Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142231 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oky Nur Setyani
"Latar Belakang: Pengukuran Indeks Massa Tubuh tunggal tidak cukup menilai atau mengelola risiko kardiometabolik yang terkait peningkatan adipositas pada dewasa. Lingkar Perut direkomendasikan untuk secara rutin dinilai dalam praktik klinis sehari-hari namun angkanya bervariasi antar ras dan etnis. Tujuan : Penelitian ini bermaksud menentukan nilai titik potong optimal untuk prediksi kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) dan penyakit kardiovaskular pada populasi di Indonesia. Metode : Kami menganalisis data sekunder dari studi Kohort Penyakit Tidak Menular Bogor di tahun 2011-2018, terdiri dari 2077 orang dewasa berusia 25-65 tahun. Nilai titik potong baru yang diusulkan untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Perut (LP) dihitung menggunakan analisis kurva ROC dan Youden indeks. Hasil : Insidensi Kejadian Diabetes Mellitus dan penyakit Kardiovaskular pada follow up subjek di tahun keenam sejak baseline, didapatkan yaitu sebanyak 13,7% dan 8,9%. Nilai titik potong IMT untuk kejadian diabetes melitus tipe 2 atau penyakit kardiovaskular ialah 23 kg/m2 dengan sensitivitas 72,2 % dan spesifisitas 41,8 %. Nilai titik potong lingkar perut (LP) untuk laki-laki 79 cm dengan sensitivitas 60,9% dan spesivisitas 66,4% sedangkan untuk perempuan ialah 77 cm dengan sensitivitas 74,3% dan spesivisitas 40,5%. Kesimpulan : Nilai titik potong yang baru diusulkan yaitu untuk IMT ialah 23 kg/m2 dan LP 79 cm untuk Laki-Laki dan 77 cm untuk perempuan dapat digunakan untuk penyaring risiko DMT2 dan penyakit Kardiovaskular pada penduduk Indonesia.

A single Body Mass Index (BMI) measurement does not adequately assess or manage the cardiometabolic risk in adults. Waist circumference (WC) is recommended to be routinely assessed in daily clinical practice but might be differ based on different race or ethnicity. This study aims to determine the optimal cut-off point for predicting the incidence of Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) and cardiovascular disease in Indonesia. We analyzed secondary data from the Bogor Non-Communicable Disease Cohort study in 2011-2018, consisting of 2077 adults aged 25-65 years. The new proposed cut-off values for BMI and WC were calculated using ROC curve analysis. The incidence of T2DM and CV events in the sixth year followup, was found to be 13.7% and 8.9%, respectively. The cut-off point for BMI for the incidence of T2DM or CV disease was 23 kg/m2 (Sn 72.2% and Sp 41.8%). The cut-off point of WC for men is 79 cm (Sn 60.9% and Sp 66.4%), while for women is 77 cm (Sn 74.3% and a Sp 40.5%). As conclusions The newly proposed cut-off value for BMI is 23 kg/m2 and WC 79 cm for men and 77 cm for women can be used to screen for the risk of T2DM and CV disease in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tsaniya Meidini Tahsya Hermawan
"Latar Belakang Sindrom Polikistik Ovarium (SAPK) adalah salah satu penyakit metabolic-endokrin yang paling sering ditemui pada Wanita dalam usia reproduktif. Sindrom Polikistik Ovarium merupakan kondisi yang banyak dikaitkan dengan obesitas dan meningkatnya jaringan adiposa, yang bisa diukur dengan lingkar pinggang dan tingkat lemak viseral. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk menganalisis korelasi dari obesitas dengan jaringan lemak viseral pada pasien sindrom polikistik ovarium dan kontrol pada klinik Yasmin, RSCM Kencana Metode Penelitian ini merupakan studi retrospektif analitik yang menggunakan metode cross-sectional dengan menggunakan data yang diperoleh dari rekam medis di Klinik Yasmin, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana. Variabel independent merupakan index massa tubuh, sedangkan variable dependen adalah lingkar pinggang dan tingkat lemak viseral pada pasien SOPK dan kontrol. Hasil Penelitian ini menemukan perbedaan yang signifikan pada Lingkar pinggang (LP) dan Tingkat lemak viseral antar parameter IMT yang berbeda. Ketika membandingkan SOPK dan kelompok tidak SOPK pada kelompok yang disesuaikan dengan IMT, hanya kelompok obesitas yang memiliki perbedaan signifikan pada LP dan tingkat lemak viseral. Selain itu, ditemukan adanya korelasi yang signifikan antara indeks massa tubuh dan lingkar pinggang (p<0,000), serta lemak viseral (p<0,000) pada pasien PCOS. Hasilnya memiliki nilai Korelasi Pearson masing-masing sebesar 0,892 dan 0,871 yang berarti variabel lainnya akan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya salah satu variabel. Kesimpulan Hasil dari penelitian ini menemukan adanya korelasi signifikan positif antara jaringan lemak viseral dan IMT pada pasien SOPK.

