Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199949 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andina Galuh Larasati
"Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlibatan orang tua anak disabilitas ganda saat anak belajar di rumah beserta hambatannya. Urgensi penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah keterlibatan yang orang tua lakukan akan membantu terpenuhinya hak-hak pendidikan anak sesuai dengan konsep ilmu kesejahteraan sosial yaitu konsep “Person in ennvironmet”. Terutama ketika diberlakukannya metode Pembelajaran Jarak Jauh saat pandemi yang mengakibatkan anak tidak dapat mengakses fasilitas pendidikan disabilitas dan jauh dari guru khusus untuk anak disabilitas ganda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif menggunakan teknik purposive sampling yang dilakukan dilakukan dari Agustus 2022 hingga Desember 2022 saat PTM telah diberlakukan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam secara daring dan luring pada 8 orang informan (tiga informan merupakan orang tua dari anak disabilitas ganda netra-autisme, netra-motorik, dan netra-perilaku; 3 orang dari guru kelas yang mengajar langsung anak disabilitas ganda; dan 2 orang merupakan Kepala Sekolah dan Koordinator SDLB-A Pembina Tingkat Nasional), serta observasi langsung terhadap anak disabilitas ganda yang berada di SDLB-A Pembina Tingkat Nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan yang orang tua lakukan dalam membimbing anak disabilitas ganda belajar di masa pandemi adalah berupa: (1) Mendampingi anak selama belajar daring, (2) Membantu anak mengerjakan tugas sekolah, (3) Berkomunikasi dengan guru kelas terhadap perkembangan pendidikan anak, (4) Menenangkan anak saat tantrum, dan (5) Terlibat dalam pengambilan keputusan untuk sekolah tatap muka (PTM). Keterlibatan khusus yang orang tua anak disabilitas ganda lakukan adalah orang tua harus lebih ekstra dalam menangani anak yang mengalami tantrum saat belajar. Faktor hambatan utama orang tua saat membimbing anak disabilitas ganda belajar adalah karena orang tua tidak mengerti materi akademis pembelajaran anak disabilitas, juga karena masalah teknis terkait gawai, sinyal, dan kuota. Terungkap pula bahwa keterlibatan orang tua anak disabilitas ganda saat anak belajar di rumah ternyata cenderung lebih menekankan pada sisi perkembangan akademis, sedangkan guru SLB juga menginginkan adanya perkembangan kemandirian anak dalam activity daily living-nya yang dikatakan masih belum terpenuhi dengan baik. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengembangan ilmu Kesejahteraan Sosial terutama pada mata kuliah Kesejahteraan Anak Perlindungan Anak mengenai keterlibatan orang tua dalam membimbing anak disabilitas ganda, mengingat masih belum banyak pembahasan mengenai anak disabilitas.

This research aims to describe the involvement of parents of children with multiple disabilities while studying at home and its problems. The urgency of this research is to find out if parental involvement will help the children to fulfill their rights and education needs in accordance with the concept of social welfare science, namely the concept of “Person in environment”, especially during pandemic era, the implementation of online learning has caused children to not be able to access special educational facilities and are far from special teachers for children with multiple disabilities. This research is a qualitative-descriptive study using a purposive sampling technique which was conducted from August 2022 to December 2022 when face-to-face learning was already implemented. Data collection was carried out by in-depth online and offline interviews with eight informants (three informants were parents of visual-autism, visual-motor, and visual-behavior multi disabilities children; three class teachers of children with multiple disabilities; and two other people were school principals and coordinators of SDLB-A Pembina Tingkat Nasional), as well as direct observations of students with multiple disabilities at SDLB-A Pembina Tingkat Nasional. The results of the study show that the involvement of parents includes: (1) Accompanying children during online learning, (2) Helping children with their schoolwork, (3) Communicating with the class teachers about children's academic development, (4) Calming children during tantrums, and (5) Involved in decision-making for face-to-face learning (PTM). The specific involvement that parents of children with multiple disabilities have done is that they have to be extra in handling children who experience tantrums while studying. The main factor of the parents’ problems when guiding their multi disbilities children study are: Not understanding their study materials, and technical issues