Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138849 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Fitriana Lupitaningrum
"Tuberkulosis merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan dengan durasi lama dan tidak boleh terputus. Salah satu obat yang telah umum digunakan pada pasien tuberkulosis adalah isoniazid. Isoniazid umumnya diberikan dalam bentuk sediaan tablet konvensional, namun sediaan ini sulit ditelan terutama oleh anak-anak, dan berakibat pada kepatuhan anak. Oleh karena itu dikembangkan sediaan film cepat hancur yang mengandung isoniazid sebagai alternatif terapi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat film cepat hancur isoniazid dengan metode solvent casting serta menganalisis pengaruh perbandingan konsentrasi poli(vinil alkohol) (PVA) dan poli(vinil pirolidon) (PVP) sebagai polimer pembentuk film terhadap film yang dihasilkan. Pada penelitian dilakukan perbandingan tujuh formula dengan variasi konsentrasi PVA dan PVP yakni F1 (20:80); F2 (40:60); F3 (45:55); F4 (50:50); F5 (55:45); F6 (60:40); F7 (80:20). Evaluasi yang dilakukan diantaranya uji organoleptis, ketebalan, keragaman bobot, kelengketan, daya tahan lipat, keseragaman kandungan, waktu hancur, disolusi, dan stabilitas selama 6 minggu. Pengujian menunjukkan F1, F2, F3, dan F4 tidak memenuhi syarat untuk uji kelengketan sedangkan formula lainnya memenuhi persyaratan di seluruh pengujian. Formula terpilih adalah F5 karena memiliki waktu hancur tercepat (12,33 ± 0,58 detik) serta jumlah obat terdisolusi terbesar (98,47 ± 0,71 %) dalam waktu 3 menit. F5 juga menunjukkan stabilitas yang baik selama penyimpanan 6 minggu pada suhu 30 ± 2˚C maupun 40 ± 2˚C. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa film cepat hancur F5 yang diperoleh menggunakan metode solvent casting merupakan film cepat hancur paling baik.

Tuberculosis is a disease that requires a long duration treatment and must not be stopped during therapy. One anti-TB that has been commonly used in tuberculosis patients is isoniazid. Isoniazid is generally given as conventional tablet dosage form, but this system is difficult to swallow especially by children, thus affect children’s compliance. Therefore, fast disintegrating film dosage form containing isoniazid were developed as an alternative therapy. The aims of this study were to obtain fast disintegrating isoniazid-containing fast disintegrating films using solvent casting method and to analyze the effect of the concentration ratio of PVA and PVP as film-forming polymers on the resulting films. In this study, a comparison of seven film formulations with variations of poli(vinyl alcohol) (PVA) and poly(vinyl pyrrolidone) (PVP) concentrations was carried out, namely F1 (20:80); F2 (40:60); F3 (45:55); F4 (50:50); F5 (55:45); F6 (60:40); F7 (80:20). Evaluations carried out included the organoleptic tests, thickness, weight variations, tackiness, folding endurance, content uniformity, disintegration time, dissolution, and stability test for 6 weeks. The study showed that F1, F2, F3, and F4 were not qualified for the tackiness test while the other formula met the requirements for all tests. The chosen formula was F5 since it demonstrated the fastest disintegration time (12.33 ± 0.58 seconds) and the highest amount of drug dissolved (98,47 ± 0,71 % within 3 minutes) during the dissolution. F5 also showed good stability during 6 weeks of storage at 30 ± 2˚C and 40 ± 2˚C. Thus, it can be concluded that the F5 fast disintegrating film obtained using the solvent casting method is the most promising fast disintegrating film"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufan Raja Toha
"Asam humat adalah material organik yang terdapat pada tanah, tidak
larut pada kondisi asam (pH<2). Air yang mengandung asam humat akan
berwarna kuning kecoklatan. Air ini tidak memenuhi standar air bersih dan
dibutuhkan proses pengolahan agar layak dikonsumsi. Asam humat dapat
membentuk kompleks yang stabil dengan ion logam tertentu, pada penelitian
ini digunakan ion logam Fe3+, Pb2
+, dan Gu2
+. Asam humat yang digunakan
berasal dari mata air Jambu luwuk kecamatan Ciawi kabupaten Bogor dan
digunakan 2 jenis asam humat. Asam humat yang terdapat pada mata air
(HA1) dan asam humat yang terdapat pada tanah sekitar mata air (HA2).
