Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144310 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widyan Pramudya
"Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten bogor, Jawa Barat merupakan salah satu wilayah dengan sumber daya alam berupa karst yang perlu dilestarikan. Wilayah karst di Kecamatan Klapanunggal  memiliki luas sebesar 6227 ha dari total luas wilayah kecamatan kurang lebih 9549 ha atau sekitar 64% Kecamatan Klapanunggal merupakan wilayah karst. Dalam jangka panjang, wilayah karst mengalami gangguan oleh eksploitasi untuk kepentingan ekonomi seperti eksploitasi untuk sumber bahan galian batu kapur khususnya oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini mengakibatkan perubahan tutupan lahan khususnya pada unit geomorfologi karst di Kecamatan Klapanunggal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana unit geomofologi karst di Kecamatan Klapanunggal, bagaimana perubahan tutupan lahan selama rentang waktu 34 tahun dari tahun 1988 hingga 2022, dan menganalisis hubungan antara unit geomorfologi karst dengan perubahan tutupan lahan. Variabel yang digunakan untuk mengetahui unit geomorfologi karst adalah bentuk medan dan bentukan asal, sedangkan untuk mengetahui tutupan lahan tahun 1988 dan tahun 2004 digunakan citra Landsat 5 untuk tahun 2022 menggunakan Landsat 8. Metode yang digunakan dalam proses klasifikasi tutupan lahan adalah klasifikasi supervised (maximum likelihood) dengan algoritma random forest, sedangkan unit geomorfologi karst dilakukan perhitungan secara digital dan analisis overlay. Hasil menunjukan bahwa terdapat 3 jenis unit geomorfologi karst di Kecamatan Klapanunggal diantaranya terdapat dataran karst,, perbukitan karst, dan lereng karst. Perubahan tutupan lahan yang sebelumnya lahan vegetasi berubah menjadi non-vegetasi selama kurun waktu 34 tahun paling banyak mengalami perubahan adalah lahan terbangun sebesar 1132 ha. Perubahan tutupan lahan pada unit geomorfologi perbukitan karst paling besar mengalami perubahan dari lahan vegetasi ke non-vegetasi dengan luas sebesar 1419 ha.

Klapanunggal District, Bogor Regency, West Java is one of the areas with karst natural resources that must be protected. Klapanunggal district has an area of ​​6,227 hectares out of the total area of ​​9,549 hectares or about 64% of Klapanunggal district. In the long term, the karst area has been disturbed by mining for economic benefits, such as the exploitation of limestone resources, especially by irresponsible countries. This has led to changes in land cover, especially in karst geomorphological units in the Klapanunggal area. This study aims to understand how karst geomorphological units in the Klapanunggal area, how land cover has changed over 34 years, 1988-2022, and analyze the relationship between karst geomorphological units and land cover. The variables used to determine the karst geological units are the landforms and the original model, while the Landsat 5 and Landsat 8 images are used to determine the land cover in 1988 and 2022. The method used to manage the land classification process, is the supervised classification (Maximum Likelihood) with the random forest algorithm, while the geographic units of the karst are calculated numerically and the analysis is superimposed. The results show that there are 3 types of karst geomorphological units in the Klapanunggal area, including karst plains, karst hills and karst slopes. The land cover that previously changed from vegetated to non-vegetated in 34 years changed the most on built-up land (1132 ha). Land cover change in the karst geomorphological unit of karst hills experienced the biggest change from vegetated to non-vegetated soil, with an area of 1419 ha."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Benhard Pragra