problems related to the the device, signal, and quota. However, it is found that the parents’ involvements only support the children’s academic development side, while the teachers also want the children’s self-sufficiency of their daily living activities to be developed properly, which, in fact, is still not well-fulfilled. The results of the research are expected to provide an input for the development of Social Welfare Study especially for Children Welfare and Children Protection course regarding the parental involvement in guiding children with multiple disabilities, considering that there is not much discussion about children with disabilities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giovani Vania
"ABSTRAK
Penelitian ini menggambarkan keterlibatan orangtua dalam mengembangkan keterampilan sosial anak berkesulitan belajar spesifik di Sekolah Dasar Pantara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa keterlibatan orangtua dalam mengembangkan keterampilan sosial anak dalam dimensi hubungan dengan teman sebaya berupa keterlibatan orangtua di sekolah, keterlibatan orangtua di rumah serta hubungan rumah dan sekolah. Selain keterlibatan orangtua dalam mengembangkan keterampilan sosial dalam hubungan dengan teman sebaya, orangtua menunjukkan keterlibatannya dalam perkembangan anak dengan keikutsertaan orangtua dalam komite orangtua, mengenalkan anak pada komunitas luas, dan membantu anak belajar di rumah.

ABSTRACT
This research describes parental involvement in developing social skills of children with specific learning disabilities in Sekolah Dasar Pantara. This research use a qualitative approach with descriptive methods. The result of this research provides an overview of the parent involvement in developing social skills of children in the peer relation dimension: school-based involvement, home-based involvement, and home-school conferencing. In addition, parents showed their involvement on child development through participation on parents committee, introduced child on the broad community, and help children learning at home.
"
2015
S62200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Booth, Tim
London: Routledge, 1998
306.874 BOO g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Retnaning Kurniawati
"Orang tua dengan anak berkebutuhan khusus cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi akibat peningkatan beban pengasuhan. Kondisi tersebut cenderung dilampiaskan kepada anak, berupa perilaku menyakiti anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres pengasuhan pada orang tua anak berkebutuhan khusus dengan peluang melakukan abuse pada anaknya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Parental Stress Scale (PSS) dan kuesioner Peluang Abuse yang valid dan reliabel. Sampel penelitian berjumlah 75 orang yang dipilih dengan teknik total sampling. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres pengasuhan dengan peluang melakukan abuse (p value= 0,028;α= 0,05). Perempuan berpeluang lebih besar untuk melakukan abuse dibandingkan laki-laki. Orang tua yang pernah mendapatkan pengetahuan tentang metode pengasuhan berpeluang lebih rendah untuk melakukan abuse. Maka, perawat perlu mengedukasi orang tua terutama ibu mengenai metode pengasuhan dan manajemen stres untuk mengurangi peluang mereka melakukan abuse.

Parents of children with special needs tend to experience higher levels of stress due to increased burden of care. This condition tends to be directed at children, such as child-injurious behavior. This study examines the relationship between parenting stress in parents of children with special needs and the opportunity to abuse his/her children. This study use descriptive method with cross sectional approach. Collecting data using Parental Stress Scale (PSS) and Opportunity Abuse questionnaires. These samples included 75 individuals who have been selected with a total sampling technique. Data were analyzed using Kruskal Wallis test.
The results showed a correlation between levels of parenting stress with a chance to abuse (p value=0.028; α=0.05). Women are higher potentially to commit abuse than men. Parents who have got knowledge about parenting are lower potentially to commit abuse. Thus, nurses need to educate parents, especially mothers about parenting and stress management to reduce their chances to commit abuse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venie Viktoria RM
"Pada awalnya, seseorang yang menderita skizofrenia mungkin tidak diketahui oleh lingkungan mengenai gangguan yang dideritanya. Ketika keluarga mengetahui hal ini, tidak jarang mereka harus hidup bersama dengan penderita. Di rumah, para penderita tinggal bersama anggota keluarga yang lain, termasuk di antaranya adalah orang tua.