Introduction Polycystic ovary syndrome (PCOS) is one of the most common metabolic-endocrine disease that can be found in women in reproductive age. Polycystic ovary syndrome is a condition that is closely correlated to obesity and increase of adipose tissue, which can be measured by waist circumference and visceral fat level. Thus, this study aims to analyse the correlation of obesity with waist circumference and visceral fat in polycystic ovary syndrome and control patients. . Method This research is a retrospective analytical study that uses cross-sectional method and utilize medical records from patients in Klinik Yasmin, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana. The independent variable is the body mass index, meanwhile the dependent variable is the waist circumference and visceral fat level. Results This research has found a significant difference in WC and VF among different BMI parameters. When comparing PCOS and the control group in their BMI-matched group, only the Obese group had a significant difference in WC and VF. Additionally, it is found that there is a significant correlation between body mass index and waist circumference (p<.000), as well as visceral fat (p<.000) in PCOS patients. The result has Pearson Correlation values of 0.892 and 0.871, respectively, which means the other will be higher as one variable increases. . Conclusion This research has found that there is a significant positive correlation between visceral adipose tissue and body mass index in PCOS patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dance Dita Pranajaya
"Latar Belakang: Sudah diketahui bahwa peningkatan indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator peningkatan profil lipid. Dengan adanya penelitian terbaru dari Ashwell yang menyatakannya bahwa Rasio lingkar perut tinggi badan (RLP-TB) lebih sensitif terhadap kasus dislipidemia dari pada indeks massa tubuh. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui korelasi rasio lingkar perut tinggi badan dan indeks massa tubuh terhadap profil lipid pada pekerja di PT.E yang bergerak di Industri Migas.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi korelasi, menggunakan data sekunder hasil medical check-up pekerja tahun 2013 dan 2014. Berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan data sebanyak 130 orang untuk tahun 2013 dan 69 orang untuk tahun 2014.
Hasil Penelitian: Dari total 199 subyek, didapatkan RLP-TB (r: 0.186 dan r: 0.334) memiliki nilai koefisien korelasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan IMT (r: 0.180 dan r: 0.319) pada parameter metabolik kolesterol dan trigliserid, namun pada HDL, IMT memiliki nilai koefisien korelasi lebih baik (r: -0.328) daripada Rasio Lingkar Perut dan Tinggi Badan (r: -0.291). Namun perbedaan koefisien korelasi tersebut relatif tidak besar sehingga dapat dikatakan Rasio Lingkar Perut-Tinggi Badan tidak lebih baik sebagai prediktor profil lipid dibandingkan dengan Indeks Massa Tubuh.

Background: It is already known that increasing Body Mass Index is an indicator of increasing lipid profile. The latest research from Ashwell has revealed that the Waist circumference – height ratio is more sensitive than body mass index on dyslipidemia. Therefore, the researchers wanted to determine the correlation of Waist circumference – height ratio and body mass index to lipid profile on PT. E workers who running the business in oil and gas.
Methodology: This is a correlation study used secondary data from employee medical check-up data on years 2013 and 2014. Based on the inclusion and exclusion criteria, obtain a 130 subject for year 2013 and 69 subject for year 2013.
