Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157453 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ernawati
"Senyawa turunan tiohidantoin memiliki aktivitas biologis yang beragam seperti antioksidan, antikonvulsan, dan antimikroba. Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis turunan 2-tiohidantoin melalui intermediet tiosemikarbazon menggunakan aldehida aromatik (vanilin, benzaldehida, 4-hidroksibenzaldehida, dan sinamaldehida) sebagai prekursor dan tiosemikarbazida dengan adanya katalis nanopartikel ZnO. Nanopartikel ZnO yang digunakan disintesis melalui metode green synthesis dari ekstrak daun teh (Camellia sinensis) dan dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, SEM, dan BET. Dari spekrum XRD dikonfirmasi bahwa ZnO yang disintesis memiliki fase heksagonal wurtzite dengan ukuran kristal sebesar ~36,54 nm yang dihitung melalui persamaan Debye-Scherer. Kondisi optimum untuk reaksi sintesis turunan tiosemikarbazon adalah dengan menggunakan katalis ZnO sebesar 5 mol%. Senyawa turunan tiosemikarbazon yang diperoleh merupakan intermediet dari reaksi sintesis senyawa turunan 2-tiohidantoin. Pada penelitian ini diperoleh senyawa sinamaldehida tiohidantoin dengan yield sebesar 82,42%, vanilin tiohidantoin 78,44%, benzaldehida tiohidantoin 78,26%, dan 4-hidroksibenzaldehida tiohidantoin 76,58%. Senyawa turunan 2-tiohidantoin memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda-beda ketika dilakukan variasi menggunakan senyawa aldehida aromatik. Aktivitas antioksidan dari senyawa turunan 2-tiohidantoin ditentukan dari nilai IC50 dimana vanilin tiohidantoin memiliki nilai IC50 sebesar 153,07 ppm, kemudian senyawa 4-hidroksibenzaldehida tiohidantoin sebesar 296 ppm, sinamaldehida tiohidantoin sebesar 377,31 ppm, dan benzaldehida tiohidantoin 475,47 ppm.

Thiohydantoin derivarive compounds are known to have biological activities, such as antioxidants, anticonvulsants, and antimicrobials. In this study, the synthesis of 2-thiohydantoin derivatives via thiosemicarbazone intermediates was carried out using aromatic aldehydes (vanillin, benzaldehyde, 4-hydroxybenzaldehyde, and cinnamaldehyde) as precursors and thiosemicarbazide in the presence of ZnO nanoparticles as a catalyst. The ZnO nanoparticles were synthesized through the green synthesis method from tea leaf extract (Camellia sinensis) and were characterized using FTIR, XRD, SEM, and BET. The hexagonal phase with wurtzite structure was confirmed by X-ray diffraction study. The size of the ZnO NPs were calculated using the Debye-Scherer equation and it was found to be ∼36,54 nm. The optimum conditions for the synthesis reaction of thiosemicarbazone derivatives is to use 5 mol% of ZnO NPs. The thiosemicarbazone derivatives are intermediates from the synthesis reaction of 2-thiohydantoin derivatives. In this study, cinnamaldehyde thiohidantoin was obtained with a yield of 82,34%, vanillin thiohydantoin 78,25%, benzaldehyde thiohidantoin 78,26%, 4-hydroxybenzaldehyde thiohidantoin 76.51%. The antioxidant ability of the 2-thiohydantoin derivatives was assessed from the IC50 value where the vanillin thiohydantoin compound was 153,07 ppm, 4-hydroxybenzaldehyde thiohydantoin compound was 296 ppm, cinnamaldehyde thiohydantoin was 377,31 ppm, and benzaldehyde thiohydantoin was 475,47 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yemima Gratia Florenza Glekomisen
"

Lapisan paduan NiCoFeCr telah berhasil disintesis menggunakan metode elektrodeposisi dengan penambahan zat aditif Na-sakarin dalam pengaruh arus deposisi sebesar-25mA selama lima menit pada suhu ruang. Pengaruh komposisi Kromium (Cr) sebesar 0 hingga 39,78at% Cr terhadap struktur, morfologi, dan sifat magnetik lapisan paduan NiCoFeCr telah diteliti. Berdasarkan hasil X-Ray Diffractometer (XRD), peningkatan komposisi Cr tidak mengubah struktur kristal FCC dan space group Fm-3m. Hasil karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM) menunjukkan terbentuknya microvoids dan microcracks yang diindikasikan oleh evolusi gelembung gas hidrogen ketika komposisi Cr bertambah. Lapisan paduan NiCoFeCr (0 hingga 39,78at% Cr) menunjukkan sifat feromagnetik berdasarkan hasil Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Lapisan paduan NiCoFeCr (0 hingga 39,78at% Cr) mengalami penurunan saturasi magnetisasi (Ms) sebesar 159,85 emu/g hingga 4,20 emu/g dan mengalami peningkatan koersivitas (Hc) sebesar 51,84 Oe hingga 257,73 Oe. Peningkatan komposisi Cr menyebabkan saturasi magnetisasi (Ms) menurun dan koersivitas (Hc) meningkat.

