Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177058 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alika Jantinia Chandraningtyas
"Penelitian ini membahas tentang penggunaan campur kode dalam lagu-lagu karya Yade Lauren. Campur kode dapat didefinisikan sebagai penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa (Kridalaksana, 2008:40). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan paparan wujud dan fungsi campur kode pada tiga lagu karya Yade Lauren berjudul Lonely, Insane, dan Feelings for You dan kesan serta pengaruh penggunaan campur kode di kalangan mahasiswa tingkat akhir Prodi Belanda FIB UI. Analisis data didasarkan pada teori jenis campur kode menurut Muysken (2000) dan fungsi campur kode menurut René Appel dan Muysken (2005). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan lirik lagu yang mengalami campur kode serta survei terhadap mahasiswa tingkat akhir FIB UI sebagai data penelitian. Hasil yang didapatkan dari analisis menunjukan terdapat dua wujud campur kode dalam lagu yaitu insertion (penyisipan) dan alternasi serta digunakan fungsi fatis, fungsi referensial, fungsi puitis, fungsi ekspresif dan fungsi metalinguistik. Dari penelitian ini, ditemukan penggunaan campur kode membantu responden, yang merupakan generasi Z, dapat memahami cerita dalam lagu ini dengan lebih baik bahkan membuat mereka merasakan lebih dekat segala perasaan serta emosi yang disampaikan oleh Yade Lauren dalam 3 lagu.

This study discusses the use of code mixing in Yade Lauren's songs. Code mixing can be defined as the use of language units from one language to another to expand language style or variety of languages (Kridalaksana, 2008:40). This study aims to provide an explanation of the form and function of code mixing in three songs by Yade Lauren entitled Lonely, Insane and Feelings for You and the impression and influence of the use of code mixing among final year students of the Netherlands Study Program FIB UI. Data analysis is based on the theory of code-mixing types according to Muysken (2000) and the function of code-mixing according to René Appel and Muysken (2005). The research method used was a qualitative descriptive method with code-mixed song lyrics and a survey of FIB UI final year students as research data. The results obtained from the analysis show that there are two forms of code mixing in songs, namely insertion and alternation and phatic functions, referential functions, poetic functions, expressive functions and metalinguistic functions are used. From this research, it was found that the use of code mixing helped respondents, who are generation Z, to understand the story in this song better and even made them feel more closely all the feelings and emotions conveyed by Yade Lauren in the 3 songs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saskia Putri Ditia
"Musik hip-hop yang dikenal juga sebagai musik rap merupakan salah satu jenis aliran dari seni musik yang banyak digandrungi di Amerika Serikat dan negara lainnya. Di Belanda musik yang beraliran hip-hop atau rap dikenal dengan sebutan Nederhop. Salah satu rapper dari Belanda yang terkenal adalah Ronnie Flex. Dalam beberapa lagunya, ia menggunakan dua bahasa yang berbeda, yaitu bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan jenis campur kode yang digunakan oleh Ronnie Flex dan faktor penyebabnya dalam tiga lagunya yang berjudul ‘Wat Is Love (ft. Leafs)’, Crooswijk Freestyle (ft. Murda), dan ‘Best Friend (ft. KM)’. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana jenis dan faktor penyebab campur kode pada tiga lagu karya Ronnie Flex. Dalam menjawab permasalahan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan menggunakan teori jenis campur kode menurut Muysken (2000) dan faktor terjadinya campur kode menurut Appel dan Muysken (2005). Hasil dari analisis menunjukkan bahwa dari tiga lagu yang diteliti, terdapat dua jenis campur kode yang digunakan yaitu insertion alternation dan faktor penyebab yang digunakan oleh Ronnie Flex adalah poetic function, expressive function, referential function, pathic function, dan metalinguistic function.