"Keberadaan ekosistem karst terbatas dan terus berkurang akibat eksploitasi manusia. Rusaknya ekosistem karst akibat penambangan batu kapur dan pemukiman menyebabkan berkurangnya tutupan vegetasi, fragmentasi habitat, dan penurunan keanekaragaman hayati di kawasan karst. Kelelawar (Chiroptera) merupakan salah satu fauna yang ditemukan dan memiliki hubungan mutualistik bagi ekosistem karst. Salah satu daerah yang mengalami kondisi tersebut adalah kawasan Karst Klapanunggal, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerapatan kelelawar dengan tutupan vegetasi di kawasan Karst Klapanunggal Kabupaten Bogor Jawa Barat yang dilakukan pada bulan Juni 2021. Penelitian dilakukan pada 3 transek garis, setiap transek terdapat 3 stasiun pengamatan, dengan 2 kali pengamatan pada setiap lokasi. Total terdapat 54 pengamatan, mencatat kepadatan kelelawar dan persentase tutupan vegetasi. Hasil penelitian memperlihatkan fragmentasi area tutupan vegetasi antara 33,18%/100m2 sampai 86,59%/100m2. Sementara kepadatan kelelawar dengan rata-rata 31,5/100m2 sampai 252,2/100m2. Didapatkan korelasi positif r = 0,76 antara kepadatan kelelawar dengan tutupan vegetasi. Berdasarkan hasil korelasi, area dengan tutupan vegetasi tinggi memiliki kepadatan kelelawar yang tinggi. Hasil identifikasi menemukan kelelawar dari famili Pteropodidae, yaitu Macroglosus sobrinus pada satu lokasi pengamatan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar memperkirakan dampak dari perusakan ekosistem karst terhadap kepadatan populasi kelelawar pada daerah Karst Klapanunggal, Jawa Bara.

The existence of the karst ecosystem is limited and continues to decrease due to human exploitation. The destruction of the karst ecosystem due to limestone mining and settlements causes reduced vegetation cover, habitat fragmentation, and decreased biodiversity in karst areas. Bats (Chiroptera) are one of the fauna found and have a mutualistic relationship for the karst ecosystem. One of the areas experiencing this condition is the Klapanunggal Karst area, West Java. This study aims to determine the correlation between bat density and vegetation cover in the Karst Klapanunggal area, Bogor Regency, West Java, which was conducted in June 2021. The study was conducted on 3 line transects, each transect has 3 observation stations, with 2 observations at each location. There were a total of 54 observations, recording the density of bats and the percentage of vegetation cover. The results showed that the fragmentation of the vegetation cover area was between 33.18%/100m2 to 86.59%/100m2. Meanwhile, the density of bats is on average 31.5/100m2 to 252.2/100m2. There was a positive correlation r = 0.76 between bat density and vegetation cover. Based on the correlation results, areas with high vegetation cover have a high density of bats. The results of the identification found bats from the Pteropodidae family, namely Macroglosus sobrinus at one observation location. This study can be used as basic information to estimate the impact of the destruction of the karst ecosystem on the population density of bats in the Klapanunggal Karst area, West Java."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Megawati Gunawan Putri
"Penelitian ini mengkaji mengenai persebaran gua dan morfometri endokarst, dilihat dari geologi dan bentuk medan serta kondisi fisik lorong gua, di Kawasan Karst Tajur-Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran gua dan morfometri endokarst di kawasan tersebut.
Gua yang dijadikan sampel di kawasan tersebut, yaitu Gua Cikenceng dan Gua Cikarae dengan ornamen gua (speleothem), yaitu stalactite, stalagmite, column, draperies dan flowstone. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif.