 


NiCoFeCr film alloys were synthesized using the electrodeposition method by adding Na-saccharin additives under the deposition current of -25mA for five minutes at room temperature. The effect of chromium (Cr) addition with composition 0 to 39.78at%  on the structure, morphology, and magnetic properties were investigated. From the X-Ray Diffractometer (XRD) results, the increase in Cr composition does not change the FCC crystal structure and Fm-3m space group. The result of the Scanning Electron Microscopy (SEM) observation reveals a formation of microvoids and microcracks indicated by the evolution of hydrogen gas bubbles when the Cr composition is increased. The NiCoFeCr (0 to 39.78at% Cr) film alloys exhibit ferromagnetic properties based on the results of the Vibrating Sample Magnetometer (VSM). The saturation magnetization (Ms) and coercivity (Hc) of NiCoFeCr (0 to 39.78at% Cr) varied between 159.85 emu/g to 4.20 emu/g and 51.84 Oe to 257.73 Oe, respectively. The decrease in saturation magnetization (Ms) and the increase in coercivity (Hc) values are due to an increase in Cr composition.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Maylani
"Senyawa organotimah pertama kali ditemukan sebagai Et2l2 oleh
Frankland pada tahun 1849. Senyawa organotimah itu sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi senyawa tetraorganotimah (R4Sn), triorganotimah
(RsSnX), diorganotimah (R2SnX2) dan monoorganotimah (RSnXs). Diantara
klasifikasi senyawa organotimah, triorganotimah memiliki kegunaan yang
paling luas.
Senyawa Trifeniltimah Hidroksida adalah salah satu senyawa
triorganotimah yang dapat berfungsi sebagai biosida.
Pada penelitian ini sintesis senyawa trifenilimah Hidroksida ini
dilakukan melalui tiga tahapan sintesis, yaitu tahap 1, sintesis tetrafehiltimah dari timah (IV) klorida menghasilkan kristal putih sebesar 2.58 %. Tahap 2,
sintesis trifenjitimah Klorida dari tetrafeniltimah menggunakan persamaan
redistribusi Koscheskov, Sedangkan tahap 3 adalah sintesis Trifeniltimah
Hidroksida dari Trifeniltimah Klorida melalui reaksi substitusi nukleofil,
menghasilkan produk sebesar 7.1998 gram atau sekitar 72 %.
Identifikasi produk akhir dengan titik leleh menghasilkan titik leleh
sebesar 116 - 118 ®C (literatur 115 - 121 °C).
Identifikasi produk akhir dengan spektroskopi-IR diperoleh puncak
serapan OH pada 3600- 3200 cm"\ stretching vibrasi Sn - C pada daerah
500 - 400 cm"\ serapan Sn - O pada daerah 600 - 500 cm\ Akan tetapi
masih muncul serapan dari Sn - Cl pada daerah 300 - 400 cm'"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Adriana
"Senyawa belerang merupakan salah satu jenis senyawa
nonhidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi. Senyawa
belerang dapat membawa dampak negatif, bila masih terkandung
dalam minyak bumi. Dampak negatif tersebut antara lain: hujan
asam, korosi, dan gangguan terhadap kesehatan manusia.
Hidrodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi yang
telah biasa dilakukan, namun teknik ini hanya dapat
berlangsung apabila tersedia energi (panas dan tekanan) yang
tinggi. Biodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi baru
yang sekarang sedang dikembangkan yang diharapkan dapat
diterapkan dengan lebih baik, efisien, ramah lingkungan, dan
menguntungkan dibandingkan teknik Hidrodesulfurisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan kadar
belerang yang terkandung dalam. Iranian Crude Oil dengan
menggunakan teknik biodesulfurisasi. Bakteri yang digunakan
adalah Thiobacillus thioparus dan Thiobacillus neapolitanus.
