Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58270 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laili Muttamimah
"Penelitian ini menyingkap bagaimana proses komodifikasi konten terjadi terhadap karya sastra Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang dialihwahana ke berbagai medium, yakni buku, web series, film, dan podcast. Tujuan penelitian ini adalah membongkar praktik komodifikasi konten dan bagaimana praktik tersebut menjadi kekuatan ekonomi politik bagi pemilik karya serta pemilik modal. Paradigma kritis digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan kualitatif dan metode penelitian analisis wacana kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara mikro, pemilik karya dan pemilik modal mengembangkan konten sesuai medium yang menyalurkannya, seperti memasukkan unsur-unsur intrinsik cerita dan meromantisasi isu-isu seragam, untuk mencapai kepentingan bisnis. Adapun secara makro, alih wahana yang dilakukan berhasil menciptakan komoditas baru yang digandrungi khalayak, karena dukungan dari sistem ekonomi dan politik memungkinkan pemilik modal terus mengembangkan karya dengan memanipulasi kesadaran khalayak sebagai hiburan. Kekayaan intelektual turut dimanfaatkan tak hanya untuk menghasilkan nilai ekonomi bagi pemilik karya dan pemilik modal, tetapi juga menguntungkan secara politik dari kontrol penuh atas pengembangan konten yang dimiliki.

This research reveals how the process of commodification of content occurs in the literary works, Nati Kita Cerita Tentang Hari Hari Ini, which is transformed into various mediums, such as books, web series, films, and podcasts. The purpose of this research is to reveal the practice of commodification of content and how this practice becomes a political economic power for the work owner and capital owners. The critical paradigm is used in this study with a qualitative approach and critical discourse analysis research methods. The results of the study show that on a micro basis, the work owner and capital owners develop content according to the medium that distributes it, such as incorporating intrinsic elements of stories and romanticizing uniform issues, to achieve business interests. On a macro level, the transformed of medium has succeeded in creating new commodities, because the support from the economic and political systems that allows the owners of capital to continue to develop works by manipulating audience awareness as entertainment. Intellectual property is also utilized not only to generate economic value for work owner and capital owners, but also to benefit politically as a full control over the development of the content they own."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defreia Miriam Destianti
"Abstrak. Makalah ini membahas mengenai bagaimana proses komodifikasi karya sastra Wattpad dengan judul Nonversation. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis, dengan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Dilakukannya penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana proses komodifikasi yang terjadi pada karya sastra Wattpad berjudul Nonversation dan kaitannya terhadap perubahan pada industri penerbitan buku. Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan konsep komodifikasi milik Mosco, terdapat tiga bentuk komodifikasi yang terjadi: (1). Komodifikasi konten terjadi melalui proses penulisan yang dilakukan melalui unsur-unsur cerita untuk menarik pembaca; (2). Komodifiksi khalayak terjadi ketika pembaca tidak dapat melepaskan dirinya dan menjadikan novel sebagai bagian dari kesehariannya; (3) Komodifikasi pekerja dimana penulis mengapitalisasi kemampuannya untuk menciptakan karya sastra sebagai bentuk dari labour-power. Model Arena Produksi Kultural juga digunakan untuk mengkaji Wattpad sebagai agen yang mendominasi dalam industri penerbitan buku.