Research result: From the 199 subject, obtain a Waist circumference – height ratio (r: 0.186 and r: 0.334) has relative high correlation coefficient to cholesterol and triglyceride compared by Body mass index (r: 0.180 and r: 0.319), but body mass index has good correlation coefficient (r:-0.328) with HDL rather than Waist circumference – height ratio (r: -0.291). But, the differentiation of correlation coefficient between Body Mass Index and Waist Circumference-Height ration is not significant. The conclusion is Waist Circumference-Height Ratio is not better than Body Mass Index as a profile lipid predictor
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Raudah Putri
"Peningkatan IMT dan lingkar perut dapat disebabkan oleh stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan hubungan antara stres dengan IMT dan lingkar perut. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan jumlah sample 115. Penelitian ini menggunakan data primer dari pengukuran IMT dan lingkar perut serta kuesioner stres SRQ 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar adalah obesitas 1 (38.3%), lingkar perut tinggi (55,7%),dan tidak memiliki gangguan stres (92.2%). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan stres tidak berhubungan dengan IMT (p=0,569). Uji fisher menunjukkan stres tidak berhubungan dengan lingkar perut (p=0,511).
Disimpulkan bahwa stres tidak berhubungan dengan IMT dan lingkar perut. Hal ini disebabkan oleh variasi respon setiap individu terhadap stres. Sejumlah orang akan makan makanan yang tinggi kalori dengan cara berlebihan. Sebagian lainnya akan kekurangan nafsu makan dan mengurangi asupan makanan.Namun terdapat kecenderungan peningkatan IMT pada orang yang mengalami stres yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti gaya hidup (aktivitas fisik rendah dan diet yang tidak sehat), lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggal. Stres merupakan faktor risiko peningkatan lingkar perut tetapi pengaruhnya sangat sedikit. Stres kronis dapat meningkatkan risiko obesitas abdominal. Faktor yang menjadi penyebab adalah gaya hidup yang tidak sehat dan peningkatan kadar kortisol di dalam darah.

The increase of BMI and waist circumference can be caused by stress. The study purpose was to acknowledge proportion and relationship between stress with BMI and waist circumference. This research wascross-sectional study of 115 as primary data by measuring BMI and waist circumference with SRQ 20 stress quiestionnaire. Research outcome showed that largest proportion was obesity I (38.3%), big waist circumference (55.7%), and no stress disorder (92.2%). Kolmogorov-Smirnov test showed that stress did not correlate with BMI (p=0.569). Fisher test showed that stress did not correlate with waist circumference (p=0.511).
Conclusion was stress had not correlation with BMI and waist circumference. This could be happened due to stress response variances of people. Some people would consume high-calories food excessively. Others would have lack of appetite and reduce food intake.However, there was an increasing trend of BMI in people who experienced stress that was influenced by several factors, such as lifestyle (low physical activity and an unhealthy diet), the working environment, and living environment. Stress was a risk factor for the increase of abdominal circumference but the influence was very small. Chronic stress could increase the risk of abdominal obesity. The factors was an unhealthy lifestyle and increase levels of cortisol in the blood.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nara Citarani
"Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) adalah salah satu metode untuk mendeteksi obesitas sentral. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu, asupan makan, gaya hidup, dan indeks massa tubuh (IMT) dengan obesitas sentral berdasarkan RLPP pada kelompok usia dewasa di wilayah urban dan rural terpilih. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dengan jumlah 195 sampel. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi kuantitatif observasional cross-sectional. Prevalensi obesitas sentral berdasarkan RLPP pada penelitian ini adalah 57,9%. Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan obesitas sentral berdasarkan RLPP adalah jenis kelamin dan IMT.

Waist-hip ratio (WHR) is a method to measure the risk of central obesity. This study is focus on finding the association between individual characteristics, dietary intake, lifestyle, and body mass index (BMI) with central obesity based on WHR among adults in selected urban and rural area. Secondary data was used in this study, with total 195 samples. The design of this study is quantitative observational cross-sectional. The prevalence of central obesity based on WHR in this study is 57,9%. Variables which are significantly related to central obesity are sex and BMI.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuzulvia Damayanty
"Penelitian dengan desain studi cross-sectional dilakukan pada bulan April-Mei 2013. Penelitian di Kementerian Perindustrian RI melibatkan 122 pegawai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang sebagai indikator obesitas sentral. Variabel dependen pada studi ini ialah obesitas sentral berdasarkan pengukuran lingkar pinggang. Variabel independen ialah jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pengetahuan gizi, riwayat genetik, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan asupan gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidrat). Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar pinggang, persen lemak tubuh, antropometri, kuesioner, dan wawancara asupan makanan 2x24 jam. Analisis bivariat, didapatkan hubungan yang signifikan antara umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Perbedaan yang signifikan juga ditunjukkan antara jenis kelamin dan kebiasaan merokok dengan lingkar pinggang. Para pegawai diharapkan mulai mengontrol asupan makanan dan gaya hidup.

