Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169697 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Ayu Mas Rizky Ramadhani
"Hibiscus rosa-sinensis memiliki variasi pada bentuk bunga single, crested, dan double. Variasi tersebut disebabkan adanya perubahan struktur stamen menjadi bentuk lembaran (petaloid) pada bunga crested dan double. Pembentukan struktur petaloid tersebut merupakan gejala homeosis yang disebabkan oleh mutasi pada gen homeotik pengatur identitas organ bunga. Gen homeotik bunga termasuk ke dalam kelompok gen MADS-box yang dibedakan berdasarkan fungsinya menjadi gen kelas A, B, C, D, dan E. Gen yang berfungsi dalam mengatur pembentukan identitas stamen adalah gen kelas B, C, dan E. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gen APETALA3 dan PISTILLATA (kelas B), AGAMOUS (kelas C), serta SEPALLATA1 (kelas E) pada petal dan struktur stamen bunga H. rosa-sinensis variasi single, crested, dan double, serta mengetahui homologi gen-gen tersebut dengan gen-gen ortolog pada spesies tumbuhan yang berbeda. Isolasi DNA genomik dilakukan menggunakan kit ekstraksi DNA genomik. Selanjutnya, amplifikasi gen dilakukan menggunakan primer AP3, PI, AG-1, AG-2, AG Kombinasi 1 dan 2, SEP1-1, dan SEP1-2. Sekuensing dilakukan pada amplikon gen yang berhasil diamplifikasi, yaitu pada amplikon gen PI, AG-1, AG Kombinasi 1, SEP1-1, SEP1-2. Hasil sekuensing berkualitas tinggi diperoleh dari amplikon gen PI, AG Kombinasi 1, dan SEP1-2. Penyejajaran sekuens gen yang diperoleh dengan gen target menunjukkan persentase kemiripan yang rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan sekuens gen MADS-box akibat proses evolusi tumbuhan. Oleh karena itu, desain primer untuk mendapatkan sekuens target perlu dilakukan kembali dengan mempertimbangkan kemungkinan diversifikasi gen MADS-box pada spesies tumbuhan yang berbeda.

Hibiscus rosa-sinensis has variations in the form of single, crested, and double flowers. This variation is caused by a change in stamen structure to form petaloids in crested and double flowers. The formation of these petaloid structures is a symptom of homeosis caused by mutations in homeotic genes that regulate flower organ identity. Flower homeotic genes belong to the MADS-box gene group which are distinguished based on their function into A-, B-, C-, D-, and E-class genes. The genes that function in regulating the formation of stamen identity are B-, C-, and E-class genes. This research is done to analyze the APETALA3 and PISTILLATA (B-class), AGAMOUS (C-class), and SEPALATA1 (E-class) genes in the petal and stamen structure of single, crested, and double H. rosa-sinensis flower variations, as well as to know the homology of these genes with other ortholog genes from different plant species. Genomic DNA isolation was carried out using an extraction kit. Next, gene amplification was performed using primers AP3, PI, AG-1, AG-2, AG Combinations 1 and 2, SEP1-1, and SEP1-2. Sequencing was carried out on the amplicons of the genes that were successfully amplified, namely the amplicons of the PI, AG-1, AG Combination 1, SEP1-1, SEP1-2 genes. High quality sequencing results were obtained from the amplicons of the PI, AG Combination 1, and SEP1-2 genes. Sequence alignment between obtained and target genes showed a low percent similarity. This can occur due to changes in the MADS-box gene sequence caused by the process of plant evolution. Therefore, primer redesign to obtain target sequences needs to be done by considering the possibility of MADS-box gene diversification in different plant species."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Rostina
