Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187780 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadira Retno Abisha
"Perkembangan perkotaan menjadi salah satu permsalahan yang sedang terjadi tiada hentinya. Salah satu permasalahan umum yang dihadapi oleh kota besar di Indonesia adalah pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan yang tinggi. Permasalahan di perkotaan tidak hanya berkutat pada ekstraksi lahan terbangun, akan tetapi ekstraksi lahan vegetasi yang semakin lama semakin berkurang. Tidak heran jika area hijau di perkotaan semakin berkurang. Dampak yang timbul dari adanya permasalahan tersebut adalah perubahan iklim mikro perkotaan, salah satunya yaitu meningkatnya suhu permukaan daratan di wilayah perkotaan. Penelitian ini melihat hubungan nilai AST terhadap LST dengan menggunakan metode regresi linear dan melihat hubungan antara variabel RTH dengan menggunakan metode multinomial logistik dan juga pola spasial yang terbentuk pada RTH di Kota Bogor. Hasil penelitian ini menghasilkan adanya hubungan yang positif AST dengan LST serta variabel RTH dan LST yang menunjukkan hubungan yang signifikan dengan nilai <80%. Sementara itu, pola spasial yang terbentuk pada RTH di Kota Bogor menunjukan pola yang mengelompok.

Urban development is one of the problems that continues to occur without stopping. One of the common problems faced by big cities in Indonesia is the high growth of urban population. Problems in urban areas do not only revolve around the extraction of found land, but the extraction of vegetation land which is decreasing over time. No wonder the green area in urban areas is decreasing. The impact that arises from these problems is urban microclimate change, one of which is the increase in NDVI in urban areas. This study looked at the relationship between AST and LST values using the linear regression method and looked at the relationship between green space variables using the multinomial logistic method and the spatial pattern formed in green open space in Bogor City. The results of this study resulted in a positive relationship between AST and LST and the RTH and LST variables which showed a significant relationship with a value of <80%. Meanwhile, the spatial patterns formed in green open space in Bogor City show a clustered pattern.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Andriani
"Pembangunan fisik di DKI Jakarta telah mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan terutama lahan yang seharusnya diperuntukkan sebagai RTH menjadi kawasan untuk kegiatan perekonomian atau permukiman, hal ini menyebabkan luas RTH yang ada pada tahun 2010 hanya 11,2%. Jumlah ini masih jauh dari target 30% sesuai amanat Undang-undang No. 26 Tahun 2007. Penelitian bertujuan untuk menginventarisasi kondisi eksisting RTH di DKI Jakarta tahun 2012 (luas, jenis, dan kerapatan vegetasi),  menginventarisasi  luas kawasan yang berpotensi sebagai peluang pemenuhan target RTH 30%, dan mengetahui persepsi masyarakat pada pembangunan RTH. Data kondisi eksisting RTH diperoleh dari studi literatur berdasarkan dokumen instansi terkait, observasi lapangan dan perhitungan. Potensi kawasan peluang untuk memenuhi target RTH 30% diperoleh dari studi literatur dan teknik overlay peta. Inventarisasi dilakukan pada kawasan penyangga (sempadan sungai, pantai dan tandon air), serta pada kawasan-kawasan terbangun yang memiliki kewajiban untuk memenuhi Undang-undang No. 26 Tahun 2007. Persepsi masyarakat diperoleh dari survei dengan teknik wawancara menggunakan instrumen kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan luas RTH eksisting di DKI Jakarta tahun 2012 adalah 7.842,61 ha (13,27%) dari luas total daratan Jakarta.  Jenis vegetasi tercatat 142 jenis dengan kerapatan vegetasi rata-rata 277 pohon/ha. Potensi kawasan peluang yang dapat ditelusuri tercatat seluas 10.003,92 ha. Persepsi masyarakat mengenai pembangunan RTH di DKI Jakarta cukup baik.

