Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199059 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cleo Syahana Indaryono
"Stunting merupakan kondisi kurang gizi kronis dengan dampak jangka panjang yang dapat menghambat perkembangan kognitif dan fisik, meningkatkan risiko penyakit degeneratif, dan pada akhirnya mengurangi produktivitas. Anak-anak panti asuhan termasuk kelompok yang lebih rentan mengalami kekurangan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan energi, protein, dan makanan beragam terhadap kejadian stunting di panti asuhan kota Depok, Jakarta, dan Tangerang Selatan dengan desain cross-sectional pada data primer dengan total sampel sebanyak 99 balita. Ditemukan proporsi stunting sebesar 16,2% dan kecukupan asupan energi, protein, dan makanan beragam adalah 59,6%, 94,9%, dan 66,7%. Analisis cox regression menunjukkan hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan kejadian stunting (PR 9,6 (95% CI: 2,050 - 44,977) p-value: 0,004,. Balita dengan asupan energi yang tidak cukup memiliki risiko kejadian stunting 9,6 kali dibandingkan balita dengan asupan energi cukup setelah dikontrol oleh variabel status wilayah tempat tinggal balita, hubungan wali dengan balita, usia wali, ketahanan pangan, riwayat penyakit balita, dan pengetahuan wali. Panti Asuhan memiliki potensi besar menjangkau lapisan masyarakat cakupan panti asuhan, membantu pencegahan kejadian stunting dengan pendampingan dari institusi kesehatan dan sosial dalam mendeteksi kasus stunting dan berperan dalam implementasi praktis berbagai program pencegahan stunting pada balita.

Stunting is a chronic form of malnutrition with long-term effects that can hinder cognitive and physical development, increase the risk of degenerative diseases, and reduce productivity. Children in orphanages tend to be more vulnerable to the risk of malnutrition. This study aims to determine the relationship between the intake of energy, protein, and dietary diversity on stunting in orphanages in Depok, Jakarta, and Tangerang Selatan through cross-sectional design using primary data of 99 under-five children. The proportion of stunting was 16.2% and intake of energy, protein, and dietary diversity was 59.6%, 94.9%, and 66.7%. Analysis using Cox regression showed a significant relationship between energy intake and stunting (PR 9.6 (95%CI: 2.050 - 44.977) p-value: 0.004, under-five children with insufficient energy have a risk of stunting 9,6 times compared to under-five children with sufficient energy intake, controlled by child-friendly living area status, relationship between the guardian and the child, age of the guardian, child’s household food security, child's illness history, and guardian’s nutrition knowledge. Orphanages have great potential to reach the “hidden” layers of society, help prevent stunting with the assistance of health and social institutions through stunting case detection, and take part in the practical implementation stunting prevention programs in children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Fajriyah
"Prevalensi kekurangan energi protein (EP) di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2007 mencapai 17,16% dengan kasus gizi buruk sebanyak 0,40% sedangkan data di Puskesmas Sukaresik penderita gizi buruk mencapai 33 orang tahun 2008. Penyebab langsung gizi buruk adalah kurang konsumsi energi protein dan infeksi, sehingga salah satu penanggulangannya adalah pemberian makanan tambahan (PMT). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh PMT terhadap status gizi balita buruk di Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya. Jenis penelitian eksperimen semu dengan pendekatan pretest posttest one group design. Populasi balita gizi buruk (BB/U < -3 sd) sebanyak 33 anak dan sampel darah yang memenuhi kriteria inklusi menghabiskan sebanyak 80% PMT yang diberikan. di akhir penelitian ada 8 anak yang tidak bisa mencapai 80% PMT sehingga jumlah sampel menjadi 25 anak. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan status gizi sebelum dan setelah PMT (p=0,019) dengan selisih perbedaan status gizi (BB/U skor) sebesar 0,07. Variabel pengganggu (tingkat kecukupan energi dan protein dari konsumsi harian) secara statistik tidak ada hubungan dengan variable terikat (status gizi). Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya untuk melanjutkan program PMT kepada balita gizi buruk dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan status gizi balita gizi buruk melalui pemberian penyuluhan pemamfaatan produk lokal untuk konsumsi balita."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi, 2005
JKKI 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiya Nadira
"Latar Belakang. Prevalensi balita wasting di Provinsi Nusa Tenggara Barat
mencapai 10%, hal ini dapat memengaruhi tumbuh kembang anak balita. Hasil
penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara infeksi dan
asupan nutrisi terhadap wasting. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
karakteristik balita, prevalensi wasting, dan asupan karbohidrat, protein, dan lemak
serta hubungannya terhadap wasting pada balita di Desa Sembalun Bumbung, NTB.
Metode. Studi potong lintang telah dilaksanakan dengan melibatkan 112 balita usia
6-59 bulan di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur,
NTB pada Agustus 2019. Data antropometri berupa tinggi badan dan berat badan
diukur untuk menentukan status gizi. Wawancara menggunakan kuesioner
dilakukan untuk mendapatkan data demografi, sedangkan untuk mendapatkan
asupan makronutrien balita menggunakan multiple-pass 2x24 hour food recall
terhadap ibu balita. Data antropometri diolah menggunakan WHO Anthro Survey
Analyser, sedangkan kuesioner diolah dengan bantuan perangkat lunak Epidata
versi 4.4. Data asupan makanan dari food recall diolah menggunakan Nutrisurvey
2004. Data dianalisis menggunakan uji Fisher’s Exact Test pada SPSS versi 20.
Hasil. Prevalensi balita wasting di Desa Sembalun Bumbung adalah 7%. Uji
bivariat menyatakan bahwa asupan karbohidrat, protein, dan lemak tidak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap wasting (p>0.05).
Kesimpulan. Asupan karbohidrat, lemak, dan protein tidak memiliki hubungan
terhadap wasting pada balita usia 6-59 bulan di Desa Sembalun Bumbung

