dari campuran hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4), dan oksida (III) besi; berukuran 0,04 µm hingga 90 µm; serta memiliki kandungan besi sebesar 60,19%. Eksperimen skala laboratorium dengan sistem batch dilakukan untuk melihat pengaruh parameter oksidasi Fenton terhadap penghilangan senyawa methylene blue dan parasetamol. Efisiensi penghilangan warna senyawa methylene blue mencapai 87,52% pada kondisi eksperimen pH 3; konsentrasi katalis 1 g/L; H2O2 16 mM; dan konsentrasi polutan 50 mg/L. Model BMG memiliki korelasi data yang terbaik dalam penelitian ini. Efisiensi penghilangan senyawa parasetamol mencapai 84,47% pada kondisi eksperimen pH 3; konsentrasi katalis 0,5 g/L; H2O2 16 mM; dan konsentrasi polutan 400 mg/L. Hasil menunjukkan terjadinya interferensi yang disebabkan H2O2 dan ion besi dalam pembacaan COD. Eksperimen dengan kedua polutan menunjukkan bahwa efisiensi reaksi Fenton bergantung dengan konsentrasi katalis, konsentrasi polutan dan konsentrasi H2O2.

 

 


The increase in textile and pharmaceutical industry production that occurred over several years caused the resulting wastewater to increase. Methylene blue is the most widely used compound in the textile industry, while paracetamol is the most widely produced compound in the pharmaceutical industry. The inefficient treatment of conventional wastewater causes both pollutants to get carried into the environment. This research was carried out to determine the effectiveness of heterogeneous Fenton reactions with iron powder catalysts in the removal of methylene blue and paracetamol compounds. Iron powder catalysts are characterized by SEM-EDX, XRD, PSA, and AAS. The results indicate that the iron powder catalyst is in the form of an asymmetric prism; composed of hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4), and iron oxide (III); diameter 0.04 μm to 90 μm; has an iron content of 60,19%. Batch scale experiments were conducted to look at the effect of parameters on the removal of methylene blue and paracetamol compounds. The color removal efficiency of methylene blue compounds reached 87,52% under experimental conditions pH 3; catalyst concentration 1 g/L; H2O2 16 mM; and pollutant concentrations of 50 mg/L. The BMG model has the best data correlation in this experiment. While the efficiency of paracetamol compound removal reached 84.47% in experimental conditions pH 3; catalyst concentration 0,5 g/L; H2O2 16 mM; and pollutant concentrations of 400 mg/L. Experiments with both pollutants showed that Fenton's reaction efficiency depended on catalyst concentration, pollutant concentration, and H2O2 concentration.

 

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sartopo
"ABSTRAK
Di dalam upaya menjaga kesinambungan kegiatan industri perkayuan yang berwawasan lingkungan di Kalimantan Selatan, dirasa perlu untuk mendaurulangkan limbah industri. khususnya industri perkayuan. Ternyata saat ini masih perlu ditingkatkan pengelolaan sumber daya alam hutan dilaksanakan berdasarkan penglihatan lingkungan.
Oleh karena itu dalam rangka pengembangan industri perkayuan dan dalam upaya menyediakan energi nonkonvensional perlu dipilih suatu teknologi yang tepat, agar dapat membantu mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Salah satu teknologi pemanfaatan limbah sebagai energi alternatif adalah teknologi gasifikasi.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat minat dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat Para pengusaha industri kayu untuk memanfaatkan limbah kayu sebagai energi melalui gasifikasi. Berkaitan dengan tujuan tersebut di atas dilakukan penelitian terhadap 20 perusahaan kayu di Kalimantan Selatan yang terdiri dari 12 perusahaan HPH dan 8 perusahaan non HPH.
Untuk mendapatkan data primer dan sekunder, dalam penelitian ini digunakan cara-cara : observasi terbatas di perusahaan-perusahaan kayu, mengadakan wawancara kepada para pengusaha dan mengisi kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan secara cak dan sederhana.
Pengukuran minat dilakukan dengan dua model, model pertama diukur dengan lima kriteria persepsi yaitu harga energi yang digunakan, harga energi alternatif (gasifikasi), besarnya investasi untuk energi alternatif (gasifikasi), informasi teknologi gasifikasi, dan kemudahan investasi bagi para pengusaha. Sedangkan model kedua minat diukur dengan tujuh kriteria persepsi yaitu kriteria yang disebut di atas ditambah dengan kesadaran lingkungan para pengusaha, dan kesetiakawanan sosial para pengusaha.
Hasil pengolahan dari kedua model tersebut di atas menunjukkan bahwa tingkat minat para pengusaha termasuk kategori sedang.
Data dianalisis dengan menggunakan model regresi linier di mana sebagai variabel tak bebas adalah minat sedangkan variabel bebasnya menggambarkan status perusahaan, sumber modal perusahaan, lama pengoperasian, sumber energi yang digunakan dalam proses produksi, volume produksi, dan jenis produksi.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa :
1. Status perusahaan tidak menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat;
2. Sumber modal perusahaan menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat;
3. Lama pengoperasian perusahaan tidak menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat;
4. Sumber energi yang dipergunakan tidak menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat;
5. Volume produksi, bila minat diukur dengan lima kriteria maka yang menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat adalah hanya perusahaan dengan volume produksi antara 6000 - 12.000 m3 per tahun. Sedang bila minat diukur dengan tujuh kriteria maka yang menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat adalah perusahaan dengan volume produksi antara 6000 - 12.000 m3 dan di atas 120.000 m3 per tahun.
6. Jenis produksi yang dihasilkan, bila minat diukur dengan lima kriteria maka jenis produksi tidak menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat, sedangkan bila minta diukur dengan tujuh kriteria maka produksi kayu gergajian dan kayu lapis menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat.
Dari studi ini juga menunjukkan bahwa minat para pengusaha yang hanya dilihat dari pandangan teknis ekonomis menghasilkan faktor-faktor yang berpengaruh jauh lebih kecil dari pada jika minat menyertakan juga kesadaran lingkungan dan kesetiakawanan sosial para pengusaha. Oleh karena dalam pengambilan keputusan investasi untuk teknologi gasifikasi ini perlu menyertakan pertimbangan-pertimbangan kesadaran lingkungan dan kesetiakawanan sosial. "
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>