Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137480 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ronaldo Abubakar
"Penurunan luas RTH dan kerapatan vegetasinya dapat menimbulkan perubahan variabilitas unsur cuaca. Variabilitas unsur cuaca adalah perbedaan variabel unsur cuaca antara satu tempat dengan tempat lainnya. Unsur cuaca yang paling dipengaruhi oleh keberadaan vegetasi adalah suhu udara, kelembapan udara, serta kecepatan angin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spasial dari kerapatan vegetasi, suhu udara, kelembapan relatif, dan kecepatan angin di Kota Denpasar, serta menganalisis hubungan antara kerapatan vegetasi terhadap variabilitas unsur cuaca di Kota Denpasar. Kerapatan vegetasi didapatkan dari citra satelit Landsat 8 yang diolah dengan metode NDVI, sedangkan unsur cuaca didapatkan dari pengukuran langsung. Ditemukan bahwa kota Denpasar terbagi menjadi empat kelas kerapatan vegetasi dengan luasan: 43,8 km2 (34.3%) berkerapatan jarang; 48,8km2 (38,2%) berkerapatan sedang; 13,1 km2 (10,3%) berkerapatan rapat; dan 21,9km2 (17,2%) berkerapatan sangat rapat. Umumnya nilai suhu udara yang tinggi ditemukan di penggunaan lahan yang terbuka dengan kerapatan vegetasi jarang hingga sedang. Di wilayah penelitian ditemukan kecenderungan hubungan antara kelembapan dan kecepatan angin dengan garis pantai. Hubungan antara kerapatan vegetasi dengan suhu udara maupun kelembapan udara berkekuatan sedang, masing-masing di angka -0.473 dan 0.468. Hubungan antara kerapatan RTH dan kecepatan angin bersifat sangat lemah.

The decrease in the area of green open space and the density of the vegetation can cause changes in the variability of weather elements. Variability of weather elements is the difference in variable weather elements from one place to another. The weather elements that are most affected by the presence of vegetation are air temperature, air humidity, and wind speed. This study aims to determine the spatial distribution of vegetation density, air temperature, relative humidity, and wind speed in Denpasar City, and to analyze the relationship between vegetation density and the variability of weather elements in Denpasar City. Vegetation density was obtained from Landsat 8 satellite imagery which was processed using the NDVI method, while the weather elements were obtained from direct measurements. It was found that the city of Denpasar is divided into four classes of vegetation density with an area of: 43.8 km2 (34.3%) sparse density; 48.8km2 (38.2%) medium density; 13.1 km2 (10.3%) is dense; and 21.9km2 (17.2%) is very dense. Generally, high air temperature values are found in open land use with sparse to moderate vegetation density. In the research area, it was found that there was a tendency for a relationship between humidity and wind speed with the coastline. The relationship between vegetation density and air temperature and air humidity is moderate, at -0.473 and 0.468, respectively. The relationship between green open space density and wind speed is very weak."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virgi Citra Nabila
"Peninjauan aktivitas budidaya rumput laut secara optimal perlu dilakukan mengingat tingginya daya dukung lingkungan dan bernilai ekonomis. Namun perkembangan pariwisata membuat aktivitas budidaya rumput laut terus terdesak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian wilayah budidaya rumput laut berdasarkan kondisi perairan dan aktivitas budidaya rumput laut di Pulau Serangan beserta hubungannya. Variabel yang digunakan ialah kondisi perairan, pengelola, teknologi, manajemen, dan objek wisata. Kesesuaian wilayah budidaya rumput laut di Pulau Serangan diperoleh melalui pengolahan data citra Landsat 8 tahun 2020 serta pengukuran lapang in situ maupun ex situ. Survey dan wawancara dilakukan untuk menganalisis aktivitas budidaya rumput laut di Pulau Serangan. Metode skoring dan overlay digunakan pada seluruh variabel yang kemudian dianalisis spasial. Analisis statistik deskriptif juga dilakukan untuk menganalisis hubungan antara kesesuaian wilayah berdasarkan kondisi perairan terhadap jumlah produksi rumput laut. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah yang sesuai untuk budidaya rumput laut terletak di segmen Teluk Lebangan. Aktivitas budidaya rumput laut tinggi terletak di segmen Teluk Lebangan, aktivitas budidaya sedang terletak di segmen Pantai Timur Serangan, dan aktivitas budidaya rendah terletak di segmen Teluk Serangan. Kesesuaian wilayah budidaya rumput laut berdasarkan kondisi perairan berupa suhu, salinitas, arus, muatan padatan tersuspensi, dan oksigen terlarut secara simultan berpengaruh terhadap jumlah produksi rumput laut di Pulau Serangan. Semakin tinggi oksigen terlarut, suhu, dan kecepatan arus maka jumlah produksi rumput laut di Pulau Serangan akan meningkat. Semakin rendah muatan padatan tersuspensi dan salinitas maka jumlah produksi rumput laut di Pulau Serangan akan meningkat.

