Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121209 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Kristiani
"Artikel ini mengkaji tentang usaha-usaha Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dalam memberantas wabah malaria di Batavia pada tahun 1928-1938. Batavia merupakan salah satu daerah endemi malaria di Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan kondisi geografis kota Batavia yang lembab sehingga menjadi potensi berkembangnya nyamuk dan parasit yang menjadi penyebab penyakit malaria tersebut. Penelitian-penelitian dilakukan pada awal abad ke-20 yang menyebutkan bahwa pembangunan tambak di Batavia ternyata menjadi pemicu munculnya wabah malaria sebagai tempat bersarangnya nyamuk Anopheles. Kajian ini berbeda dengan kajian sebelumnya yang membahas secara rinci perkembangan penyakit malaria sejak masa VOC sampai kehancurannya di Batavia, kajian ini berfokus pada usaha pemerintah kolonial dalam memberantas penyakit malaria, kendala yg dihadapi dan dampaknya. Kajian ini menggunakan metode sejarah, yang terdiri dari heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan adalah sumber primer dan sumber sekunder yang meliputi arsip, buku-buku, jurnal kesehatan dan koran sezaman. Kajian ini membuktikan bahwa pemerintah kolonial melakukan upaya pengobatan maupun pencegahan untuk mengatasi wabah malaria yang berdampak pada menurunnya angka malaria di Batavia.

This article examines the efforts of the Dutch East Indies Colonial Government in eradicating the malaria outbreak in Batavia in 1928-1938. Batavia is one of the malaria endemic areas on the island of Java. This is because the geographical conditions of the city of Batavia are humid so that it becomes a potential for the development of mosquitoes and parasites that cause malaria. Research conducted at the beginning of the 20th century stated that the construction of ponds in Batavia turned out to be the trigger for the emergence of malaria outbreaks as a nesting place for Anopheles mosquitoes. This study is different from previous studies, which discussed in detail the development of malaria from the time of the VOC until its demise in Batavia. This study focuses on the efforts of the colonial government to eradicate malaria, the obstacles it faced and its impact. This study uses historical methods, which consist of heuristics, verification, interpretation, and historiography. The sources used are primary and secondary sources which include archives, books, contemporary medical journals and newspapers. This study proves that the colonial government carried out treatment and prevention efforts to overcome malaria outbreaks which had an impact on reducing the number of malaria in Batavia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Octhiana Ayu Lestari
"Artikel ini menyelidiki peran penting pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam menyediakan air bersih untuk wilayah Batavia antara tahun 1918 hingga 1930. Dengan menggunakan pendekatan sejarah, penelitian ini menganalisis langkah-langkah konkret yang diambil pemerintah kolonial dalam memperbaiki infrastruktur air di Batavia dan upaya mereka dalam mengatasi masalah ketersediaan air bersih. Analisis meliputi kebijakan, proyek konstruksi, dan peran institusi pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air. Artikel ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan tentang dampak kolonialisme terhadap infrastruktur dan pelayanan publik di wilayah jajahan Belanda, serta implikasinya terhadap masyarakat Batavia. Sumber yang digunakan mencakup surat kabar sezaman, majalah/laporan sezaman seperti Publicaties der Gemeente Batavia dan Verslag van Toestand der Gemeente Batavia, serta catatan rapat Gemeente Batavia, buku, dan artikel tentang pengelolaan air bersih di wilayah Batavia dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Penelitian menemukan bahwa pembangunan perpipaan untuk Batavia tidak berlangsung cepat dan melibatkan berbagai diskusi, akuisisi, serta menghadapi hambatan dalam peremajaan pipa akibat kerusakan dan tunggakan pembayaran biaya air bersih oleh masyarakat.
This article investigates the important role of the Dutch colonial government in providing clean water for the Batavia region between 1918 and 1930. Using a historical approach, this research analyzes the concrete steps taken by the colonial government in improving water infrastructure in Batavia and their efforts in overcoming the problem of availability. clean water. The analysis includes policies, construction projects, and the role of government institutions in water resources management. This article also aims to provide insight into the impact of colonialism on infrastructure and public services in the Dutch colony, as well as its implications for the people of Batavia. Sources used include contemporary newspapers, contemporary magazines/reports such as Publicaties der Gemeente Batavia and Verslag van Toestand der Gemeente Batavia, as well as Gemeente Batavia meeting notes, books and articles about clean water management in the Batavia region from the National Library of the Republic of Indonesia. Research found that the construction of pipes for Batavia did not proceed quickly and involved various discussions, acquisitions, and faced obstacles in renovating pipes due to damage and arrears in paying clean water fees by the community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nurul Fajri
"Skripsi ini membahas tentang sistem pengelolaan air waterleiding pada masa kolonial awal abad 20 di Batavia. Bertujuan untuk mengetahui alur produksi, distribusi, dan konsumsi air bersih beserta dampak sosial dan ekonomi sistem tersebut pada tatanan sosial masyarakat Batavia. Penelitian ini menggunakan pendekatan arkeologi industri yang mengutamakan hubungan keruangan antar data. Hasil penelitian menjelaskan cara kerja sistem waterleiding. Penelitian ini juga memberikan hasil bahwa sistem waterleiding memberikan nilai ekonomi pada air serta memunculkan kelas-kelas sosial di Batavia.