Physical development in Jakarta has led the conversion of land, especially land that should be designated as green open space (GOS) for the economic activity or settlement, it caused the existence of GOS  only 11.2% in 2010 . This number is still below the target of 30% as mandated by Law. 26 of 2007. This study aims to take stock of the existing condition of GOS in Jakarta in 2012 (broad, vegetation type and density of vegetation), inventory of total area that can be the opportunity area to meet the target 30% GOS in Jakarta and to determine public perceptions. Data of existing condition of GOS obtained from the literature  based on the documents from related agencies, field observations and calculations. Opportunity potential area obtained from literature, map overlay technique.Inventory conducted in the buffer zone of (river banks, beaches and water tanks), as well as in areas that have awakened to fulfill the obligation Law. 26 of 2007. Public perception survey is done by interview. The results showed GOS existing in 2012 was 7842.61 ha (13.27%) of the total land area of Jakarta. Vegetation types recorded 142 species which density of vegetation 277trees/ha. Potential opportunities recorded 10,003.92 ha area to be potential GOS. Public perception about the development of GOS in Jakarta is quite good."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meriza
"Ruang terbuka hijau merupakan suatu hal penting dalam membentuk fungsi ruang perkotaan. Hal ini dikarenakan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan, keamanan, kesehatan, serta terhadap pengembangan ekonomi dan sosial. Selain itu, apabila ruang terbuka hijau ini disediakan secara baik dan proporsional, maka akan memberikan multi benefit bagi komunitas serta dapat memberikan efek positif terhadap nilai lahan properti di sekitarnya. Sejalan dengan kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang Penataan Ruang no. 26/2007, saat ini pemerintah provinsi DKI Jakarta sedang membangun ruang terbuka hijau. Sehubungan dengan dinamika tersebut, studi ini mencoba untuk melihat hubungan antara nilai lahan dengan ruang terbuka hijau dengan menggunakan hedonic pricing model.

Green open space is very important for the functioning of an urban area. Moreover, it may give significant contribution for environmental sustainability, safety, health, as well as for sosial and economic development. When green open space adequately provided, it offers multi-dimensional benefits to the community and substitutes to positively impact the property values. There are recent developments of green open space in DKI Jakarta, which aligns with an obligation as regulated by law no. 26/2007 on spatial planning to provide public green space in urban area. This research try to estimate the land value which can explain the house prices in the area of study with the existencies of green open space using hedonic pricing model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friska Arifiani
"Ruang terbuka hijau merupakan salah satu elemen penting yang harus ada di setiap wilayah perkotaan. Manfaat yang didapat dari adanya RTH adalah sebagai paru-paru kota yang berfungsi untuk area resapan air, menjaga keseimbangan tanah, dan menjadi sirkulasi udara. Pemerintah Kota Depok sebagai salah satu wilayah yang dinilai masih kurang dalam penyediaan RTH, membuat strategi kebijakan dengan membangun Alun-alun kota dan taman pada setiap kelurahan. Namun, dalam implementasinya pembangunan Alun-alun tidak sesuai dengan konsep RTH karena lebih banyak lahan terbangun untuk sejumlah fasilitas dibandingkan dengan proporsi area terbuka hijau. Dengan begitu, perlu adanya pengukuran efektivitas pada implementasi kebijakan RTH di Kota Depok terutama pada pengembangan Alun-alun. Penelitian ini menggunakan metode post positivist, data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi yang kemudian diolah menjadi narasi yang deskriptif. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa terdapat beberapa indikator yang masih kurang efektif, di mana tingkat kepentingan kelompok sasaran dan pemanfaatan tata ruang menjadi permasalahan dalam implementasi kebijakan ruang terbuka hijau di Alun-alun kota. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan indikator tersebut tidak efektif di antaranya kurang partisipasi masyarakat, kurang sumber daya, dan adanya konflik kepentingan antar pelaksana. Oleh karena itu, pengembangan Alun-alun sebagai instrumen kebijakan ruang terbuka hijau dapat dikatakan masih kurang efektif sehingga perlu adanya penambahan ruang atau Alun-alun untuk memenuhi kebutuhan RTH di Kota Depok.