Seaweed cultivation is an alternative use of coastal areas. An optimal review of seaweed cultivation activities needs to be done, considering the environment's high carrying capacity and its economic value. However, the development of tourism has made seaweed cultivation activities continue to be pressed. This study aims to analyze seaweed cultivation areas suitability based on water conditions and seaweed cultivation activities on Serangan Island and their relationship. The variables used are water conditions, cultivation, technology, management, and tourist objects. The suitability of the seaweed cultivation area on Serangan Island was obtained through Landsat 8 imagery data processing in 2020 and field measurements in situ and ex-situ. Surveys and interviews were also conducted to analyze seaweed farming activities on Serangan Island. The scoring and overlay methods were used for all variables, which were then analyzed spatially. Descriptive statistical analysis was also carried out to analyze the relationship between the suitability of the area based on water conditions and seaweed production. The analysis results show that a suitable area for seaweed cultivation is in the Lebangan Bay segment. The high level of seaweed cultivation activity is in the Lebangan Bay segment, moderate cultivation activity is in the Serangan East Coast segment, and low cultivation activities are in the Serangan Bay segment. The suitability of the seaweed cultivation area based on water conditions in temperature, salinity, current, total suspended solids, and dissolved oxygen has a simultaneous effect on seaweed cultivation activities on Serangan Island. The higher the dissolved oxygen, temperature, and current speed, the amount of seaweed production on Serangan Island will increase. The lower total suspended solids and salinity, the amount of seaweed production on Serangan Island will increase."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Apsari
"Skripsi ini mengkaji variasi reinterpretasi kosmologi yang tertuang dalam pranata mangsa yang merupakan acuan bercocok tanam yang dipakai oleh petani di pulau Jawa secara turun temurun. Selain itu, skripsi ini juga menjabarkan mengenai reinterpretasi pengetahuan lokal petani mengenai cuaca atau yang disebut sebagai weather lore, yaitu ujaran-ujaran mengenai tanda-tanda alam untuk membaca cuaca yang disampaikan secara lisan. Reinterpretasi yang dilakukan oleh petani yang tergabung dalam anggota kelompok Tani Mulya, Desa Segeran Kidul tersebut merupakan respon mereka dalam menghadapi kondisi perubahan cuaca yang ekstrem atau yang biasa dikenal sebagai fenomena El-Niño dan La-Niña yang menyebabkan kondisi alam menjadi tidak lazim. Keberagaman reinterpretasi tersebut secara individual, dituangkan dalam strategi bercocok tanam yang dilakukan oleh petani kelompok Tani Mulya.
Skripsi ini juga mendeskripsikan bagaimana kelompok Tani Mulya memperoleh sebuah introduksi pengetahuan baru berupa pengukuran curah hujan dan analisis agroekosistem. Meskipun program pengukuran curah hujan tersebut belum mampu membentuk sebuah skema baru berupa analisis mendalam mengenai curah hujan dan implikasinya pada lahan dan pertumbuhan tanaman, namun hal tersebut mampu membuat para petani termotivasi untuk menafsirkan ulang pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya dan memunculkan minat mereka untuk mempertajam kemampuan pengamatan dan analisis mendalam terhadap lingkungan mereka. Dalam mendeskripsikan kisah para petani pengukur curah hujan itu, skripsi ini juga ditunjang oleh data sekunder melalui studi pustaka.