This undergraduate thesis discusses waterleiding systems in the colonial era in the early 20th century Batavia. Aims to determine the flow of production, distribution, and consumption of clean water as well as the social and economic impact of the system on the social order Batavia society. This study uses the approach that prioritizes industrial archeology spatial relations between data. The results of the study explains how the system works waterleiding. This study also gives the result that the system waterleiding economic value on water and raise the social classes in Batavia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai berbagai peristiwa penyakit menular yang pernah berjangkit di Batavia pada abad
ke 19 sampai dengan awal abad ke 20. Dalam penelitian ini diuraikan beberapa hal yang turut meningkatkan penyebaran dan terjadinya kembali wabah penyakit tersebut yaitu, kondisi lingkungan dan pencemarannya serta perilaku kesehatan masyarakat Batavia.
Penelitian ini sepenuhnya dilakukan secara induktif terhadap data yang diperoleh dari arsip berita sejarah dan laporan yang pernah dibuat pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi berbagai peristiwa wabah penyakit menular yang dianggap menakutkan dan mematikan yaitu penyakit malaria, kolera, tipus, TBC, dan cacar. Muncul, penyebaran, dan terulangnya wabah-wabah itu amat terkait dengan lingkungan dan pencemarannya serta perilaku masyarakat yang belum memahami pentingnya kesehatan."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Banda Aceh: Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh, 1977
959.8 DUT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Puspita Dewi
"ABSTRAK
Disertasi ini mengungkap akar permasalahan dari bersih dan kotor pada kanal di Batavia dengan menggunakan pendekatan sejarah secara sinkronis-diakronis. Transformasi morfologi dan wacana poskolonial pada kanal juga diungkap untuk menunjukkan keterkaitan antara arsitektural kanal dengan muatan ideologis dalam perencanaan kota. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kekuasaan telah masuk di dalam proses transformasi kanal di Batavia pada masa kolonial melalui wacana bersih dan kotor yang diciptakan. Kanal telah berperan membentuk sebuah oposisi biner sekaligus penanda ambiguitas dari pembentukan oposisi tersebut. Oposisi biner pada Babak Kejayaan Kanal dibangun melalui sebuah sistem segregasi kanal yang memisahkan masyarakat Eropa dan non-Eropa, dan antara dalam dan luar kota. Namun, pada kenyataannya, sebuah segregasi tidak dapat secara murni terbentuk. Kanal menjadi sebuah representasi dari sebuah kehidupan yang saling ketergantungan, antara masyarakat Eropa dan non-Eropa. Kanal bagian dalam kota terbukti tidak dapat berdiri sendiri tanpa keberadaan kanal luar tembok sebagai penyangga. Pada Babak Kerusakan Kanal, oposisi biner antara ruang bersih dan kotor terbentuk melalui kontur dan jarak. Babak ini menghasilkan sebuah pemisahan antara daerah kota bawah Batavia Lama yang kotor dan daerah kota atas Weltevreden yang bersih. Namun, pada kenyataannya justru kanal telah pulalah yang berperan menyatukan di antara keduanya. Pada Babak Peralihan Fungsi Kanal, kanal menjadi penanda oposisi biner ruang bersih dan kotor antara masyarakat Eropa dan pribumi. Oposisi terbentuk dari perbedaan penggunaan ruang bersih dan kotor. Kanal digunakan sebagai ruang aktivitas sosial dan kebersihan bagi masyarakat non-Eropa pribumi dan menjadi area yang ditinggalkan oleh masyarakat Eropa sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Masyarakat Eropa telah beralih menggunakan kamar mandi dengan teknologi sanitasinya, sebagai area kebersihan dan menggunakan halaman rumah sebagai tempat berinteraksi sosial. Namun, di balik pemisahan tersebut, kanal telah menyatukan dua kehidupan tersebut melalui sebuah ruang binatu, sebagai ruang membersihkan pakaian Eropa oleh para petugas pribumiRealita di atas menunjukkan bahwa sebuah oposisi biner yang dibentuk melalui kanal pada masa kolonial tidak pernah seutuhnya terjadi. Di balik upaya pembentukan oposisi, tersimpan ketidakberdayaan untuk menciptakan batas-batas tersebut. Di antara batas-batas tersebut tercipta sebuah ambiguitas yang membentuk the liminal space between cultures.

