Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193087 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Willy Candra Junior
"Alun-alun Kota Serang merupakan ruang publik yang dibangun pada tahun 1828 oleh Belanda. Sebagai warisan benda budaya, pemanfaatan ruang publik ini diatur agar sesuai dengan kondisinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran Pemerintah Daerah Kota Serang dalam mengatur pemanfaatan ruang Alun-alun Kota Serang dan pengaruhnya terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini diidentifikasi melalui interaksi tiga elemen spasial yaitu representasi ruang (conceived space), praktik spasial (perceived space), dan ruang representasi (lived space) yang diwujudkan dalam bentuk perencanaan, penyelenggaraan, dan pemanfaatan ruang. Data penelitian ini dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan analisis dilakukan dengan metode komparatif spatial antara rencana tata ruang pemanfaatan alun-alun, dengan persebaran aktivitas dan kepadatan pengguna di alun-alun. Selain itu juga dilakukan identifikasi interaksi antara tiga elemen spasial pembentuk aktivitas di alun-alun. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagai conceived space, terdapat dua ruang perencanaan. Pada area timur, perencanaan dilakukan dengan konsep modern dan berorientasi pada peningkatan ekonomi sehingga fasilitas dan atraksi yang tersedia lebih banyak dan bervariasi. Sedangkan pada area barat, perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah dilakukan dengan konsep kuno dan berorientasi untuk melestarikan bangunan-bangunan bersejarah yang tersebar di sekitar Alun-alun Kota Serang. Untuk mempertahankan fungsi warisan budaya di area barat, fasilitas dan atraksi disediakan secara terbatas. Dengan perbedaan pola ruang pemanfaatan tersebut, perceived space cenderung memusat di area timur. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan alun-alun sebagai warisan benda budaya yang dilakukan pemerintah berhasil mengatur pemanfaatan ruang. Alun-alun sebagai lived space tidak berdiri sendiri, namun menunjukkan keterkaitan dengan ruang di sekitarnya.

Serang Alun-alun is a public space built in 1828 by the Dutch. As a cultural heritage, the utilization of this public space is regulated according to its conditions. This study aims to identify the role of the Local Government of Serang City in regulating the spatial use of Serang Alun-alun and its influence on space utilization. This is identified through the interaction of three spatial elements, namely spatial representation (conceived space), spatial practices (perceived space), and representational space (lived space) which are embodied in the form of planning, organizing, and spatial utilization. The research data was collected through observation, interviews, and documentation studies. While the analysis was carried out using a spatial comparative method between the spatial plan for the use of the Alun-alun, with the distribution of activities and the density of users in the Alun-alun. In addition, the study was also carried out to identify interactions between the three spatial elements forming activities in the Alun-Alun. The results of the analysis show that as a conceived space, there are two planning spaces. In the eastern area, planning is carried out with a modern concept and is oriented towards improving the economy so that more and more varied facilities and attractions are available. Whereas in the western area, the planning carried out by the government with an ancient concept is oriented towards preserving historical buildings scattered around Serang Alun-alun. To maintain the function of cultural heritage in the West area, the government provided limited facilities and attractions. With the difference in the spatial utilization pattern, the perceived space tends to concentrate in the east. The conclusion of this study shows that the planning of the Alun-alun as a cultural heritage by the government has succeeded in regulating the use of space. Alun-alun as a lived space does not stand alone but shows a connection with the space around it."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Widyawati
"Yogyakarta merupakan salah satu kota bekas kerajaan di Jawa. Seperti pada umumnya kota bekas kerajaan, Yogyakarta memiliki alun alun dan tata ruang kotanya mengikuti makna filosofi yang dipercaya pada masanya. Seiring perkembangan jaman, alun-alun yang pada awal dirancang bersifat sakral menjadi semakin publik.
Berangkat dari tiga anggapan awal dalam thesis saya yang berjudul ?Alun-Alun Sebagai Ruang Publik Kota, Kajian Fungsi, Makna dan Jaringan Alun-Alun Selatan Kraton Yogyakarta?, saya mendapatkan temuan yang sesuai. Pertama, makna lama alun-alun selatan sebagai halaman belakang yang membuat masyarakat lebih bebas ?memiliki?, belum sepenuhnya terjawab, tetapi kerelaan pihak kraton memberikan halamannnya untuk rakyat justru bisa dirasakan. Ke dua, jaringan di alun-alun selatan memang menunjukkan kuatnya kearifan lokal. Ke tiga, secara fisik tata ruang memang mendukung kekuatan ruang publik. Di lapangan saya juga menemukan kinerja ruang publik yang selalu bergerak mengikuti kebutuhan. Saya juga menemukan berbagai makna yang bisa dibaca dari tanda, yang bisa dimaknai sebagai semiotik alun-alun.