Bagi orang tua, kehadiran anak merupakan suatu prestasi tersendiri. Beberapa orang tua bahkan menganggap kehadiran anak sebagai penegasan akan kesuksesan dan kemampuan mereka sebagai orang tua (Gargiulo, 1985). Ketika orang tua mendengar dari dokter atau psikolog bahwa anaknya menderita skizofrenia, mereka biasanya akan mengalami shock. Menurut Duncan & Moses (dalam Gargiulo, 1985), shock merupakan fase awal yang biasanya terjadi ketika seseorang mengetahui salah satu anaknya mengalami gangguan skizofrenia sebelum akhirnya mereka menerima keadaan anaknya.
Duncan & Moses, berdasarkan konsep penerimaan dari Kübler-Ross (dalam Gargiulo, 1985), menyatakan bahwa penerimaan orang tua terhadap anak mereka dapat dibagi menjadi tiga tahap. Tiga tahap penerimaan orang tua tersebut terdiri atas primary phase, secondary phase, dan tertiary phase. Shock terjadi pada tahap primary phase dan penerimaan berada pada tahap tertiary phase.
Ketika lingkungan mengetahui gangguan yang dialami penderita, lingkungan sekitar sering kali menjauhi dan mempermalukan penderita maupun keluarganya. Keluarga dan masyarakat juga menganggap bahwa skizofrenia merupakan penyakit yang berbahaya, memalukan, dan membawa aib keluarga. Bahkan mereka menganggap skizofrenia sebagai akibat dari terkena guna-guna, kemasukan setan, kemasukan roh jahat, kutukan, dilanggarnya larangan (tabu), dan lain sebagainya yang berlandaskan kepercayaan supranatural (Hawari, 2001).
Menurut Hawari (2001), sebagai konsekuensi kepercayaan di atas, banyak penderita skizofrenia tidak dibawa ke dokter. Di antara mereka, penderita sering disembunyikan oleh keluarga mereka. Padahal mereka justru membutuhkan dukungan dan penerimaan dari keluarga serta lingkungan sekitar mereka.
Masalah lain yang berkaitan dengan hal ini adalah biaya pengobatan penderita. Hal ini juga dapat menjadi beban tersendiri bagi orang tua, karena membutuhkan dana yang tidak sedikit dan ini akan meningkatkan pengeluaran biaya, yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi keluarga.
Masalah-masalah tersebut dapat mempersulit penerimaan keluarga terhadap penderita. Dengan demikian, penelitian ini ingin melihat gambaran penerimaan keluarga, khususnya orang tua dari penderita skizofrenia, dengan melihat tahapan penerimaan dari orang tua menurut Duncan & Moses yang didasarkan dari konsep penerimaan Kübler-Ross serta masalah-masalah yang dapat mempengaruhi penerimaan orang tua.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tahap-tahap yang terjadi pada kedua pasangan orang tua terlihat tumpang tindih dan masing-masing orang tua memiliki keunikannya masing-masing. Kedua pasangan orang tua juga belum dapat menerima sepenuhnya keadaan anak mereka. Masalah-masalah yang dihadapi orang tua, yaitu masalah biaya, lingkungan, dan intensitas gangguan penderita, pernah dialami oleh kedua pasangan orang tua dan bahkan ada yang masih mengalaminya hingga saat ini. Beberapa masalah tersebut telah dapat ditangani oleh kedua pasangan orang tua."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Ariyanti
"ABSTRAK
Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seorang anak memiliki status sakit yang akut dan harus dirawat selama beberapa waktu di rumah sakit untuk pemulihan. Ketegangan yang dirasakan orang tua terhadap kondisi kesehatan anaknya yang menurun membuat tidak jarang orang tua menyalahkan diri sendiri atas penyakit yang diderita anaknya. Faktor-faktor yang berhubungan dari dalam dan luar diri seseorang memegang peranan penting dalam pembentukan koping individu. Mekanisme koping yang dimiliki orang tua dapat mempengaruhi psikologi orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi dengan parental coping. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan purposive sampling dan diterapkan pada 106 sampel yaitu orang tua dengan pengasuhan anak minimal 3 hari. Hasil penelitian setelah dianalisis dengan Chi-square menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan parental coping saat anak menjalani rawat inap adalah hari perawatan (p value = 0,000; = 0,05) dan ketersediaan ruang bermain anak (p value = 0,016; = 0). ,05).
