Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73429 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vania Zihan Murti
"Pergerakan internal yang terjadi saat treatment radioterapi tumor hati merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam keakurasian dosis. Pergerakan tersebut menghasilkan ketidakpastian posisi target pada saat treatment radiasi yang dapat mengakibatkan adanya kekurangan dosis. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa penambahan margin internal pada PTV dapat mengurangi perbedaan dosis perencanaan dengan dosis terukur. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh metode robust yang memperhitungkan ketidakpastian posisi relatif terhadap volume target dalam perencanaan radioterapi. Perencanaan dengan metode standar dan metode robust dibandingkan menggunakan data 10 pasien penderita kanker hati di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menggunakan parameter Conformity Index (CI) , Gradient Index (GI), dan Homogeneity Index (HI). Metode ini mengurangi nilai dosis target pada perencanaan standar dengan rerata 106,8% ± 4,3% menjadi 104,4% ± 5,4% untuk ketidakpastian 3 mm dan 6 mm. Dosis OAR pada metode ini lebih rendah dibandingkan dengan metode standar, namun keduanya masih di bawah batas referensi yang digunakan.

Internal movement during radiotherapy treatment of liver tumors is one thing that needs to be considered in the accuracy of the dose. This movement affects the uncertainty of the target position during radiation treatment, resulting in a dose deficiency. Previous studies have shown that increasing the internal margin of PTV can reduce the deviation between the planned and the measured dose. This study aims to observe the efficiency of the robust treatment planning method that calculated the uncertainty of the target volume position. We used 10 secondary patient data with liver cancer at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo using parameters Conformity Index (CI) , Gradient Index (GI), and Homogeneity Index (HI). We found that the average of maximum dose of robust treatment plan was reduced compared to the standard plan from 106,8% ± 4,3% to 104,4% ± 5,4% for the applying uncertainty of 3 mm and 6 mm in all direction. The OAR dose in this method is lower than the standard method, although both are still below the reference limit used."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Azzi
"Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi dosis radiasi radioterapi pada kasus kanker payudara dan kanker nasofaring (KNF). Percobaan dilakukan dengan menggunakan Linac Varian Trilogy radiasi foton berenergi 6 MV. Detektor yang digunakan dalam penelitian ini adalah film gafchromic, MatriXX 2D array, TLD, dan EPID. Film gafchromic dan TLD ditempatkan dalam phantom rando untuk mengevaluasi distribusi dosis pada volume target, sedangkan untuk mendapatkan hasil registrasi film gafchromic dan MatriXX 2D array ditempatkan dalam Multi Cube, dan dilakukan juga penyinaran pada EPID. Hasil perbedaan distribusi dosis teknik IMRT dan VMAT antara film dengan dosis preskripsi TPS pada KNF PTV70 adalah 6,87% dan 8,55%, pada KNF PTV50 adalah 14,43% dan 4,65%, sedangkan pada kanker payudara 11,98% dan 12,10%. Perbedaan nilai dosis antara TLD dengan dosis preskripsi TPS teknik IMRT dan VMAT pada KNF PTV50 sebesar 1,76% dan 1,60%, dan pada kanker payudara sebesar 7,06% dan 3,36%. Selisih perbedaan nilai gamma indeks teknik IMRT dan VMAT pada KNF sebesar -0,09% dan -1,65% antara film dan MatriXX, dan 5,13% dan 1,43% antara film dengan EPID. Pada kanker payudara selisih perbedaan nilai gamma indeks teknik IMRT dan VMAT sebesar 0,51% dan 0,19% antara film dengan MatriXX, dan 2,28% dan 4,38% antara film dengan EPID. Verifikasi dosis radioterapi dan registrasi citra pada kasus kanker payudara dan KNF dapat dilakukan menggunakan film gafchromic, TLD, MatriXX 2D array, dan EPID.