This article probes cosmological reinterpretation variation that occurred in pranata mangsa. Those cosmological reinterpretation becomes a guide to farming. which used by Javanese farmers hereditarily. Moreover, this thesis explains the reinterpretation of farmer’s local knowledge about the weather or commonly referred to as weather lore that is the knowledge of natural sign for predicting the weather that delivered orally. The reinterpretation which done by the farmers in the group Tani Mulya, Segeran Kidul Village is their response to face the changes of weather condition which causes the unstability of natural conditions. The variety of reinterpretation applied individually with on the farming strategy of the group Tani Mulya.
This thesis also describes how the Tani Mulya group get the introduction for new knowledge such as measuring the rainfall. Even though that rainfall measurement program could not form the new schema like deep-analysis of rainfall, it motivates the farmers to reinterprate their knowledge and raises their interest to improve their observation and deep-analytical skill on their environment. In describing the story of those rainfall measuring farmers, this thesis also supported by secondary data which obtained from literature.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hill, Jonathan, 1958- author
"This book considers climate as well as weather but its principal focus is everyday experience. Weather and climate differ in duration and scale. Unlike the weather, which we can see and feel at a specific time and place, we cannot directly perceive climate because it is an idea aggregated over many years and across a region. Weather Architecture further extends Hill's investigation of authorship by recognising the weather as a creative architectural force alongside the designer and user. Although he acknowledges the influence of the client, contractor and engineer, the relations between the designer, user and weather are the focus of this book. Environmental discussions in architecture tend to focus on the practical or the poetic but here they are considered together. Rather than investigate architecture's relations to the weather in isolation, they are integrated into a wider discussion of cultural and social influences on architecture. The analysis of weather's effects on the design and experience of specific buildings and gardens is interwoven with a historical survey of changing attitudes to the weather in the arts, sciences and society, which leads to a critical re-evaluation of contemporary responses to climate change. At a time when environmental awareness is of growing relevance, the overriding aim is to understand a history of architecture as a history of weather and thus to consider the weather as an architectural author that influences design, construction and use in a creative dialogue with other authors such as the architect and use"
London: Routledge, 2012
720.4 HIL w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Wibisono
"Hujan ekstrim merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrim yang kejadiannya sering memicu bencana alam seperti tanah longsor, banjir bandang, dan erosi tanah. Di Wilayah Jabodetabek khususnya Kota Jakarta sering dilanda banjir akibat adanya curah hujan yang berlebih. Melalui perhitungan stastistik dan analisis spasial serta temporal, penelitian ini mengungkapkan bahwa terjadi kecenderungan kejadian hujan ekstrim di Jabodetabek dari tahun 1980 - 2011. Dengan menggunakan metode site specific threshold dan analisis spasial, ditemukan bahwa kejadian hujan ekstrim cenderung terjadi di wilayah dataran rendah dan dekat jaraknya dari garis pantai. Kejadian hujan ekstrim di Jabodetabek tahun 1980 - 2011 akan lebih sering terjadi dalam siklus 5 tahunan, dan cenderung meningkat kejadiannya meskipun tidak selalu fluktuatif dan tidak terlalu signifikan.

Extreme rainfall is one of the occurrence of extreme weather phenomena are often triggered by natural disasters such as landslides, floods, and erosion. In Jabodetabek region especially the city of Jakarta is often flooded due to excessive rainfall. Through a statistical calculation and analysis of spatial and temporal, this study reveals that there is a trend of extreme rainfall events in Jabodetabek from 1980 - 2011. By using site specific threshold method and spatial analysis, it was found that the incidence of extreme rainfall tends to occur in low lying areas and near distance from the sea. Extreme rainfall events in Jabodetabek from 1980 - 2011 will be more likely to occur in cycles of 5 years, and is likely to increase occurrence though not always fluctuate and are not too significant."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia
"Dengue adalah salah satu penyakit endemik yang terjadi pada banyak daerah sub tropis dan tropis. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit dengue. Jumlah insiden dengue telah meningkat secara drastis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan curah hujan, suhu, kelembapan, dan arah udara, sehingga dapat berpengaruh pada perkembangbiakan hidup nyamuk Aedes. Pada skripsi ini, penulis mengimplementasikan algoritma ­K-Medoids dan Fuzzy C-Means Clustering menggunakan jarak Euclidean pada data insiden dengue dan cuaca yang diambil dari kelima wilayah di DKI Jakarta pada tahun 2009 hingga 2016. Variabel yang digunakan terdiri atas rata-rata temperatur, rata-rata kelembapan udara relatif, curah hujan, dan insiden dengue. Proses implementasi dalam skripsi ini dibedakan atas 2 skenario penelitian, yaitu menggunakan 4 variabel yang telah disebutkan di atas dan 3 variabel (variabel yang sama seperti sebelumnya, namun tanpa variabel insiden dengue). Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah menganalisis keterkaitan antara variabel cuaca tersebut dan insiden dengue dari kelima wilayah di DKI Jakarta. Untuk menentukan jumlah klaster yang digunakan, pada metode K-Medoids Clustering dilakukan perhitungan Silhouette Coefficient dan pada metode Fuzzy C-Means Clustering dilakukan perhitungan Modified Partition Coefficient. Hasil menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang cenderung positif antara insiden dengue dengan rata-rata kelembapan udara relatif dan jumlah curah hujan di DKI Jakarta. Sementara itu, terdapat korelasi yang cenderung negatif antara jumlah insiden dengue dengan rata-rata temperatur di DKI Jakarta. Hasil dari kedua skenario menunjukkan bahwa terdapat kemiripan nilai rata-rata temperatur yang terjadi antara Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, serta antara Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat. Kemiripan nilai rata-rata kelembapan udara relatif juga terjadi pada wilayah-wilayah seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Hasil dari kedua skenario juga menunjukkan bahwa insiden dengue yang terjadi di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara cenderung lebih rendah dari Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pembentukan klaster pada skenario pertama cenderung dipengaruhi oleh jumlah insiden dengue. Sementara itu, pembentukan klaster pada skenario kedua cenderung dipengaruhi oleh jumlah curah hujan.