Kondisi optimum dari teknik biodesulfurisasi ditentukan untuk
meningkatkan aktivitas bakteri memetabolisme senyawa belerang,
sehingga dapat memperbesar persentase penurunan kandungan
belerang dalam minyak bumi Hasil persentase penurunan kandungan belerang dalam minyak
bumi berkisar antara 1,35%-11,74%. Penurunan kandungan
belerang juga terjadi pada media yaitu berkisar antara 4,90%-
22,34%. Pemberian aerasi secara simultan dalam jumlah ± 5
L/menit dapat meningkatkan penurunan kandurigan belerang baik
dalam minyak bumi maupun dalam. media dibandingkan dengan
perlakuan aerasi lain (penggojokan dan pengadukan). Pemberian
komponen nutrisi tambahan (N dan P dari NH 4NO3 dan (NH4)2HPO4)
sebanyak 1% (b/v) ke dalam media dapat meningkatkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam. media dari 4,90% menjadi
9,42% (Thiobacillus neapolitanus) dan dari 18,57% menjadi
22,34% (Thiobacillus thi pparus). Sedangkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam minyak bumi meningkat dari
5,08% menjadi 11,74% (Thiobacillus thioparus) dan dari 1,35%
sampai 6,88% (Thiobacillus neapolitanus). Dengan memperpanjang
waktu inkubasi dapat meningkatkan persentase penurunan
kandungan belerang, waktu inkubasi yang digunakan hanya selama
2 hari (48 jam). Data di atas menunjukkan bahwa Thiobacillus
thi pparus dan Thiobacillus neapolitanus cukup potensial untuk
melakukan biodesulfurisasi pada minyak bumi. Pemberian kondisi
yang paling optimum untuk proses biodesulfurisasi akan
meningkatkan persentase penurunan kandungan belerang. Hasilhasil
yang didapat dari penelitian ini hanya merupakan satu
langkah dari serangkaian studi guna menyempurnakan teknik
biodesulfurisasi. Penyempurnaan tersebut diperlukan agar
biodesulfurisasi dapat diterapkan sama baiknya dengan
hidrodesulfurisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zubaidah
"Saat mi pencemaran lingkungan sudah menjadi masalah dunia yang
memerlukan penanganan khusus. Salah satu senyawa penyebab pencemaran
lingkungan adalah senyawa organokior. Senyawaan ml diketahui bersifat racun dan
sulit terdegradasi secara alamiah. Banyak usaha dilakukan untuk menangani masalah
pencemaran lingkungan mi, tetapi umumnya menghasilkan efek samping yang tidak
diinginkan. Alternatif cara lain adalah dengan memanfaatkan efek fotokatalisis,
semikonduktor. Metode mi sangat menjanjikan dalam pengolahan air dan limbah karena memberikan beberapa keuntungan seperti produk mineral yang dihasilkan tidak
berbahaya dan proses katalitik dapat diatur dengan mudah.
Pada penelitian mi, efek fotokatalitik diterapkan pada degradasi larutan 4-
kiorofenol dan sebagai katalis digunakan h02 yang diimmobilisasikan pada permukaan
aluminium. Ti02 adalah semikonduktor yang bersifat stabil dan inert. Immobilisasi
Ti02 dilakukan dengan metode sol-gel dan identifikasi adanya Ti0 2 pada permukaan
aluminium dilakukan dengan pengukuran TLC-scanner, difraksi sinar X dan SEM.
Pada penelitian mi degradasi larutan 4-kiorofenol dilakukan dengan tiga
perlakuan berbeda, yaitu tanpa pemberian UV (TUV-TBP), tanpa bias potensial (UVTBP)
dan pemberian bias potensial (UV-BP). Persen pengurangan 4-kiorofenol paling
besar terjadi pada perlakuan UV-BP, disusul dengan UV-TBP dan dan terakshir TUVTBP.