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sebaran gua lebih banyak terdapat di formasi Klapanunggal dan bentuk medan dataran bergelombang. Pada kawasan tersebut memiliki 5 (lima) tipe kondisi fisik lorong dan pada setiap kondisi fisik lorong gua tersebut memiliki morfometri ornamen gua (speleothem) yang berbeda-beda. Gua Cikarae memiliki jenis dan volume ornamen yang lebih bervariasi dibandingkan Gua Cikarae."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34204
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Chiara Ayu
"Daerah penelitian terletak pada Formasi Klapanunggal, di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan umur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kisaran umur litologi, karakteristik fasies, dan paleoekologi Formasi Klapanunggal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data lapangan, pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi, dan analisis mikropaleontologi. Berdasarkan analisis makroskopis melalui data lapangan dan analisis mikroskopis melalui analisis petrografi, didapatkan lima klasifikasi fasies pada daerah penelitian, yaitu Larger Foraminifera Floatstone, Larger Foraminifera Rudstone, Coral Bindstone, Skeletal Floatstone, dan Skeletal Rudstone. Berdasarkan distribusi dan kelimpahan foraminifera bentonik yang ada pada daerah penelitian yaitu Alveolinella quoyi, Amphistegina lessonii, Amphistegina radiata, Archaias angulatus, Asterorotalia yabei, Borelis melo, Elphidium craticulatum, Operculina ammonoides, Operculina complanata, Pyrgo depressa, Sphaerogypsina globulus, dan Triloculina oblonga, mencerminkan intensitas cahaya pada zona mesophotic sampai oligophotic menempel pada substrat berbutir kasar maupun halus dengan kedalaman air laut hingga 50 meter di bawah permukaan laut dan memiliki salinitas normal hingga hypersaline. Hidup pada zona tropis yang memiliki kandungan nutrisi yang rendah, sehingga foraminifera bersimbiosis dengan alga yang berperan sebagai sumber makanan bagi organisme.

The research area is located in the Klapanunggal Formation, Klapanunggal District, Bogor Regency, West Java Province with an age of Middle Miocene to Late Miocene. The purpose of this study was to identify the age range of the lithology, facies characteristics, and paleoecological condition of the Klapanunggal Formation. The methods that used in this research were field data collection, stratigraphic cross-sectional measurement, petrographic analysis, and micropaleontological analysis. Based on macroscopic analysis trough field data and microscopic analysis through petrographical analysis, five facies classifications were obtained in the research area, namely Larger Foraminifera Floatstone, Larger Foraminifera Rudstone, Coral Bindstone, Skeletal Floatstone, and Skeletal Rudstone. Based on the distribution of benthic foraminifera in the area, namely Alveolinella quoyi, Amphistegina lessonii, Amphistegina radiata, Archaias angulatus, Asterorotalia yabei, Borelis melo, Elphidium craticulatum, Operculina ammonoides, Operculina complanata, Pyrgo depressa, Sphaerogypsina globulus, and Triloculina oblonga, reflecting light intensity in the mesophotic to oligophotic zone attached to coarse and fine grained substrates with sea water depths up to 50 meters under the sea level and having normal to hypersaline salinities. Living in tropical zone which have low nutrient content, so foraminifera are in symbiosis with algae which act as food sources for organisms."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Darussalam
"ABSTRAK
Wilayah Karst memiliki karakteristik alam yang sangat unik dan alami, dengan bentuk dan pola yang sangat beragam antar wilayah karst satu dengan yang lainya. Bentuk-bentuk dan pola yang ada di wilayah karst memang sulit untuk dimengerti namun dengan analisis lineament, bentuk-bentuk dari Karst tersebut dapat di sederhanakan menjadi lebih mudah dimengerti. Data pokok yang digunakan adalah Citra Landsat 8 OLI yang di kombinasikan GDEM ASTER 30 meter. Penggunaan tanah di gunakan untuk melihat bagaimana hubungan antara pola Lineament dengan Pola penggunaan tanah di wilayah Karst Sawarna. Software Arc Map 10.1 digunakan untuk metode Box Counting untuk menghitung kerapatan pola lineament pada tiap kotak grid yang sudah dibuat. Wilayah Karst Sawarna memiliki pola persebaran yang cukup acak dan menyebar dengan pola-pola sesuai dengan wilayah kelerengan. Untuk kaitanya dengan penggunaan tanah dapat dikatakan bahwa Pola Lineament Karst dengan kerapatan yang tinggi lebih besar intensitas pembukaan lahan-nya.

ABSTRACT
Karst has a very unique natural characteristics and natural, with shapes and patterns that vary between kawsan karst with each other. The forms and patterns that exist in the karst region is difficult to understand but with a lineament analysis, the shape of the Karst-shape can be simplified to be more easily understood. Basic data used is Landsat 8 OLI in the combined GDEM ASTER 30 meters. The use of land in use to see how the relationship between the lineament patterns with patterns of land use in the Karst region Sawarna. Arc Map 10.1 software is used to Box Counting method for calculating the density of a lineament pattern in each grid box that has been created. Karst region Sawarna has a distribution pattern that is fairly random and spread with patterns according to the slope region. For relation to the use of the land can be said that the Karst Lineament Pattern at high density is greater intensity of his clearance."