Metode fotodegradasi katalitik heterogen dengan menggunakan katalis Ti02
immobilisasi dengan menggunakan lampu UV-C dengan penyinaran selama
5 jam menunjukkan adanya penurunan serapan dari asam humat dan· kompleks -humat. Pembentukan kompleks -humat dapat meningkatkan laju
fotodegradasi kecuali pada HA 2. Data bilangan permanganat menunjukkan
masih besarnya kandungan organik setelah fotodegradasi. Dalam proses
fotodegradasi, asam huma,t tidak terdegradasi sempurna, tetapi berubah
menjadi intermediet lain."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arif Budiman
"Latar Belakang. Penelitian ini bertujuan untuk membakukan teknik pengukuran asam folat serum menggunakan protein ikat folat PIF yang diisolasi dan dimurnikan secara utuh dari susu sapi segar dengan teknik enzyme labeled protein ligand binding assay ELPLBA . Metode. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yang menguji validitas dan perbandingan teknik ELPLBA untuk pembakuan teknik pengukuran folat serum.Hasil. Hasil isolasi dan pemurnian PIF menghasilkan kadar 3 tiga mg/mL. Identifikasi SDS-PAGE dan Western blot menunjukkan 3 tiga pita protein yang diperiksa adalah protein ikat folat. Validitas teknik uji keterulangan menunjukkan nilai yang dapat diterima CV.

Background. This study was aimed to standarized technique of folic acid level serum measurment using folate binding protein FBP that isolated and purified from fresh bovine milk with enzyme labeled protein ligand binding assay ELPLBA technique. Method in this study, we performed an experiment research validated dan compared measurement techniques of ELPLBA with competitive ELISA for the standardization of the serum folic acid measurement technique. Results. FBP concentration yielded from isolated and purification was resulted 3 mg mL. SDS PAGE and western blot result showed 3 three protein bands that was confirmed to be FBP. Validity test repeatability indicate an acceptable CV 10 , whereas reproducible test showed poor results over a 5 day period. The results of the accuracy test of the enzyme labeled protein ligand binding assay technique showed good accuration. Linearity test of two samples showed quite linear results. Comparison of folic acid level measurement in serum between ELPLBA and ELISA technique showed there is no difference between both technique based on independent test T test at 95 confidence level. Conclusion. the enzyme labeled protein ligand binding assay technique on serum folic acid measurements were quite valid dan equivalent to the results obtained by competitive ELISA techniques."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sitepu, Nathasya
"Tablet cepat hancur (TCH) merupakan tablet yang didesain untuk hancur di rongga mulut dan segera melarut dengan adanya saliva sehingga tidak memerlukan bantuan air. Oleh karena itu dibutuhkan suatu eksipien penghancur yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi tablet cepat hancur famotidin dengan menggunakan eksipien hasil koproses maltodekstrin suksinat (MDS) dan polivinil pirolidon (PVP) sebagai eksipien, serta mengevaluasi tablet cepat hancur yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Koproses MDS-PVP merupakan eksipien hasil modifikasi fisika secara koproses antara maltodekstrin suksinat (MDS) dan polivinil pirolidon (PVP) dalam berbagai perbandingan. Hasil modifikasi dikarakterisasi dan diformulasikan menjadi tablet cepat hancur dengan metode granulasi kering, kemudian dievaluasi. Ko-MDSPVP (3:1) menunjukkan karakteristik yang terbaik sebagai eksipien penghancur ditinjau dari kelarutan yang tinggi dalam aquadest sebesar 94,40 + 0,75% dan daya mengembang sebesar 18,99 + 0,33%. Evaluasi tablet cepat hancur menunjukkan bahwa formula A yang mengandung 25% ko-MDS-PVP 3:1 memiliki kriteria yang terbaik sebagai tablet cepat hancur dengan nilai kekerasan 3,61+ 0,46 Kp, keregasan 0,76 + 0,02%, waktu hancur in vitro 2,66 + 0,38 menit, dan waktu pembasahannya 3,03 + 0,29 menit. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa ko-MDS-PVP dapat digunakan sebagai eksipien penghancur pada tablet cepat hancur.

