Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102158 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Septiyana
"Katingan Mentaya Project (KMP) merupakan habitat bagi beragam flora dan fauna namun beberapa spesies sudah dinyatakan dengan status konservasi terancam punah. Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi keanekaragaman dan menganalisis kelimpahan jenis mamalia berdasarkan tingkat perjumpaan yang terdeteksi camera trap di DAS Mentaya, KMP. Hasil dari 171 unit camera trap dengan trap night effective 14.033 hari di DAS Mentaya ditemukan sebanyak 29 spesies, 18 famili dan 7 ordo dari Kelas Mamalia. Nilai indeks keanekaragaman mamalia (H’) dihitung menggunakan perhitungan Shannon-Weiner dengan nilai sebesar 2,60 atau memiliki keanekaragaman sedang. Satwa dengan tingkat perjumpaan tertinggi adalah bajing kelapa (Callosciurus notatus) dengan total 2,32 foto/100 hari trap night effective (TN), kemudian diikuti oleh pelanduk kanchil (Tragulus kanchil) dengan 1,59 foto/100 hari TN, dan monyet beruk (Macaca nemestrina) dengan 1,19 foto/100 hari TN. Pada penelitian ini nilai kelimpahan diasumsikan sebanding dengan tingkat perjumpaan. Satwa dengan nilai kelimpahan jenis tertinggi adalah bajing kelapa, diikuti oleh pelanduk kanchil, dan monyet beruk.

Katingan Mentaya Project (KMP) is a habitat for variety of flora and fauna but several species have been declared endangered. The purpose of this study was to inventory the diversity and analyze the abundance of mammals based on encounter rates detected by camera traps in the Mentaya Watershed, KMP. The results of 171 camera traps with 14.033 days of effective trap night found 29 species, 18 families and 7 orders from the Mammal Class. The index value of mammalian diversity (H') was calculated using the Shannon-Weiner calculation with a value of 2.60 or had moderate diversity. The animal with the highest encounter rate was the plantain squirrel (Callosciurus notatus) with a total of 2.32 photos/100 days trap night effective (TN), followed by the lesser mouse deer (Tragulus kanchil) with 1.59 photos/100 days TN, and the pig-tailed macaque (Macaca nemestrina) at 1.19 photos/100 days TN. In this study, the abundance value is assumed to be proportional to the encounter rate. The animal with the highest species abundance value was the plantain squirrel, followed by the lesser mouse deer, and the pig-tailed macaque."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Nathaniel Pasamboan
"Keberadaan satwa mamalia memiliki peran penting dalam ekosistem hutan, yaitu sebagai penyubur tanah, penyerbuk bunga, dan pemencar biji. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keanekaragaman dan dominansi mamalia yang berada pada lokasi pemasangan camera trap pada DAS Katingan di kawasan restorasi lahan gambut Katingan Mentaya Project, Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data camera trap yang terpasang di lokasi pemasangan camera trap di DAS Katingan. Data yang digunakan merupakan data camera trap yang telah dipasang dari tahun 2019—2021 (3 tahun) di lokasi pemasangan camera trap pada DAS Katingan yang terdiri dari Klaru, Bakumin, dan Hantipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jenis mamalia yang berhasil dideteksi camera trap pada ketiga lokasi pemasangan camera trap adalah sebanyak 43 spesies dari 20 famili dan 7 ordo. Dari 43 spesies tersebut terdapat 6 jenis mamalia yang merupakan satwa endemik Kalimantan, yaitu orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus), owa kelawo (Hylobates albibarbis), bekantan kahau (Nasalis larvatus), lutung buhis (Presbytis rubicunda), kijang kuning (Muntiacus atherodes), dan sukau pukang (Exilisciurus exilis). Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Weiner (H’) pada DAS Katingan adalah 2,82 sehingga dikategorikan kenanekaragaman sedang, nilai Indeks Kemerataan Simpson (E) 0,75 sehingga dikategorikan kemerataan populasi tinggi, nilai Indeks Dominansi Simpson (D) 0,08 sehingga tidak ada spesies yang mendominansi. Lima jenis mamalia dengan nilai kelimpahan jenis dan encounter rate (ER) tertinggi secara urutan adalah babi nangui (Sus barbatus), monyet beruk (Macaca nemestrina), bajing kelapa (Callosciurus notatus), beruang madu (Helarctos malayanus), dan tupai akar (Tupaia glis).