Green open space is one of the essential elements that must exist in every urban area. The benefits derived from the existence of green open space are as the lungs of the city which function as water catchment area, maintain soil balance, and become air circulation. The City Government of Depok, as one of the areas considered to need improvement in the provision of green open space, has made a policy strategy by building city squares and parks in each village. However, in practice, the development of the Alun-Alun is different from the space concept because there is more built-up land for several facilities compared to the proportion of green open areas. Thus, this research aims to analyze the effectiveness of the development of the town square as an instrument of green open space policy in the city of Depok. The research uses a post-positivist method where data is collected through interviews and observations, which are then processed into descriptive narratives. The results show that some indicators still need to be improved, where the level of interest of the target group and spatial use is a problem in implementing green open space policies in town squares. Several factors cause these indicators to be ineffective, including lack of community participation, lack of resources, and conflict of interest between executors. Therefore, the development of the Alun-Alun as an instrument of green open space policy is still ineffective, so there is a need for additional space or Alun-Alun to meet the needs of green open space in Depok City."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Cahaya Meikatama
"Kota Bandar Lampung sebagai ibu kota Provinsi Lampung menjadi kota nomor tiga di Pulau Sumatera dengan perkembangan penduduk paling besar pada tahun 2000 hingga 2015. Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan bertambahnya lahan terbangun mempengaruhi beberapa aspek, salah satunya meningkatnya suhu permukaan di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi perubahan ruang terbuka hijau dan suhu penutup permukaan tanah (LST) serta pola spasial perubahan di Kota Bandar Lampung. Pengolahan data dilakukan menggunakan citra Landsat 8 untuk RTH dan Google Earth Engine untuk LST. Hasil penelitian ini menunjukkan distibusi perubahan RTH yang berada di timur hingga barat mengalami perubahan RTH menuju non-RTH yang mengakibatkan adanya keterkaitan peningkatan suhu di timur, tenggara dan barat, yang semula suhu 25-30 oC meningkat menjadi >30 oC. Sedangkan untuk perubahan RTH di barat dan beberapa wilayah didapatkan hasil adanya perubahan non-RTH menjadi RTH publik atau privat mengakibatkan adanya penurunan suhu, yang semula suhu 25-30 oC menurun menjadi 20-25 oC. Untuk pola spasial perubahan ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung memiliki pola mengelompok yang berada di barat dan timur wilayah mengikuti ketinggian topografi (100-500 mdpl). Sedangkan Pola suhu penutup permukaan tanah (LST) di Kota Bandar Lampung yaitu memiliki pola mengelompok di suhu <20 oC, 20-25 oC (ditemukan di ketinggian 100-500 mdpl) dan >30 oC (mengikuti ketinggian 25-100 mdpl) sedangkan untuk suhu 25-30 oC memiliki pola tersebar (mengikuti ketinggian 25-100 mdpl) di Kota Bandar Lampung.