Penelitian saya memiliki dua arah, kajian sejarah sebagai tolok ukur perkembangan fungsi dan makna, serta proses lapangan menekankan pada eksplorasi aktor-aktor yang terlibat di alun-alun selatan, dengan mengacu Actor Network Theory untuk memahami terbentuknya jaringan. Experiential Landscape dan Good City Form saya acu untuk pemaknaan bagi para aktor.
Saya berharap bisa melanjutkan penelitian lebih mendalam di alun-alun utara sehingga hubungan dengan alun-alun selatan dalam satu kesatuan kawasan kraton lebih terlihat. Sebagai kawasan cagar budaya, pemahaman tentang makna penting untuk konservasi perkotaan, bukan sekedar fisik dan fungsi. Saya juga mengharapkan bisa dilanjutkan oleh pihak yang lebih memahami artefak dan arkeologi untuk kepentingan konservasi.

Yogyakarta is one of the former royal city in Java. As to the former royal city Yogyakarta has square and its urban spatial structure that is believed to follow the meaning of the philosophy of the time. Along the development, the square at the beginning designed to be sacred is becoming increasingly public.
Starting from the three initial presumption of this thesis entitled "Alun-Alun as City Public Space, Study of Function, Meaning and Network in South Alun-Alun of Yogyakarta Palace", I get the appropriate findings. First, the old meaning of south alun-alun as the backyard that makes people free to "claim", has not been fully answered, but the willingness of Sultan to give his yard to people can actually be felt. Second, the network in the south alun-alun indeed showed strong local wisdom. Third, the physical layout does support the strength of public space. On the field, I also found that the performance of the public space are always move following by the needs. I also found variety of meanings that can be read from the sign, which could be interpreted as ?alun-alun semiotic?.
My research has two directions, the study of history as a benchmark development of functios and meanings, and the emphasis on exploration field actors involved in south alun-alun, with reference ?Actor Network Theory? to understand the formation of the network. I refer ?Experiential Landscape? and ?Good City Form? to analysis the meanings for actors.
I hope to continue my research in the north alun-alun, so that the relationship with south alun-alun as a single region of the palace area is more visible. An understanding meaning of cultural heritage area is important for urban conservation, not just physical and functions. I also expect to be continued to whom concern archaeological artefactsfor conservation purposes.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Adrie Triyono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrs Rethika
"Kajian perkembangan perkotaan saat ini menjadi salah satu bidang kaji yang sangat penting dan kompleks, baik dalam konteks Indonesia maupun global. Untuk memahami sebuah kota, kita tidak dapat lagi sekedar melihat artefak- artefaknya, melainkan dalam konteks penelitian ini, kota dipahami sebagai sebuah konstruksi sosial, yang dibentuk untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari serta berfokus pada persoalan bagaimana warga kota memperjuangkan hidupnya.
Alun-alun merupakan ciri khas ruang peninggalan sejarah yang ditemukan di hampir seluruh perkotaan di Indonesia terutama di Jawa. Sebagai salah satu wujud ruang publik yang paling terbuka di pusat-pusat kota, alun-alun ditafsirkan sebagai pusat kegiatan untuk umum, dengan bermacam bentuk dan tujuannya yang dapat menggambarkan peijalanan sejarah kota tersebut di masa lampau. Ruang publik di kota menjadi aspek yang sangat menentukan karena kehidupan keseharian dan kehidupan sosial terjadi, serta kehidupan sosial di kota tak luput dari sejarah kota itu sendiri.
Di beberapa kota, fungsi alun-alun sebagai sebuah ruang publik tidak dapat dipisahkan dari kontrol-negara, praktek lokalitas yang dilakukan oleh warga sekitar maupun masyarakat luas, reproduksi-nya sebagai simbol kuasa pemerintah, dan sekaligus kecenderungan kegiatan rekreasi. Perubahan makna alun-alun sebagai tempat terjadinya dunia dalam konteks ritual spiritual menjadi ruang terbuka umum kota adalah konsep perkotaan yang dapat berkembang dalam kehidupan bermukim modem. Perumusan masalah penelitian ini adalah identitas kekuasaan pemerintah melalui alun-alun menjadi berubah ketika warga kota berkegiatan dalam kesehariannya. Warga sepertinya mampu memaknai sendiri keadaan maupun dari wujud fisik alun-alunnya di tengah aturan-aturan terhadap alun-alun sebagai identitas kekuasaan pemerintahan.