Jika membandingkan pH 6,7 dan 8, persen pengurangan 4-klorofenol paling
besar terjadi pada pH 6 (40,7 %), kemudian pH 7 (31,8 %) dan terakhir pada pH 8
(25 %). Pemberian bias potensial (UV-BP) bertujuan untuk meningkatkan persen
pengurangan 4-kiorofenol, tetapi berdasarkan analisis ragam, hanya ph 7 yang
memberikan beda nyata pengurangan 4-kiorofenol antara perlakuan UV-TBP dan UVBP.
Adanya perubahan dan 4-kiorofenol menjadi HCI dapat dibuktikan dengan
pengukuran penambahan Cl- yang terbentuk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Amalia
"Pendahuluan: Pestisida, salah satunya organofosfat masih banyak digunakan untuk
meningkatkan hasil produksi pertanian, karena efektif dalam pengendalian hama. Efek pajanan
kronis organofosfat terhadap manusia belum diketahui secara jelas. Indonesia merupakan negara
agrikultural dan termasuk negara pengguna pestisida terbanyak. Terdapat beberapa bukti, bahwa
paparan perstisida dalam jangka panjang, dapat menyebabkan gangguan neurologis, dengan
peningkatan kadar b-amyloid plasma, yang dapat meningkatkan risiko risiko terjadinya penyakit
Alzheimer.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kadar b-amyloid plasma pada laki-laki
penyemprot pestisida di perkebunan dan mengetahui apakah terdapat hubungan dengan intensitas
pajanan pestisida jangka panjang.
Metode: : Studi cross-sectional pada penyemprot pestisida di perkebunan yang sudah
menggunakan pestisida organofosfat dan/atau karbamat selama enam bulan. Pengumpulan data
dilakukan pada pagi hari sebelum mulai bekerja, dengan cara mewawancara dan mengambil
sampel darah vena dari fossa cubiti, kemudian dianalisis menggunakan metode LC-MS. Jumlah
responden yang memenuhi kriteria inklusi dan masuk dalam penelitian ini yaitu 57 responden.
Intensitas pajanan pestisida dinilai dengan metode skoring, yang sudah digunakan sebelumnya
dan sudah dimodifikasi Agricultural Health Study di Amerika Serikat dan disesuaikan dengan
situasi di Indonesia.
Hasil: Sebanyak 91,2% pekerja mengalami peningkatan kadar β-Amyloid plasma. Skor intensitas
pajanan pestisida jangka panjang antara 45 sampai 300, dengan nilai median 260. Berdasarkan
analisis bivariat secara korelasi antara kadar b-amyloid plasma dengan total skor kumulatif
intensitas pajanan didapatkan korelasi rendah (r=0.243) dan memiliki korelasi linier berbanding
lurus, di mana peningkatan skor total kumulatif intensitas memberikan peningkatan kadar β-
amyloid plasma sebesar 4,6%, tetapi tidak bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini, tidak ada hubungan antara kadar β-amyloid plasma
dengan intensitas pajanan pestisida.

Introduction: The use of pesticides, especially organophosphates are still very often to increase
agricultural production, because it is effective in pest control. Indonesia is an agricultural country,
which is among the highest user of pesticides The effect of chronic organophosphate exposure on
humans health is not fully understood yet. There are some evidence that long term exposure to
pesticides can lead to neurologic diseases, among others by increasing b-amyloid plasma
levels,which can lead to Alzheimer disease..
Objective: This study aims to identify b-amyloid plasma levels among male plantation pesticide
sprayer and determine if there is an association with the intensity of longterm pesticide exposure.
Methods: A Cross-sectional study was conducted among pesticide sprayers on plantations, that
have used organophosphate and / or carbamate pesticides for at least the last six months. Data
was collected in the morning before working, by interviewing and taking venous blood sample.
The blood sample was analyzed using the LCMS Method to measure b-amyloid plasma levels.
Fifty-seven subjects were included in this study. The intensity of long term exposure to pesticides
was assessed using a scoring method, that has been used before. which is modified from the
Agricultural Health Study.and adjusted to the situation in Indonesia.
Results: As many as 91.2% workers had plasma β-amyloid levels above normal. While the
intensity score for long term pesticide exposure was between 45 to 300 with a median 260. Using
correlation analysis, No significant correlation between b-amyloid plasma levels and total
cumulative intensity exposure score was found (r = 0.243, p>0,05),.