This study was aimed to verify the radiation dose in the case of breast cancer and nasopharyngeal carcinoma (NPC). The experiments were performed using a Varian Trilogy Linac at 6 MV photon radiation and gafchromic films, Matrixx 2D Array, TLD, and EPID detectors. Gafchromic films and TLD were inserted into rando phantom to measures the dose on target volume and organ at risk. In order to evaluated the gamma index, gafchromic films and Matrixx 2D array were placed in the Multi Cube, and was irradiated with EPID in position. Results of the dose distribution differences on IMRT and VMAT between film and TPS on NPC PTV70 was 6.87% and 8.55%, the NPC PTV50 was 14.43% and 4.65%, and for breast cancer was 11,98% and 12,10%. The dose differences between TLD and TPS on IMRT and VMAT for NPC PTV50 was 1.76% and 1.60%, and the breast cancer was 7.06% and 3.36%. Gamma index differences on IMRT and VMAT technique on NPC was -0.09% and -1.65% between film and MatriXX, and 5.13% and 1.43% between films and EPID. In breast cancer the gamma index differences on IMRT and VMAT was 0.51% and 0.19% between films and MatriXX, and 2.28% and 4.38% between films and EPID. Radiotherapy dose verification and image registration for breast cancer and NPC was done using gafchromic film, TLD, MatriXX 2D array, and EPID."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2015
S59859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luqyana Adha Azwat
"Optimasi dosis radiasi pada perencanaan klinis menggunakan Treatment Planning System (TPS) untuk pasien radioterapi sangat penting untuk mencapai keseimbangan antara efektivitas terapi dan keselamatan pasien. Namun, proses ini memakan waktu dan sangat bergantung pada keahlian fisikawan medis. Pada penelitian ini dilakukan prediksi dosis menggunakan machine learning pada Planning Target Volume (PTV) dan Organ at Risk (OAR) untuk kasus kanker otak dengan teknik perencanaan Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT). Data DICOM perencanaan di ekstraksi menggunakan 3D slicer untuk mendapatkan nilai radiomic dan dosiomic yang akan digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan model algoritma random forest. Hasil evaluasi model menunjukkan bahwa peforma model random forest dalam memprediksi dosis memiliki nilai Mean Square Error (MSE) sebesar 0,018. Nilai Homogeneity Index (HI) dan Conformity Index (CI) untuk data klinis adalah 0,136±0,134 dan 0,939±0,131 secara berturut-turut, sementara hasil prediksinya adalah 0,136±0,039 dan 0,949±0,006, dengan nilai p-value untuk fitur PTV dan OAR > 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model random forest efektif dalam memprediksi dosis untuk PTV kanker otak dan OAR, dan dapat digunakan sebagai referensi dalam proses perencanaan.

Optimizing radiation doses in clinical planning using a Treatment Planning System (TPS) for radiotherapy patients is crucial to achieving a balance between therapeutic effectiveness and patient safety. However, this process is timeconsuming and highly dependent on the expertise of medical physicists. In this study, dose prediction using machine learning for the Planning Target Volume (PTV) and Organ at Risk (OAR) in brain cancer cases was performed using the Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT) planning technique. DICOM planning data was extracted using 3D Slicer to obtain radiomic and dosiomic values, which were then used in this study with a random forest algorithm model. Model evaluation results showed that the random forest model's performance in predicting doses had a Mean Square Error (MSE) of 0.018. The Homogeneity Index (HI) and Conformity Index (CI) values for clinical data were 0.136±0.134 and 0.939±0.131, respectively, while the predicted results were 0.136±0.039 and 0.949±0.006, with p-values for PTV and OAR features > 0.05. Therefore, it can be concluded that the random forest model is effective in predicting doses for brain cancer PTV and OAR and can be used as a reference in the planning process."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Abdul Wahab
"Pergerakan respirasi saat treatment radioterapi tumor dalam toraks seperti pada kasus Non-small Cell Lung Cancer (NSCLC) merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam keakurasian dosis. Pergerakan tersebut menghasilkan ketidakpastian posisi target pada saat treatment radiasi yang dapat mengakibatkan adanya kekurangan dosis akibat adanya dose blurring dan interplay effect. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa penambahan margin internal pada PTV dapat mengurangi perbedaan dosis perencanaan dengan dosis terukur. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh metode optimasi robust yang memperhitungkan ketidakpastian posisi relatif terhadap volume target dalam perencanaan radioterapi dan perbandingannya dengan metode konvensional yang dilakukan pada fantom toraks dinamik in-house. Penggunaan metode ini meningkatkan nilai konformitas dosis pada teknik IMRT dan VMAT, meningkatkan uniformitas dosis pada teknik VMAT, namun mengurangi kecuraman dosis fall-off perencanaan. Metode ini meningkatkan nilai dosis target pada perencanaan IMRT konvensional dari rerata 199,63 cGy menjadi 200,43; 206,26; dan 204,20 cGy untuk ketidakpastian 5 mm, 10 mm, dan 15 mm, tetapi menurunkan dosis target pada perencanaan VMAT konvensional dari rerata 201,59 cGy menjadi 198,84; 199,05; dan 199,06 cGy untuk ketidakpastian 5 mm, 10 mm, dan 15 mm. Metode ini juga meningkatkan dosis OAR di area terdekat target dan menurunkan dosis di area lainnya pada teknik IMRT, namun hampir seluruh area OAR mendapatkan peningkatan dosis pada teknik VMAT.