"Bunga Hibiscus rosa-sinensis L. variasi crested peach dan double orange berbeda dari variasi single pink karena memiliki petal tambahan petaloid . Struktur petaloid tersebut diduga berasal dari modifikasi organ reproduktif bunga homeosis . Peristiwa homeosis yang terjadi dihipotesiskan karena gen kelas C AGAMOUS yang berperan dalam pembentukan androecium dan gynoecium tidak terekspresi. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ekspresi gen AGAMOUS secara kualitatif pada bunga single pink, crested peach, dan double orange. Analisis ekspresi gen AGAMOUS dilakukan dengan cara mengisolasi RNA dari androecium dan gynoecium ketiga variasi bunga menggunakan metode CTAB yang dimodifikasi. Sampel RNA diubah menjadi cDNA menggunakan reverse transcriptase, yang selanjutnya diamplifikasi dengan teknik PCR menggunakan primer AG1 dan AG2. Produk PCR AG1 menghasilkan variasi pita dengan ukuran 100, 200, dan 300 bp, sedangkan hasil PCR AG2 menghasilkan pita yang berukuran 200 bp. Hasil analisis sekuensing terhadap produk PCR primer AG1 dan AG2 menunjukkan gen AGAMOUS terekspresi pada semua sampel. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa perubahan struktur organ reproduktif bunga tidak disebabkan oleh hilangnya ekspresi gen AGAMOUS, sehingga perlu dilakukan analisis ekspresi gen AGAMOUS beserta interaksinya dengan gen lain.

Hibiscus rosa sinensis L. crested peach and double orange types are different from single pink type in terms of their additional petals petaloid . The petaloid structure is thought to have originated from reproductive organs modification homeosis . AGAMOUS is class C gene that plays role in androecium and gynoecium formation. Loss of AGAMOUS gene expression is assumed to cause modifications occur in reproductive organs. Therefore, this study aims to determine the qualitative expression of AGAMOUS gene on single pink, crested peach, and double orange flowers. Analysis of AGAMOUS gene expression was done by isolating RNA from their androecium and gynoecium using the modified CTAB method. The RNA sample was converted to cDNA using reverse transcriptase, before further amplified by PCR technique using AG1 and AG2 primers. The AG1 PCR product produces bands of 100, 200, and 300 bp, while the PCR AG2 produces single band of 200 bp. The analysis of sequencing results showed that AGAMOUS gene expressed in all samples. Therefore, petaloids presents in crested peach and double orange flowers are not caused by loss of AGAMOUS gene expression. The homeosis occurred should be analyzed not only based on AGAMOUS gene expression, but also should include other gene and their interactions. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saifudin
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui variasi bunga Hibiscus rosa-sinensis L. bentuk crested di alam, serta hubungannya dengan ekspresi gen MADS-box. Sebanyak 200 sampel bunga crested diamati secara morfologi melalui pengukuran panjang staminal column, perhitungan perhiasan bunga, dan pengamatan visual permukaan luar ovarium. Sebanyak 137 sampel bunga crested diamati secara anatomi melalui pengamatan visual struktur internal ovarium. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi menunjukkan tingginya variasi bunga H. rosa-sinensis bentuk crested. Salah satu karakter yang menentukan tingginya variasi bunga crested di alam adalah keberadaan petal tambahan yang diduga tumbuh di lokasi keberadaan stamen dan petal akibat gejala homeosis. Homeosis pada bunga crested diduga karena tidak terekspresikannya gen C yang merupakan salah satu kelas dari gen MADS-box. Untuk membuktikan dugaan tersebut, dilakukan pengamatan molekular melalui analisis gen MADS-box yang berperan dalam proses pembungaan. Dari kelima kelas gen MADS-box yang diamati, hanya gen C yang berhasil diamplifikasi. Hasil menunjukkan bahwa gen C terekspresi di semua bagian bunga crested. Berdasarkan hasil tersebut, homeosis pada bunga crested bukan disebabkan karena tidak terekpresikannya gen C. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat ekspresi tiap kelas gen MADS-box terhadap variasi bunga crested di alam.