Dengue is an endemic disease prevalent in sub-tropical and tropical regions. The Aedes aegypti mosquito is the main vector of dengue. Dengue incidence has been rising dramatically throughout the last few decades. Climate change may lead to changes in rainfall, temperature, humidity, and wind direction, so that it can affect the breeding of Aedes mosquitoes. In this study, we employ K-Medoids Clustering and Fuzzy C-Means (FCM) Clustering algorithms using Euclidean distance on five regions in DKI Jakarta every year from 2009 to 2016. The variables used consist of average temperature, average relative humidity, rainfall, and dengue incidence. The implementation process in this study is divided into 2 research scenarios. Firstly using the 4 variables that was mentioned above, and secondly using 3 variables (the same variables as before, but without the dengue incidence variable). The purpose of this study is to analyze the relationships between these weather variables and dengue incidence in the five regions in DKI Jakarta. In order to determine the number of clusters used, for K-Medoids Clustering we determine the Silhouette Coefficient, and for Fuzzy C-Means Clustering we determine the Modified Partition Coefficient. The results show that there tends to be a positive correlation between the number of dengue incidence with average relative humidity and the amount of rainfall. On the other hand, there tends to be a negative correlation between the number of dengue incidence with the average temperature. The results of the two scenarios show that there are similarities in the average temperature between Central Jakarta and North Jakarta, as well as between the East Jakarta, South Jakarta, and West Jakarta. Similarities in the average relative humidity also occur in the areas mentioned before. The results of both scenarios also show that the dengue incidence in Central Jakarta and North Jakarta tend to be lower than in East Jakarta, West Jakarta, and South Jakarta. Based on the results, cluster formation in the first scenario tends to be influenced by the number of dengue incidence. Meanwhile, cluster formation in the second scenario tends to be influenced by the amount of rainfall."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orendo Rusfian Raharjo
"

Fenomena iklim menarik untuk dipelajari karena berdampak sangat luas pada kehidupan manusia dan lingkungannya secara signifikan. Perubahan tersebut antara lain terlihat secara nyata dalam perubahan garis pantai dan kehiduopan di wilayah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ENSO, MJO, dan IOD terhadap perubahan garis pantai sepanjang 80 km di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, Bali. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah energi perusak dan penahan abrasi sebagai faktor yang memengaruhi perubahan garis pantai, serta laju perubahan garis pantai pada setiap karakteristik pesisir. Perubahan garis pantai diperoleh melalui analisis deliniasi citra satelit Landsat dari tahun 1995 hingga 2020. Analisis karakteristik pesisir dilakukan berdasar penggunaan lahan dan litologi setempat. Hasil analisis tersebut digunakan untuk menentukan perbedaan respon dari keberadaan ENSO, MJO, dan IOD untuk masing-masing karakteristik pantai di Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung dan Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. La Nina, IOD positif, dan peningkatan jumlah MJO kuat di perairan Indonesia cenderung meningkatkan kekuatan parameter perusak garis pantai seperti siklon tropis, curah hujan, dan ombak. Pada fase El Nino dan IOD negatif terjadi pelemahan faktor perusak yang ditunjukan melalui penurunan nilai abrasi. Penggunaan lahan pertanian dengan litologi pesisir berpasir dan formasi selatan memiliki nilai abrasi yang lebih tinggi, pesisir  berpasir dengan litologi kuarter pada penggunaan lahan terbangun.

