Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103596 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trimita Anggia
"Kelurahan Cililitan merupakan salah satu daerah di ibukota yang menjadi kantong permukiman bagi para perantau suku Batak. Berdasarkan sejarahnya, para perantau membentuk permukiman sekaligus lapo dan gereja sebagai jejak keberadaan dan tempat berkumpul. Berbeda dengan permukiman lain, seluruh lapo di Kelurahan Cililitan yang tersebar di sekitar gereja dan permukiman Batak yaitu Kampung Mayasari membentuk pola berderet dan mengelompok. Lapo yang tersebar di Kelurahan Cililitan memiliki perbedaan dan persamaan ciri lokasi dilihat dari jaringan jalan, jangkauan gereja Batak, jenis makanan dan minuman, dekorasi, dan fasilitas lapo dengan karakteristik pengunjung yang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lokasi lapo Batak dari aspek site dan situation, serta mengetahui pola karakteristik lokasi lapo yang terbentuk berdasarkan karakteristik pengunjungnya yaitu jenis kelamin, usia, suku, teman berkunjung, dan aktivitas pengunjung dengan menggunakan analisis keruangan serta deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan lapo di Kelurahan Cililitan dilihat dari site dan situation yaitu “Kurang Ideal” dan “Mudah Dijangkau” terletak di lokasi dengan aksesibilitas baik dan dekat dengan gereja dengan target pasarnya yaitu para jemaat yang ingin istirahat makan. Pada karakteristik lokasi lapo yang “Cukup Ideal & Mudah Dijangkau” dan “Cukup Ideal & Cukup Mudah Dijangkau” terbentuk pola kunjungan pengunjung lapo tersebut dengan jenis kelamin laki-laki, berusia lansia, bersuku Batak, datang berkunjung sendiri dan bersama teman, serta melakukan aktivitas istirahat makan. Pada karakteristik lokasi lapo yang “Kurang Ideal & Mudah Dijangkau” dan “Kurang Ideal & Cukup Mudah Dijangkau” terbentuk pola kunjungan pengunjung lapo yang mana seimbang didatangi oleh pengunjung laki-laki dan perempuan, berusia lansia, bersuku Batak, datang berkunjung bersama keluarga, serta melakukan aktivitas istirahat makan dan berkumpul/berbincang bersama teman/keluarga.

Cililitan Village is one of the areas in the capital which has become a residential area for Batak nomads. Historically, the nomads formed settlements as well as lapo and churches as traces of their existence and gathering places. In contrast to other settlements, all the lapo in Cililitan Village which are scattered around the church and the Batak settlement, namely Kampung Mayasari, form a pattern of rows and clusters. Lapo scattered in Cililitan Subdistrict have differences and similarities in location characteristics seen from the road network, the range of Batak churches, types of food and drink, decoration, and facilities of the lapo with varying visitor characteristics. This study aims to determine the characteristics of the Batak lapo locations from the site and situation aspects, as well as to determine the characteristic pattern of the lapo locations formed based on the characteristics of the visitors, namely gender, age, ethnicity, visiting partner, and visitor activities using spatial analysis and quantitative descriptive. The results showed that the characteristics of the location of the lapo which were "Quite Ideal & Easy to Reach" and "Quite Ideal & Fairly Easy to Reach" formed a visiting pattern for the lapo visitors with male gender, elderly, Batak ethnicity, coming to visit with friends and family, and doing meal breaks. The results showed that the lapo in Cililitan Village, in terms of site and situation, namely "Less Ideal" and "Easy to Reach" was located in a location with good accessibility and close to the church with the target market, namely congregations who wanted to take a break to eat. In the characteristics of the location of the lapo which are "Quite Ideal & Easy to Reach" and "Quite Ideal & Fairly Easy to Reach" a pattern of visits to the lapo is formed with male sex, elderly, Batak ethnicity, coming to visit alone and with friends, as well as carrying out activities break eat. In the characteristics of the location of the lapo which are "Less Ideal & Easy to Reach" and "Less Ideal & Fairly Easy to Reach" a pattern of visiting lapo visitors is formed which is balanced by male and female visitors, elderly, Batak ethnicity, coming to visit with family, and doing meal break activities and hanging out/talking with friends/family."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lolita Susan Ginzel