This cross sectional study was held in April-Mei 2013 comprised 122 employee at Ministry of Industry. The objective of study was to determine the association of some risk factors in waist circumference as an abdominal obesity indicator. Dependent variables of this study was abdominal obesity that was measured by waist circumference and the independent variable consist of sex, age, aducational background, nutritional knowledge, genetic history, Body Mass Index (BMI), Body Fat Percentage (BFP), smoking status, physical activity, and nutrient intake (intake of energy, protein, fat, and carbohydrate). Data were collected through waist measurement, Body Fat Percentage, anthropometry, questionnaires, and food models as supporting tools for 2x24 hours food recall. Bivariate analyses showed that age, BMI, BFP, intake of energy, protein, fat, and carbohydrate were correlated with a statistically significant in was circumference. Meanwhile, this study also indicated a significant difference between the sex and smoking status with circumference. It is suggested to employees to start controlling food intake and lifestyle."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvi Anastasia
"Hipertensi atau peningkatan tekanan darah merupakan salah satu faktor risiko utama mortalitas di dunia. Terjadinya hipertensi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu faktor nutrisi dan aktivitas fisik yang jika tidak terkontrol dengan baik dapat memicu terjadinya obesitas. Penatalaksanaan obesitas untuk membantu penanganan hipertensi dapat dilakukan di layanan primer dan penurunan berat badan yang diharapkan seharusnya dapat dipantau oleh kader secara sederhana di Posbindu. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara perubahan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pengunjung Posbindu PTM.
Penelitian ini adalah studi potong lintang dengan subyek penelitian terdiri dari 100 pengunjung Posbindu yang telah berkunjung 2 kali. Mayoritas subyek penelitian adalah perempuan 85 dan berusia 46-65 tahun 52. Pasien yang mengalami obesitas sebanyak 28 dan yang mengalami hipertensi sebanyak 15 dilihat dari tekanan sistoliknya dan sebanyak 24 dilihat dari tekanan diastoliknya.
Berdasarkan uji statistik, peningkatan tekanan darah sistolik lebih banyak dialami oleh subyek penelitian dengan indeks massa tubuh yang tidak mengalami kenaikan 62,5. Begitu pula pada peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih banyak dialami oleh subyek penelitian dengan indeks massa tubuh yang tidak mengalami kenaikan 60. Melalui uji chi-square, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara perubahan indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik p = 0,18 maupun dengan tekanan darah diastolik p = 0,36.

Hypertension is one of the main risk factors of mortality in the world. Hypertension can be caused by various factors, like uncontrolled physical activity and nutrition factor that can lead to obesity. Obesity management can be done by primary health care and Community Health Post should be monitored weight loss. The aim of this study was to determine the association between changes in body mass index with blood pressure in patients of Community Health Post of non communicable disease.
This study is a form of cross sectional study and consisted of 100 subjects with the frequency of visits at least 2 times. The majority of subjects were female 85 with the age group of 46 65 years 52. Futhermore, 28 of patients were obese and 15 had hypertension based on systolic pressure and 24 had hypertension based on diastolic pressure.
Based on statistic test, majority of systolic blood pressure increased were found in subjects with the body mass index that didn't rise 62,5. Similarly, majority of diastolic blood pressure incrceased were also found in subjects with the body mass index that didn't rise 60. Through Chi square test, it is know that there is no significant associated statistically between changes in body mass index with blood pressure in patients of Community Health Post, both systolic blood pressure p 0.18 and diastolic p 0.36.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Riyadina
"ABSTRAK
Disertasi ini menilai dinamika perubahan IMT dan tekanan darah pada wanita pasca menopausedi Kota Bogor, dengan desain studi longitudinal dan kualitatif. Analisis data panel dilakukanpada data sekunder dari ldquo;Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular rdquo; dengan follow up2. Hasil penelitian pada wanita pasca menopause antara lain prevalensi hipertensi 66,1 daninsiden rate 5 kasus per 100 orang-tahun. Model fixed effect menemukan hubungan bermaknaantara perubahan IMT dengan perubahan sistolik dan diastolik. Dinamika IMT dengan sistolikdengan R2 within 2 . Setelah disesuaikan dengan tingkat aktifitas fisik, peningkatan 1 kg beratbadan pada normotensi telah meningkatkan tekanan darah sistolik 1,5 mmHg dan diastolik 0,9mmHg, pada hipertensi terkendali sistolik 2,7 mmHg dan diastolik 1,3 mmHg, pada hipertensitidak terkendali sistolik 3,7 mmHg dan diastolik 1,3 mmHg. Setelah disesuaikan dengan derajatmerokok, penurunan dinamika IMT 1 telah menurunkan sistolik sekitar 2-3 mmHgdibandingkan IMT stabil. Trigliserida berpotensi menjadi marker lipid baru, sedangkan faktorpsikososial dan merokok berkontribusi pada pengendalian hipertensi.