Abstract. This paper discusses the process of commodification of Wattpad story, Nonversation. This study uses a critical paradigm, with a qualitative approach and case study research methods. The purpose of this research is to find out how the commodification process that occurs in Wattpad's literary work and its relation to the changes in the book publishing industry. Based on the research results, using Mosco's concept of commodification, there are three forms of commodification that occurs: (1). The commodification of content occurs through the writing process which is carried out through story elements to attract readers; (2). The commodification of audiences occurs when the reader cannot let go of themself and makes the novel a part of his daily life; (3) The commodification of workers where the author capitalizes their own ability to create literary works as a form of labour-power. Bourdieu’s The Cultural Production Arena model is also used to examine Wattpad as a dominating agent in the book publishing industry."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Akbar Nugroho
"Kemajuan teknologi komunikasi dalam media baru yang pesat memunculkan masyarakat informasi yang dalam hal ini menuntun kita untuk mendefinisikan ulang teori mengenai media. Pada era globalisasi pasca perkembangan media baru, kumpulan individu yang dalam hal ini merupakan bagian dari masyarakat informasi membentuk berbagai macam jenis komunitas masyarakat global di seluruh dunia. Pembentukan komunitas tersebut dapat diinisiasi berdasarkan kesamaan hobi, pekerjaan, maupun ketertarikan pada satu topik yang sama. Salah satu aspek yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah lahirnya sosial media yang memfasilitasinya. Instagram serupa aplikasi UGC (user generated content) adalah salah satu aplikasi berbagi foto yang memberikan kebebasan bagi setiap orang untuk menunggah foto sesuai dengan kehendak penggunanya. Seiring dengan semakin maraknya pengembangan pemanfaatan fasilitasnya, instagram pula telah melahirkan sebuah kebutuhan dan kesempatan baru dari pemasaran digital.
Tulisan ini membahas mengenai wujud baru dari kesempatan bagi setiap orang sebagai pengguna sosial media yang dapat mengembangkan pemanfaatan fasilitasnya untuk membagikan konten dan wujud dari pemasaran yang lebih efektif meraih perhatian konsumen. Pengamatan ini dilakukan pada akun dan tagar handsinframe yang sifatnya viral di instagram . Tulisan ini menyoroti mengenai fenomena komodifikasi perubahan wujud dari akun instagram @handsinframe yang gemar mengunggah foto pribadi dengan #handinframe tanpa orientasi bisnis hingga menjadi komoditas dan memberikan sebuah peluang pemasaran baru . Sehingga terbentuk akun @HIFcreative sebagai sebuah akun pemasaran digital berbasis sosial media.

Advances in communications technology in the new media are rapidly gave rise to public information in this case leads us to redefine theories about media. In the era of globalization after the development of new media, a collection of individuals which in this case is part of the information society to form various types of global communities around the world. The formation of the community can be initiated based on common hobbies, occupation, or interest in the same topic. One of the aspects that affect these changes is the birth of social media that facilitate it. Similar app Instagram UGC (user generated content) is one kind of photo sharing application that provides the freedom for everyone to share a photo with in accordance with the will of its users. Along with the increasingly widespread use of facilities development, instagram also has spawned a new needs and opportunities of digital marketing.
This paper discusses the new form of opportunity for each person as a user of social media to develop the use of its facilities to distribute the content and form of marketing more effectively grab the attention of consumers. These observations were made on the account and hashtag handsinframe that are viral in instagram. This paper highlights the phenomenon of commodification instagram account changes in the form of @handsinframe who likes to upload personal photos with #handinframe without orientation to become a commodity business and provide a new marketing opportunities. So then formed @HIFcreative account as an account-based digital marketing social media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ursula Toding Allorante
"

Seiring berkembangnya budaya selebriti dan teknologi, fenomena selebriti mikro kini marak dijumpai dalam media baru. Penelitian ini bertujuan untuk membongkar relasi kuasa melalui pencarian bentuk-bentuk komodifikasi oleh selebriti mikro dalam media sosial Instagram. Sesuai bentuk komodifikasi milik Mosco (2009), peneliti melihat praktik tersebut dilanggengkan oleh selebriti mikro dalam media sosial. Penelitian ini menggunakan kacamata kritis, serta mengacu pada semiotika sosial dari Halliday sebagai teknik analisis data. Peneliti menemukan bahwa selebriti mikro menciptakan relasi yang tidak setara melalui penyusunan caption, serta melanggengkan komodifikasi konten melalui konten berbayar dan komodifikasi pengikut. Meskipun identik dengan kebebasan bersuara dan perluasan akses, media sosial tetap sarat akan kepentingan ekonomi dan pemasaran.


Within the development of celebrity culture and technology, the phenomenon of micro celebrities is now prevalent in new media. This study aims to dismantle the power relations through the search for forms of commodification by micro celebrities on social media Instagram. Following Moscos commodification form (2009), researcher see that the practice is perpetuated by micro celebrities in social media. This study uses critical point of view, referring to Hallidays social semiotics as a data analysis technique. Researcher found that micro celebrities create inequality through captions, and perpetuate the commodification of content through paid content and the commodification of followers. Although social media is known for its accessibility and freedom of speech, it remains full of economic and marketing interests.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaneti Sugiharti
"Budaya digital dengan hadirnya internet dan berbagai platfom media sosial seperti Instagram membentuk kapitalisme digital yang ditandai dengan orientasi atas akumulasi kekuasaan dan uang. Dalam perkembangannya, media sosial memunculkan fenomena kidfluencer, yakni sosok pemberi pengaruh yang terkenal namun berusia di bawah 13 tahun. Penelitian ini melihat komodifikasi terjadi di akun Instagram seorang kidfluencer yang juga disokong oleh perusahaan media konvensional, yakni @tercipungcipung yang dikelola oleh RANS Entertainment yang dimiliki oleh Emtek Group. Melalui analisis multimodalitas, penelitian ini melihat konten – konten @tercipungcipung yang mengandung unsur komersial. Temuan dari penelitian ini adalah terdapat komodifikasi karakter anak berupa cara bicara yang belum jelas, gerakan tangan dan kaki, gaya berdandan, dan rasa ingin tahu yang besar. Penambahan unsur animasi memperkuat narasi yang dibentuk oleh pihak yang berkepentingan di balik akun kidfluencer. Selain itu, penelitian ini juga melihat adanya komodifikasi konten, khalayak dan tenaga kerja yang terjadi dalam waktu yang bersamaan.