"Lapo tuak identik dengan orang Batak, artinya setiap ada lapo tusk asosiasi orang dan memang kenyataannya di sana pasti ada orang Batak, sebagai pengunjung tetap ataupun tidak. Demikian pula boleh dikatakan di mana terdapat pemukiman orang Batak di sana pasti ada lapo tuak sebagai tempat untuk pertemuan babas di antara penghuni perkampungan tersebut. Di tanah asal orang Batak, hampir di setiap huta (=kampung) ada lapo tuak. Sekalipun orang Batak di Jakarta tidak mendirikan perkampungan seperti di huta tanah Batak, tetapi nampaknya kebutuhan akan adanya tempat-tempat pertemuan tidak resmi seperti lapo tuak masih tetap dirasakan. Walaupun di Jakarta nampak semakin tajam perbedaan kelas, adanya lapo tuak tetap dirasakan oleh seluruh lapisan tidak pandang apakah status sosial tergolong rendah, bahkan orang-orang Batak yang tergolong mampupun tidak segan-segan berkunjung menghabiskan sekedar waktu. Bagi kebanyakan orang Batak di Jakarta, lapo tuak benar-benar merupakan tempat berkomunikasi, melepaskan rindu, tempat membuat janji, serta bisa juga untuk menyelesaikan masalah tanpa memandang dari lapisan sosial mana mereka terbilang. Sedangkan bagi golongan yang mampu, lapo tuak merupakan sarana untuk memuaskan ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S12808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Austronaldo FS
"Permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya kantong-kantong permukiman berbasis etnis akibat dari diaspora. Etnis Batak dalam Kampung 'Mayasari', Cililitan diambil sebagai kasus, yang mana formasi spasialnya akan diungkap dalam tesis ini. Metode yang digunakan adalah etnografi yang mana peneliti bertindak sebagai observator-partisipan. Keberadaan mayoritas warga Batak di Kampung 'Mayasari' tidak berarti bahwa diaspora termanifestasi khususnya secara spasial. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dampak diaspora terlihat secara signifikan dari unsur gereja dan rumah karena lebih banyak ruang dan struktur yang yang tetap. Namun dampak diaspora tidak terlihat secara signifikan dari unsur lapo dan ruang semi-privat karena adanya perubahan pada ruang dan struktur di dalamnya. Maka kampung kota ini terbentuk oleh tanda diaspora yang termanifestasi dalam ruang tetap berupa ruang privat Batak. Namun adanya tanda kehadiran non-Batak dan ruang semi-privat Batak di dalamnya membuat kampung ini tidak murni terkonstitusi oleh ruang Batak secara spasial. Oleh karena itu kata 'Mayasari' atau 'kampung Batak' hanya menjadi suatu nama yang memberi identitas Batak pada kampung ini.

The issue of this research is the presence of pockets of settlement on the basis of ethnicity due to diaspora. The Batak ethnicity in Kampung 'Mayasari', Cililitan is taken as the case study, in which its spatial formation will be revealed in this thesis. The method used is ethnography in which the researcher acts as an observator-participant. The presence of majority Batak dwellers in Kampung 'Mayasari' does not mean that diaspora is manifested spatially. It is found that the impact of diaspora is significantly shown in the elements of church and house because more space and structure is fixed. But the impact of diaspora is not significantly shown in the elements of lapo and semi-private space because of the change in space and struture in it. Therefore this urban kampung is formed by a diasporic sign that is manifested in a fixed space in the form of Batak private space. But the presence of a non-Batak sign and a semi-private Batak space makes this kampung not purely constituted spatially by Batak space. Therefore the word 'Mayasari' or 'Batak kampung' becomes merely a name that gives this kampung a Batak identity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Faisal Putri
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis karakteristik lokasi RPTRA berdasarkan site dan situation, serta untuk menganalisis intensitas, aktivitas dan perserpsi pengunjung terhadap karakteristik lokasi RPTRA di Kecamatan Cakung. Metode penelitian ini menggunakan skoring dengan analisis komparasi dan spasial deskriptif. Analisis komparasi digunakan untuk membandingkan karakteristik lokasi RPTRA yang diteliti berdasarkan aspek site dan situation, analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan intensitas kunjungan, aktivitas di dalam RPTRA dan persepsi pengunjung terhadap karakteristik lokasi. Hasil dari penelitian ini yaitu karakteristik lokasi RPTRA yang paling dominan dengan tipe "Sangat Sesuai dan Cukup Baik bagi Anak" yang memiliki sarana dan prasarana yang sangat sesuai dan klasifikasi situation penggunaan tanah sangat baik, jenis jalan cukup mudah dan mudah, jarak dekat dan cukup dekat, serta waktu tempuh cepat dan sedang. Selain itu, tidak terdapat hubungan antara intensitas, aktivitas dan persepsi terhadap karakteristik lokasi RPTRA di Kecamatan Cakung, dikarenakan seluruh tipe karakteristik lokasi RPTRA di Kecamatan Cakung memiliki persepsi baik dari pengunjung, dan hanya terdapat dua tipe karakteristik lokasi RPTRA yang memiliki persepsi sangat baik dari pengunjung.