Hip-hop music, also known as rap music is a music genre that is most loved in USA and other countries. In Netherlands, hip-hop or rap music is known as Nederhop. One of the famous rappers from Netherlands is Ronnie Flex. In some of his songs he uses, 2 different languages, that is Dutch and Indonesian. This study aims to describe the types of code-mixing used by Ronnie Flex and also the causal factors in three of his songs titled ‘Wat Is Love (ft. Leafs)’, ‘Crooswijk Freestyle (ft. Murda)’, and ‘Best Friend (ft. KM)’. The formulation of the problem in this research is how the types and factors causing code mixing in three songs by Ronnie Flex. In answering the research problem, the method used in this research is descriptive qualitative and uses the theory of code-mixing according to Muysken (2000) and the causal factors according to Appel and Muysken (2005). The result of the analysis shows that the type of code mixing used in the three songs of Ronnie Flex are insertion and alternation and the causal factors used are poetic function, expressive function, referential function,  pathic function and metalinguistic function."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mirzanda Abimanyu
"Penelitian ini membahas tentang penggunaan campur kode dalam lagu Hutspot karya Ray Fuego. Campur kode adalah dua bahasa atau lebih yang dituturkan oleh penutur dalam berkomunikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui wujud dan fungsi campur kode dalam berbentuk lagu yang berjudul Hutspot karya Ray Fuego. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan menggunakan studi pustaka yang ditujukan untuk menganalisis wujud dan fungsi lirik lagu Hutspot. Menurut Muysken(2000:3) terdapat tiga jenis campur kode antara lain Penyisipan, Pergantian dan Leksikalisasi Kongruen. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat 20 data penelitian pada lirik lagu Hutspot serta terdapat banyak kata umpatan pada lirik lagu Hutspot. Lalu terdapat bentuk fungsi referential function, expressive function, metalinguistic function, poetis function dan fatis function serta wujud Penyisipan, Pergantian dan Leksikalisasi Kongruen

This study discusses the use of code mixing in Ray Fuego's Hutspot song. Code mixing can be interpreted as two or more languages ??spoken by speakers in communication. The purpose of this study was to determine the form and function of code mixing in the form of a song entitled Hutspot by Ray Fuego. The research method used is a qualitative descriptive method and uses literature study theory which is intended to analyze the form and function of Hutspot song lyrics. According to Appel and Muysken, there are three types of code mixing, namely Insertion, Substitution and Congruent Lexicalization. The results of this study are that there are 20 research data on Hutspot song lyrics and there are many swear words in Hutspot song lyrics. Then there are the referential functions, expressive functions, metalinguistic functions, poetic functions and phatic functions as well as insertion, substitution and congruent lexicalization forms."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2023
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fany Aulia Fachmi
"Penelitian ini mengkaji tentang campur kode yang terdapat pada lirik lagu ciptaan rapper asal Arab Saudi, yaitu Qusai Kheder. Penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui bentuk campur kode yang terdapat pada lagu-lagu Qusai dan faktor apa saja yang mempengaruhi campur kode dalam lirik lagu tersebut. Penulisan penelitian ini dilandasi dengan teori campur kode oleh Muysken (2004) dan Yen (2009). Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan studi pustaka dan dianalisis secara deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah metode simak dan observasi tidak langsung melalui kanal YouTube dan situs-situs kumpulan lirik lagu. Dalam delapan lagu yang dianalisis, yaitu The Wedding, Beware, The Job, From Jeddah to LA, Yalla, Like Gold, dan That’s Life, ditemukan tiga bentuk campur kode menurut Muysken, yaitu Insersi, Alternasi, dan Leksikalisasi Kongruen. Bentuk campur kode yang terjadi berupa kata, frasa, dan klausa. Faktor-faktor yang menyebabkan campur kode dalam lirik lagu ciptaan Qusai adalah persepsi tentang latar belakang pencipta lagu dan sikap bahasa dalam lirik lagu tersebut sebagai usaha lokalisasi sekaligus globalisasi.