Respiration movement, when treating radiotherapy to the tumor in the thorax, such in the case of NSCLC, is one of the challenges of dose accuracy. The target movement during radiation treatment causes dose blurring and interplay effects. A previous study proved that internal margins on PTV reduce the differences between plan and measured doses. This study aims to observe the effect of robust optimization, which provide uncertainty of target volume position on photon planning. We compared the robust with a conventional method on the in-house thorax dynamic phantom. This method enhanced the dose conformity index in the IMRT and VMAT techniques and the dose uniformity in the VMAT technique. However, robust planning reduces the steepness of the dose in both IMRT and VMAT. The average target dose of IMRT technique was increased from 199.63 cGy in conventional planning to 200.43; 206.26; and 204.20 cGy for planning with an uncertainty of 5 mm, 10 mm and 15 mm. On the other hand, the average target dose was reduced from 201.59 cGy in conventional planning to 198.84; 199.05; and 199.06 cGy with an uncertainty of 5 mm, 10 mm and 15 mm for VMAT techniques, respectively. We found that the robust plan delivered a higher dose at OAR near the target than the conventional plan, but the dose is lower in the other areas on the IMRT technique. For VMAT, most of the OAR achieved a higher dose on a robust photon plan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Asparul Mijar
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi distribusi dosis radioterapi pada kasus kanker payudara dengan Teknik EDW menggunakan simulasi monte carlo. Menggunakan fantom Rando female sebagai objek untuk mendapatkan nilai CT dengan pendekatan jaringan tubuh manusia. Penelitian dilakukan dengan 2 tahap. Tahap 1 commissioning Monte Carlo pada lapangan 10 × 10 dengan sudut wedge 25. Tahap 2 simulasi Monte Carlo menyesuaikan perencanaan pada TPS untuk kasus kanker payudara pada fantom rando. Evaluasi pada dosis titik dilakukan dengan membandingkan nilai dosis pada simulasi Monte Carlo dengan TPS dan pengukuran TLD. Hasil dari commissioning menunjukkan seluruh nilai profile pada kedalaman 10 cm berada dalam batas toleransi IAEA TRS 430. Hasil perbandingan pada fantom rando dengan pengukuran TPS dan TLD untuk organ Breast atas berturut-turut adalah 2,08% dan 5,45% sedangkan untuk Breast bawah adalah 4,59% dan 5,98%, untuk jantung adalah 12,76% dan 13,68%, dan untuk paru-paru adalah 12,76% dan 13,68%. Berdasarkan hasil tersebut hasil simulasi memiliki akurasi data yang cukup baik jika dibandingkan dengan pengukuran pada TPS dan pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan TLD.