Fast disintegrating tablet (FDT) is tablet which is designed to rapidly dissolve and disintegrate in presence saliva, thus it needs no water. Therefore, disintegrant is needed to folmulate this dosage form.. the aim of this research were to formulate FDT of famotidine using coprocess maltodextrin succinate (MDS) and polyvinyl pyrrolidone (PVP) as disintegrant, and evaluate the FDT in accordance to pharmacopoeia. Coprocess MDS-PVP is physical-modified excipient from MDS and PVP in several ratio. The Co-MDS-PVP are characterized, formulated into FDT by dry-granulation method and evaluated. Co-MDS-PVP (3:1) showed the best characteristic as disintegrant due to its higher solubility in aquadest (94,40 + 0,75%) and swelling index (18,99 + 0,33%). The evaluation of FDT showed that formula A which contain 25% Co-MDS-PVP 3:1 was the best formula due to its hardness of 3,16 + 0,46 Kp, friability 0,76 + 0,02%, in vitro disintegration time 2,66 + 0,38 minutes, and wetting time 3,03 + 0,29 minutes. Based on results above, it can be concluded that Co-MDS-PVP can be used as disintegrant in FDT."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baskoro Surya Narendra
"Tablet cepat hancur TCH adalah tablet yang didesain untuk segera hancur di dalam rongga mulut tanpa bantuan air Untuk tujuan tersebut dibutuhkan suatu eksipien penghancur yang sesuai Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengkarakterisasi eksipien koproses polivinil alkohol amilosa tersambung silang dalam 3 macam perbandingan Ko PVA CLA12 sebagai penghancur tablet yang digunakan dalam formulasi TCH Koproses PVA CLA12 merupakan eksipien termodifikasi hasil koproses PVA dengan amilosa yang telah direaksikan dengan agen penyambung silang STMP sodium trimetafosfat Eksipien koproses PVA CLA12 yang dihasilkan dikarakterisasi dan diformulasikan menjadi TCH dengan metode kempa langsung kemudian dievaluasi Hasil karakterisasi eksipien Ko PVA CLA12 menunjukkan bahwa eksipien ini memiliki derajat subtitusi sebesar 0 1107 dan perbandingan Ko PVA CLA12 2 1 merupakan yang terbaik untuk dipilih menjadi bahan penghancur pada TCH karena memiliki kemampuan mengembang yang paling baik yaitu 2 kali lipat dalam waktu 1 jam Evaluasi TCH menunjukkan bahwa formula 5 dan 10 yang mengandung Ko PVA CLA12 2 1 memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur yang ditunjukkan dengan karakteristik kekerasan 1 94 Kp dan 1 37 Kp keregasan 1 15 dan 0 52 waktu hancur 14 94 detik dan 12 64 detik waktu pembasahan 4 88 detik dan 3 41 detik dan disolusi sebesar 100 dalam 10 menit Oleh karena itu eksipien Ko PVA CLA 12 2 1 dapat digunakan sebagai penghancur pada TCH.

Fast Disintegrating Tablet FDT is a solid dosage form that was designed to quickly disintegrate in the oral cavity without water thus FDT needs appropriate disintegrant excipient This research aims to study the characteristics of excipient coprocess polyvinyl alchol crosslinked amylose in 3 ratio Co PVA CLA12 and applied as a disintegrant of FDT Co PVA CLA12 is modified excipient that resulted by coprocess polyvinyl alcohol with of amylose which has been reacted with STMP as crosslinking agent Co PVA CLA12 excipient was characterized and formulated into FDT using direct compression method and then evaluated Characterization result of Co PVA CLA12 showed that its substitution degree was 0 1107 and ratio 2 1 of Co PVA CLA12 was the best to be choosen as disintegrant of FDT because it swollen 2 times in 1 hour The FDT rsquo s evaluation showed that formula 5 and 10 containing of Co PVA CLA12 2 1 had the best characteristic of FDT since it possessed hardness of 1 94 Kp and 1 37 Kp 1 15 and 0 52 friability 14 94 and 12 64 seconds of in vitro disintegration time 4 88 and 3 41 seconds of wetting time and 100 dissolution at 10 minutes Therefore Co PVA CLA 12 2 1 can be used as disintegrant excipient in FDT."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dimas Saptoaji