Hasil penelitian ini, bahwa konsep commandery yang terjadi pada alun-alun kota Serang ini yang sejatinya memberikan suprastratifikasi pada warga terhadap alun- alun tersebut, ternyata ada suatu celah yang memberikan kesempatan bagi warganya menjadikan alun-alun menjadi suatu pemandangan dan aksi yang menunjukkan makna simbolik Pengguna alun-alun sebagai pelaku konstruksi sosial, mampu menyampaikan wujud nyata pada ruang alun-alun yang ditransformasikan melalui hubungan antar manusia, memori, imajinasi dan hal-hal yang sering dilihat tiap harinya. Konstruksi sosial dari pengguna alun-alun mampu menciptakan waktu kegiatan kesehariannya dan zona kegiatannya.

The study of urban deveiopment recently becomes one of the most important and more complex fields of study either in this country and global context. It does not only find at the artifacts when we try to understand the contexl of urban but we have to know its social construction which is formed to fulfill their daily needs and focus on their problems of how the urban strike to live.
We recognize alun-alun is one of the history works that mostly found in many cities in lava. As a very wide-open public space in center of city, alun-alun is interpreted as center of public activities, with many forms and purposes that describe historical of an urban in the past.
In some of cities, the function of alun-alun could not be separated fiom the control of nation, public activities, its reproduction as a symbol of govemment authorities and even its recreation appealing of society. The alteration of its purpose fiom ritual spiritual context to become public space in the city is the urban concept which is able to be developed in this modem view. The problem in this research is that the identity of government authorities of alun-alun has changed when society has had their activities in their everyday life. Society seems has their own meaning of the setting and of the physical appearance of alun-alun, among rules as the identity of government authorities.
The result of this research, commandery concept of alun-alun in Serang that provides suprastratification to society, has had space that gave chance to society to make alun-alun as a view and action that show symbolic meaning. Society as the actor of social construction is able to give real appearance in form of social interaction, memory and their imagination to things their experienced in their everyday life. Social construction of alun-alun users has its own ability to create everyday activities and also their zone of activities.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T26842
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Friska Arifiani
"Ruang terbuka hijau merupakan salah satu elemen penting yang harus ada di setiap wilayah perkotaan. Manfaat yang didapat dari adanya RTH adalah sebagai paru-paru kota yang berfungsi untuk area resapan air, menjaga keseimbangan tanah, dan menjadi sirkulasi udara. Pemerintah Kota Depok sebagai salah satu wilayah yang dinilai masih kurang dalam penyediaan RTH, membuat strategi kebijakan dengan membangun Alun-alun kota dan taman pada setiap kelurahan. Namun, dalam implementasinya pembangunan Alun-alun tidak sesuai dengan konsep RTH karena lebih banyak lahan terbangun untuk sejumlah fasilitas dibandingkan dengan proporsi area terbuka hijau. Dengan begitu, perlu adanya pengukuran efektivitas pada implementasi kebijakan RTH di Kota Depok terutama pada pengembangan Alun-alun. Penelitian ini menggunakan metode post positivist, data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi yang kemudian diolah menjadi narasi yang deskriptif. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa terdapat beberapa indikator yang masih kurang efektif, di mana tingkat kepentingan kelompok sasaran dan pemanfaatan tata ruang menjadi permasalahan dalam implementasi kebijakan ruang terbuka hijau di Alun-alun kota. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan indikator tersebut tidak efektif di antaranya kurang partisipasi masyarakat, kurang sumber daya, dan adanya konflik kepentingan antar pelaksana. Oleh karena itu, pengembangan Alun-alun sebagai instrumen kebijakan ruang terbuka hijau dapat dikatakan masih kurang efektif sehingga perlu adanya penambahan ruang atau Alun-alun untuk memenuhi kebutuhan RTH di Kota Depok.