The research was conducted to evaluate the radiation dose distribution in breast cancer cases using the Electron Dynamic Wedge (EDW) technique through Monte Carlo simulations. The research comprised two phases: Phase 1 involved commissioning Monte Carlo for 10 x 10 field with a 25-degree wedge angle, while phase 2 entailed Monte Carlo simulations to adapt planning on the Treatment Planning System (TPS) for breast cancer cases in the Rando phantom. Point dose evaluation involved comparing dose values in Monte Carlo simulations with those in the TPS and Thermoluminescent Dosimeters (TLD) measurements. Commissioning results demonstrated that all profile values at a depth of 10 cm fell within the tolerance limits of IAEA TRS 430. Comparisons on the Rando phantom between TPS and TLD measurements for the upper breast organ yielded percentages of 2.08% and 5.45%, respectively. For the lower breast, the percentages were 4.59% and 5.98%. Comparisons for the heart resulted in percentages of 12.76% and 13.68%, while for the lungs, they were 12.76% and 13.68%. Based on these findings, the simulation results indicated reasonably good accuracy when compared to both TPS measurements and measurements conducted using TLD."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Adityo Pribadi
"Skripsi ini bertujuan untuk merancang, fabrikasi dan menganalisis rangkaian generator sinyal frekuensi radio yang digunakan untuk terapi kanker hepatocellular carcinoma (HCC) dengan menggunakan prinsip bioresonansi. Rangkaian yang dirancang terdiri dari osilator, modulator, dan amplifier. Pada modulator, sinyal yang dihasilkan merupakan sinyal yang berasal dari rangkaian osilator gelombang pembawa dan pemodulasi. Kemudian, output dari modulator akan dikuatkan melalui amplifier agar menghasilkan daya yang lebih besar. Adapun spesifikasi dari rangkaian generator sinyal adalah menghasilkan keluaran dengan tegangan efektif sebesar 125 mV dan 3 Volt setelah hasil penguatan serta frekuensi sebesar 27,12 MHz. Pada simulasi, sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Kemudian, pada tahap fabrikasi, rangkaian generator sinyal menggunakan dua PCB, yaitu untuk rangkaian osilator gelombang pembawa dan komponen generator lainnya (power supply, osilator gelombang modulasi, modulator, dan amplifier). Setelah itu, pengujian generator sinyal menghasilkan keluaran dengan tegangan efektif sebesar 28,28 mV dan 763,56 mV setelah hasil penguatan serta frekuensi sebesar 27,10 MHz. Perbedaan hasil antara hasil simulasi dan fabrikasi disebabkan oleh tidak terintegrasinya rangkaian generator sinyal. Hal ini mengakibatkan adanya penghubung yang digunakan sehingga terjadinya penurunan tegangan dan frekuensi. Selain itu, penggunaan komponen yang tidak sesuai dengan simulasi juga menyebabkan terjadinya penurunan tegangan dan frekuensi.

This research aims to design, fabricate and analyze the circuit of radio frequency signal generator that is used for hepatocellular carcinoma (HCC) with bioresonancy method. The circuit consists of an oscillator, modulator, and amplifier. On the modulator, the resulted signal is a signal derived from both carrier wave oscillator and modulation wave oscillator. Then, the output will be amplified in order to generate greater power. After that, the specification of signal generator is a circuit that can be producing an output voltage of 125 mV and 3 V after amplification at 27.12 MHz. Then, simulation has been approved. In its implementation, the generator circuit consists of two circuits which combines the oscillator circuit and a modulation of the carrier wave. From the test shows that the modulator circuit produces output voltage of 28.28 mV and 763.56 mV after amplification at 27.10 MHz. The difference between simulation and fabrication is caused by separated part of the generator so needing a connector which produces losses. Besides that, there is a changing component which is caused a decrement output voltage and frequency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eagret Aung Suci
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi dosis titik pada kasus kanker payudara untuk teknik Enhanced Dynamic Wedge (EDW), Forward IMRT, dan Inverse IMRT. Evaluasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan pergerakan seperti pergerakan pernafasan manusia. Penelitian ini menggunakan fantom Rando jenis fantom female pada saat TPS untuk mendapatkan nilai CT yang mendekati densitas jaringan tubuh manusia. Selain itu, penelitian ini menggunakan Slab fantom RW3berukuran 30 cm  30 cm  10 cm. Fantom ini akan digunakan utuk pengukuran yang dilakukan pada Linear Accelerator (Linac) dengan mensimulasikan couch dalam keadaan diam dan pergerakan secara translasi pada bidang Anterior Posterior (AP) untuk menirukan pergerakan akibat pernafasan manusia. Pengukuran yang diperoleh berupa dosis titik menggunakan dosimeter thermoluminescence TLD LiF-100. Dari penelitian ini didapatkan pada daerah target, yaitu breast atas dan breast bawah serta daerah Organ at Risk (OAR), persentase dosis terbesar dimiliki oleh teknik EDW pada keadaan dinamik dan persentase dosis terkecil dimiliki oleh teknik Inverse IMRT. Pergerakan anterior posterior memberikan konstribusi terhadap peningkatan persentase dosis pengukuran TLD dengan TPS untuk teknik EDW, Forward IMRT, dan Inverse IMRT berkisar antara 2% sampai 50%.