"Sampai saat ini, pemberian obat secara oral masih memiliki beberapa kendala misalnya kesulitan untuk menelan tablet. Maka dari itu dibentuk tablet yang cepat larut dan hancur dalam rongga mulut tanpa bantuan air yang disebut tablet cepat hancur. Untuk mendapatkan sediaan tablet cepat hancur yang baik diperlukan bahan tambahan utama yaitu superdisintegran.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh eksipien koproses PVA-amilosa tersambung silang (CL Ko PVA-A) yang dapat digunakan dalam formulasi sediaan tablet cepat hancur. Pati tinggi amilosa dikoproses dengan PVA, kemudian disambung silang menggunakan natrium trimetafosfat sebagai agen penyambung silang. Eksipien CL Ko PVA-A yang dihasilkan dikarakterisasi sifat fisika, kimia, dan fungsionalnya. Selain itu, eksipien CL Ko PVA-A diformulasikan menjadi sediaan tablet cepat hancur dengan difenhidramin HCl sebagai model obat dan kemudian dievaluasi kekerasan, keregasan, waktu hancur dan waktu pembasahannya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa eksipien CL Ko PVA-A dapat mengembang hingga 200% dalam waktu 1 menit. Sifat alir yang dimiliki eksipien ini juga dikategorikan dalam kategori istimewa dan melalui spektrum infra merah dapat dilihat perubahan gugus yang menandakan terjadi reaksi sambung silang pada eksipien. Pada bentuk sediaan tablet cepat hancur eksipien berhasil menjadi superdisintegran dapat dilihat dari tablet yang memiliki waktu hancur waktu pembasahan kurang dari 3 menit dan tablet memiliki kekerasan kurang dari 3 kp. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ekipien CL Ko PVA-A yang dibuat ini dapat digunakan sebagai superdisintegran yang baik dalam pembuatan tablet cepat hancur.

Until now, the oral drug administration still has several problems such as difficulty swallowing tablets. Therefore, solid dosage form of tablets that quickly dissolve and disintegrate in the mouth without water assistance called Fast disintegrating tablets (FDT) were established. It is required a main ingredient called superdisintegran to get a good FDT.
This research aimed to obtain an cross linked coproses PVA-amylose (CL Ko PVA-A) excipient which can be used in the manufacture of FDT. High-amylose starch was coprocessed with PVA, then was cross-linked using trimethaphosphate sodium as the cross-linked agent. The CL Ko PVA-A excipients were physically, chemically, and functionally characterized. Moreover, The CL Ko PVA-A excipients were formulated into FDT by diphenhydramine HCl as a model drug and then the tablet’s hardness, friability, disintegration time and the wetting time were evaluated.
Results showed that The CL Ko PVA-A excipients can swell up to 200% in 1 minute. Flow rate from this excipients were also categorized as a special category and some group changes can be seen through the infrared spectrum that indicating the cross-linking reaction were occurred in excipients. In the FDT dosage form, excipients successfully be a superdisintegran which can be seen from the tablet’s disintegration time less than 3 minutes and the tablet’s hardness was less than 3 kp. It can be concluded that the CL Ko PVA-A excipients can be used as a good superdisintegran in the manufacture of FDT.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S53040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Rizkiawelly Fitri
"Film cepat hancur merupakan alternatif sediaan konvensional yang membutuhkan polimer pembentuk film dengan sifat yang kuat, elastis dan cepat hancur. Koproses merupakan salah satu metode untuk memperoleh eksipien dengan gabungan sifat unggul dua atau lebih eksipien. Penelitian ini bertujuan untuk membuat eksipien koproses MDS-PVP dengan tiga perbandingan, mengkarakterisasinya dan menggunakannya sebagai polimer dalam film cepat hancur. Film cepat hancur dievaluasi terhadap penampilan, rasa, waktu hancur, kekuatan elongasi dan peregangannya. Hasil karakterisasi eksipien koproses MDS-PVP pada tiga perbandingan menunjukkan adanya perubahan sifat fisik dan fungsional, tapi tidak mengubah karakter kimia masing-masing eksipien. MDS- PVP digunakan sebagai polimer dalam formulasi film. Evaluasi film cepat hancur menunjukkan bahwa film dengan MDS-PVP (1:1) sebagai polimer memiliki kriteria yang baik sebagai film cepat hancur dengan waktu hancur 23,3 ± 1,53 detik, sifat mekanik yang baik dan disolusi propranolol HCl lebih dari 80 % pada detik ke- 120 (kurang dari tiga menit). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa MDS-PVP (1:1) dapat digunakan sebagai polimer pembentuk film cepat hancur.