ABSTRACT
This study aims at evaluating the dynamics of change in BMI and blood pressure ofpostmenopausal women in Bogor by using both longitudinal data and qualitative study.Analyzing the 2 years follow up panel data of A Cohort Study of Non Communicable Diseases rsquo Risk Factors rdquo , this study showed that the prevalence of hypertension in postmenopausal womenis 66.1 , while the incidence rate reaches 5 cases per 100 person years. The fixed effectestimations confirmed that changes in systolic and diastolic pressure would follow changes inBMI. Moreover, after controlling with a physical activity, this study still found that there isstrong correlation between dynamics of BMI and systolic pressure, Normotensive patientsexperienced 1 kg of weight gain will increase their systolic pressure by 1.5 mmHg, theirdiastolic pressure by 0.9 mmHg. Furthermore, patients with under controlled hypertension whoare experienced 1 kg of weight gain will increase their systolic pressure by 2.7 mmHg, diastolicpressure by 1.3 mmHg. In contrast, patients with uncontrolled hypertension would have highersystolic pressure 3.7 mmHg and diastolic pressure around 1.3 mmHg. By controlling smokingactivity, 1 reduction in dynamic BMI would lower a systolic pressure as much as 2 3 mmHgcompared to a stabilized BMI. Other findings of this study are that triglyceride serves apotential of new lipid marker,while psychosocial factors and smoking behavior could contributeto controlled hypertension."
2017
D2298
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita
"RSCM merupakan rumah sakit terbesar di Indonesia yang menangani penyakit COVID-19. Ditemukan banyak faktor yang mempengaruhi morbiditas, lama perawatan dan perubahan parameter laboratorium. Prevalensi obesitas semakin meningkat di Indonesia. Saat ini belum ada penelitian mengenai pengaruh IMT terhadap derajat keparahan COVID-19 di Indonesia. Masalah penelitian ini adalah belum adanya informasi mengenai pengaruh indeks massa tubuh (IMT) terhadap derajat keparahan COVID-19 di Indonesia dan adanya perbedaan temuan hasil laboratorium (leukosit, trombosit, rasio neutrofil limfosit (RNL), PT, APTT, D-dimer dan CRP) pada pasien COVID-19 sehingga dapat memberikan informasi derajat keparahan COVID-19 pada pasien rawat inap di RSUPNCM. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang melibatkan 378 data subjek yang memuat data demografi, data klinis, IMT, jumlah leukosit, RNL, trombosit, PT, APTT, D-dimer, dan CRP. Analisis statistik hasil laboratorium dilakukan dengan membandingkan antar kelompok berdasarkan IMT dan derajat penyakit. Selain itu, analisis statistik juga dilakukan antara IMT dengan derajat penyakit. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan bermakna nilai CRP pada kelompok overweight dan obese (53,6 mg/L dan 63,35 mg/L) dibandingkan dengan kelompok normal (22,65 mg/L). Selain itu, terdapat perbedaan bermakna jumlah leukosit, RNL, PT, APTT, D-dimer dan CRP antara kelompok severe vs non-severe pada hari pertama perawatan. Obesitas 1,88 kali lebih tinggi untuk mengalami COVID-19 derajat penyakit severe dibandingkan kelompok normal. Berdasarkan hasil penelitian ini maka obesitas merupakan faktor risiko terjadinya COVID-19 severe dimana pada kelompok obesitas didapatkan kadar CRP yang tinggi sejak hari pertama perawatan dan hanya kadar D-dimer dan CRP yang meningkat secara bermakna pada kelompok severe

RSCM is the largest designated hospital in Indonesia for managing COVID-19 cases. Many factors have been found which affect morbidity, length of treatment and changes in laboratory parameters. The prevalence of obesity is increasing in Indonesia. Currently, there is no research on the effect of BMI on the severity of COVID-19 in Indonesia. The problem of this research is that there is no information regarding the effect of body mass index (BMI) on the severity of COVID-19 in Indonesia and the differences in laboratory findings (leukocytes count, platelets count, neutrophil to lymphocyte ratio (NLR), PT, APTT, D-dimer and CRP) in COVID-19 patients to provide information on the severity of COVID-19 in hospitalized patients at the RSUPNCM. This study is a cross-sectional