Conclusion: Based on this study, 91.2% had high levels of b-amyloid plasma and no relationship
between intensity of pesticide exposure with plasma β-amyloid levels was found
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fannytasari
"Residu insektisida organoklor (lindan, aldrin, dieldrin, heptaklor dan
endosulfan) dan organofosfat (klorpirifos, propenofos, diazinon dan malation)
telah diteliti terhadap sampel tanah, air, beras darl enam desa di Karawang
dan produk olahan beras darl dua belas pasar tradisional di Karawang,
Jakarta dan Bogor. Metode analisis residu insektisida berdasarkan pada
kromatografi gas-cair dengan' detektor penangkap eiektron. Dari total
sembilan jenis insektisida yang diuji, seluruhnya terdeteksi pada sampel
dengan konsentrasi berkisat dari tak terdeteksi sampai 101,2 ng/g.
Frekuensi deteksi residu berkisar dari 3,1% (3 sampel) sampai 86 % (84
sampel). Lindan merupakan yang paling banyak terdeteksi diikuti klorpirifos
(52,0 %; 51 sampel) dan aldrin (51,0 %; 50 sampel). Sebanyak 15,71 % (11
sampel) produk beras yang berasal dari Bogor yaitu jenis nasi (2 sampel),
bubur (1 sampel) buras (2 sampel), lemper (2 sampel), ketupat (1 sampel)
dan lontong (3 sampel) tercemar aldrin melebihi batas maksimum residu yang
dihitung dari AD! {Acceptable Daily Intake). Nilai ED! {Estimated Daily Intake)
buras, lemper dan lontong berturut-turut 23,52 xlO"^; 12,44x10"^; dan
15,35x10"^ mg/kg berat badan per hari dengan pencapaian AD I berturut-turut
235,2; 124,4 dan 153,5 % sehingga beresiko terhadap kesehatan konsumen.
Konsumsi maksimal produk beras ini yang masih aman adalah 2 buras, 4
lemper dan 192,99 miligram lontong. Sedangkan sampel tanah, air, beras
dan produk beras lainnya masih aman

The residue levels of organochiorine insecticides (iindane, aldrin,
dieldrin, heptachlor and endosulfan) and organophosphorus insecticides
(chlorpyriphos, propenofos, diazinon and malathion) were determined in soil,
water and rice from six villages in Karawang and rice products from twelve
traditional markets around Karawang, Jakarta and Bogor. The method for
monitoring these residues based on gas-liquid chromatography with electron
capture detector. All of the nine organochiorine and organophosphorus
insecticides investigated, were detected at concentration ranging from nondetectable
to 101,2 nanogram/gram. Frequencies of detection of insecticides
residues ranged from 3,1 % (3 samples) to 86 %(84 samples). Lindane was
the most frequently detected followed by chlorpyriphos (52,0 %; 51 samples)
and aldrin (51,0 %, 50 samples). A total of 15,71 % (11 samples) rice
products from Bogor such as rice (2 samples), bubur (1 sample), buras (2
samples), lemper (2 samples), ketupat (1 sample) and lontong (3 samples)
contained aldrin exceeded Maximum Residue Limits (MRLs) determined from
Acceptable Daily Intake. The EDIs (Estimated Daily Intakes) of aldrin for
buras, lemper, and lontong were 23, 52x10"®; 12,44x10"®; 15,35x10"® mg/kg
body weight/day, respectively. These EDIs have exceeded ADI, were 235,2
% (buras), 124,4 % (lemper); 153,5 % (lontong). Therefore, consumption of
these foods poses a risk to consumer health. Based on ADI achieved,
maximum rice products consumption that will not pose a risk to consumer
health for buras, lemper and lontong are 2, 4 and 192,99 miligram,
respectively. The rest samples such as water, soil, rice and other rice
products were in safe level.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Damayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan logam berat Pb, Cd, dan Zn pada komponen organik dan anorganik spons Stylissa massa di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2020 sampai dengan Desember 2020. Pengambilan sampel dilakukan di 3 stasiun dengan 2 kali pengulangan. Jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu sebanyak 6 sampel spons Stylissa massa, 6 sampel air, 6 sampel sedimen, dan parameter lingkungan seperti pH, DO, suhu, salinitas, dan kedalaman. Analisis logam berat Pb, Cd, dan Zn dilakukan dengan menggunakan Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS). Hasil analisis yang didapatkan menunjukkan bahwa kandungan logam berat Pb, Cd, dan Zn pada spons Stylissa massa di ketiga stasiun penelitian yang tertinggi hingga