The existence of mammals has an important role in forest ecosystems, namely as soil fertilizer, flower pollinator, and seed spreader. The purpose of this study is to analyze the diversity and dominance of mammal at the camera trap installation location in Katingan Watershed in the peatland restoration area of ​ Katingan Mentaya Project, Central Kalimantan. This research was conducted by processing camera trap data at the camera trap installation location in the Katingan Watershed. The camera trap data used in this study is camera trap data that has been installed from 2019-2021 (3 years) at the camera trap installation location in the Katingan Watershed which consists of Klaru, Bakumin, and Hantipan. The results showed that the number of mammal species detected by the camera trap at the three camera trap installation location is 43 species from 20 families and 7 orders. From 43 species, there are 6 types of mammals which are endemic to Kalimantan, namely borneo orangutan (Pongo pygmaeus), white bearded gibbon (Hylobates albibarbis), proboscis monkey (Nasalis larvatus), maroon leaf monkey (Presbytis rubicunda), bornean yellow muntjac (Muntiacus atherodes), and plain pygmy squirell (Exilisciurus exilis). The Shannon-Weiner Species Diversity Index (H') value in the Katingan Watershed is 2.82 so it is categorized as moderate diversity, Evenness Index (E) value is 0.75 so it is categorized as high population evenness, Dominance Index (D) value is 0.08 so there is no dominating species. The five species of mammals with the highest Species Abundance and Encounter Rate (ER) values ​​in order are the banded pig (Sus barbatus), pig-tailed macaque (Macaca nemestrina), plantain squirell (Callosciurus notatus), sun bear (Helarctos malayanus), and common treeshrew (Tupaia glis)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Celia Nova Felicity
"Owa kalimantan (Hylobates albibarbis) merupakan spesies owa endemik yang hanya dapat ditemukan di wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Populasi H. albibarbis termasuk ke dalam kategori Endangered (terancam) menurut IUCN dan terus mengalami penurunan akibat degradasi dan fragmentasi habitat, perdagangan ilegal dan perburuan liar, serta perubahan iklim. Penelitian mengenai distribusi H. albibarbis telah dilakukan di kawasan restorasi lahan gambut bagian selatan, Katingan Mentaya Project, Kalimantan Tengah. Penelitian bertujuan untuk menghasilkan peta distribusi H. albibarbis dan memperoleh data estimasi jumlah kelompok H. albibarbis yang berada di kawasan tersebut. Pengambilan data dilakukan 5 hari sepekan selama 7 pekan dari bulan Maret hingga Juni 2022. Metode yang digunakan adalah triangulasi (auditory sampling) dan ground survey. Triangulasi dilakukan di 4 lokasi dengan jumlah pengulangan sebanyak 3 kali di setiap lokasi. Selama 12 hari pengambilan sampel suara, tercatat sebanyak 124 suara vokalisasi H. albibarbis. Hasil metode triangulasi menunjukkan bahwa 11 kelompok H. albibarbis terdistribusi di hutan gambut wilayah selatan pada jenis vegetasi hutan rawa gambut campuran. Selama periode penelitian, terjadi perjumpaan langsung dengan H. albibarbis sebanyak 8 kali. Hasil metode ground survey menunjukkan bahwa terdapat 20 spesies pohon pakan dan 10 spesies pohon tidur yang berada di sekitar wilayah distribusi dan titik perjumpaan dengan H. albibarbis. Hasil tersebut menunjukkan bahwa wilayah hutan yang dihuni oleh H. albibarbis masih mampu mendukung pergerakan dan menyediakan sumber daya bagi H. albibarbis, meskipun kebakaran pernah terjadi di bagian hutan tersebut.