Fast dissolving film is an alternative for conventional dosage form which required film former polymer with good mechanic properties and ability to rapidly disintegrated. Coprocess is one method to obtain an excipient with combination of good properties from two or more excipients. The aim of the study was to produce coprocess excipient of MDS-PVP in three different ratios, characterize it and apply it as polymer in fast dissolving film. Fast dissolving film was evaluated on its appearance, taste, disintegration time, swelling index, elongation break and tensile strength. The results of characterization of co-process MDS-PVP show the difference of physical properties without change in the chemical character of each excipient. MDS-PVP was used as polymert for formulation of fast dissolving film. Film which has MDS-PVP (1:1) as polimer had good criteria as fast dissolving film with disintegration time of 23.3 ± 1.53 seconds. It also showed good appearance, good mechanical properties, and better drug release profile. The results demonstrate that MDS-PVP (1:1) has great potential to be excipient for fast dissolving film."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Rahmawati Wardani
"Tablet cepat hancur adalah tablet yang didesain agar mampu hancur di dalam mulut tanpa bantuan air dengan waktu yang singkat. Oleh sebab itu diperlukan suatu eksipien disintegran yang sesuai yang dapat memfasilitasi penghancuran tablet. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik eksipien koproses maltodekstrin DE 10-15 dan polivinil alkohol sebagai penghancur tablet dalam formula tablet cepat hancur yang dibuat dengan metode kempa langsung. Koproses MD – PVA dibuat 3 perbandingan yaitu 1:1, 2:1, 3:1 dan dikarakterisasi sifat fisik, kimia, dan fungsionalnya.
Berdasarkan karakteristik tersebut dipilih perbandingan 1:1 yang memiliki kriteria terbaik sebagai penghancur karena memperlihatkan indeks mengembang 156,32% dalam 2 jam. Evaluasi terhadap 6 formula tablet cepat hancur menunjukan bahwa formula 4 yang mengandung eksipien koproses MD - PVA 1:1 sebanyak 20% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur dengan kekerasan 4,40 Kp, keregasan 0,891%, waktu hancur 2,26 menit, dan waktu pembasahan 2,32 menit.
Uji kesukaan pada 30 orang panelis menunjukan 63,33% suka terhadap rasa tablet cepat hancur ekstrak rosela, dan 76,67% panelis menyatakan tidak terdapat residu dalam mulut ketika tablet tersebut telah hancur sempurna. Uji waktu hancur rata-rata tablet cepat hancur ekstrak rosela di rongga mulut panelis adalah sebesar 2,89 menit. Dengan demikian koproses MD-PVA mampu digunakan sebagai eksipien penghancur dalam tablet cepat hancur.

A fast disintegrating tablet is tablet which designed to be disintegrated in the mouth within seconds, without using water. Thus, it needs appropriate disintegrating excipients to facilitate disintegration of the tablet. This research was intended to study the characteristics of coprocessed excipient of maltodextrin DE 10-15 and polyvinylalcohol as tablet disintegrator in fast disintegrating tablet’s formula which was produced using direct compression method. The physical, chemical, and functional properties of MD-PVA coprocessed with ratio of 1:1, 2:1, and 3:1 were characterized.
Based on those characteristics, the MDPVA 1:1 was chosen as the best disintegrator excipient since it showed swelling index of 156.32% in 2 hours. The evaluation on six formula of FDT showed that formula F4 which contains 20% coprocessed excipient MD-PVA 1:1 was the best FDT with 4.40 Kp of hardness, 0.891% of friability, 2.26 minutes of disintegrating time, and 2.32 minutes of wetting time.