2017
S69190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Riadini
"Karst dapat dicirikan dengan mengidentifikasi terdapatnya sinkhole atau lembah kering dalam berbagai ukuran dan bentuk, langka atau tidak terdapatnya sungai permukaan, dan terdapatnya goa dari sistem drainase bawah tanah. Kecamatan Semanu dan Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul termasuk ke dalam kawasan karst Gunungsewu. Kedua kecamatan ini banyak dijumpai fenomena sinkhole. Sinkhole pada proses karstifikasi lebih lanjut dapat terjadi amblesan. Amblesan dapat sangat berbahaya dalam aspek kewilayahan karena berhubungan dengan kehidupan di permukaan dan perencanaan infrastruktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran amblesan pada bentang alam karst di Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Semanu, Kab. Gunung Kidul dan menganalisis wilayah potensi amblesan berdasarkan faktor pendorong dan faktor pengontrol yang mempengaruhi terjadinya amblesan pada bentang alam karst Pola sebaran amblesan dianalisis menggunakan analisis tetangga terdekat dan menghasilkan nilai indeks 0.553 yang berarti pola sebaran amblesan adalah mengelompok. Wilayah potensi amblesan dibuat dengan mengolah peta kelerengan, peta ketinggian, peta indeks vegetasi, dan peta suhu permukaan tanah. Keempat peta dioverlay kemudian dibuat klasifikasi menjadi wilayah potensi tinggi, sedang, dan rendah. Hasil pengolahan menunjukkan sebagian besar wilayah Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Semanu merupakan wilayah potensi tinggi amblesan dan dibuktikan dengan 80 persen amblesan terjadi di wilayah potensi tinggi dengan curah hujan mempengaruhi wilayah amblesan.

Karst can be characterized by identifying the presence of sinkhole or dry valleys in various sizes and shapes, rare or absent surface rivers, and the presence of caves from underground drainage systems. District of Semanu and District of Ponjong, Gunung Kidul Regency belong to karst area Gunungsewu. Both subdistricts are often foundphenomenon synthetic. Sinkhole on further karstification process can occur subsidence. Amblesan can be very dangerous in the cantonal aspect as it relates to life on the surface and infrastructure planning. This study aims to determine the pattern of dispersal distribution in karst landscapes in District Ponjong and District Semanu, Kab. Gunung Kidul and analyze the potential region of subsidence based on the driving factors and the controlling factors that affect the occurrence of subsidence in the karst landscape. The dispersion distribution pattern is analyzed using nearest neighbor analysis and yields the index value 0.553 which means the pattern of the distribution of the subsidence is clumped. Areas of potential subsidence are made by treating gradient maps, altitude maps, vegetation index maps, and surface temperature maps. The four dioverlay maps are then classified into high, medium, and low potential areas. The processing result shows that most of Ponjong and Semanu sub districts are high potential subsidence area and proved by 80 of subsidence in high potential area with rainfall affecting the subsidence area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faatur Rahman Aditya Pratama
"Erosi merupakan bahaya (Natural Hazard) yang dapat menimbulkan masalah pada lingkungan di sekitarnya. Erosi yang terjadi terus menerus pada suatu wilayah dapat mengubah bentang alam wilayah tersebut. Bentang alam karst memiliki unit geomorfologi yang beranekaragam dan unik, dikarenakan pada bentang alam karst tersusun atas batuan kapur yang mudah larut dan memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat bahaya erosi yang terjadi pada setiap unit geomorfologi eksokarst pada kawasan karst Gunung Sewu, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Variabel yang digunakan untuk menentukan unit geomorfologi adalah lereng, ketinggian (bentuk medan), pola aliran sungai dan struktur geologi (bentuk asal), sedangkan variabel yang
digunakan untuk menentukan tingkat bahaya erosi adalah erosivitas hujan (R), erodibiitas tanah (K), panjang dan lereng (LS) dan vegetasi, konservasi (CP). Tingkat bahaya erosi ditentukan menggunakan metode RUSLE (Revisied
Universal Soil Loss Equation). Pada wilayah penelitian terdapat beberapa bentuk unit geomorofologi antara lain, polje, konikel karst dan plato karst. Tingkat bahaya erosi dengan besaran erosi yang tinggi hingga sangat tinggi terjadi pada unit geomorfologi polje dan konikel karst. Besaran erosinya mencapai 50.87- 259.44 ton/km2/tahun pada wilayah seluas 15 km2. Persentase luas wilayah dengan tingkat bahaya erosi tinggi adalah 11% dan sangat tinggi 4% dari total wilayah luas penelitian.