ABSTRACT
This dissertation reveals the root problems of the clean and dirty on the canals in Batavia by using a synchronous diachronic historical approach. The morphological transformation and postcolonial discourse on the canal are also revealed to show the linkage between the canal architecture and the ideological charge in urban planning.The results of this study indicate that power has entered into the process of canal transformation in Batavia during the colonial period through a clean and dirty discourse created. The canals have been instrumental in forming a binary opposition as well as a marker of ambiguity from the formation of the opposition. The binary opposition in the Glory of Canals Period was built through a system of channel segregation that separates European and non European societies, and between within and outside the city. However, in reality, a segregation cannot be purely formed. The canal becomes a representation of a life of interdependence, between European and non European societies. The inner city canal proved unable to stand on its own without the outside canal as a buffer. In the Damage of Canals Period, the binary opposition between clean and dirty spaces is formed through contours and distances. This round resulted in a separation between the dirty downtown area Batavia Lama and the clean upper town area Weltevreden . However, in fact, it is also the channel that has also played a role together between the two. In the Switching Function of Canals Period, the canals became a marker of the binary opposition of clean and dirty spaces between European and indigenous communities. The opposition was made up of differences in the use of clean and dirty spaces. The canal was used as a social and hygiene activity space for indigenous communities and became an area left behind by European society as a part of everyday life. The European community has switched to using bathrooms with sanitary technology, as the cleanliness area and using the home page as a place of social interaction. However, behind this separation, the canal has united the two lives through a laundry room, as a space for cleaning European clothing by native officersThe above realities show that a binary opposition formed through the canals during the colonial period never fully occurred. Behind the efforts of the formation of the opposition, stored powerlessness to create these limits. Among the boundaries was created an ambiguity that forms the liminal space between cultures. "
2017
D2420
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswantari
"Penelitian ini membahas tentang birokrasi pemerintahan Hindia Belanda pada tingkat wijkmeester untuk periode abad XIX; yang dikenal oleh masyarakat Betawi (dengan sebutan Bekmeester atau Bek. Kedudukan Wijkmeesters/bek dalam birokrasi pemerintahan menduduki posisi yang paling bawah, yang mempunyai tugas untuk menarik pajak, menjaga keamanan dan ketertiban serta- kebersihan wilayahnya. Dalam posisi demikian Wijkmeesters/bek berperan sebagai perantara yang menjembatani antara pemerintah dengan masyarakat. Seluruh kebijakan pemerintah harus diterjemahkan oleh pejabat ini agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakatnya. Dalam hal wewenang wijkmeesters boleh dikatakan tidak berhak memutuskan suatu kebijakan dari persoalan yang ada di masyarakatnya, setiap persoalan yang ada harus dilaporkan pada pejabat yang berada diatasnya yaitu Ajudan dan Komandan. Mereka inilah yang menentukan keputusan yang harus dilaksanakan oleh Wijkmeesters.
Jabatan wijkmeesters/bek meskipun tidak mendapatkan gaji melainkan hanya mendapatkan 8% dari pajak yang dapat ditarik dari masyarakatnya, cukup banyak diminati oleh masyarakat di Batavia, terbukti dari banyaknya surat lamaran yang diajukan untuk diangkat menjadi wijkmeester oleh pemerintah Hindia Belanda- Posisi jabatan wijkmeester di masyarakat cukup dihormati. umumnya para wijkmeester merupakan orang yang mampu/kaya, hal itu tercermin dari gaya hidup dan rumah tinggalnya. Dalam menjalankan perannya sebagai wijkmeester ada tindakan-tindakan yang menyimpang yang membuat wijkmeester tersebut dilepaskan dui jabatannya. Penyimpangan itu biasanya karena rnengelapkan uang pajaka yang diterimanya, dui tidak mampu mengatur ronda atau menjaga keamanan wilayahnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Manor
"Penyakit kolera di Batavia tahun 1901-1927 dan upaya pemberantasan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda menjadi fokus penelitian dari penulisan skripsi ini. Penyakit yang disebabkan oleh Vibrio Cholerae ini mewabah secara luas sebagai akibat dari lingkungan Batavia yang kotor dan kurangnya perhatian penduduk mengenai pentingnya kesehatan. Penelitian ini menggunakan empat tahapan dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi dengan menitikberatkan pada sumber-sumber tertulis. Selain itu, penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor geografi, iklim, ekonomi, dan sosial masyarakat Batavia menjadi penyebab mewabahnya penyakit kolera di Batavia yang berdampak pada peningkatan jumlah kematian penduduk sehingga pemerintah Hindia Belanda melakukan tindakan preventif dan kuratif dalam memberantas penyakit kolera di Batavia.