This research aimed to evaluate point doses in breast cancer cases for the Enhanced Dynamic Wedge (EDW), Forward IMRT, and Inverse IMRT techniques. The evaluation was conducted considering motion, such as human respiratory motion. The study utilized a female Rando phantom during the Treatment Planning System (TPS) to obtain CT values approximating human tissue density. Furthermore, a 30 cm  30 cm  10 cm  Slab phantom RW3 was used in the research. The phantom was employed for measurements performed on the Linear Accelerator (Linac), simulating a stationary couch and translational motion in the Anterior-Posterior (AP) plane to mimic respiratory-induced motion. Point dose measurements were taken using the LiF-100 thermoluminescence dosimeter (TLD).  From this study, it was found that in the target areas, namely the upper and lower breast regions, as well as the Organ at Risk (OAR) areas, the EDW technique exhibited the highest percentage of dose in dynamic conditions, while the Inverse IMRT technique had the lowest percentage of dose. The anterior-posterior motion contributed to an increase in the percentage of dose measurement differences between TLD and TPS for the EDW, Forward IMRT, and Inverse IMRT techniques, ranging from 2% to 50%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Giselvania
"Latar Belakang: Spatially Fractionated Grid Radiotherapy (SFGRT) dilaporkan berperan dalam tatalaksana tumor berukuran besar, termasuk karsinoma sel hati (KSH). Namun, pengetahuan mekanisme kerja SFGRT masih terbatas. Studi hewan coba besar dapat bermanfaat untuk menambah bukti ilmiah, dimana studi ini merupakan studi pertama induksi KSH dengan N-Diethylnitrosamine (DENA) pada babi domestik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola kematian sel, efek bystander, efek abscopal, serta respons imun dari SFGRT pada hewan coba besar dengan KSH.
Metode: Uji eksperimental dilakukan pada 10 babi domestik (Sus scrofa domesticus) yang diinduksi dengan injeksi DENA 15 mg/kgBB dan fenobarbital (PB) 4 mg/kgBB. Subjek dievaluasi secara periodik menggunakan USG, CT scan, analisa darah. Diagnosis KSH ditegakkan dengan pemeriksaan imaging dan histopatologi. Subjek dirandomisasi sebagai kontrol negatif, kontrol positif, penerima intervensi SFGRT1x20 Gy dosis tunggal, atau penerima intervensi radiasi lengkap SFGRT 1x20 Gy + Stereotactic Body Radiotherapy (SBRT) 3x8 Gy. Pemeriksaan flowcytometryAnnexin dilakukan untuk melihat pola kematian sel, dan biomarker TNF-a, IFN-ɣ, FOXP3 untuk melihat respons jaringan tumor dan jaringan hati di dalam dan di luararea radiasi.
Hasil: Karsinogenesis berhasil pada seluruh subjek setelah 15-22 bulan induksi, berupa KSH dan angiosarkoma hepatik. Peningkatan FOXP3 diamati pada subjek yang mengalami keganasan dibandingkan kontrol negatif, sementara TNF-a dan IFN-ɣ mengalami penurunan. Pemeriksaan Annexin menunjukkan rendahnya jumlah sel viabel signifikan pada perlakuan radiasi lengkap SFGRT+SBRT (18.65%) dibandingkan grup SFGRT saja (63,13%-89,09%). Sel viabel tumor di luar area radiasi juga terdapat penurunan, menunjukkan kemungkinan efek bystander. EkspresiFOXP3 mengalami penurunan dan terjadi peningkatan %CD8+ pasca perlakuanradiasi.