Hedonic test was performed on 30 respondens and showed that 63.33% of respondens like FDT of roselaextract and 76.67% people stated that there were no residual inside the mouth after the tablet disintegrated completely. In vivo disintegrating time of roselaextract FDT was 2.89 minutes. Hence MD-PVA coprocessed suitable to be used as dissolving excipient for fast-disintegrating tablet.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Ramadhan
"

Pasien pediatri merupakan golongan yang rentan terkena tuberkulosis. Kompleksnya regimen terapi serta masih minimnya sediaan yang ramah pasien pediatri menjadi suatu tantangan dalam pengobatan tuberkulosis. Hal tersebut memberikan potensi pengembangan suatu sediaan yang dapat menyederhanakan regimen terapi serta ramah bagi pasien pediatri. Film berlapis cepat hancur kombinasi dosis tetap menjadi solusi dari tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses pengobatan tuberkulosis pada pasien pediatri. Penelitian bertujuan untuk memperoleh film cepat hancur berlapis kombinasi dosis tetap yang mengandung rifampisin dan isoniazid dengan metode solvent casting. Terdapat tujuh formula film lapis rifampisin dan tujuh formula film lapis isoniazid dengan masing-masing formula memiliki variasi konsentrasi HPMC dan PVA yakni R1 (100:0); R2 (75:25); R3 (60:40); R4 (50:50); R5 (40:60); R6 (25:75); R7 (0:100). Ketujuh formula dari masing-masing film lapis dikarakterisasi dengan tujuan menentukan formula film terbaik yang nantinya akan dikombinasikan menjadi sediaan utuh. Karakterisasi tersebut mencakup evaluasi organoleptis, kekuatan peregangan, waktu disintegrasi dan persentase kelembapan. Setelah ditentukan formula terbaik dari masing-masing film, kedua film dikombinasikan dan diuji kembali. Uji yang dilakukan diantaranya uji yang telah dilakukan pada proses karakterisasi ditambah dengan uji penetapan kadar serta uji disolusi. Hasil karakterisasi menunjukkan formula R6 dari masing-masing formula film lapis memiliki karakteristik terbaik dari segi organoleptis dan waktu disintegrasi dengan waktu disintegrasi sebesar 49,94 ± 3,38 detik untuk film lapis rifampisin dan 38,84 ± 4,27 detik untuk film lapis isoniazid. Film lapis rifampisin R6 memiliki nilai tensile strength sebesar 0,7478 ± 0,0233 N/mm2 dan persentase kelembapan 15,29 ± 1,36%. Sedangkan film lapis isoniazid R6 memiliki nilai tensile strength sebesar 0,8136 ± 0,0612 N/mm2 dan persentase kelembapan 15,60 ± 1,23%. Film cepat hancur kombinasi dosis tetap yang diperoleh memiliki organoleptis yang baik, waktu disintegrasi yang cepat yakni 52,82 ± 2,76 detik namun tidak memenuhi kriteria uji penetapan kadar dan uji disolusi yang diinginkan.


Pediatric patients are vulnerable group susceptible to tuberculosis. The complexity of the treatment regimen and the limited availability of pediatric-friendly formulations pose challenges in tuberculosis treatment. This presents an opportunity for the development of a formulation that can simplify the treatment regimen and be patient-friendly for pediatric patients. Fast-disintegrating multilayer films with fixed-dose combinations offer a solution to the challenges faced in the tuberculosis treatment process in pediatric patients. The research aimed to obtain fast-disintegrating multilayer films with fixed-dose combinations containing rifampicin and isoniazid using the solvent casting method. There were seven formulations of rifampicin films and seven formulations of isoniazid films, each with variations in HPMC and PVA concentrations, namely R1 (100:0); R2 (75:25); R3 (60:40); R4 (50:50); R5 (40:60); R6 (25:75); R7 (0:100). The seven formulations of each film were characterized to determine the best film formulation that would later be combined into a complete formulation. The characterization included organoleptic evaluation, tensile strength, disintegration time, and moisture content. After determining the best formulation for each film, the two films were combined and retested. The tests conducted included the previously performed characterization tests, as well as assay and dissolution testing. The characterization results showed that formulation R6 of each film had the best characteristics in terms of organoleptic properties and disintegration time, with a disintegration time of 49.94 ± 3.38 seconds for rifampicin film and 38.84 ± 4.27 seconds for isoniazid film. Rifampicin film R6 had a tensile strength of 0.7478 ± 0.0233 N/mm2 and a moisture content of 15.29 ± 1.36%. Meanwhile, isoniazid film R6 had a tensile strength of 0.8136 ± 0.0612 N/mm2 and a moisture content of 15.60 ± 1.23%. The obtained fast-disintegrating multilayer films with fixed-dose combinations had good organoleptic properties and fast disintegration time of 52.82 ± 2.76 seconds but did not meet the criteria for assay and desired dissolution testing.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>