Green open space is one of the essential elements that must exist in every urban area. The benefits derived from the existence of green open space are as the lungs of the city which function as water catchment area, maintain soil balance, and become air circulation. The City Government of Depok, as one of the areas considered to need improvement in the provision of green open space, has made a policy strategy by building city squares and parks in each village. However, in practice, the development of the Alun-Alun is different from the space concept because there is more built-up land for several facilities compared to the proportion of green open areas. Thus, this research aims to analyze the effectiveness of the development of the town square as an instrument of green open space policy in the city of Depok. The research uses a post-positivist method where data is collected through interviews and observations, which are then processed into descriptive narratives. The results show that some indicators still need to be improved, where the level of interest of the target group and spatial use is a problem in implementing green open space policies in town squares. Several factors cause these indicators to be ineffective, including lack of community participation, lack of resources, and conflict of interest between executors. Therefore, the development of the Alun-Alun as an instrument of green open space policy is still ineffective, so there is a need for additional space or Alun-Alun to meet the needs of green open space in Depok City."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Andriati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friska Arifiani
"Pembangunan Alun-alun Kota Depok merupakan bentuk kontribusi pemerintah dalam penyediaan lingkungan layak huni bagi masyarakat. Namun, masih terdapat permasalahan yang timbul diantaranya adalah kritik mengenai Alun-alun Kota Depok yang belum sesuai dengan konsep ruang terbuka hijau, kurangnya performa kinerja petugas, dan kemacetan area sekitar. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kepuasan masyarakat terhadap fasilitas ruang terbuka hijau di Alun-alun Kota Depok. Metode penelitian ini dilakukan dengan mix method yaitu menggabungkan antara teknik pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara melakukan survey kuesioner menggunakan skala likert, observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan puas terhadap fasilitas ruang terbuka hijau di Alun-alun Kota Depok. Namun dalam beberapa hal masyarakat masih merasa kurang puas, seperti pada kinerja petugas yang mendapat nilai cukup dari responden sehingga perlu adanya perbaikan. Saran yang dapat diberikan kepada pengelola Alun-alun yaitu UPTD Tahura adalah agar dapat menambah unsur flora, memperbanyak sumber daya manusia dalam pengelolaan area, memberikan wadah untuk kritik dan saran dari masyarakat, mengatasi kemacetan, dan menambah moda transportasi umum kearah lokasi Alun-alun.

.The construction of Depok City Town Square is a form of govenment contribution in providing a liveable environtment for the community. However, there are still problems that arise, including criticism about Depok City Town Square which is not in accordance with the concept of green open space, performances of officers, and congestion in the surrounding area. Therefore, the purpose of this study was to analyze visitor’s satisfaction on green open space facilities of Depok City Town Square. The method of this research is carried out with a mix method that combines quantitative and qualitative data collection techniques. The instrument that used in this study was by conducting a questionnaire survey with likert scale, observation, interviews, and library research. The result showed that the majority of respondents expressed satisfaction with green open space facilities of Depok City Town Square. However, in some cases the visitor is still felt unsatisfied, such as the performance of officers who received sufficient scores from the respondents, and it needs to be improved. Suggestions that can be given to UPTD Tahura as management of Depok City Town Square, are to be able to add flora elements, increase human resources in management area, provide a forum for criticism and suggestions from community, solve highway congestion, and add public transportation to the Town Square’s location."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vissy Puteri Utama
"Studi penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Interaksi Sosial, Intensitas Kunjungan, dan Kualitas RTH dengan Kesehatan Mental pengunjung Alun-alun Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang melibatkan 130 responden dengan rentang usia 18-43 tahun, dengan rata-rata usia 26,25 tahun dan rasio jenis kelamin 68,5:31,5 untuk perempuan dan laki-laki. Penelitian ini menggunakan Attention Restoration Theory (ART) dan Optimal Healing Environment Theory untuk membangun dasar konseptual dalam memahami interaksi antara faktor-faktor tersebut dan menggunakan Kessler Psychological Distress Scale sebagai alat ukur kesehatan mental pengunjung. Berdasarkan analisis statistik menggunakan SPSS 25.0 for Windows, hasil pengujian menemukan bahwa Interaksi Sosial dan kualitas RTH secara signifikan mempengaruhi kesehatan mental, sedangkan intensitas kunjungan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Selain itu, penelitian ini juga menyoroti perbedaan kesehatan mental berdasarkan usia dan jenis kelamin, yang menekankan pentingnya dukungan sosial dan fasilitas olahraga. Selain itu, berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, Jawa Barat menduduki peringkat kesembilan tertinggi dalam prevalensi depresi pada penduduk berusia di atas 15 tahun di Indonesia, dengan Kabupaten Bogor sebagai daerah yang memiliki angka tertinggi untuk penyakit mental di Jawa Barat. Temuan ini memberikan wawasan bagi pembangunan kota yang lebih berkelanjutan dan kesehatan mental masyarakat.