Digital culture with the presence of the internet and various social media platforms such as Instagram forms digital capitalism which is characterized by an orientation towards the accumulation of power and money. In its development, social media has given rise to the phenomenon of kidfluencers, namely influencers who are famous but under the age of 13. This research looks at commodification occurring on the Instagram account of a kidfluencer which is also supported by a conventional media company, namely @tercipungcipung which is managed by RANS Entertainment which is owned by the Emtek Group. Through multimodality analysis, this research looks at @tercipungcipung content that contains commercial elements. The findings of this research are that there is a commodification of children's characters that is identified with speech that is unclear, hands and legs move, appearance and fashion choices, and also the curiosity from the child. Additional animation aspects strengthen the narrative that is build by accountable party. This research also finds commodification in content, audiences and labor that happens at the same time."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feny Dwi Maya Listianti
"Penelitian ini membahas bagaimana sebuah brand local sustainable brand melakukan komodifikasi terhadap isu pemberdayaan perempuan di akun Instagram. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis multimodal. Fokus penelitian adalah konten Instagram dalam @sukkhacitta yang menggunakan narasi isu pemberdayaan perempuan melalui foto, caption dan tagar tentang Ibu pembuat baju dan perjuangannya demi menarik sentimen positif, mempersuasi audiens, dan mendorong audiens melakukan pembelian. Hasil penelitian menunjukkan adanya 1) Komodifikasi konten seperti: menggunakan perempuan desa sebagai objek konten dan menggunakan narasi indah untuk menyentuh sisi emosional audiens, 2) Komodifikasi khalayak seperti: narasi pemberdayaan perempuan yang memukau audiens, terperangkap oleh sign consumption, jerat kapitalisme dan pola konsumerisme baru, 3) Komodifikasi pekerja dimana pekerja yaitu para perempuan terutama perempuan desa digunakan sebagai alat pemasaran produk dalam konten instagram @sukkhacitta. Implikasi praktis penelitian ini adalah untuk menyadarkan audiens bahwa konten instagram telah dikapitalisasi oleh brand yang pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan isu pemberdayaan perempuan sehingga perlu bersikap kritis untuk menghindari jebakan pola konsumerisme baru. Penelitian selanjutnya dapat melakukan wawancara kepada pekerja perempuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai indikasi komodifikasi pekerja dan pembeli baju local sustainable fashion brand untuk mengetahui lebih dalam makna dari isu pemberdayaan perempuan pada pembelian mereka.

The research explores how a local sustainable fashion brand commodifies the issue of women's empowerment on Instagram platform. This research is using a qualitative approach with a multimodal analysis method. The focus of the research is the Instagram content of @sukkhacitta brand which uses narrative issues on women's empowerment through photos, captions, and hashtags about the women who make clothes and their struggles to attract positive sentiment, persuade the audience, and encourage the audience to make purchases. The results of the study show that there are 1) commodification of content such as: using the women as content objects and using beautiful narratives to touch the emotional side of the audience, 2) commodification of audiences such as: narratives of women's empowerment that amaze the audience which led to trapped by sign consumption, the trap of capitalism and new patterns of consumerism, 3) Commodification of labor where women workers, especially village women, are used as a product marketing tool in Instagram content @sukkhacitta. The practical implication of this research is to make the audience aware that Instagram content has been capitalized by brands which basically aim to gain profit by utilizing women's empowerment issues so that they need to be critical to avoid the trap of new consumerism patterns. Future research can conduct interviews with women workers to find out more about the indications of commodification of workers and buyers of local fashion clothes to find out more about the meaning of the issue of women's empowerment in their purchases."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philipus Febrian Dermawan
"ABSTRAK
Industri budaya membuat berbagai macam objek dalam hidup menjadi sebuah komoditas Hal ini tidak hanya terjadi pada barang atau budaya tetapi juga pada manusia Jurnal ini akan membahas sebuah film yaitu The Truman Show yang mengkritik industri budaya Film sendiri merupakan sebuah produk industri budaya dan hal yang menarik dari film ini yaitu bagaimana film ini mengkritik industri budaya dalam hal komodifikasi manusia yang terjadi dalam industri entertainment Pesan yang terkandung di dalam film tersebut yaitu pesan anti komodifikasi manusia danbagaimana film tidak hanya murni produk industri tetapi dapat menjadi sebuah bahan kajian Analisis dilakukan melalui sudut pandang teori kritis tentang pengaruh kapitalisme dan industri budaya dalam dunia entertainment.