terendah yaitu logam berat Zn sebesar 91.698,07 ppb, Pb sebesar 19.185,40 ppb, dan Cd sebesar 716,45 ppb. Selain itu, besaran kandungan logam berat Pb, Cd, dan Zn pada komponen organik spons Stylissa massa di ketiga stasiun secara berurutan yaitu 554,11 ppb–1.066,57 ppb, 134,96 ppb–258,43 ppb, dan 21.839,69 ppb–27.919,51 ppb. Sementara itu, kandungan logam berat Pb, Cd, dan Zn pada komponen anorganik spons Stylissa massa di ketiga stasiun secara berurutan yaitu 2.004,16 ppb–4.891,18 ppb, 50,62 ppb–64,87 ppb, dan 5.006,92 ppb–8.154,12 ppb. Berdasarkan hasil Uji Mann Whitney, terdapat perbedaan kandungan logam berat pada komponen organik dan anorganik dalam menyerap logam berat Pb, Cd, dan Zn dimana komponen organik memiliki kemampuan untuk menyerap logam berat lebih tinggi jika dibandingkan dengan komponen anorganik. Hal ini disebabkan komponen organik mendominasi struktur tubuh spons Stylissa massa sedangkan pada komponen anorganik hanya membentuk kerangka dari spons Stylissa massa.

This study aims to determine the differences in the heavy metal content of Pb, Cd, and Zn in the organic and inorganic components of the Stylissa massa sponge in Pramuka Island, Kepulauan Seribu, Jakarta. This research was conducted from June 2020 to December 2020. Sampling was conducted at 3 stations with 2 repetitions. The number of samples obtained in this study were 6 samples of Stylissa massa sponge, 6 water samples, 6 sediment samples, and environmental parameters such as pH, DO, temperature, salinity, and depth. Analysis of heavy metals Pb, Cd, and Zn was performed using Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS). The results of the analysis obtained showed that the highest to lowest content of heavy metals Pb, Cd, and Zn in the Stylissa massa sponge in the 3 research stations were heavy metal Zn was 91,698.07 ppb, Pb was 19,185.40 ppb, and Cd was 716.45 ppb. In addition, the amount of heavy metal content Pb, Cd, and Zn in the organic components of the Stylissa massa sponge at the 3 stations, respectively, were 554.11 ppb-1,066.57 ppb, 134.96 ppb-258.43 ppb, and 21,839.69 ppb. -27,919.51 ppb. Meanwhile, the heavy metal content of Pb, Cd, and Zn in the inorganic components of the Stylissa massa sponge at the 3 stations were 2,004.16 ppb – 4,891.18 ppb, 50.62 ppb – 64.87 ppb, and 5,006.92 ppb– 8,154.12 ppb. Based on the results of the Mann Whitney Test, there are differences in the content of heavy metals in organic and inorganic components in absorbing heavy metals Pb, Cd, and Zn where organic components have the ability to absorb heavy metals higher than inorganic components. This is because the organic components dominate the body structure of the Stylissa massa sponge whereas the inorganic components only form the skeleton of the Stylissa massa sponge.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Ismoyo
"Sumber panas seperti panas bumi, biomassa, dan lain-lain berpotensi untuk dipulihkan kembali. Pembangkit Organic Rankine Cycle (ORC) dapat digunakan untuk mengubah sumber panas bersuhu rendah menjadi energi listrik. Pemilihan jenis fluida kerja dan scroll expander untuk pembangkit ORC sangat penting karena berfungsi dalam geometri tertentu mengacu pada aspek lingkungan dan thermodinamika. Simulasi menggunakan EES; n-pentane, isopentane, neopentane, R123, dan R1233zd sebagai fluida kerja. Fluida-fluida kerja tersebut disimulasikan pada volume konstan yaitu volume scroll expander 97.9 cm3/rev dengan rentang temperatur sumber panas 70-180 oC untuk mendapatkan efisiensi siklus, perbedaan tekanan ekspansi dan daya ekspander. Hasil simulasi pada temperatur uap jenuh 145 oC menunjukkan efisiensi siklus yang dihasilkan oleh n-pentane, isopentane, neopentane, R123, dan R1233zd adalah 9.45 %, 9.18 %, 8.24 %, 9.77 % dan 9.18 %. Perbedaan tekanan ekspansi sistem yang dihasilkan oleh n-pentane, isopentane, neopentane, R123, dan R1233zd adalah 12.64 bar, 14.69 bar, 20.75 bar, 16.71 bar dan 21.57 bar. Daya expander yang dihasilkan oleh n-pentane, isopentane, neopentane, R123, dan R1233zd adalah 5.122 kW, 5.958 kW, 8.775 kW, 6.851 kW dan 9.02 kW. Fluida kerja R1233zd dengan nilai ODP 0 dan GWP 1 serta memberikan efisiensi dan produksi daya yang lebih cukup baik dibandingkan dengan fluida kerja lainnya.