This research was conducted to analyze the characteristics of the RPTRA location based on the site and situation and to analyze the intensity, activity, and perception of visitors to the characteristics of the RPTRA location in Cakung District. This research method uses scoring with comparative analysis and descriptive spatial. A comparative analysis is used to compare the characteristics of the RPTRA location under study based on-site and situation aspects, descriptive analysis is used to explain the intensity of visits, activities in the RPTRA, and visitor perceptions of the characteristics of the location. The results of this study are the characteristics of the most dominant RPTRA location with the type "Very Suitable and Good Enough for Children" which has very suitable facilities and infrastructure and the classification of the land-use situation is very good, the type of road is quite easy and easy, the distance is close and quite close, as well as fast and moderate travel times. Besides, there is no relationship between intensity, activity, and perception of the characteristics of RPTRA locations in Cakung District, because all types of characteristics of RPTRA locations in Cakung District have good perceptions of visitors, and there are only two types of characteristics of RPTRA locations that have very good perceptions of visitors."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maudy Octaviany
"Dewasa ini, hutan kota sering kali dijadikan sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat perkotaan selain fungsi utamanya yaitu ekologis. Namun jika dilihat secara garis besarnya, baru beberapa hutan kota yang dijadikan sebagai sarana umum untuk rekreasi. Sehingga tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang fungsi hutan kota. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik lokasi hutan kota yang dilihat dari aspek site dan situation serta hubungannya dengan motivasi pegnunjung dan karakteristik pengunjung berdasarkan jumlah pengunjung, kegiatan pengunjung, frekuensi pengunjung, dan partner berkunjung, Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan keruangan serta menggunakan analisis deskriptif untuk melihat hubungan antar variabel yang terdiri dari karakteristik lokasi, karakteristik pengunjung dan motivasi pengunjung. Hasil penelitian ini yaitu karakteristik lokasi hutan kota di DKI Jakarta paling dominan merupakan hutan kota dengan tipe “Kurang Lengkap Bervariatif dan Kurang Strategis” dimana memiliki vegetasi yang kurang variasi dan berada di situation pemukiman cukup efesien dan tidak dilewati oleh angkutan umum. Terdapat hubungan antara karakteristik lokasi hutan kota dengan jumlah pengunjung, dimana tipe “Lengkap Bervariatif dan Kurang Strategis” memiliki jumlah pengunjung yang banyak dan tipe “Kurang Lengkap Kurang Bervariatif dan Kurang Strategis” memiliki jumlah sedikit. Selain itu, tidak ada hubungan antara karakteristik lokasi dengan kegiatan pengunjung, partner berkunjung dan frekuensi pengunjung serta tidak ada hubungan dengan motivasi pengunjung dikarenakan memiliki karakteristik pengunjung dan motivasi yang relatif sama antar lokasi.
Nowadays, urban forests are often used as a means of recreation for urban communities in addition to their main function, namely ecological. However, when viewed in outline, only a few urban forests are used as public facilities for recreation. So that not many people know about the function of urban forests. This study aims to analyze the characteristics of urban forest locations viewed from aspects of the site and situation and their relationship with visitor motivation and visitor characteristics based on the number of visitors, visitor activities, frequency of visitors, and visiting partners. This research is a descriptive study with a spatial approach and uses descriptive analysis to see the relationship between variables consisting of location characteristics, visitor characteristics, and visitor motivation. The results of this study are that the characteristics of the location of urban forests in DKI Jakarta are the most dominant urban forests with the type of "Less Complete Varied and Less Strategic" which has a vegetation that has less variation and in the situation settlements quite and not bypassed by public transport. There is a link between the characteristics of a city forest location with the number of visitors, where the "complete and less strategic" type has a lot of visitors and the type "less complete less varied and less strategic" has a small amount. In addition, there is no relation between location characteristics with visitor activities, visiting partners and the frequency of visitors and there is no relation with visitor motivation due to having relatively similar visitor characteristics and motivation between locations."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Nabilah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik lokasi Pasar Kaget di Kota Depok berdasarkan site dan situation, karakteristik pengunjung, dan motivasi pengunjung. Metode yang digunakan adalah analisa spasial dan deskriptif yang akan dihubungkan dengan karakteristik dan motivasi pengunjung.