Erosion is a hazard (Natural Hazard) which can cause problems in the surrounding environment. Continuous erosion in a region can change the landscape (geomorphological unit) of the region. This study explains the phenomenon of erosion that occurs in the Gunung Sewu karst region briefly so it needs to be investigated. This study aims to find out how the level of erosion hazard that occurs in each exokarst
geomorphology unit in the Gunung Sewu karst area, Gunung Kidul Regency, Yogyakarta Special Province. The variables used to determine the geomorphological unit in the study
area are the origin and shape of the terrain in the study area, while the variables used to determine the level of erosion hazard are rain erosivity (R), soil erosion (K), length and slope (LS) and vegetation, conservation (CP). The erosion hazard level is determined using the RUSLE (Revisied Universal Soil Loss Equation) method. In the study area there are several forms of geomorphological units, among others, polje, karst cone and karst plate. The level of erosion hazard with high to very high erosion rates occurred in the geomorphological units of polje and karst conicles with erosion rates reaching 50.87-259.44 tons / km2 / year with an area of 15 km2. With a high percentage of erosion hazard rates of 11% and very high 4% of total research area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Cecilia
"Daerah penelitian berada pada Formasi Klapanunggal, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Formasi Klapanunggal berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat. Daerah penelitian memiliki jenis litologi berupa batugamping. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan melakukan rekonstruksi lingkungan purba daerah penelitian. Metode penelitian terdiri dari pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi, dan analisis mikropaleontologi. Pada daerah penelitian, terdapat klasifikasi fasies yang terdiri dari fasies Coral Framestone, Skeletal Floatstone, Larger Foraminifera Floatstone, dan Skeletal Rudstone. Keempat fasies tersebut berasosiasi dengan Platform-margin Reef dengan lingkungan zona koral yang terdiri dari back reef, reef front, dan fore reef. Berdasarkan analisis yang dilakukan, daerah penelitian memiliki rentang umur dari N9 hingga N16 (Zonasi Blow) dan Tf 1 hingga Tf 3 (Letter Stage) berdasarkan biozona dari foraminifera Asterorotalia yabei. Hasil rekonstruksi daerah penelitian menunjukkan lingkungan purba dengan karakteristik energi tinggi, intensitas cahaya mesofotik hingga oligofotik, salinitas euhalin hingga sedikit mengarah ke hipersalin, temperatur 18°C hingga lebih dari 25°C yang mengindikasikan iklim subtropis hingga tropis, dan kedalaman laut sekitar 0 meter hingga 70 meter.