 


Climatic phenomena are interesting, because they have a a far-reaching impact on human life and the environment significantly. These changes can be seen clearly among the changes in coastline and living in coastal areas. This study aims to determine the effect of ENSO and IOD on changes in the shoreline along the 80 km in the District of Kuta, District of South Kuta, Badung Regency, and District of South Denpasar, Denpasar City, Bali. The parameters used in this study are the energy of destruction and abrasion shoreline resistance as factors that influence shoreline changes, as well as the rate of shoreline change in every shoreline characteristics. Shoreline changes were obtained through delineation analysis of Landsat satellite imagery from 1995 to 2020. Analysis of coastal characteristics was carried out based on land use and local lithology.  The results showed that ENSO, MJO, and IOD affected Badung Regency and Denpasar City when the temperature around Indonesian seas was higher than usual. La Nina, positive IOD, and an increase in the number of strong MJOs in Indonesian waters tend to increase the strength of shoreline destroying parameters such as tropical cyclones, rainfall, and waves. In the El Nino and IOD negative phases, there is a weakening of the damaging factor, which is shown by a decrease in the abrasion value. The agricultural landuse with sandy and limestone shoreline has high value of abrasion, in the other hand the young lithology of the quaternary era in built up area has lower average of erosion.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Hartomy
"COVID-19 adalah penyakit yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pandemi. Pada November 2022, positivity rate COVID-19 di Kota Serang dalam 7 hari terakhir adalah 19,61% dan lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Lebak (18,67%), Kota Cilegon (18,41%), Kabupaten Serang (16,02%), dan Kabupaten Pandeglang (13,47%). Penelitian bertujuan mengetahui hubungan suhu, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin, dan lama penyinaran matahari dengan kasus COVID-19, menganalisis model prediksi kasus dan faktor cuaca dominan terhadap kasus COVID-19 di Kota Serang. Desain studi penelitian menggunakan ekologi tren waktu. Penelitian dilakukan pada Februari – Maret 2023 menggunakan data cuaca dan kasus COVID-19 di Kota Serang Maret 2020 – Desember 2022. Analisis data menggunakan analisis univariat, uji korelasi, uji regresi linier berganda, dan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan Kecamatan Serang menjadi wilayah dengan kasus terbanyak. Suhu (r=-0,263) dan kecepatan angin (r=0,258) berhubungan dengan kasus COVID-19 mingguan. Pada lag 1 minggu, suhu (r=-0,366) dan lama penyinaran matahari (r=-0,179) berhubungan dengan kasus COVID-19. Pada lag 2 minggu, suhu (r=-0,348) dan lama penyinaran matahari (r=-0,214) berhubungan dengan kasus COVID-19. Model prediksi kasus COVID-19 adalah ln(Y) = 95,020 – 2,379X1 – 0,306X2 + e dengan R2 = 0,270. Faktor cuaca yang paling dominan mempengaruhi kasus COVID-19 adalah suhu disusul kelembaban.

COVID-19 is a disease designated by the World Health Organization (WHO) as a pandemic. In November 2022, the positivity rate of COVID-19 in Serang City in the last 7 days was 19.61% and higher than Lebak Regency (18.67%), Cilegon City (18.41%), Serang Regency (16.02%), and Pandeglang Regency (13.47%). The study aims to determine the relationship between temperature, humidity, rainfall, wind speed, and length of sunshine with COVID-19 cases, analyze case prediction models and dominant weather factors for COVID-19 cases in Serang City. The research study design uses time trend ecology. The research was conducted in February - March 2023 using weather data and COVID-19 cases in Serang City March 2020 - December 2022. Data analysis used univariate analysis, correlation test, multiple linear regression test, and spatial analysis. The results showed that Serang sub-district was the area with the most cases. Temperature (r=-0.263) and wind speed (r=0.258) are associated with weekly COVID-19 cases. At a lag of 1 week, temperature (r=-0.366) and length of sunshine (r=-0.179) were associated with COVID-19 cases. At a lag of 2 weeks, temperature (r=-0.348) and length of sunshine (r=-0.214) are associated with COVID-19 cases. The prediction model for COVID-19 cases is ln(Y) = 95.020 - 2.379X1 - 0.306X2 + e with R2 = 0.270. The most dominant weather factor affecting COVID-19 cases is temperature followed by humidity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Azzahra
"Perubahan cuaca memengaruhi aktivitas nelayan dan penangkapan ikan. Perubahan cuaca ini juga dirasakan oleh nelayan tangkap di RW 22 Muara Angke. Perubahan cuaca tidak dapat dihindari oleh nelayan, maka dari itu perlu dilakukan strategi adaptasi untuk mengurangi risiko dan dampak negatif dari perubahan cuaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak negatif perubahan cuaca yang dihadapi nelayan dan strategi adaptasi yang dilakukan oleh nelayan di RW 22 Muara Angke, Jakarta Utara. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak perubahan cuaca berpengaruh terhadap produktivitas nelayan tangkap dan menghambat aktivitas nelayan. Startegi adaptasi ekonomi seperti diversifikasi pekerjaan menjadi petani, perangkat daerah, berjualan, dan membuka warung. Strategi adaptasi sosial yang dilakukan seperti memiliki jejaring sosial dengan nelayan lain untuk berbagi informasi, dan memperkuat jejaring dengan bos untuk mengolah hasil tangkapan dan modal. Adaptasi ekologis yang dilakukan informan berupa diversifikasi dan perawatan alat tangkap, mendok perahu, juga mengubah wilayah tangkap. Kemudian untuk adaptasi tata kelola hanya beberapa informan yang mendapatkan program bantuan dari pemerintah atau lembaga (formal maupun non formal).