study involving 378 subject data containing demographic data, clinical data, BMI, leukocyte count, NLR, platelets, PT, APTT, D-dimer, and CRP. Statistical analysis of laboratory results was performed by comparing groups based on BMI and disease severity. In addition, statistical analysis was done between BMI and disease severity. This study showed a significant increase in CRP values ​​in the overweight and obese groups (53.6 mg/L and 63.35 mg/L) compared to the normal group (22.65 mg/L). In addition, there were significant differences in the leukocytes count, NLR, PT, APTT, D-dimer and CRP between the severe vs non-severe groups on the first admission day. Obesity was 1.88 times more likely to develop severe COVID-19. Based on the results of this study, obesity is a risk factor for severe COVID-19 where in the obese group there was high CRP level since the first admission day and only D-dimer and CRP level ​increase significantly in the severe group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lengkey, Nikita Esther
"Obesitas telah diidentifikasikan sebagai salah satu faktor risiko penyakit tidak menular. Peningkatan berat badan dapat memicu resistensi insulin sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah di dalam tubuh. Posbindu penyakit tidak menular PTM memiliki peran dalam mendeteksi dini serta memantau faktor risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes mellitus. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi perubahan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes di Posbindu PTM. Perubahan indeks massa tubuh merupakan hasil dari indeks massa tubuh kunjungan kedua dikurangi indeks massa tubuh kunjungan pertama. Yang dimaksud dengan hasil pengukuran gula darah sewaktu yaitu hasil dari kadar gula darah sewaktu kunjungan kedua dikurangi kadar gula darah sewaktu kunjungan pertama.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 47 pasien diabetes yang telah melakukan kunjungan minimal dua kali. Mayoritas subyek penelitian yaitu perempuan 76,6 , dan rata-rata usia 57 tahun 9 tahun. Indeks massa tubuh pada subyek penelitian adalah 25,06 SD 3,541 dan 25,13 SD 3,455 ; atau mengalami overweight. Kadar gula darah sewaktu diperoleh 239,26 SD 125,139 dan 213,15 SD 105,377 ; atau kadarnya >200 mg/dL. Pada uji korelasi Spearman, nilai koefisien korelasi r sebesar -0,100 dan nilai p = 0,504 p > 0,05 . Kesimpulannya, tidak terdapat korelasi antara perubahan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes di Posbindu PTM Binaan KDK FKUI Kayu Putih.

Obesity has been identified as one of the risk factors for non communicable disease. Increased body weight can induce insulin resistance so it can cause increased blood glucose in the body. Non Communicable Disease of Community Health Post KDK FKUI Kayu Putih acts to early detection and monitoring the risk factors of non communicable disease, such as diabetes mellitus.The aim of this study was to investigate the correlation between the changes of body mass index and random blood glucose level in patients with diabetes at community health post of non communicable disease. The changes in body mass index was the results of body mass index in the second visit reduced body mass index in the first visit. The random blood glucose measurements was also defined as the results of random blood glucose level in the second visit reduced random blood glucose level in the first visit.
This study was a cross sectional study, consisted of 47 samples of patient diabetes who had been visited at least twice. The majority of subjects was female 76,6 , and mean age of subjects was 57 9 years. Body mass index of subjects was 25,06 SD 3,541 and 25,13 SD 3,455 or overweight. And, random blood glucose level of subjects was 239,26 SD 125,139 and 213,15 SD 105,377 , which was 200 mg dL. In Spearman rsquo s correlation method, the correlation coefficient r was 0,100 and p value 0,504 p 0,05 . In conclusion, there was no correlation between changes in body mass index and random blood glucose levels in patients with diabetes in community health post of non communicable disease KDK FKUI Kayu Putih.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>