Kesimpulan: Induksi KSH pada babi domestik dapat dilakukan dengan pemberian DENA+PB dengan periode latensi 15-22 bulan. Penurunan jumlah sel viabel secara signifikan tampak pada kelompok perlakuan radiasi lengkap (SFGRT 1x20Gy + SBRT 3x8Gy) dengan jalur apoptosis pada area di dalam dan di luar area radiasi yang menunjukkan peran efek bystander/abscopal. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Karsinoma Hepatoseluer (KHS) masih menjadi masalah kesehatan di dunia, selain karena insidensnya yang tinggi terkait dengan angka infeksi HBV dan HCV, penatalaksanaanya sangat tergantung pada kondisi penderita dan ekstensi tumor. Pembedahan, berupa reseksi hati maupun transplantasi hati adalah pilihan utama untuk mencapai survival yang baik. Namun demikian, reseksi hati mensyaratkan kondisi hati yang sehat dan ukuran tumor yang kecil sedangkan transplantasi hati belum dikerjakan di Indonesia. Kedua hal ini mendorong pemanfaatan modalitas lain dalam penatalaksanaan KHS, antara lain Ablasi tumor per kutan, Trans Arterial Chemo Embolization (TACE), Kemoterapi dan Radioterapi. Radiasi selama ini ditakuti karena efek samping hepatitis radiasi-nya, akan tetapi dengan berkembangnya teknik radiasi konformal, efek samping tersebut dapat diminimalkan. Makalah ini memaparkan satu kasus KHS tipe ikterik yang mendapat radiasi eksterna di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan hasil yang memuaskan berupa hilangnya gejala dan penurunan kadar bilirubin. Penderita direncanakan untuk menjalani reseksi hati.

Abstract
Hepatocellular Carcinoma (HCC) is still a leading health problem worldwide, due to its correlation with HBV and HCV infection and its management which is strongly dependent on patient?s condition and tumor extension. Surgery, with liver resection or liver transplantation offer a good survival rate as a primary management of such cancer. But since liver resection must consider some aspect of liver function and tumor size, and liver transplantation was not a choice in Indonesia, many treatment modalities has been developed which can be used to overcome this problem, such as tumor ablation, transarterial chemo embolization (TACE), chemotherapy and radiotherapy. With the development of conformal radiotherapy, the hepatitis induced radiation therapy could be minimized. This paper present a case of conformal radiation therapy utilization in icteric type HCC in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Hepatic resection was planned for this patient."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Cranical metastasic from hepatocellular carcinoma (HCC) prior to diagnosis of the primary tumor without liver dysfunction is a very rare event. Cranial metastatic may be the sole initial presentation of HCC. Early diagnosis is essential in order to treat the primary disease. Cranial metastasis from HCC should be considered in the differential diagnosis in patients with subcutaneous scalp mass and osteolytic defects on X-Ray. A 55 year old female patient without known liver disease, presented with a palpable right occipital scalp mass. On head computed tomography (CT) scan, a tumor on right orbita wall, osteolytic skull and invasion to the right frontal lobe was observed. The histological diagnosis obtained from the biopsy was a poorly differentiated cranial metastasis adenocarcinoma that was difficult to determine the origin. On positron emission tomography (PET) scan, there was a hypermetabolic mass around intra hepatal bile duct which suspicious primary cancer. The histological diagnosis obtained from the liver biopsy was appropriate with HCC grade II. The metastatic tumor was removed via occipital craniectomy. She received a palliative course of external beam radiation therapy to he right orbit. Them, she received symptomatic treatment and herbal medicine with cassava leaves for the last three months. Evaluation of bone survey shows lytic lesion at calvaria and compression fracture at vertebrae thoracal 11-12 appropriate with metastasis process. According to Barcelona clinic liver cancer (BCLC) criteria she suffered from HCC terminal stage D with average survival of about 4 months. "
GHDE 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>