This final project analyzes about code mixing in the lyrics of songs by rapper from Saudi Arabia, Qusai Kheder. This research conducts in order to find out the forms of code mixing found in Qusai`s songs and what factors influence the code mix in the lyrics. The writing of this research is based on the mixed code theory by Muysken (2004) and Yen (2009). This research is a qualitative research with literature study and analysed descriptively. Data collection methods used are the method of listening and indirect observation through YouTube platform and song lyrics collection websites. In the eight songs analysed, titled The Wedding, Beware, The Job, From Jeddah to LA, Yalla, Like Gold, dan That’s Life, three forms of code mixing according to Muysken were found, those are Insertion, Alternation, and Congruent Lexicalization. Code mixing that occurs is in the form of words, phrases, and clauses. The factors that cause code mixing in the lyrics of the songs created by Qusai are perceptions about the background of the song’s writer and the language attitude in the songs` lyrics as an effort of localization as well as globalization."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Al Fatih
"ABSTRAK
Alih kode dan campur kode bahasa Inggris dalam lirik lagu telah menjadi tren di kalangan pencipta lagu. Meskipun telah cukup banyak penelitian tentang alih kode dan campur kode dalam komunikasi verbal, namun hanya sedikit yang diketahui tentang bagaimana mereka digunakan dalam bentuk tertulis, khususnya dalam lirik lagu. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan meneliti fenomena alih kode dan campur kode bahasa Inggris dalam lagu-lagu Pop Jepang J-Pop . Penelitian ini berfokus untuk menyelidiki sejauh mana kode-kode bahasa Inggris digunakan dalam lirik lagu J-Pop, dan menyelidiki motif di balik penggunaan tersebut. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kata, terutama kata benda, adalah kode bahasa Inggris yang paling sering digunakan dalam lagu-lagu J-Pop. Adapun dalam alih kode, kalimat bahasa Inggris yang paling sering digunakan adalah kalimat deklamatif atau kalimat pernyataan. Studi ini juga menemukan bahwa kode bahasa Inggris paling sering digunakan dalam lagu J-Pop sebagai perangkat puitis.

ABSTRACT
English code switching and code mixing in song lyrics have been an increasingly popular trend for songwriters. While there has been quite a number of research on code switching and code mixing in verbal communication, little is known about how they are used in written form, particularly in song lyrics. This study attempts to fill the gap by exploring and describing the recent phenomenon of English code switching and code mixing in J Pop songs. It aims to investigate the extent to which English codes are used in J Pop song lyrics and investigate the motives behind such usage. It was discovered that English words, mainly nouns, were the most frequently used items in J Pop songs. As for code switching, the most frequently used sentences are declamatory sentences. The study also found that English items are most frequently incorporated in J Pop songs as a poetic device."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Marhafianti
"Salah satu jenis aliran dari seni musik adalah Indorock. Rudi van Dalm adalah salah satu musisi beraliran Indorock keturunan Indonesia Belanda yang berkarir di Belanda. Dalam lagunya, ia menggunakan dua sampai tiga bahasa yang berbeda, antara lain bahasa Inggris, Belanda dan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan jenis alih kode yang digunakan oleh Rudi van Dalm serta fungsinya dalam tiga lagunya yang berjudul Waarom Huil Je, Nona Manis, dan Daar Op De Sawa yang terdapat dalam album “The Very Best of Rudi van Dalm and The Royal Rhythmics.” Dalam menjawab permasalahan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan menggunakan teori jenis dan fungsi alih kode dari Appel dan Muysken (2005). Hasil dari analisis menunjukan bahwa dari tiga lagu yang diteliti, terdapat dua jenis alih kode yang digunakan yaitu inter sentential dan intra setential dan fungsi yang digunakan oleh van Dalm adalah poetic function dan pathic function.

One of the genres of music is Indorock. Rudi van Dalm is an Indorock musician of Indonesian- Dutch descent who has a career in the Netherlands. In some of his songs, he uses two to three different languages, including English, Dutch and Indonesian. This study aims to describe the types of code-switching used by Rudi van Dalm and its function in three of his songs entitled Waarom Huil Je, Nona Manis, and Daar Op De Sawa from the album “The Very Best of Rudi van Dalm and The Royal Rhythmics.” In answering the research problem, the method used in this research is descriptive qualitative and uses the theory of code-switching from Appel and Muysken (2005). The result of the analysis shows that the type of code switching used in the three songs of Rudi van Dalm are inter setential and intra setential and the function used are poetic and pathic fuction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Jillena Oseta G.
"Lagu adalah bahasa jiwa. Tanpa sadar, kita mendengarkan lagu-lagu yang beredar tanpa berpikir terlebih dahulu tentang dampaknya kepada kita dan orang-orang di sekitar kita, treutama anak-anak. Terlebih dari itu, di era globalisasi ini, ada banyak lagu berbahasa Indonesia yang menggunakan campur kode dan alih kode diliriknya. Ada tiga faktor utama yang menjadi bahan penyemangat di dalam penelitian ini. Pertama, untuk menggarisbawahi perbedaan di antara campur kode dan alih kode. Kedua, untuk menunjukkan fenomena campur kode dan alih kode di lingkungan anak-anak. Terakhir, untuk memberitahu masyarakat luas apa yang anak-anak rasakan tentang fenomena tersebut dan dampaknya untuk mereka. Teori-teori Whardaugh dan Holmes adalah aspek yang penting di dalam penelitian ini. Pada umumnya, campur kode dan alih kode pada lirik-lirik lagu Indonesia adalah baik adanya, tetapi orangtua seharusnya peduli kepada anak-anaknya di dalam memilih lagu-lagu yang tepat untuk anak-anak mereka.