The cholera epidemic disease in Batavia which occurred in 1901-1927 and the eradication effort carried out by the Dutch East Indies government is the focus of this research and thesis. This disease which is caused by Vibro Cholerae is widely prevalent as a result of Batavia’s unsanitary environment and the lack of society’s attention towards the importance of health. With an emphasis on written sources, this research uses four stages in the historical method namely heuristic, criticism, interpretation, and historiography. Furthermore, this research uses a descriptive analytical approach. The research results showed that Batavia’s geographical, climatic, economic, and social factor became the cause of the cholera outbreak which increased the number of death in the population so that the Dutch East Indies government undertook preventive and curative actions to demolish the cholera epidemic disease in Batavia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Fajar Surya
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas upaya pemerintah kolonial terhadap pelestarian lingkungan di Hindia Belanda. Perusakan hutan dan perburuan hewan liar, merupakan masalah krusial yang mengancam kelestarian lingkungan hidup pada awal abad di Hindia Belanda. Hal tersebut dibuktikan dari musim pancaroba dan hujan yang tidak turun pada musim basah. Pada awal abad ke-20, pemerintah kolonial Hindia Belanda membuat beberapa landasan kebijakan untuk membatasi kerusakan dan melestarikan alam. Landasan kebijakan tersebut merupakan hasil dari masukan dan aksi sekelompok ilmuwan yang peduli terhadap lingkungan. Ide pemikiran Ilmuwan di Hindia Belanda tidak terlepas dari upaya pelestarian alam yang ada di Belanda. Sebagai negara induk, Belanda mempunyai peran penting sebagai pemicu dari beridirinya gerakan pelestarian alam di Hindia Belanda. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode sejarah, yaitu: melalui tahap heuristik, dengan menelusuri Staatsblad lembaran negara , dan statuten yang melalui tahapan kritik. Sehingga dapat di interpretasi dan menghasilkan penulisan sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah kolonial Hindia Belanda telah membangun landasan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan yang konstruktif dengan membangun cagar alam dan suaka margasatwa.

ABSTRACT
This thesis discusses the efforts of the colonial government towards environmental conservation in the Dutch East Indies. The destruction of forests and the hunting of wild animals, was a crucial issue that threatened the preservation of the environment at the beginning of the century in the Dutch East Indies. This is evident during the transition season when the rain did not fall in the wet season. At the beginning of the 20th century, the Dutch East Indies colonial government made several policy platforms to limit environmental damage and preserve nature. The foundation of the policy is the result of input and action of a group of scientists who care about the environment. The ideas and thoughts of the scientists in the Dutch East Indies cannot be separated from the efforts of nature conservation in the Netherlands. As a mother country, the Netherlands had an important role as a trigger of the establishment of nature conservation movement in the Dutch East Indies. The method used in this research is the historical method, namely through the heuristic stage, by tracing the Staatsblad, and statuten through criticism stage. So that, can be interpreted and be writed as history. The results of this study indicate that the Dutch East Indies colonial government has built a constructive policy regarding environmental management by establishing nature reserves and wildlife sanctuaries. "
2017
S68382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barbara
"Bangsa Eropa, khususnya Belanda dengan durasi tinggal yang lebih lama, merupakan bangsa yang membawa agama Kristen ke Indonesia, khususnya Jakarta. Pendirian gereja-gereja di Jakarta pun berawal dari pembangunan gereja yang mereka laksanakan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan dan penggunaan pola susunan ruang pada gereja kolonial.
Metode penelitian diawali dengan penelitian sejarah tentang gereja di Jakarta, dilanjutkan dengan penelitian terhadap dua gereja kolonial yaitu Gereja Immanuel dan Gereja Paulus dan diakhiri dengan penyimpulan yang menjawab tujuan penulisan tersebut. Kedua gereja ini dapat menjawab kebutuhan umat Kristen Protestan dengan inti ibadahnya yang berupa persekutuan jemaat dan khotbah.

The European, especially The Dutch with longer duration of dwell, are nation who bring Christianity to Indonesia, especially Jakarta. The development of churches in Jakarta is also started by their development of churches. This script is purposed to find the formation and the use of the Dutch colonial churches’ lay outs.
The research method begun with the research of history of churches in Jakarta, continued by the research of two Dutch colonial churches specifically Gereja Immanuel and Gereja Paulus and ended with a conclusion which answered the purpose of this script. These two churches can provide needs of the Protestants with the gathering and the preach as the core of the worship.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>