Kesimpulan dari hasil analisis yaitu:
1. Karakteristik lokasi Pasar Kaget paling dominan adalah Pasar Kaget dengan tipe "rendah bervariatif" serta berada di situation dengan permukiman teratur dan tidak ada trayek angkutan umum yang melewati lokasi Pasar Kaget.
2. Karakteristik pengunjung paling dominan adalah para pengunjung yang berasal dari dalam Kota Depok serta komoditas barang yang dibeli yaitu non makanan. Motivasi pengunjung yang paling dominan di Pasar Kaget adalah pengunjung dengan orientasi rekreasi.
3. Pasar Kaget "tinggi bervariatif" yang berada di pola permukiman tidak teratur serta ada trayek, Pasar Kaget "rendah bervariatif" yang berada di pola permukiman teratur serta tidak ada trayek, dan Pasar Kaget "rendah tidak bervariatif" yang berada di pola permukiman tidak teratur serta ada trayek, ketiganya masing-masing memiliki pengunjung yang berasal dari dalam Kota Depok serta komoditas barang yang dibeli yaitu non makanan dengan motivasi pengunjung berupa orientasi rekreasi.
Pasar Kaget "rendah bervariatif" yang berada di pola permukiman teratur serta tidak ada trayek dengan motivasi pengunjung yaitu orientasi ekonomi dan Pasar Kaget "rendah bervariatif" yang berada di pola permukiman tidak teratur serta tidak ada trayek dengan motivasi pengunjung yaitu orientasi rekreasi, keduanya masing-masing memiliki pengunjung yang berasal dari dalam Kota Depok serta komoditas barang yang dibeli yaitu non makanan serta makanan. Pasar Kaget "tinggi bervariatif" yang berada di pola permukiman teratur serta tidak ada trayek, memiliki pengunjung yang berasal dari dalam Kota Depok serta komoditas barang yang dibeli berupa non makanan dengan motivasi pengunjung yaitu orientasi ekonomi.

This study aims to analyze the characteristics of the location of Pasar Kaget in Depok City based on site and situation, characteristics of visitors, and motivation of visitors. The method used spatial and descriptive analysis that will be connected with the characteristics and motivation of the visitors.
The results of the analysis are:
1. The most dominant characteristics of the location is Pasar Kaget with the type low vary as well as in the regular settlements situation and there is no public transport route that passes the location.
2. The most dominant visitors who came from Depok City with the commodity items purchased are non food.
3. Pasar Kaget with the type high vary as well as in the irregular settlement situation and there is a public transport route, Pasar Kaget with the type low vary rdquo as well as in the regular settlements situation and there is no public transport route, and Pasar Kaget with the type low not vary as well as in the irregular settlements situation and there is no public transport routes, each has a visitor who came from Depok City and the commodity items purchased are non food with the motivation of visitors is recreation.
Pasar Kaget with the type low vary as well as in the regular settlements situation and there is no public transportation route with the motivation of visitors is economic and Pasar Kaget with the type low vary as well as in the irregular settlements situation and there is no public transportation route with the motivation of visitors is recreation with the visitors who come from Depok City and the commodity items purchased is non food and food. Pasar Kaget with the type high vary as well as in a regular settlement situation and there is no public transportation route is have a visitors who came from Depok City as well as the commodity items purchased is non food with motivation of visitor is economic.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Salsabila
"Taman kota sebagai ruang terbuka hijau merupakan elemen penting bagi kehidupan di perkotaan. Kota Depok mempunyai taman kota yang berfungsi ekologis, sosial, budaya maupun estetika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik lokasi taman kota yang dilihat dari aspek site dan situation serta hubungan karakteristik lokasi taman kota tersebut dengan pengunjungnya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan keruangan dan menggunakan analisis statistik chi-square untuk melihat hubungan antar variabel.