ABSTRACT
Hospitalization is a condition where a child has an acute illness status and must be treated for some time in the hospital for recovery. The tension that parents feel about their child's declining health condition makes it not uncommon for parents to blame themselves for their child's illness. Factors that are related from within and outside a person play an important role in the formation of individual coping. Coping mechanisms that are owned by parents can affect the psychology of parents. This study aims to determine the effect of predisposing factors with parental coping. This study used a cross sectional design with purposive sampling and applied to 106 samples, namely parents with at least 3 days of child care. The results of the study after being analyzed by Chi-square showed that the factors most related to parental coping when children were hospitalized were the day of care (p value = 0.000; = 0.05) and the availability of children's playroom (p value = 0.016; = 0) . ,05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Ayu Rahmadiyanti
"

Latar Belakang: Orang tua yang merawat anak dengan kanker sering mengalami tingkat stres yang tinggi dan gejala depresi. Koping religius berfungsi sebagai metode bagi orang tua mengelola beban emosional mereka. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dnegan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner demografi, Perceived Stress Scale (PSS), dan BRIEF R-COPE. Hasil: Analisis data dari 154 responden orang tua yang mengisi kuesioner mengungkapkan tujuh variabel yang secara signifikan terkait stress orang tua: koping religius, status pernikahan, tingkat pendidikan pendapatan bulanan, tempat tinggal saat ini, lama rawat inap di rumah sakit, dan terutama jenis kanker. Kesimpulan: Koping religius yang positif menunjukkan korelasi positif dengan tingkat stres orang tua yang tinggi. Hal ini menggaris bawahi pentingnya memasukkan pendekatan religius ke dalam asuhan keperawatan, terutama bagi family caregivers.<


Background: Parents caring for children with cancer often experience high levels of stress and symptoms of depression. Religious coping serves as a method for parents to manage their emotional burden. Methods: This study employed quantitative methods with a cross-sectional approach. It utilized demographic questionnaires, the Perceived Stress Scale (PSS), and BRIEF R-COPE. Results: Analysis of data from 154 parent respondents completing the questionnaires revealed seven variables significantly associated with parental stress: religious coping, marital status, education level, monthly income, current residence, length of hospital stay, and notably, the type of cancer. Conclusion: Positive religious coping shows a positive correlation with high levels of parental stress. This underscores the importance of incorporating religious approaches into nursing care, particularly for family caregivers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Arsita
"Skripsi ini membahas mengenai proses pelaksanaan advokasi dalam memperkuat penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi anak disabilitas dan dampak perubahan dari adanya advokasi pendidikan inklusif yang diselenggarakan oleh Yayasan Wahana Inklusif Indonesia dari disiplin ilmu kesejahteraan sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka anak dengan disabilitas yang tidak mengenyam pendidikan dan adanya perilaku diskriminasi yang dialami oleh anak dengan disabilitas di lingkungan pendidikan. Untuk mewujudkan hak pendidikan tanpa diskriminasi bagi anak dengan disabilitas diperlukan upaya advokasi, khususnya advokasi untuk memperkuat pendidikan inklusif. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi terstruktur dengan delapan informan. Rentang waktu penelitian ini mulai dari Maret 2021 sampai Juni 2022 selama Pandemi COVID-19. Hasil penelitian menunjukan bahwa Yayasan Wahana Inklusif Indonesia melakukan proses advokasi pendidikan inklusif dengan melibatkan beberapa pihak mulai dari anak dengan disabilitas, orangtua, guru sekolah, Pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Kota Depok, dan masyarakat. Setiap pihak, melewati proses yang serupa dalam advokasi pendidikan inklusif. Terdapat lima proses yang dilakukan oleh Yayasan Wahana Inklusif Indonesia dalam melaksanakan advokasi pendidikan inklusif yaitu identifikasi permasalahan, perumusan solusi, pembangunan kesadaran, implementasi kebijakan, dan evaluasi. Keberhasilan adanya advokasi pendidikan inklusif menghasilkan perkembangan diri anak dengan disabilitas meningkat, orangtua mengetahui cara penanganan anak dengan disabilitas, guru memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mendidik anak dengan disabilitas, adanya alokasi anggaran dari Pemerintah, dan terciptanya lingkungan yang lebih inklusif di masyarakat. Jadi, kesimpulan dalam penelitian ini yaitu adanya advokasi pendidikan inklusif yang diselenggarakan oleh Yayasan Wahana Inklusif Indonesia dapat membantu anak dengan disabilitas dalam memenuhi hak mendapatkan pendidikan.