The research study aims to analyze the relationship between Social Interaction, Visit Intensity, and Green Space Quality with the Mental Health of Bogor City Square visitors. It used a quantitative approach involving 130 respondents with an age range of 18-43 years, with an average age of 26.25 years and a sex ratio of 68.5:31.5 for women and men. The study utilized Attention Restoration Theory (ART) and Optimal Healing Environment Theory to build a conceptual basis for understanding the interaction between these factors and used the Kessler Psychological Distress Scale as a measure of visitors' mental health. Based on statistical analysis using SPSS 25.0 for Windows, the test results found that Social Interaction and green space quality significantly influenced mental health, while visitation intensity showed no significant effect. Additionally, this study highlighted differences in mental health based on age and gender, emphasizing the importance of social support and sports facilities. Furthermore, based on RISKESDAS data in 2018, West Java is ranked ninth highest in the prevalence of depression in the population aged over 15 years in Indonesia, with Bogor Regency having the highest rate of mental illness in West Java. These findings provide insights for more sustainable urban development and public mental health."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoki Rendra Priyantoko
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai pola yang tampak pada alu-alun dan bangunan di Pusat Kota Gemeente di Pesisir Utara Jawa Yang dikenali dengan adanya alun-alun dan bangunan-bangunan di sekitarnya. Penelitian dilakukan untuk mengungkap letak alun-alun dan keberadaan bangunan-bangunan di semua sisi alun-alun yang dikaitkan dengan perubahan status administrasi pemerintahan kota dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Hasil analisis tersebut tidakmenemukan pola bangunan pasa semua Gemeente di Pasar Utara Jawa tetapi terdapat bangunan lama yang tetap dipertahankan posisinya meskipun kota-kota tersebut telah mengalami perubahan status administrasi pemerintah

Abstract
This thesis discusses the patterns that appear square and building at the City Center Gemeente in the North Coast of Java that are recongnized by the square and the building around it. The study was conducted to reveal the location of the square and the presence of buildings on all sides of the square which is associated with changes in the status of the city administration of centralization to decentralization..."
2010
S11911
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Yoni Androgini
"ABSTRAK
Duduk adalah sebuah optional activities yang dilakukan di ruang terbuka publik. Sittable space adalah ruang yang nyaman untuk diduduki. Tulisan ini memiliki tujuan untuk mengetahui kualitas ruang dalam sittable space di ruang terbuka publik. Analisa dilakukan dengan metode studi literatur menggunakan teori sittable Whyte (1980) dan Gehl (2010). Studi kasus dilakukan di Alun-alun Madiun dengan metode pengamatan berbasis fenomenologi dan behaviour mapping. Hasil pengamatan dan analisis menunjukkan bahwa sittable space muncul karena dalam suatu space memiliki kualitas ruang yang memberikan kenyamanan, baik physical comfort maupun social comfort. kualitas ruang yang ditemukan dalam sittable space dalam memenuhi physical comfort antara lain: 1)Ruang yang teduh, 2)Kemudahan akses, 3)Perangan cukup, 4)view atraktif, 5)Seat. Sedangkan kualitas ruang untuk memenuhi social comfort berkaitan dengan dengan 1) jarak, 2)interaksi, 3)fleksibilitas. Namun pemenuhan kualitas ruang sittable space tersebut berbeda-beda sesuai dengan jenis aktivitas duduk yang dilakukan. Sittable space harus memiliki kualitas ruang yang memenuhi social comfort nya, sedangkan physical comfort bersifat kondisional sesuai jenis aktivitas duduk yang dilakukan.

ABSTRACT
Sitting is a optional activities in an open public space. Sittable space is a comfortable space to sit on. This study aims to find out the spatial quality of a sittable space in open public space. The analysis was done through literature studies using Whyte (1980) and Gehl (2010) theories about sittable. The observation of case study was done in Alun-alunMadiun using phenomenology and behavior mapping.The result shows that sittable space emerges from the comfort of a space, either as a physical comfort or social comfort. The spatial qualities found in sittable space in term of physical comforts come from: 1) a shaded space, 2) accessible, 3) adequate lighting, 4) attractive views, 5) seat, while the ones found in social comfort related to 1) distance, 2) interaction, 3) flexibility. However, it may differ in carrying out the needed spatial qualities for the physical comfort depending on the sitting activities.While the spatial qualities to support the social comfort are a must, the physical comfort comes conditional based on the sitting activities.
"
2016
S63105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>