Songs are the language of our souls. Unconsciously, we listen to the songs without thinking first about the impacts to us and the people around us, especially children. Moreover, in this globalization era, there are many Indonesian songs that use code mixing and code switching in their lyrics. There are three major factors that become an encouragement in doing this research. The first is to highlight the differences between code mixing and code switching. The second is to show the code mixing and code switching phenomenon in childhood environment. The last ones, are to let people know what children feel about that phenomenon and the impacts to them. Whardhaugh's and Holmes' theories are the important parts in this research. In general, code mixing and code switching in Indonesian songs' lyrics are fine, but the parents should care for their children in choosing the right songs for them."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanna Valerie Immanuella
"Campur kode adalah penyisipan kode atau sebagian kecil bahasa lain ke dalam percakapan atau wacana dalam bahasa yang lebih dominan. Fenomena bahasa ini lumrah terjadi pada masyarakat multilingual, termasuk masyarakat Indonesia. Selain ditemukan dalam percakapan sehari-hari, campur kode juga ditemukan dalam karya fiksi, salah satunya novel dewasa muda berjudul Butterflies karya Ale. Penelitian ini membahas kemunculan bentuk-bentuk campur kode di dalam novel dan alasan penggunaan campur kode berdasarkan landasan teori dan bukti kutipan di dalam korpus data. Data diperoleh dengan melakukan pembacaan menyeluruh, penganotasian, dan pengelompokkan berdasarkan kategori campur kode. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil pengkajian, ditemukan bahwa bentuk campur kode yang paling banyak ditemukan adalah campur kode dengan unsur sisipan kata berkelas kata nomina (69 kali) dan campur kode dengan arah bahasa keluar (202 kali). Adapun alasan penggunaan campur kode tersebut adalah 1) latar belakang penutur; 2) penggunaan kosakata lain yang lebih populer; 3) mitra bicara; 4) topik pembicaraan; 5) pokok pembicaraan; dan 6) modus pembicaraan.

Code-mixing is the mixing of a code or a small part of another language into a conversation or discourse into a more dominant language. This language phenomenon is commonly found in multilingual societies, including Indonesian. Besides being found in everyday conversation, code-mixing is also found in works of fiction, such as Butterflies by Ale, a young adult novel. This research discusses the emergence of forms of code-mixing in the novel and the reasons for using code-mixing based on theory and evidence in the novel. The data was obtained by doing a thorough reading, annotation, and grouping based on code-mixing categories. This research uses a descriptive qualitative method. Based on the study, it was found that the most common forms of code-mixing were code-mixing with insertion elements of noun (69 times) and outer code-mixing (202 times). The reasons for using code-mixing are 1) the background of the speaker; 2) the use of other more popular vocabulary; 3) talking partner; 4) topics of conversation; 5) subject matter; and 6) talk mode."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Izzatul Yazidah
"Mencampurkan dua bahasa dalam percakapan sudah bukan hal yang asing lagi, begitu pula dengan memasukkannya ke dalam lirik lagu. Meski begitu, belum banyak penelitian yang mengkaji campur kode dalam lagu, terutama antara bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menambah sumber informasi dengan mengkaji campur kode bahasa Indonesia dalam lirik lagu karya Wouter Muller. Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi ketimpangan informasi dalam bidang linguistik, terutama campur kode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan. Data berupa lirik lagu diambil dari situs pribadi milik Wouter Muller. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jenis insersi, alternasi juga leksikalisasi kongruen berupa kata, frasa, dan kalimat dalam sembilan lirik lagu karya Wouter Muller. Faktor penyebab terjadinya campur kode dalam lirik-lirik lagu ini di antaranya untuk menambah kesan estetis dan kesan retoris, kehadiran peserta lain, menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi, dan menyesuaikan topik.