This study discusses the advocacy implementation process in strengthening the inclusive education for children with disabilities and the impact of changes of inclusive education advocacy organized by Yayasan Wahana Inklusif Indonesia from the social welfare discipline. This research is motivated by the high number of children with disabilities who do not receive education and the discriminatory behavior experienced by children with disabilities in the educational environment. To realize the right to education without discrimination for children with disabilities, advocacy efforts are needed, especially advocacy to strengthen inclusive education. This research is a qualitative research with descriptive study. Data collection techniques were carried out through semi-structured interviews with eight informants. The time span of this research starts from March 2021 to June 2022 during the COVID-19 Pandemic. The results showed that Yayasan Wahana Inklusif Indonesia carried out an inclusive education advocacy process by involving several parties ranging from children with disabilities, parents, school teachers, the Government, especially Dinas Pendidikan Kota Depok, and the community. Each party goes through a similar process in advocating inclusive education. There were five processes carried out by Yayasan Wahana Inklusif Indonesia in implementing inclusive education advocacy such as problem identification, solution formulation, awareness building, policy implementation, and evaluation. The success of inclusive education advocacy results in increased self-development of children with disabilities, parents know how to handle children with disabilities, teachers have knowledge and skills in educating children with disabilities, budget allocations from the Government, and the creation of a more inclusive environment in society. So, the conclusion in this study is that inclusive education advocacy organized by Yayasan Wahana Inklusif Indonesia can help children with disabilities in fulfilling their right to education."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E.P. Triambarwangi
"Keluarga dan orang tua memiliki peran penting bagi proses perkembangan diri anak. Akibatnya, perceraian dapat membuat keluarga bukan lagi tempat ideal bagi pengasuhan dan pendukung perkembangan anak. Lebih jauh, perceraian dapat menimbulkan gangguan bagi orang tua dalam menjalankan peranan bagi pengasuhan anak. Tidak mengherankan bila perceraian orang tua, seperti banyak diungkapkan dalam hasil penelitian, memberikan dampak negatif bagi anak. Namun demikian, dampak tersebut masih mungkin dihindari jika anak dapat melakukan penanganan masalah yang tepat. Keberhasilan melaksanakan penanganan masalah akan membantu anak untuk dapat mencapai kesejahteraan psikologis yang memungkinkan dirinya berfungsi sebagai pribadi yang sehat.
Ada dua hal yang sama-sama disepakati dalam literatur mengenai pelaksanaan penanganan masalah, yaitu penanganan masalah mencakup beberapa tugas yang harus dilakukan dan tugas terpenting merupakan tugas terakhir (menjalin relasi yang harmonis dengan orang lain). Meski demikian, mssih terdapat ketidaksepakatan mengenai proses penyelesaiannya. Ada yang berpendapat bahwa tugas terakhir harus diselesaikan sesudah terlebih dahulu menyelesaikan tugas-tugas sebelumnya. Ada pula yang berpendapat bahwa tugas terakhir dapat saja selesai meski ada tugas sebelumnya yang tidak berhasil diselesaikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika penyelesaian tugas-tugas penanganan dampak perceraian orang tua untuk dapat dijadikan arah bagi pencapaian tugas terakhir, sekaligus tugas terpenting yang pada akhirnya akan membantu tercapainya kesejahteraan psikologis.