Heat sources such as geothermal, biomass, and others have the potential to be recovered. Organic Rankine Cycle (ORC) plant can be used to convert low-temperature heat sources into electrical energy. The selection of a working fluid and a scroll expander for the ORC plant is very important because it functions in a certain geometry referring to environmental and thermodynamic aspects. The simulation uses EES; n-pentane, isopentane, neopentane, R123, and R1233zd as working fluids. The working fluids are simulated at a constant volume, namely scroll expander volume, 97.9 cm3/rev with a heat source temperature range of 70-180 oC to obtain the cycle efficiency, expansion pressure difference and power of the expander. The simulation results at a saturated steam temperature of 145 oC show the cycle efficiencies produced by n-pentane, isopentane, neopentane, R123, and R1233zd are 9.45%, 9.18%, 8.24%, 9.77%, and 9.18%. The difference in system expansion pressure produced by n-pentane, isopentane, neopentane, R123, and R1233zd are 12.64 bar, 14.69 bar, 20.75 bar, 16.71 bar, and 21.57 bar. The expander power produced by n-pentane, isopentane, neopentane, R123, and R1233zd are 5,122 kW, 5,958 kW, 8,775 kW, 6,851 kW and 9.02 kW. Thus, based on environmental and thermodynamic aspects, the working fluid R1233zd is obtained with ODP 0 and GWP 1 values and provides better efficiency and power production compared to other working fluids."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Winda Asrini
"Telah dilakukan penelitian bioakumulasi plutonium dan americium oleh Babylonia spirata dari Teluk Jakarta menggunakan perunut 242Pu dan 243Am. Eksperimen akuaria menggunakan dua jenis tingkat oksidasi 3 dan 4 dengan tiga kali pengulangan. Percobaan dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu akumulasi dan depurasi. Bioavailabilitas 242Pu Pu3 dan Pu4 dan 243Am Am3 dan Am4 di air laut pada Babylonia spirata telah dipelajari. Parameter biokinetika yang diteliti meliputi faktor konsentrasi CF , konstanta laju pengambilan ku , konstanta laju pelepasan ke , faktor biokonsentrasi BCF , dan waktu paruh biologis tb1/2 . Spesiasi 242Pu Pu3 dan Pu4 dan 243Am Am3 dan Am4 menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan B. spirata mengakumulasi Pu dan Am. Bentuk Pu4 dan Am3 terakumulasi lebih tinggi dan tertahan lebih lama di kompartemen tubuh B. spirata. Radionuklida 242Pu dan 243Am terdistribusi paling tinggi pada cangkang dan sisa organ, dan terdistribusi paling rendah pada insang dan ginjal B. spirata.

The research of bioaccumulation Plutonium and Americium of Babylonia spirata from Jakarta Bay using 242Pu and 243Am radiotracers has been conducted. The aquaria experiments were applied by two oxidation states of Pu and Am speciation with three replications. The experiment was carried out by 2 steps, such as uptake and depuration. The bioavailability of 242Pu and 243Am in the III and IV oxidation states through sea water pathway has been studied for Babylonia spirata. Biokinetics parameters, such as concentration factors CFss , uptake rate constants ku , elimination rate constants ke , bioconcentration factors BCF , and biological half life tb1 2 , were investigated. Speciation of 242Pu Pu3 dan Pu4 dan 243Am Am3 dan Am4 affected the ability of B. spirata to accumulates plutonium and americium. The research shows that Pu4 and Am3 are potentially accumulated in greater value than Pu3 and Am4 by B. spirata, in which Pu and Am are more rapidly distributed and retained longer in shells and remainders, and shorter in gills and kidneys."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>