The aim of this study is to know the variation of Hibiscus rosa-sinensis L. crested flower in nature, and to know its correlation against MADS-box gene expression. The study was conducted through morphological, anatomical, and molecular observation. Morphological sections were carried out on 200 samples of flowers by measuring the length of staminal column, counting the number of perianthium, and observing the external structure of ovaries. Anatomical sections were carried out on 137 samples of flowers by observing the internal structure of ovaries. The results showed that H. rosa-sinensis crested flower has a high variety in the shape of flower. Two main parts of crested flower that effecting its variety in nature are staminodium petaloid and stamen-petal intermediate that lied in the position of stamen and petal. This phenomenon is assumed as homeotic due to the absence of C gene expression that belong to MADS-box gene family. Based on molecular observation, AGAMOUS gene (MADS-box class C) expressed in all of crested flower parts, including staminodium petaloid and stamen-petal intermediate. This results is on contradiction with the assumption that homeosis in H. rosa-sinensis caused by the absence of gene C. Further research is needed to know the expression of others MADS-box class genes expression, including their level of expression in each parts of crested flower."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52399
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Puspita Sari
"Penelitian mengenai karakterisasi morofologi bunga dan pollinaria 14 spesies Hoya atau bunga lilin telah dilakukan dari Februari--Mei 2015. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan dan membandingkan 14 spesies Hoya koleksi Kebun Raya Bogor (KRB) berdasarkan morfologi bunga dan pollinaria. Sampel yang digunakan merupakan 14 spesimen awetan basah bunga koleksi KRB. Data yang diambil berupa data kualitatif, kuantitatif, dan visual melalui metode pengamatan langsung.
Hasil penelitian menunjukkan variasi bentuk dan ukuran bunga serta pollinaria pada 14 spesies Hoya koleksi KRB. Hasil juga menunjukkan adanya karakter pembeda antarspesies yaitu bentuk calyx, keberadaan trikom pada bagian tepi calyx, bentuk corolla, bentuk corona, pelengkap anther, bentuk pollinia, bentuk corpusculum, ada atau tidaknya caudicle, bentuk caudicle, ada atau tidaknya pellucid edge, dan bentuk translator.

Research on morphological flowers and pollinaria characterization from 14 species Hoya or wax flowers was conducted from Februari--Mei 2015. The aims of this research was to describe and compare 14 species of Hoya collections from Bogor Botanical Garden (BBG) based on flower and pollinaria morphology. The research was carried out using preserved 14 specimen collections from BBG. The qualitative, quantitative, and visual data were collected by direct observation method.
The result showed that the shape and size characters from flowers and pollinaria of 14 Hoya species from BBG were varied. Beside variation of Hoya flowers and pollinaria, there were also some distinguish characters of calyx shape, presence or absence of trichome in calyx, corolla shape, corona shape, anther appendages, pollinia shape, corpusculum shape, presence or absence of caudicle, caudicle shape, presence or absence of pellucid edge , and translator shape.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59073
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ribka Erdiana
"Penelitian terhadap Hibiscus rosa-sinensis variasi crested peach pada musim kemarau dan hujan menemukan plastisitas fenotipe, kemampuan genotipe untuk menunjukkan fenotipe yang berbeda berdasarkan lingkungannya. Plastisitas fenotipe tersebut menyebabkan karakter bunga menyerupai bunga single atau double dilihat dari perubahan stamen menjadi petal serta morfologi dan anatomi ovarium. Perubahan tersebut diduga disebabkan oleh perubahan ekspresi gen homeotik MADS-box, tepatnya gen AGAMOUS. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh lingkungan terhadap plastisitas fenotipe serta hubungan antara plastisitas fenotipe dan ekspresi gen AGAMOUS pada bunga tersebut. Pencatatan suhu udara dan tanah, kelembapan udara dan tanah, pH tanah, dan intensitas cahaya serta morfologi bunga dan ovarium dilakukan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Isolasi DNA dan PCR dilakukan untuk menemukan primer optimal dalam amplifikasi gen AGAMOUS. Isolasi RNA dan RT-PCR dilakukan untuk menemukan primer yang menempel pada ekson. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi suhu udara, kelembapan udara, dan curah hujan mempengaruhi plastisitas fenotipe bunga, berdasarkan data morfologi dan data ovarium. Amplifikasi DNA dengan primer A1, C6, dan C7 masing-masing menghasilkan satu pita dengan panjang 300 bp, 200 bp, dan 300 bp. Primer D3 menghasilkan pola pita yang unik; bunga single memiliki pita dengan panjang 550 bp dan 450 bp, sedangkan crested dan double memiliki pita tambahan dengan panjang 300 bp. Amplifikasi cDNA dengan sembilan primer yang diuji tidak menghasilkan pita yang terdeteksi. Pola pita primer D3 diduga merupakan gene duplication atau copy number variation pada gen AGAMOUS yang mungkin belum diekspresikan tetapi ada sebagai salah satu cara tumbuhan bertahan hidup di tengah perubahan iklim.