Bandar Lampung City, the capital city of Lampung Province, became the number three city on the island of Sumatra, with the largest population growth. Population growth will increase built-up land affecting several aspects, one of which is the increase in surface temperature. This study aims to determine changes in green open space and land surface temperature (LST) and the spatial pattern of changes in Bandar Lampung City. Data processing uses Landsat 8 imagery for green space and Google Earth Engine for LST. The results of this study indicate that the distribution of changes in green open space in the east to west experienced a change in green open space to non-green open space which resulted in an increase in temperature in the east, southeast and west from 25-30oC the temperature increased to >30oC. The change in green open space in the west and some areas, it was founded that a change from non-RTH to a public or private green open space resulted in a decrease in temperature, from 25-30oC the temperature decreased to 20-25oC. The spatial pattern of changes in green open space in Bandar Lampung City has a clustered pattern in the west and east of the area following the topography (100-500 masl). In comparison, the land surface temperature pattern (LST) in Bandar Lampung City has a clustered pattern at temperatures <20 oC, 20-25oC (found at an altitude of 100-500 msl) and >30oC (found at an altitude of 25-100 msl) while for temperatures 25-30oC has a scattered pattern (following an altitude of 25-100 msl) in Bandar Lampung City."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Pramudya Arifsyah
"Latar belakang penelitian ini adalah pemekaran kota Bogor yang berimplikasi pada alih fungsi lahan akibat pertumbuhan dan kebutuhan sarana dan prasarana sehingga menggantikan lahan yang tidak memberikan dampak ekonomi secara langsung yaitu Ruang Terbuka Hijau (RTH). Keberadaan RTH mengalami perubahan nyata total luas lahan dari tahun ke tahun khususnya pada tahun 2009 sebesar 5.459,5 ha, tahun 2013 sebesar 5.321,1 ha, dan tahun 2022 sebesar 4.772,5 ha. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan deteksi penutup lahan RTH dengan menganalisis perubahan spasial penutup lahan RTH berdasarkan informasi yang dapat diperoleh dari interpretasi citra dengan klasifikasi object based dan menjelaskan parameter yang digunakan, uji akurasi yang dilakukan, dan perubahan spasial RTH. Proses ini mempertimbangkan keakuratan klasifikasi dengan menggunakan data referensi citra Maxar Google Earth Pro yang disesuaikan dengan citra-citra yang digunakan dalam penelitian, menggunakan perhitungan Confusion Matrix untuk uji akurasi sehingga menghasilkan nilai kappa keakuratan penutup lahan RTH di kota Bogor. Hasil dari penelitian ini adalah kelas Lahan Terbangun menjadi faktor perubahan sehingga lahan RTH mengalami penurunan nilai luas lahan. Kelas Lahan Terbangun kian meningkat akibat terjadinya urbanisasi yang memengaruhi peningkatan angka jumlah penduduk, kemudahan aksesibilitas dalam kota dan antarkota, sehingga memunculkan laju ekonomi yang baik. Oleh karena itu, terjadilah alih fungsi lahan di kota Bogor, sehingga kebutuhan akan lahan meningkat dan berpengaruh pada terjadinya perubahan penutup lahan untuk menunjang kehidupan masyarakat. Hasil uji klasifikasi object based setiap tahunnya memiliki nilai yang baik yaitu 0.73 untuk tahun 2009 dan 2013 serta 0.74 untuk tahun 2022 sehingga layak. Hasil akhir penelitian adalah melakukan strategi penyediaan RTH yaitu memulihkan lahan yang telah beralihfungsi.

The background of this research is the expansion of the city of Bogor which has implications for land conversion due to growth and the need for facilities and infrastructure so that it replaces land that does not have a direct economic impact, namely Green Open Space (RTH). The existence of green open space has changed in total land area from year to year, especially in 2009 it was 5,459.5 ha, in 2013 it was 5,321.1 ha, and in 2022 it was 4,772.5 ha. This study aims to detect green open space land cover by analyzing spatial changes in green open space land cover based on information that can be obtained from image interpretation with object based classification and explaining the parameters used, accuracy tests performed, and spatial changes to green open space. This process takes