Penelitian ini merupakan studi eksploratif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Berdasarkan beberapa pertimbangan, pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai mereka yang mengalami perceraian orang tua tidak lebih dari 15 tahun sebelumnya dan saat ini telah melewati masa remaja. Pemilihan subyek penelitian menggunakan metode snowball, di mana karakteristik utama yang dibutuhkan adalah kebersediaan dan kemampuannya untuk dnpat menglngat peristiwa perceraian orang tua berikut dampak bagi dirinya.
Dari penelitian ini diperoleh basil bahwa penyelesaian tugas-tugas penangaoan dampak perceraian orang tua cendenmg dilakukan berurutan dengan faktor pendukung dan penghambat keberhasilan yang dapat berasal dari dalam diri atau juga faktor lingkungan. Keamiknn subyek yang muncul dalam penelitian ini akan sangat menarik untuk diteliti lebih laqiut karena belum muncul dalam penelitiau lain dan masih adanya katidakseragaman pendapat mengenai faktor pendukung dan penghambat proses penanganan dampak perceraian orang tua.
Dilanjutkannya penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian yang lebih baik dan sempurna diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih baik Iagi mengenai proses penanganan dampak perceraian orang tua."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verial Attamimy
"Tujuan : Mengetahui sebaran tingkat pendidikan akhir penyandang cacat (penca) di masyarakat serta hubungannya dengan jumlah saudara kandung dan jenis kecacatan.
Metode: Disain penelitian adalah studi potong lintang yang dilakukan pada tahun 2012. Pengisian formulir 1 Community Based Rehabilitation (CBR) - WHO modifikasi Ferial (versi Bahasa Indonesia) dilakukan pada 113 penca yang berusia 18-65 tahun. Penca tersebar di empat kelurahan di kecamatan Tanjung Priuk yang merupakan daerah binaan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat yang dipilih berdasarkan cluster random sampling.
Hasil : Sebaran tingkat pendidikan penca yang dihubungkan dengan jenis kecacatan, didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan penca bervariasi, mulai dari tidak sekolah hingga SMA/SMALB dengan 77% penca yang tidak bersekolah. Analisa statistik dengan menggunakan uji kruskal wallis didapatkan nilai tengah tingkat pendidikan berdasarkan jenis kecacatan adalah tidak sekolah dengan p 0,73. Hubungan jumlah saudara kandung dengan tingkat pendidikan akhir penca dengan uji chi square mendapatkan nilai p 0,330.
Kesimpulan : Tidak didapatkan hubungan antara jenis kecacatan dengan tingkat pendidikan akhir penca. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah saudara kandung dengan tingkat pendidikan akhir penyandang cacat.

The aim: Knowing the distribution of education levels with disabilities in society and its relationship with the number of sibling and type of disability.
Methods: The design of the study was cross sectional in 2012. Filling of form 1 Community Based Rehabilitation ( CBR) -WHO modification Ferial ( Indonesian language version ) conducted on 113 disabled aged 18-65 year. The disabled is distributed in four subdistricts (kelurahan) of district (Kecamatan) Tanjung Priuk which is built based on selected Community Based Rehabilitation area chosen by cluster random sampling.
Results: The distribution of disabled education levels associated with different types of disability then get that disabled education level varies from no school until high school (SMA)/SMALB with 77% of disabled people who do not attend school. Statistical analysis using the kruskal wallis test values obtained as a middle level of education based on the type of disability is no school with p 0.73. The relation of the number of siblings with the level of education of the disabled with the chi square gain value p 0,330.
Conclussion: There was no correlation between types of disability with the final level of education of disabled people. There was no significant relationship between the number of siblings with the final level of education of disabled people.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>