The research area is located in Klapanunggal Formation, Klapanunggal District, Bogor Regency, West Java Province. Klapanunggal Formation is formed in Middle Miocene to Late Miocene which is part of the West Java Basin. The research area has type of lithology in the form of limestone. The purpose of this study is to analyse and reconstruct the paleoenvironment of the research area. The research method consisted of measuring section, petrographic analysis, and micropaleontological analysis. In the study area, there are facies classification consisting of Coral Framestone, Skeletal Floatstone, Larger Foraminifera Floatstone, and Skeletal Rudstone facies. The four facies are associated with the Platform-margin Reef with a coral zone environment consisting of the back reef, reef front, and fore reef. Based on the analysis conducted, the research area has an age range from N9 to N16 (Blow Zone) and Tf 1 to Tf 3 (Letter Stage) based on the biozone of the foraminifera Asterorotalia yabei. The results of the reconstruction of the study area show a paleoenvironment with high energy characteristics, mesophotic to oligophotic light intensity, euhaline salinity to slightly hypersaline, temperatures from 18°C ​​to more than 25°C indicating a subtropical to tropical climate, and sea depths of 0 to 70 meters.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Rinikasari
"Penelitian terfokus pada Formasi Klapanunggal pada kala Miosen Tengah tersusun atas batugamping yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat dan Palung Bogor bagian Utara. Tujuan dari penelitian adalah menentukan karakteristik fasies, lingkungan pengendapan, dan sejarah diagenesis batugamping pada Formasi Klapanunggal, Jawa Barat. Metode penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data dan pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi, X-ray Diffraction, dan Scanning Electron Microscope. Klasifikasi fasies yang didapatkan dari hasil deskripsi makroskopis dan analisis petrografi sebanyak enam (6) fasies, yaitu Skeletal Wackestone, Skeletal Packstone, Benthic Foram Grainstone, Skeletal Rudstone, Coral Rudstone, dan Bindstone. Kemudian, fasies-fasies tersebut diklasifikasikan menjadi asosiasi fasies berdasarkan makroskopis dan petrografi menghasilkan tiga (3) asosiasi fasies, yaitu Platform Interior (Open Marine), Platform Margin Reef, dan Slope. Selanjutnya, hasil analisis diagenesis dan paragenetik menghasilkan sejarah diagenesis batugamping pada Formasi Klapanunggal secara berurutan, yaitu tahapan eogenetik (marine phreatic dan meteoric phreatic), tahapan mesogenetik (burial), dan tahapan telogenetik (meteoric phreatic dan meteoric vadose). Kemudian, terdapat hubungan asosiasi fasies dengan diagenesis, yaitu fitur sementasi marine lebih intensif pada asosiasi fasies Platform Margin Reef dibandingkan dengan asosiasi fasies Slope dan Platform Interior (Open Marine). Selain itu, pengaruh kompaksi mekanik lebih kuat pada asosiasi fasies Platform Margin Reef dan Slope dibandingkan dengan asosiasi fasies Platform Interior (Open Marine).

The research focused on the Klapanunggal Formation during the Middle Miocene which was composed of limestone which was part of the West Java Basin and the Northern part of the Bogor Trench. The purpose of this research is to determine facies characteristics, facies association, depositional environment and the history of limestone diagenesis in Klapanunggal Formation, West Java. Research method is data collection and measurement of stratigraphic sections, petrographic analysis, X-ray Diffraction, and Scanning Electron Microscope. The classification of facies obtained from the result of macroscopic description and petrographic analysis as many as six (6) facies, namely Skeletal Wackestone, Skeletal Packstone, Benthic Foram Grainstone, Skeletal Rudstone, Coral Rudstone, and Bindstone. Then, those facies classified into facies association based on macroscopic and petrographic analysis produces in three (3) facies association, namely Platform Interior – Open Marine, Platform Margin Reef, and Slope Furthermore, the results of diagenesis and paragenetic analysis produce a history of limestone diagenesis in the Klapanunggal Formation sequentially, namely the eogenetic stages (marine phreatic and meteoric phreatic), mesogenetic (burial) stages, and telogenetic stages (meteoric phreatic and meteoric vadose). Then, there is a relationship between facies associations with diagenesis, namely marine cementation features are more intensive in the Platform Margin Reef facies association than the Slope and Platform Interior (Open Marine) facies associations. In addition, the effect of mechanical compaction is stronger on the Platform Margin Reef and Slope facies association compared to the Platform Interior (Open Marine) facies association."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mifta Rahmiza