ABSTRACT
Culture industry has made any kind of objects in life to be a commodity It does not only happen to goods or cultures but also to humanity This article is going to discuss a movie The Truman Show that critizes the culture industry The movie itself is a product of culture industry and what makes it unique is that it critizes the culture industry about human commodification in entertainment industry The message contains in the movie is a message of anti human commodification and how movie is not viewed as a mere industrial product but also a resource for media studies Analysis is done using the critical theory paradigm about the effects of capitalism and culture industry in entertainment industry.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Prakarsa Rukhiyana
"ABSTRAK
Dalam ajaran Shinto dan Buddha, dewa-dewa dipercaya menjadi kekuatan besar pada kehidupan penganutnya. Manifestasi dari wujud dewa-dewa banyak tertuang dalam simbol, benda dan perayaan. Salah satu benda yang mempunyai manifestasi dari dewa-dewa dalam kepercayaan tersebut adalah Omamori. Pada awal kemunculannya, omamori diberikan kepada peziarah kuno di Jepang yang melakukan perjalanan spiritual ke kuil-kuil di luar daerahnya. Omamori diberikan kepada para peziarah oleh pihak kuil, dengan tujuan agar menjadi keselamatan pada para peziarah ketika kembali ke daerah asal. Seiring berkembangnya zaman, dan globalisasi mulai merambah Jepang, hal tersebut juga memberikan dampak kepada omamori. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dampak komodifikasi pada budaya yang datang bersamaan dengan globalisasi pada omamori, salah satu aspek budaya kuno Jepang. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yaitu studi pustaka. Teori yang digunakan antara lain, Teori Globalisasi Appadurai untuk menjelaskan fenomena penjualan massal terhadap omamori, kemudian Teori Komodifikasi yang bertujuan untuk menjelaskan dampak yang diterima, perubahan atau pergesaran pada aspek budaya yaitu omamori, Teori Mass Culture dari Hannah Arendt untuk menjelaskan mengapa aspek-aspek tersebut bisa berubah, lalu teori Culture Industry dari Theodor Adorno untuk menjelaskan bagaimana sistem yang mengatur suatu produksi komoditas budaya.

ABSTRACT
In Shinto and Buddhism, it is believed that God has a great power in the followers life. The manifest of God are shown in the symbols, objects and ceremonies. One of those object that has the God manifest is called omamori. At the starts of its appearance, omamori was given by the temple to ancient pilgrims on their pilgrimage to temples outside their region. Omamori was given by the temple with purpose to blessing the pilgrim when they are going back to their origin. As the time goes by, together with the spread of globalization to entire Japan, it gives impact to omamori as well. This study is purposed to explain the impact of commodification to japan culture together with globalization to omamori, one of the aspect of Japanese ancient culture. This study use qualitative method, literature review. Theory that used in this study is commodification theory, with purpose to explain impact, change or shift on cultural aspect of omamori, mass culture theory from Hannah Arendt to explain how those aspects can change, and Theodor Adorno Theory of Culture Industry to explain the system that arrange the production of cultural commodity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasna Muthiah
"ABSTRAK<>br>
Penggunaan media sosial Instagram yang semakin masif mendorong interaktivitas yang tinggi antarpenggunanya. Interaktivitas ini dilihat sebagai kesempatan oleh pemasar untuk memasarkan produknya melalui sistem endorsement. Namun ternyata, penggunaan Instagram sebagai media pemasaran tidak selamanya berdampak positif. Tulisan ini berfokus pada anak yang dikomodifikasi sebagai model endorse di Instagram orangtuanya yang merupakan selebritis. Komodifikasi terjadi di bawah pengawasan orang tua dan didukung oleh pemberitaan media serta anggapan wajar mengenai anak yang bekerja. Selain itu, budaya konsumerisme terhadap produk anak juga mendorong terjadinya komodifikasi terhadap anak. Isu lain atas unggahan konten Instagram orangtua yang menampilkan foto anak adalah pelanggaran privasi anak. Orangtua membagikan konten yang menampilkan anaknya tanpa persetujuan dari sang anak ke ranah publik.