into account the accuracy of the classification by using Maxar Google Earth Pro image reference data which is adjusted to the images used in the study, using the Confusion Matrix calculations for the accuracy test to produce an accurate kappa value for green open space in the city of Bogor. The results of this study are that the built-up land class is a factor of change so that green open space experiences a decrease in the value of land area. The class of built-up land is increasing due to urbanization which affects the increase in population numbers, ease of accessibility within cities and between cities, giving rise to good economic growth. Therefore, there has been a change in land use in the city of Bogor, so that the need for land has increased and this has affected land cover changes to support people's lives. The results of the object based classification test each year have a good value of 0.73 for 2009 and 2013 and 0.74 for 2022 so it is feasible. The final result of the research is to carry out a strategy of providing green open space, namely restoring land that has been converted.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radita Bestari
"Ruang publik dapat berfungsi sebagai latar tempat, ketika interaksi sosial terjadi sebagai ruang dialog di dalam ruang kota. Kota disuguhkan oleh kehadiran pedagang kaki lima, memperlihatkan koneksi antara aspek utama dan pendukung. Koneksi ini berupa mekanisme spasial antara formal-informal dan presence-absence di dalam ruang publik. Mekanisme spasial ini mengakibatkan adanya trasnformasi ruang, khususnya pada trotoar melalui proses negosiasi maupun translasi pedagang kaki lima (PKL). Mekanisme spasial ini menjadi ruang hibrid atau persilangan, yaitu ruang penghubung dari dua bagian atau binary opposition. Dalam studi ini, pedagang kaki lima (PKL) menggunakan trotoar di ruang kota, khususnya kawasan Haji Nawi, dekat stasiun MRT Haji Nawi yang merupakan kawasan perkantoran dan perdagangan. Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap mekanisme ruang dalam mengubah sebuah ruang menjadi thirdspace oleh pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima menggunakan elemen-elemen horizontal maupun vertikal di dalam ruang kota sebagai pembentuk ruangnya.

Public space is a setting than a backdrop, where social interaction occurs as a dialog communication in a city. The city is entertained by the presence of the street hawkers, which shows a connection between the primary and the supporter. This connection is a spatial mechanism between formal-informal and presence-absence in public space. Spatial mechanism occurs space transformation, specifically in a sidewalk through negotiation and translation by street hawkers, to be a hybrid space as a connective line between binary opposition. This study is about street hawkers takes place in the sidewalk next to the Haji Nawi MRTs station, which functionalized as office and commercial area. This study proposes an idea of space mechanism by the street hawkers to transform a space into thirdspace. The street hawkers use horizontal and vertical elements to as primary elements to their space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidzah Maheswari Padmarani
"Keramaian yang diakibatkan acara kota yaitu CFD (car-free day) yang berlangsung sementara pada Minggu pagi membuka kesempatan ekonomi untuk pedagang-kaki lima untuk melakukan apropriasi fungsi ruang dengan mengubah fungsi utama trotoar dan jalan di Sumenep. Fenomena ini adalah hasil campur tangan pedagang kaki-lima dalam membentuk ulang batas-batas pada Jalan Sumenep melalui produksi territory yang mereka lakukan yaitu, dengan menegosiasikan kehadiran mereka dengan kondisi eksisting Jalan Sumenep. Strategi dan Taktik yang mereka gunakan berperan dalam mengubah Jalan Sumenep menjadi zona yang flexible. Analisa pada produksi territorial oleh pedagang-kaki lima di Jalan Sumenep mengindikasi apropriasi sementara yang dilakukan pedagang kaki lima merupakan hasil dari praktik individual dan kolektif dengan menegosiasikan kebutuhan spasial diantara mereka sebagai sebuah komunitas dan menegosiasikan aturan-aturan yang berlaku. Penelitian ini akan menganalisa kontribusi dan respon pedangan kaki lima pada acara kota yang berlangsung sementara dalam produksi ruang, secara khusus pada produksi batas territorial.