Research on Hibiscus rosa-sinensis crested peach found that changes of stamen into additional petal and ovary morphology and anatomy cause flowers to resemble single or double flowers, depending on the season. Such organ changes are assumed to be caused by MADS-box homeotic gene expression changes, specifically the AGAMOUS gene. Therefore, research was done to analyze the effects of the environment on phenotypic plasticity and analyze the relationship between phenotypic plasticity and AGAMOUS gene expression. The study was conducted by observing and linking air and soil temperature, air and soil humidity, soil pH, and light intensity with flower and ovary morphology every Monday, Wednesday, and Friday. DNA isolation and PCR were conducted to find optimal primers for amplifying AGAMOUS gene. RNA isolation and RT-PCR were conducted to find primers that attach to exons. Results found that a combination of air temperature, air humidity, and rainfall affects the phenotypic plasticity, as seen from the variations of flower and ovary morphology that occurred. DNA amplification with primers A1, C6, and C7 produced one band with a length of 300 bp, 200 bp, and 300 bp, respectively. Primer D3 produced a unique banding pattern; single flowers have bands with lengths of 550 bp and 450 bp, while crested and double flowers have an additional band with a length of 300 bp. cDNA amplification with nine primers tested did not produce detectable bands. The difference in the banding pattern produced by primer D3 is suspected to be a gene duplication or copy number variation in the AGAMOUS gene that may not have been expressed but exists as one way for plants to survive amidst climate change."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: FOG City Press, 2000
635.9 LIT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yudisthira Oktaviandie
"Penelitian mengenai tingkat ekspresi gen identitas bunga (SEPALLATA) dilakukan pada tiga bagian Hibiscus rosa-sinensis l., yaitu daun, epicalyx, dan kelopak bunga. Penelitian bertujuan untuk mengetahui ekpresi gen SEPALLATA pada epicalyx. Analisis tingkat ekspresi dilakukan secara kualitatif dengan metode two-steps RT-PCR dan divisualisasikan menggunakan elektroforesis agarosa. Metode modified-CTAB digunakan untuk isolasi RNA H. rosa-sinensis dan dilanjutkan dengan pemberian perlakuan DNase untuk menghilangkan gDNA yang masih tersisa. Selanjutnya, RNA diubah menjadi cDNA dengan metode Reverse Transcription dan diamplifikasi dengan metode PCR menggunakan primer spesifik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hasil amplifikasi SEPALLATA pada epicalyx menggunakan primer GH7SEP1, namun tidak pada epicalyx menggunakan primer GH1SEP1. Konfirmasi menggunakan primer GH7SEP1 forward dan GH1SEP1 reverse tidak menunjukkan adanya hasil amplifikasi. Hasil sekuensing menunjukkan bahwa hasil amplifikasi yang didapatkan menggunakan baik primer GH1SEP1 maupun GH7SEP1 diduga kuat teramplifikasi dari gen SEPALLATA.