The bornean white-bearded gibbon (Hylobates albibarbis) is an endemic species that can only be found in Central Kalimantan and West Kalimantan. The population of H. albibarbis is classified as Endangered (threatened) according to IUCN and continues to decline due to habitat degradation and habitat fragmentation, illegal trade and hunting, and climate change. Research on the distribution of H. albibarbis has been conducted in the southern peatland restoration area, Katingan Mentaya Project, Central Kalimantan. This study was aimed to generate a map of the distribution of H. albibarbis and obtain estimation data for the number of H. albibarbis groups in the area. Data collection was carried out 5 days a week for 7 weeks from March to June 2022. The method used is triangulation (auditory sampling) and ground survey. Triangulation was conducted at 4 locations with a total of 3 times in each location. During 12 days of voice sampling, 124 vocalizations of H. albibarbis were recorded. The results of the triangulation method showed that 11 groups of H. albibarbis were distributed in the southern peat forest on mixed peat swamp forest vegetation types. During the study period, there were 8 direct encounters with H. albibarbis. The results of the ground survey method showed that there were 20 species of feeding trees and 10 species of sleeping trees around the distribution area and the point of encounter with H. albibarbis. These results indicate that the forest area inhabited by H. albibarbis can still support movements and provide resources for H. albibarbis, even though there have been fires in those parts of the forest."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Rizky Prabowo
"Presbytis rubicunda merupakan satwa endemik Kalimantan dengan status konservasi vulnerable (VU) pada tahun 2020, yang sebelumnya berada pada status konservasi least concerned (LC) pada tahun 2008. Perubahan status konservasi ini diakibatkan oleh adanya kerusakan habitat alaminya, yaitu hutan gambut. Upaya telah dilakukan untuk menanggulangi atau mencegah kerusakan hutan gambut. Katingan Mentaya Project (KMP) merupakan usaha restorasi dan konservasi ekosistem gambut yang berlokasi di Kalimantan Tengah. KMP berusaha untuk mewujudkan pemulihan fungsi ekologis lahan gambut sebagai habitat alami bagi satwa-satwa salah satunya Ordo Primata. Telah dilakukan penelitian mengenai deteksi keberadaan P. rubicunda di wilayah selatan kawasan restorasi gambut KMP untuk mengetahui lokasi titik-titik perjumpaan dan jumlah P. rubicunda di wilayah tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode line transect yang dikombinasi dengan metode-metode lainnya, seperti penggunaan camera trap dan melakukan wawancara dengan beberapa responden. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 8 titik dengan frekuensi jumlah individu mencapai 11 individu dengan total effort line transect sejumlah 72.800 m. Selain itu, terdapat hasil deteksi P. rubicunda menggunakan camera trap. Penggunaan camera trap dinilai kurang efektif karena mekanisme pemasangan dan pelepasan camera trap cukup sulit dilakukan dan memiliki banyak risiko kerusakan atau gagal, serta data yang didapatkan sedikit. Wawancara dengan beberapa staff KMP dilakukan untuk membandingkan effort dalam menjumpai P. rubicunda.

Presbytis rubicunda is a Kalimantan endemic animal with a vulnerable conservation status (VU) in 2020, which was previously in the least concerned conservation status (LC) in 2008. This change in conservation status was caused by damage to its natural habitat, namely peat forests. Efforts have been made to mitigate or prevent damage to peat forests. The Katingan Mentaya Project (KMP) is an effort to restore and conserve peat ecosystems located in Central Kalimantan. KMP is trying to realize the restoration of the ecological function of peatlands as a natural habitat for animals, one of them is Order of Primate. Research has been carried out on the detection of P. rubicunda in the southern region of the KMP peat restoration area to determine the location of the encounter points and the number of P. rubicunda in the area. The research was conducted using the line transect method in combination with other methods, such as using camera traps and conducting interviews with several respondents. The results show that there are 8 points with a frequency of up to 11 individuals with a total effort line transect of 72,800 m. In addition, there are results of P. rubicunda detection using camera traps. The use of camera traps is considered ineffective because the mechanism for attaching and removing camera traps is quite difficult to do and has a lot of risk of damage or failure, and less data is obtained. Interviews with several KMP staff were conducted to compare efforts in finding P. rubicunda."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Salsabila
"Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) merupakan Primata endemik Kalimantan Tengah yang memiliki kecerdasan dan keterampilan khususnya dalam membuat sarang sesuai dengan kebutuhan, kenyamanan, dan kondisi habitat. Orangutan tergolong dalam kategori Critically Endangered (CR) berdasarkan kriteria IUCN, karena tingginya ancaman yang menyebabkan populasinya yang terus menurun setiap tahunnya. Sebagian besar penurunan populasi orangutan disebabkan oleh perburuan serta degradasi hutan akibat kebakaran dan perluasan perkebunan kelapa sawit. Salah satu habitat orangutan di Kalimantan berada di hutan Desa Perigi, Mendawai, Katingan, Kalimantan Tengah. Habitat satwa tersebut mengalami isolasi akibat perluasan perkebunan kelapa sawit. Sebelumnya, penelitian mengenai populasi dan karakteristik sarang orangutan di hutan Desa Perigi belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis populasi dan karakteristik sarang orangutan di hutan Desa Perigi untuk mendukung upaya restorasi ekosistem dan meningkatkan harmonisasi antara kelangsungan hidup orangutan dengan masyarakat Desa Perigi. Pengamatan dan pengumpulan data di lapangan dilakukan selama dua pekan dengan menggunakan metode transek garis dan survei aerial pada tiga jalur transek. Karakteristik sarang orangutan yang diamati meliputi kelas ketahanan sarang, tipe posisi dan tinggi sarang, spesies pohon sarang, keliling (cBH) pohon sarang, tinggi pohon sarang, dan tipe kanopi pohon lokasi sarang. Berdasarkan pemetaan sarang, terdapat 83 sarang orangutan dengan estimasi kerapatan sarang menggunakan metode King sebesar 1.197,6 sarang/km2. Nilai tersebut kemudian diolah sehingga didapat estimasi kepadatan populasi orangutan sebesar 4,5 individu/km2. Penelitian ini menemukan beragam karakteristik sarang yang mengindikasikan bahwa preferensi karakteristik sarang tidak hanya dipengaruhi oleh dominansi suatu spesies atau tipe pohon sarang tertentu, melainkan dipengaruhi struktur pohon sarang yang tersedia, ketersediaan pohon pakan, keberadaan satwa lain, dan kondisi habitat tempat orangutan tersebut tinggal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa meskipun wilayahnya terisolasi dan mengalami kerusakan akibat kebakaran dan banjir, hutan Desa Perigi jika dikelola dengan baik masih berpotensi untuk menyediakan kebutuhan dan mendukung pergerakan orangutan.

Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) is an endemic subspecies of great ape in Central Kalimantan. It is classified as Critically Endangered (CR) according to IUCN due to high level of threats leading to decreasing population number. The population decline is caused by hunts and forest degradation due to fires and expansion of oil palm plantations. One of the orangutan habitats in Kalimantan is in the forest of Perigi Village, Mendawai, Katingan, Central Kalimantan. This habitat has increasingly become isolated due to the expansion of oil palm plantations in the nearby areas. The research on the population and nest characteristic of orangutan in Perigi Village forest had never been conducted previously. This research aimed at understanding the population condition especially nest characteristic of the orangutan in Perigi Village forest. This study is expected to contribute in the ecosystem restoration and promote harmony between the life of the orangutan and the people of Perigi Village. Data were collected using aerial survey and line transects method. Orangutan nest characteristics observed and noted included nest resistence class, nest position and height on its tree, species of nest tree, circumference (cBH) and height of nest tree, and canopy type of the nest tree. Based on the nest mapping, there were 83 orangutan nests which then processed using the King’s method to obtain the estimation of nest density is 1.197,6 nests/km2. The nest density value then processed to obtain an estimated orangutan density of 4,5 individuals/km2. Based on the analysis of nest characteristics, there are various nest characteristics which indicate that the nest characteristics are not only influenced by a dominant species or type of nest tree, instead they are influenced by the structure of available nest trees, available feeding trees, the presence of other animals, and the conditions of the Perigi Village forest itself. These results show that even though the area is isolated and damaged by fires and floods, the Perigi Village forest is still has the potential to provide and support the needs of orangutan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mata pencaharian masyarakat adat sebagai peladang berpindah (shifting cultivation) menjadi dasar tcrbentuknya wilayah teritorial didalam daerah masyarakat adat. Dengan demikian wilayah genealogis dan teritorial merupakan kesatuan sosial politik yang membentuk kesatuan integrative. Bagi masyarakat adat, tanah bukan sekcdar bemilai ekonomis namun mempunyai hubungan magis dengan kehidupan dan menyangkut harga diri mereka. Masuknya Pcrusahaan Perkebunan Kelapa Sawit ke wilayah masyarakat adat tclah mcmbawah dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat. Dalam hal ini Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit tclah merusak tatanan kehidupan masyarakat dari hal kepemilikan tanah maupun pola kchidupan masyarakat. Tulisan ini mencoba incnggambarkan perubahan yang terjadi dalam masyarakat adat akibat pcmbangunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur, Propinsi Kalimantan Tengah."