Hasil penelitian ini adalah karakteristik lokasi taman kota di Kota Depok dikelompokkan menjadi empat tipe taman yaitu Tipe Cukup Memadai Kurang Strategis, Tipe Memadai Kurang Strategis, Tipe Cukup Memadai Strategis, dan Tipe Memadai Strategis. Sebagian besar taman kota di Kota Depok termasuk pada Tipe Cukup Memadai Strategis dan Tipe Memadai Strategis. Karakteristik lokasi taman kota di Kota Depok tidak mempunyai hubungan dengan pengunjungnya. Berdasarkan jumlah pengunjung, kegiatan pengunjung, tipe pengunjung, frekuensi kunjungan, serta persepsi pengunjung mengenai taman kota, tidak terdapat taman kota di Kota Depok yang memiliki karakteristik lokasi khusus.

City park as a green open space is an important element for urban life. Depok city has a city park that serves ecological, social, cultural and aesthetic. This study aims to analyze the characteristics of the city park location seen from the site and situation aspects and relationship characteristics of the city park location with visitors of city park. This research is a descriptive research with spatial approach and using chi square statistical analysis to see the relationship between variables.
The result of this research is characteristic of city park location in Depok City grouped into four type of park, that is type of "Cukup Memadai Kurang Strategis", type of "Memadai Kurang Strategis", type of "Cukup Memadai Strategis" , and type of "Memadai Strategis". Most of the city parks in Depok City are in the Type of "Cukup Memadai Strategis" and the Type of "Memadai Strategis". There are no relationship between characteristic of city park location in Depok City and visitors. Based on the number of visitors, visitor activity, visitor type, visit frequency, and visitor perception about city park, there is no city park in Depok City which has special location characteristic.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
"Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di Puskesmas salah satunya adalah evaluasi penggunaan obat. Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi antibiotik, masalah terapi obat, dan peningkatan biaya obat. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat rasional di Puskesmas Kelurahan Cililitan berdasarkan indikator peresepan untuk tiga diagnosis penyakit (ISPA non pneumonia, diare non spesifik, myalgia) serta rerata item per lembar resep pada periode Agustus – Oktober 2022. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil satu data peresepan setiap hari untuk tiap diagnosis penyakit dan dihitung persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia dan diare non spesifik, persentase penggunaan injeksi pada myalgia, serta rerata jumlah item obat yang diresepkan. Hasil menunjukkan bahwa persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia adalah 15% (Agustus) dan 10% (September dan Oktober). Persentase penggunaan antibiotik pada diare non spesifik adalah 10% (Agustus – Oktober). Persentase penggunaan injeksi pada myalgia adalah 0% (Agustus – Oktober). Rerata jumlah item obat adalah 3,18 item (Agustus), 3,02 item (September), dan 2,85 item (Oktober). Kesimpulannya adalah persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia dan penggunaan injeksi pada myalgia tidak melebihi batas toleransi yang ditetapkan (20% dan 1%). Sedangkan persentase penggunaan antibiotik pada diare non spesifik dan rerata jumlah item obat melebihi batas toleransi yang ditetapkan (8% dan 2,6 item).

One of the clinical pharmacy services carried out at public health center is the evaluation of drug use. Irrational use of drugs can lead to antibiotic resistance, drug therapy problems, and increased drug costs. The purpose of this special assignment was to evaluate rational drug use at the Cililitan Public Health Center based on prescribing indicators for three disease diagnoses (non-pneumonic URTI, non-specific diarrhea, myalgia) and the average item per prescription in the period August – October 2022. Data collection was carried out using the method of taking one prescription per day for each disease diagnosis and calculating the percentage of antibiotic use in non-pneumonic URTI and non-specific diarrhea, the percentage of injection use in myalgia, and the average of drug items prescribed. The results showed that the percentage of antibiotic used in non- pneumonic URTI is 15% (August) and 10% (September and October). The percentage of the used of antibiotics in non-specific diarrhea is 10% (August - October). The percentage of injections used in myalgia is 0% (August – October). The mean number of drug items was 3.18 items (August), 3.02 items (September), and 2.85 items (October). The conclusions are that the percentage of antibiotic use in non-pneumonic URTI and injection use in myalgia does not exceed the established tolerance limit (20% and 1%). While the percentage of antibiotic use in non-specific diarrhea and the average of drug items exceeded the established tolerance limit (8% and 2,6 items)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riris Monica Nadya
"Tesis ini membahas aktivitas arisan yang merupakan salah satu lembaga keuangan informal yang masih terus berjalan hingga saat ini. Penelitian ini lebih berfokus kepada lembaga keuangan informal yaitu arisan yang hingga saat ini dilakukan oleh suku Batak khususnya di wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan studi empiris yang menggunakan metode campuran dengan desain deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dan potensi arisan Batak. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner serta wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa arisan Batak lebih menekankan pada fungsi sosial, secara ekonomi tidak efisien, dan tidak berpotensi untuk menjadi lembaga keuangan formal. Variabel dummy seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan pendapatan juga berpengaruh terhadap frekuensi keikutesertaan arisan Batak di DKI Jakarta.