Weather changes affect fishermen and fishing activities. This change in weather is also felt by fishermen in RW 22 Muara Angke. Weather changes cannot be avoided by fishermen; therefore, adaptation strategies need to be implemented to reduce the risks and negative impacts of weather changes. This research aims to determine the negative impact of weather changes faced by fishermen and the adaptation strategies carried out by fishermen in RW 22 Muara Angke, North Jakarta. The analysis used in this research is descriptive and spatial analysis. The results of the research show that the impact of weather changes affects the productivity of fishing fishermen and hinders fishermen's activities. Economic adaptation strategies such as job diversification to become farmers, regional officials, selling, and opening stalls. The social adaptation strategies implemented include having a social network with other fishermen to share information and strengthening networks with bosses to process catches and capital. The ecological adaptations carried out by informants took the form of diversifying and maintaining fishing gear, docking boats, and also changing fishing areas. Then, for governance adaptation, only a few informants received assistance programs from the government or institutions (formal and non-formal)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Rahmah Kurniawati
"KRL Commuter Line merupakan angkutan umum massal khususnya angkutan kereta api yang beroperasi melalui jalur DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) merupakan moda transportasi yang banyak diminati oleh masyarakat. Meningkatkan pelayanan angkutan umum dan menyediakan rangkaian transportasi yang berkelanjutan merupakan langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pemakaian kendaraan pribadi. Salah satu tantangan dalam mengingkatkan jumlah penumpang angkutan umum khususnya angkutan kereta api adalah mengatasi masalah first-mile dan last-mile dari perjalanan kereta api. Lokasi penelitian dilakukan di stasiun Bogor dimana stasiun tersebut merupakan stasiun dengan jumlah penumpang KRL Commuter Line terbanyak di area Jabodetabek. Metode pengumpulan data dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu studi literatur dan survey. Hasil analisis menunjukkan pada kondisi cuaca cerah, preferensi moda pengumpan didominasi oleh moda sepeda motor. Namun pada saat kondisi cuaca hujan gerimis maupun hujan deras, terjadi pergeseran preferensi pemilihan moda pengumpan menjadi memilih taksi online/taksi konvensional. Pada moda angkutan umum (bus BRT Transpakuan, angkot) menunjukkan bahwa ketika tersedia fasilitas halte beratap, maka probabilitas pemilihannya juga semakin meningkat dibandingkan dengan kondisi saat halte tanpa atap, baik dalam kondisi cuaca cerah, hujan gerimis, dan hujan deras.

KRL Commuter Line is a mass public transportation, especially rail transportation, that operates through DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi (Jabodetabek) routes, which are modes of transportation that are in great demand by the public. Improving public transport services and providing a sustainable transport network are important steps to reduce dependency on private vehicle use. One of the challenges in increasing the number of passengers on public transport, especially rail transport, is overcoming the first-mile and last-mile problems of train travel. The research was conducted at the Bogor station, which is the station with the highest number of KRL commuter line passengers in the Jabodetabek area. Data collection methods from this study are divided into two categories: literature studies and surveys. According to the analysis's findings, the motorcycle mode predominates in the feeder mode preference when the weather is sunny. However, when the weather conditions are drizzling or heavy rain, there is a shift in preference from selecting the feeder mode to choosing online taxis or conventional taxis. The public transportation modes (BRT Transpakuan buses, angkots) show that when there are roofed bus stops, the probability of choosing them also increases compared to conditions without roof stops, both in sunny weather, drizzling, and heavy rain."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>