2014
902 JPSNT 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yarina Kriselly
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Puskesmas Kereng Pangi Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan dengan sampel orang tua bayi yang berumur 6-2 tahun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei tahun 2012 dengan metode kualitatif. Data utama penelitian ini adalah data primer dilengkapi dengan data sekunder. Data sekunder di ambil dari profil Dinas Kesehatan Kabupaten, profil Puskesmas Kereng Pangi dan laporan gizi. Data primer didapatkan dengan melakukan Indepth Interview (wawancara mendalam) kepada ibu balita, suami/keluarga, Kepala Puskesmas Kereng Pangi, Petugas Gizi, petugas promkes, Bidan dan Koordinator KIA di wilayah kerja Puskesmas Kereng Pangi serta melakukan Focus Group Discusion (diskusi kelompok terarah) terhadap ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif di wilayah Puskesmas Kereng Pangi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang ASI Eksklusif masih kurang, budaya memberikan makanan dan minuman selain ASI kepada bayi yang baru lahir masih sangat tinggi, penyuluhan tentang ASI Eksklusif belum dilakukan oleh petugas kesehatan, dukungan keluarga terutama suami masih belum ada kepada ibu yang menyusui. Disarankan untuk lebih meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan tentang ASI eksklusif secara rutin, meningkatkan pengawasan, dan membuat kebijakan tertulis di Puskesmas.

The study was conducted to determine the causes of low coverage of exclusive breastfeeding and the factors that influence the health center Kereng Pangi Sub Katingan Downstream Katingan sample of parents with infants aged 6-2 years, and was conducted in March-May 2012 with qualitative methods. The data used are secondary data and primary. Secondary data was taken from the District Health profiles and health centers Kereng Pangi. Primary data obtained by conducting indepth interviews (interviews) to the mother of a infant, a husband / family, Kereng Pangi Head Health Center, Nutrition Officer, Midwife and Coordinator of MCH health centers in the region of Kereng Pangi and conduct Focus Group Discusion (focus groups) to mothers who are not breastfed exclusively at the health center Kereng Pangi.
The results showed that knowledge of exclusive breastfeeding is still lacking, providing food and drink culture in addition to breast-feed their newborns are still very high, counseling on exclusive breastfeeding have not been carried out by health workers, family support, especially her husband was has not there for breastfeeding mothers still there for nursing mothers. It is recommended to further enhance the socialization and counseling on exclusive breastfeeding regularly, improved control, and create a written policy on PHC.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mansur
"Diversity on the lowland pitcher plants (Nepenthes spp.) in Central Kalimantan were conducted between August 2005 and September 2006 at three locations study. That is: Barito Ulu, Sebangau and Kasongan district. Survey inventories were used to determine the diversity of Nepenthes at the study site. We found sixteen Nepenthes at study area, divided nine Nepenthes species; N. albomarginata, N. ampullaria, N. gracilis, N. hirsuta, N. mirabilis, N. rafflesiana, N. reinwardtiana, N. stenophylla, one unidentified Nepenthes species and seven natural hybrid; N. xhookeriana (N. rafflesiana x N. ampullaria), N. xtrichocarpa (N. gracilis x N. ampullaria), N. xneglecta (N. gracilis x N. mirabilis), N. mirabilis x ampullaria, N. mirabilis x rafflesiana, N. reinwardtiana x N. mirabilis and N. reinwardtiana x gracilis. Heath forest and peat swamp forest are generaly the habitat of lowland Nepenthes at Central Kalimantan."