ABSTRACT<>br>
The massive use of Instagram stimulates high interactivity between its users. The interactivity is seen as big opportunity by marketers to promote their product by endorsement system. However, the use of Instagram to be one of the marketing tools does not always have positive impact. This paper focus on commodification that happened to children endorser on Instagram whose parents is a celebrity. The commodification happened in the right of the parents and supported by the media publication about reasonable presumption on working children. Moreover, consumerism culture on children rsquo s product also supporting the commodification of these children. Another issue that can happen because of the children content on parent rsquo s social media is invasion of the child privacy. Parents, however share the content about their children to the public without the children rsquo s consent."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictus Gemilang Adinda
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi dan informasi terkini memicu tumbuhnya industri dan profesi baru yang belum pernah ada sebelumnya, yakni industri dan pekerja kreatif berbasis digital. Akan tetapi, perkembangan industri kreatif berbasis digital ini tidak disertai dengan perancangan rencana kerja yang layak bagi para pekerjanya. Tesis ini berusaha mengekspos terjadinya eksploitasi kepada tenaga kerja di dalam industri kreatif, khususnya pekerja social media specialist di agensi digital. Eksploitasi tersebut dilakukan bersamaan dengan proses naturalisasi sehingga para pekerja tersebut tidak menyadari eksploitasi yang menimpa mereka. Tesis ini berangkat dari analisis ekonomi politik serta komodifikasi ketenagakerjaan Vincent Mosco. Tesis ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode analisis studi kasus tunggal terhadap pekerja social media specialist di agensi digital XYZ (bukan nama sebenarnya). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara mendalam sebagai data primer dan studi dokumen sebagai data sekunder. Penelitian ini mewawancara para pekerja social media specialist dengan tingkat jabatan yang berbeda, mulai dari tingkatan officer hingga manajerial. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan mewawancarai perwakilan dari serikat pekerja kreatif untuk memberikan gambaran yang lebih besar mengenai industri kreatif saat ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pekerja social media specialist di agensi digital XYZ mengalami komodifikasi ketenagakerjaan dalam bentuk eksploitasi tenaga, eksploitasi waktu, serta sejumlah pelanggaran regulasi. Selanjutnya, proses komodifikasi ini terkaburkan dengan adanya tahapan alienasi, reifikasi, mistifikasi, hingga naturalisasi sehingga praktik komodifikasi kepada pekerja kreatif di industri kreatif, khususnya pekerja social media specialist di agensi digital seringkali dianggap sebagai bentuk kewajaran.

ABSTRACT
The latest developments in technology and information have sparked an unprecedented growth of new industries and professions, that is digital-based industry and creative workers. Then, it makes this new industry and profession as the new big thing in the job market. However, the development of this digital-based creative industry is not accompanied by the design of a decent work plan for its workers. This thesis attempts to expose the exploitation of labor in the creative industries, especially social media specialist workers in digital agencies. The exploitation is carried out simultaneously with the naturalization process so that the workers are not aware of the exploitation that befell them. This thesis departs from the analysis of political economy as well as the commodification of labor by Vincent Mosco. This thesis uses a qualitative approach with single case study analysis method to social media specialist workers in the XYZ digital agency (not the actual name/name withheld). Data collection techniques in this study are in-depth interviews as primary data and document studies as secondary data. This study interviewed social media workers with different job titles ranging from officer/staff to managerial level. In addition, data collection is also conducted by interviewing a representative of a creative union to provide a larger picture of the creative industry today. Field research findings indicate that social media specialist
workers in the XYZ digital agency experience labor commodification in the form of labor exploitation, exploitation of time, and a number of regulatory violations. Furthermore, this commodification process is obscured by the stage of alienation, reification, mystification, to naturalization so that the practice of commodification in the creative industry, especially in a digital agency is often regarded as a taken for granted."
2018
T50073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>