The crowds from temporary city events of CFD (car-free day) on Sunday Morning open an economic opportunity for street vendors to temporarily appropriate the sidewalks and streets and shift the utilization of sidewalks and streets in Sumenep outside the primary usage. This occurs as a result of street vendor involvement in reshaping the boundaries through the production of territory to accommodate their activities by negotiating their presence with the existing condition. The strategy and tactics they used, transform Sumenep Street into a flexible and adaptable zone. An analysis of the territorial production of street vendors in Sumenep Street indicates the temporary appropriation of street vendors is a collective and individual practice through the negotiation of spatial needs among them as a community and the negotiation of rules. This paper will analyze the contribution and responses of street vendors to the temporary city events in the production of space through territorial production."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Ummul Khair
"Tulisan ini memiliki tujuan untuk mengungkapkan peran PKL dalam ikut serta membentuk ruang publik dengan melihat pola visual ruang pedagang kaki lima pada konteks kota. Pedagang kaki lima sebagai sebagai inisiator terjadinya urban interior merupakan aktor dari suatu fenomena di ruang kota yang membawa keberagaman di ruang-ruang kota saat ini. Penelitian ini ingin melihat peran dan sumbangan ruang pedagang kaki lima dalam membentuk ruang-ruang kota. Untuk dapat melihat peran tersebut  digunakan pendekatan visual merchandising dengan elemen-elemennya yang lazim digunakan dalam perancangan interior.  Elemen ini berupa elemen dasar visual yaitu garis, warna dan prinsip pengelompokan. Penelitian ini mengungkap adanya peran dan hubungan komposisi tata letak pedagang kaki lima terhadap pembentukan ruang kota di Jalan Sultan Alauddin, Makassar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data dengan observasi , dan studi literatur.

This paper aims to describe the role of street vendors in participating in shaping public space by looking at the visual patterns of street vendor space in city relations. Street vendors as urban interior initiators are actors of a phenomenon in urban space that brings diversity in current urban spaces. This study wants to see the role and contribution of street vendors in designing urban space. To be able to see the role used related to visual merchandising with its elements that are commonly used in interior design. This element consists of visual basic elements namely lines, colors and grouping principle. This study revealed the role and relationship of street vendor layout to the formation of urban space on Jalan Sultan Alauddin, Makassar. This research uses qualitative methods, collects data by observation, and studies of literature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfan Nur Akbar
"Tesis ini mengkaji tentang fenomena penggunaan ruang publik oleh pedagang kaki lima di jalur hijau Kanal Banjir Timur. Pedagang kaki lima memiliki peran dalam kehidupan perkotaan khususnya masyarakat menengah kebawah sebagai lapangan kerja, peluang wirausaha, serta memperdagangkan barang dan jasa dengan harga yang lebih terjangkau. Namun keberadaan pedagang kaki lima di jalur hijau Kanal Banjir Timur diyakini telah mengambil alih bentuk ruang publik sehingga kehadirannya mengakibatkan
kemacetan dan ketidakteraturan. Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk merumuskan panduan rancang ruang publik yang mampu mendukung aktivitas pedagang kaki lima. Sedangkan sasaran dari penelitian ini adalah dengan memahami penggunaan jalur hijau Kanal Banjir Timur sebagai ruang terbuka publik dan fungsinya sebagai ruang ketiga. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode desain naratif untuk mengembangkan pemahaman peneliti tentang peran pedagang kaki lima dalam pembentukan
ruang publik. Tesis ini ingin menunjukan bahwa dengan perancangan ruang, pengembangan fungsi, dan perbaikan pergerakan dapat meningkatkan kualitas jalur hijau Kanal Banjir Timur sebagai ruang publik

his thesis examines the phenomenon of the use of public space by street vendors in the green lane of the
Kanal Banjir Timur. Street vendors have a role in urban life, especially for the lower middle class, as
employment, entrepreneurial opportunities, and trading goods and services at more affordable prices.
However, the presence of street vendors in the green lane of the Kanal Banjir Timur is believed to have
taken over the form of public space so their presence results in congestion and disorder. The purpose of
this research is to formulate design guidelines for public spaces that can support the activities of street
vendors. The target of this research is to understand the use of the Kanal Banjir Timur Green Lane as a
public open space and its function as a third space. The research was conducted using a narrative design
method to develop the researcher's understanding of the role of street vendors in the formation of public
space. This thesis aims to show that spatial design, functional development, and movement improvements
can improve the quality of the Kanal Banjir Timur Green Lane as a public space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>