"ABSTRAK
Nama : Mifta RahmizaProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Konsentrasi PM2,5 dalam Rumah dan Asma Pada Ibu Rumah Tangga diPemukiman sekitar Industri Semen Kecamatan KlapanunggalKabupaten Bogor Tahun 2018Pembimbing :Dr. R. Budi Haryanto SKM., M.Kes., M.Sc.Asma merupakan penyakit inflamasi peradangan kronik saluran napas. Asmatermasuk penyakit dengan fatalitas yang rendah namun kasusnya cukup banyakdijumpai di masyarakat. WHO memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderitaasma dan akan terus bertambah sebesar 180.000 orang setiap tahunnya. Asma pada usiadewasa dapat disebabkan oleh polusi udara. Ibu rumah tangga yang tinggal dipemukiman sekitar industri semen serta menghabiskan sebagian besar waktunya didalam rumah dengan berbagai aktivitas rumah tangga berisiko terpapar polutanpartikulat PM2,5 . Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan konsentrasiPM2,5dalam rumah dan asma pada ibu rumah tangga di pemukiman sekitar industrisemen Kecamatan Klapanunggal. Penelitian menggunakan studi cross-sectionalyangdilaksanakan pada April-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 110 ibu rumah tanggadengan metode simple random sampling. Rata-rata konsentrasi PM2,5dalam rumahsebesar 50,5 ? g/m3. Ditemukan sebanyak 30 ibu rumah tangga menderita asma. Hasilpenelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasiPM2,5dalam rumah dan asma pada ibu rumah tangga di pemukiman sekitar industrisemen Kecamatan Klapanunggal, namun terdapat satu variabel konfounding, yaitulubang asap dapur dimana p=0,013; OR= 3,52 1,38-8,93 . Penelitian inimengkonfirmasi bahwa terdapat hubungan antara konsentrasi PM2,5dalam rumah danasma pada ibu rumah tangga yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik rumah, sumberpolutan dalam rumah, serta faktor individu tertentu. Perlu dilakukan pengendalian risikodengan pengaturan ventilasi untuk pertukaran udara, tidak merokok di dalam rumah,tidak menggunakan bahan bakar berisiko, tidak menggunakan obat nyamuk bakar, sertapengendalian status obesitas.Kata kunci:Polusi udara dalam ruang, PM2,5, Asma

ABSTRACT
Name Mifta RahmizaStudy Program Public Health SciencesTitle PM2,5 Consentrations in Home and Asthma on Housewives atSettlements around Cement Indusrty Klapanunggal sub DistrictBogor Regency 2018Consellor Dr. R. Budi Haryanto SKM., M.Kes., M.Sc.Asthma is a chronic airway inflammatory disease inflammation . Asthma is adiseasewith low fatalities yet the case is quite common in the society. WHO estimates 100 150million people of the world suffer from asthma and will continue to grow by 180,000people every year. Asthma in adulthood can be caused by air pollution. Housewiveswho live in settlements around the cement industry and spend most of their time in thehome with various household activities is at risk of exposure to particulate pollutants PM2.5 . This study aims to identify the relationship between PM2.5 concentrations in thehome with asthma on housewives at settlement around cement industry Klapanunggalsub District. The study used a cross sectional study conducted in April May 2018. Thesample size is 110 housewives with simple random sampling method. The averageconcentration of PM2.5 in the house is 50.5 g m3. Found as many as 30 ofhousewives suffered from asthma. The result showed no significant correlation betweenPM2.5 concentration in house with asthma on housewife at settlement around cementindustry Klapanunggal sub district, but there is still one confounding variable, that iskitchen smoke hole where p 0.013 OR 3.52 1.38 8.93 . This study confirms thatthere is a relationship between PM2.5 concentrations in the home and asthma onhousewives who are affected by the physical environment of the home, the source ofhome pollutants, as well as certain individual factors. Risk control is required withventilation arrangements for air exchange, non smoking within the home, no use ofrisky fuels, no use of mosquito coils, and controlling the obesity status.Keywords Indoor air pollution, PM2.5, Asthma"
2018
T51348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>