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2007
BBIO 8:5 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sutji Rahaju Shinto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Memberikan gambaran tentang ketahanan masyarakat dalam merawat pengetahuan tentang Tradisi dan Ritual Berladang serta pengetahuan tentang varietas padi lokal di Desa Tumbang Habangoi, Kecamatan Petak malai, Kabupaten Katingan tengah.
Berangkat dari pandangan Berkes tentang Pengetahuan tradisional dan ketahanan dari segala bentuk perubahan sosial yang ada. Masyarakat Habangoi sudah membuktikan tentang ketahanan mereka dalam mempertahankan tradisi dan ritual berladang mereka, yang menghasilkan pengetahuan tentang banyak sekali varietas padi lokal.
Hasil dari penelitian ini adalah, hingga saat ini para peladang masih melakukan ritual berladang dengan ritual dan tradisi yang lengkap. Padi yang masih diingat dan ditanam oleh para peladang sejumlah 64 paroy dan 16 pulut. Hal in menunjukkan bagaimana para peladang tetap berusaha menjalankan tradisinya meski berbagai perubahan sosial menggempur mereka. Agama/kepercayaan tradisional masyarakat menjadi kunci penting untuk ketahanan tradisi dan ritual berladang. Usaha maksimal tetap di lakukan, namun harapan agar pihak lain bisa membantu melestarikan pengetahuan masih diharapkan oleh para peladang.

ABSTRACT
This study aims to provide a description of the knowledge about the swidden Tradition and knowledge of local rice varieties in Tumbang Habangoi Village, Petak malai Subdistrict, Katingan Regency, Central Kalimantan.
Departing from Berkes's view of traditional Knowledge and the resilience of all forms of social change. The Habangois have proved their resilience in maintaining their farming traditions and rituals, which resulted in the knowledge of many local rice varieties.
The results of this study are, until now the cultivators are still doing farming process with complete rituals and traditions. Rice that is still remembered and planted by the cultivators of 64 paroy and 16 pulut. This shows how the cultivators continue to work on their traditions despite the various social changes that have struck them. The traditional religion / beliefs of society have become an important key to the survival of tradition and ritual farming. The maximum effort remains to be done, but the hope that others can help preserve knowledge is still expected by the cultivators."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T48674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wigna Winantri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kerentanan kebakaran permukiman perkotaan yang berada di lahan gambut di kota Kasongan Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Variabel dalam penelitian terdiri atas: penggunaan lahan, kepadatan bangunan, pola bangunan, bahan bangunan, sebaran hotspot kebakaran, jenis tanah dan kedalaman gambut. Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan lapangan untuk memperoleh data bahan bangunan dan identifikasi penggunaan lahan di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari data yang sudah tersedia di instansi di Kabupaten Katingan. Citra satelit digunakan untuk mendapatkan data spasial penggunaan lahan, kepadatan bangunan dan pola bangunan. Analisis spasial kerentanan kebakaran dilakukan dengan SIG (Sistem infomasi Geografis) dengan teknik analisis grid. Dari luas permukiman di lokasi penelitian seluas 1.667,57 hektar, yang berada di tingkat kerentanan rendah seluas 66,86 hektar atau 4,01%, tingkat kerentanan sedang seluas 529,76 hektar atau 31,77% dan tingkat kerentanan tinggi seluas 1.070,95 hektar atau 62,44%. Sebaran permukiman dengan tingkat kerentanan tinggi sebagian besar berada pada kedalaman gambut antara 100-200 cm.

The study is aim to urban settlement fire hazard vulnerability in peatland urban area Kasongan, Katingan District, Center of Kalimantan. Variable of study: land use, housing density, housing pattern, housing material, hotspot distribution, soil type and deep of peat land. Data collection using primery and sekundery data collection. Field observation data acquisition: material of housing and land use identification in area study. The other data (soil type and deep of peat land, collecting from some institution in Katingan District. Interpretation of sattellite imagery (WorldView 2010), will be produce landuse, housing density and housing pattern.
For analisis data using GIS (Geographic Information System) grid analysis system and from area of settlement in urban area Kasongan, in position low vulnerability area 66,86 hectare or 4,01%, medium vulnerability 529,76 hectare or 31,77% and high vulnerability 1.070,95 hektar atau 62,44%. High vulnerability distribution, located in area deep peatland 100-200cm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>