Mixing two languages in conversation is no longer a peculiar thing, as is including it in song lyrics. Nevertheless, there have not been many studies exploring code-mixing in songs, especially between Dutch and Indonesian. This study aims to increase the source of information by examining the code-mixing in Indonesia in the song lyrics written by Wouter Muller. This study also attempts to fill the gap of information in the linguistic field, mainly about code-mixing. The song’s lyrics were taken from Wouter Muller’s website. The method used in this research is library research. The results revealed that there were types of insertions, alternations, and congruent lexicalization in the form of words, phrases, and a sentence in nine song lyrics written by Wouter Muller. The motives of code-mixing in the song lyrics were to add the aesthetic and rhetoric impression, the presence of other participants, showing a strong sense of solidarity, and adjusting to the song’s topic"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Rahma Dewi
"Campur kode merupakan fenomena menggunakan lebih dari satu bahasa untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Penggunaan campur kode juga dapat ditemukan dalam berbagai media, salah satunya melalui film Mencuri Raden Saleh karya Angga Dwimas Sasongko dan Nussa karya Bony Wirasmono. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan bentuk campur kode, jenis campur kode, dan faktor penggunaan campur kode yang dituturkan oleh orang dewasa dalam film Mencuri Raden Saleh dan anak-anak dalam film Nussa. Analisis dilakukan dengan pendekatan sosiolinguistik dengan teori bentuk campur kode berdasarkan bentuk dan jenisnya yang dikemukakan oleh Suwito (1983), serta teori faktor terjadinya campur kode yang dikemukakan oleh Suandi (2014). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan bentuknya, film Mencuri Raden Saleh memiliki lima bentuk campur kode, yaitu kata, frasa, klausa, baster, serta ungkapan atau idiom, sedangkan film Nussa memiliki empat bentuk campur kode yaitu, kata, frasa, klausa, dan baster. Berdasarkan jenisnya, film Mencuri Raden Saleh hanya menggunakan satu jenis, yaitu campur kode ke luar, sedangkan film Nussa menggunakan dua jenis, yaitu campur kode ke luar serta campur kode ke dalam. Berdasarkan faktor penggunaan campur kode, film Mencuri Raden Saleh memiliki tujuh faktor, yaitu keterbatasan penggunaan kode, adanya penggunaan kosakata lain yang lebih populer, latar belakang budaya dan kepribadian penutur, mitra bicara, topik pembicaraan, pokok pembicaraan, dan modus pembicaraan, sedangkan film Nussa memiliki empat faktor, yaitu latar belakang budaya dan kepribadian penutur, mitra bicara, pokok pembicaraan, dan modus pembicaraan.

Code mixing is a phenomenon of using more than one language to communicate in society. The use of code mixing can also be found in various media, one of which is film Mencuri Raden Saleh by Angga Dwimas Sasongko and Nussa by Bony Wirasmono. This study aims to compare the forms of code mixing, the types of code mixing, and the factors of using code mixing spoken by adults in film Mencuri Raden Saleh and children in film Nussa. The analysis was carried out using a sociolinguistic approach with the theory of code-mixing forms based on their forms and types put forward by Suwito (1983), as well as the theory of occurrence factors of code-mixing put forward by Suandi (2014). The method used in this research is descriptive qualitative. The search shows that based on the form, film Mencuri Raden Saleh has five forms of code mixing, namely words, phrases, clauses, basters, and expressions or idioms, while film Nussa has four forms of code mixing, namely words, phrases, clauses, and basters. Based on its type, film Mencuri Raden Saleh uses only one type, namely outer code-mixing, while film Nussa uses two types, namely outer code-mixing and inner code-mixing. Based on the use of code-mixing, film Mencuri Raden Saleh has seven factors, namely the limited use of the code, the use of other more popular vocabulary, the cultural background and personality of the speaker, the interlocutor, the topic of conversation, the subject matter, and the mode of conversation, while film Nussa has four factors, namely the cultural background and personality of the speaker, the addressee, the subject matter, and the mode of conversation"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>