Thesis is discussing about arisan activity which is one of the Informal Monetary Institute that still existing until now. This research is more focusing on Informal Monetary Institute which is arisan that has been doing by Batak especially in DKI Jakarta area. This research is an empirical study that using mixed methods with descriptive design with the purpose to describing the characteristic and potency of Arisan Batak. The data collection is by spreading questionnaire and deeper interview. This research shows that Arisan Batak is focusing on social function, economically inefficient, and do not have potential to become Formal Monetary Institute. Variable sample of Age, Gender, Education and Income are also influencing the frequency of joining Arisan Batak in DKI Jakarta."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Nur Fajri
"Pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk-produk berskala ekonomi rakyat dan menjadi indikator stabilitas pangan. Kecamatan Cakung merupakan kecamatan terluas (22%) dengan jumlah penduduk terbanyak (17,5%) di Jakarta Timur, namun hanya memiliki 3 pasar dari 33 pasar tradisional di Jakarta Timur yang dikelola oleh PD Pasar Jaya. Dengan menggunakan metode analisis spasial yaitu analisis komparasi keruangan, dan metode analisis kuantitatif deskriptif serta metode crosstab, dilakukan penelitian dengan tujuan melihat secara spasial, wilayah mana saja yang menjadi jangkauan pelayanan pasar tradisional dan bagaimana hubungannya dengan karakteristik lokasi dan karakteristik konsumen. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa Pasar Cakung merupakan pasar tradisional dengan jangkauan pelayanan lokal. Dengan karakteristik lokasi cukup lengkap dan strategis, dan karakteristik konsumen wiraswasta yang sering membeli barang kebutuhan pribadi biaya rendah dan mudah menjangkau pasar dengan biaya transportasi rendah. Kemudian Pasar Ujung Menteng, memiliki jangkauan pelayanan kota. Dengan karakteristik lokasi lengkap dan sangat strategis, dan karakteristik konsumen wiraswasta yang sering membeli barang yang dijual kembali biaya sedang dan mudah menjangkau pasar dengan biaya transportasi rendah. Sedangkan Pasar Klender SS, memiliki jangkauan pelayanan kota. Dengan karakteristik lokasi sangat lengkap dan strategis, dan karakteristik konsumen yaitu wiraswasta yang sering membeli barang kebutuhan pribadi biaya rendah dan cukup mudah menjangkau pasar dengan biaya transportasi rendah.

Traditional markets are the main place for selling people's economic products and become food indicators. Cakung sub-district is the largest sub-district (22%) with the largest population (17.5%) in East Jakarta, but only has 3 markets out of 33 traditional markets in East Jakarta managed by PD Pasar Jaya Market. By using the method of spatial analysis and quantitative descriptive analysis methods, research was conducted on the range of traditional market services based on the location characteristics and consumers characteristics. The results of the research show that Cakung Market is a traditional market with local service coverage. With the characteristics of complete enough and strategic location, and the characteristics of entrepreneur consumers who often buy personal necessities at low costs and are easy to reach market with low transportation costs. Then Pasar Ujung Menteng, has a city service coverage. With the characteristics of complete and very strategic location, and the characteristics of entrepreneur consumers who often buy goods that are resold at moderate costs and are easy to reach market with low transportation costs. Meanwhile, Pasar Klender SS has a city service coverage. With the characteristics of a very complete and strategic location, and the characteristics of entrepreneur consumers who often buy personal necessities at low costs and are quite easy to reach market with low transportation costs. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>