Research on floral-identity gene (SEPALLATA) expression level has been done in three parts of Hibiscus rosa-sinensis; they are leaves, epicalyx and calyx. This research was conducted to observe expression of the SEPALLATA gene in epicalyx. The expression level analysis was done qualitatively by the two-steps RT-PCR and visualized using agarose electrophoresis. Hibiscus rosa-sinensis RNA was isolated using the modified-CTAB method and continued by DNase-treatment to eliminate gDNA in mixture. Furthermore, RNA was used to make cDNA using the Reverse Transcription method and amplified using the PCR method by specific primers. The result showed the presence of SEPALLATA amplification in epicalyx using GH7SEP1 primer, yet not on epicalyx using GHSEP1 primer. Confirmation using GH7SEP1 forward primer and GH1SEP1 reverse primer did not show any amplification. Sequencing and alignment results suggested that amplifications using GH1SEP1 or GH7SEP1 were allegedly, of which amplified from SEPALLATA gene."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isma Zahira Suhaima
"Latar belakang: Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum terjadi pada wanita dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Tata laksana yang dapat dilakukan antara lain pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi, meskipun metode tersebut tidak jarang menimbulkan berbagai efek samping serta biaya yang mahal. Pengobatan alternatif juga kerap dilakukan untuk membantu penanganan kanker, salah satunya dengan obat-obatan herbal. Hibiscus rosa-sinensis diketahui memiliki berbagai senyawa fitokimia yang berpotensi dikembangkan sebagai antikanker.
Metode: Hibiscus rosa-sinensis kering digiling menjadi serbuk, lalu dibuat menjadi ekstrak dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol. Analisis kandungan fitokimia ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan melalui uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan menggunakan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik ekstrak Hibiscus rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metode MTT.
Hasil: Hibiscus rosa-sinensis memiliki kandungan fitokimia triterpenoid, alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid. Ekstrak Hibiscus rosa-sinensis menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 1,56 µg/mL untuk ekstrak etil asetat dan 42,30 µg/mL untuk ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat H. rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dikategorikan moderat dengan nilai IC50 sebesar 79,37 µg/m, sedangkan ekstrak n-heksana dan ekstrak etanol H. rosa-sinensis yang masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 125,23 µg/mL dan 210,77 µg/mL, dikategorikan aktivitas sitotoksik lemah.
Simpulan: Hibiscus rosa-sinensis mengandung beberapa senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas Metode: Hibiscus rosa-sinensis kering digiling menjadi serbuk, lalu dibuat menjadi ekstrak dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol. Analisis kandungan fitokimia ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan melalui uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan menggunakan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik ekstrak Hibiscus rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metode MTT.
Hasil: Hibiscus rosa-sinensis memiliki kandungan fitokimia triterpenoid, alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid. Ekstrak Hibiscus rosa-sinensis menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 1,56 µg/mL untuk ekstrak etil asetat dan 42,30 µg/mL untuk ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat H. rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dikategorikan moderat dengan nilai IC50 sebesar 79,37 µg/m, sedangkan ekstrak n-heksana dan ekstrak etanol H. rosa-sinensis yang masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 125,23 µg/mL dan 210,77 µg/mL, dikategorikan aktivitas sitotoksik lemah.
Simpulan: Hibiscus rosa-sinensis mengandung beberapa senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas sit

Background: Breast cancer is the most common type of cancer in women with a very high mortality rate. Treatments for this malignancy are surgery, chemotherapy, and radiotherapy, however those methods can cause adverse effects and quite expensive. Complementary and alternative medicines (CAMs) are also used to support those treatments, one of them is herbal medicine. Hibiscus rosa-sinensis is known to have various phytochemical components which have the potential to be developed as anticancer.
Method: Dry Hibiscus rosa-sinensis was milled to a powder, then extracted by multilevel maceration method using n-hexane, ethyl acetate and ethanol as solvents. Phytochemical components of Hibiscus rosa-sinensis extracts was analyzed using phytochemical tests and thin layer chromatography (TLC). Its antioxidant activity was determined using DPPH method, meanwhile its cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells was evaluated using MTT assay.
Result: Hibiscus rosa-sinensis were proved to contain triterpenoids, alkaloids, flavonoids, tannins and steroids. Hibiscus rosa-sinensis extracts showed antioxidant activity towards DPPH free radicals with IC50 value of 1.56 µg/mL for ethyl acetate extract and 42.30 µg/mL for ethanol extract. Cytotoxicity of Hibiscus rosa-sinensis ethyl acetate extract towards MCF-7 cells was moderately active with the IC50 value of 79.37 µg/mL. Meanwhile, Hibiscus rosa-sinensis n-hexane extract and ethanol extract which had IC50 for 125.23 µg/mL and 210.77 µg/mL, are categorized into weakly active cytotoxicity.
Conclusion: Hibiscus rosa-sinensis contains several phytochemical compounds which showed antioxidant activiy towards DPPH free radicals and cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells, thus it can be developed further to be anti-breast cancer agents.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Aria Miranda
"Penelitian analisis jumlah kromosom dan perbandingannya dengan ukuran polen pada sembilan variasi bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis, L.) di Kampus UI Depok dan Citayam, Bogor telah dilakukan sejak bulan September 2012 hingga Maret 2013. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jumlah kromosom dan pola ploidi sembilan variasi bunga Hibiscus rosa-sinensis, serta mengetahui perbandingannya dengan ukuran polen. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling pada beberapa lokasi di Kampus UI Depok sebanyak delapan variasi dan satu variasi dari Citayam, Bogor. Sediaan kromosom dibuat dengan menggunakan metode squash Aceto-orcein, dan sediaan polen dibuat dengan menggunakan asetolisis.
Hasil penghitungan kromosom menunjukkan jumlah kromosom yang beragam, dari n=ca. 15 sampai n=ca/ 56, dengan jumlah kromosom paling sedikit ditemukan pada bunga single merah pudar kecil dan paling banyak apda bunga double oranye. Dari perhitungan jumlah kromosom, perbandingannya dengan ukuran polen menunjukkan korelasi yang positif. Ukuran polen yang paling besar dimiliki oleh variasi dengan perkiraan jumlah kromosom yang paling banyak, yaitu bunga double oranye dari Citayam, sementara ukuran polen yang paling kecil dimiliki oleh variasi dengan perkiraan jumlah kromosom yang paling sedikit, yaitu bunga single pink kecil. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mendapatkan jumlah kromosom yang pasti dari Hibiscus rosa-sinensis agar pola ploidi dapat ditentukan.

The analysis of chromosome count and its comparison to pollen grain size in nine variation of shoe-flower (Hibiscus rosa-sinensis, L.) in Universitas Indonesia, Depok and Citayam, Bogor, has been carried on since September 2012 to March 2013. The study is done to gain knowledge on the chromosome count and ploidy level in nine variation of Hibiscus rosa-sinensis, and to know its comparison to the pollen grain size. Purposive sampling was done to collect the samples, eight variation was collected from Universitas Indonesia, Depok, and one variation from Citayam, Bogor. Chromosome slides were prepared using the squash Acetoorcein method, and pollen slides using acetolysis.
Results shows a variety of the chromosome numbers from n=ca. 15 to n=ca. 56, with the smallest number found in the small single petaled pink flower, and the largest number in the double petaled orange flower. The comparison of the chromosome count to the pollen grain size shows a positive correlation. The double petaled orange is the variation with the largest pollen grain size, while the small single petaled pink has the smallest pollen grain size. Further studies are needed to gain the exact chromosome count of Hibiscus rosa-sinensis and to determine the level of ploidy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>