Background. Wasting prevalence in children under-five in Nusa Tenggara Barat
Province is 10%, while wasting is an important factor affecting children’s growth
and development. Current research shows that infection and nutrition intake affect
wasting. This research is aimed to identify characteristics, prevalence of wasting,
and association between carbohydrate, protein, and fat intake on wasting in children
under-five at Sembalun Bumbung Village, NTB.
Method. A cross sectional study was conducted in Desa Sembalun Bumbung,
Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB in August 2019; 112 children of 6-59
months age were recruited. Anthropometry data including height and weight was
obtained to analyze nutritional status. Children’s mothers were interviewed to
collect sociodemographic data and macronutrient intake through multiple multiplepass
2x24 hour food recall using food portion pictures from Indonesian Ministry of
Health. Anthropometry and questionnaire data were processed using WHO Anthro
Survey Analyser and Epidata version 4.4. According to Indonesian Ministry of
Health Food Composition Data, macronutrient intake from dietary recall was
processed using Nutrisurvey 2004. Statistical data was analyzed with Fisher’s Exact
Test using SPSS version 20.
Result. Wasting prevalence of children under-five in Sembalun Bumbung Village
was 7%. Bivariate analysis showed that carbohydrate, protein, and fat intake were
not statistically significant on wasting prevalence (p>0.05).
Conclusion. Carbohydrate, fat, and protein intake was not associated with wasting
in children under-five in Sembalunbumbung Village"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Rosmanindar
"ABSTRAK
Stunting atau tubuh yang pendek berdasarkan tinggi badan menurut umur pada
anak, merupakan efek kumulatif asupan zat gizi tidak memadai atau hasil infeksi
kronis yang berkontribusi terhadap terjadinya kurang gizi dalam waktu lama dan
tidak mendapatkan penanganan baik. Adanya hubungan antara pertumbuhan
tinggi badan yang lambat pada awal masa kehidupan dengan rendahnya kualitas
SDM di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor dominan yang
berhubungan dengan terjadinya stunting pada anak 7-36 bulan di wilayah
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2013. Penelitian menggunakan
desain cross sectional dengan sampel 163 orang. Data diperoleh dari data
sekunder dan primer melalui kuesioner hasil wawancara dan pengukuran
langsung. Hasil penelitian menunjukkan 26,4% batita stunting pada anak 7-36
bulan di wilayah Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2013. Terdapat
hubungan antara asupan (energi, protein, vitamin A, Fe), riwayat ASI eksklusif,
MP-ASI, penyakit infeksi, umur dan berat lahir dengan terjadinya stunting.
Analisis regresi logistik ganda menunjukkan asupan protein sebagai faktor
dominan berhubungan dengan terjadinya stunting (OR=7,68) setelah dikontrol
umur anak dan riwayat penyakit infeksi. Pencegahan stunting pada batita dengan
meningkatkan mutu MP-ASI melalui praktek makan bersama batita dengan
pengolahan beragam makanan lokal sumber protein melalui pendampingan
petugas gizi dan kader kesehatan secara berkesinambungan.

ABSTRACT
Stunting or short body height based on the child's age, is the cumulative effect of
inadequate nutrient intake or chronic infection results which contribute to
malnutrition in a long time and did not get good treatment. The existence of a
relationship between height growth is slow at the beginning of life to the low
quality of human resources in the future. This research aims to determine the
dominant factors associated with the occurrence of stunting in children 7-36
months at Pancoran Mas Primary Health Center Depok in 2013. Studies using
cross-sectional design with a sample of 163 people. Data obtained from secondary
and primary data through interviews and questionnaires direct measurement. The
results showed 26.4% of toddlers stunting in children 7-36 months at Pancoran
Mas Primary Health Center Depok in 2013. There is a relationship between the
intake (energy, protein, vitamin A, Fe), history of breastfeeding, complementary
feeding, infectious diseases, age and birth weight with the occurrence of stunting.
Multiple logistic regression analysis showed protein intake as a dominant factor
associated with the occurrence of stunting (OR = 7.68) after controlling the child's
age and history of infectious diseases. Prevention of stunting in toddlers,
improving the quality of complementary feeding practices through eating with
toddlers that a variety of local food processing protein nutrition workers through
mentoring and health volunteers on an ongoing basis."
2013
T35526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kustri Suharningsih
"ABSTRAK Dampak yang ditimbulkan dari keadaan stunting adalah terganggunya fungsi kognitif. Masa-masa seribu hari pertama kehidupan adalah waktu kritis pertumbuhan anak. Kondisi stunting pada balita di Indonesia dan dunia masih tinggi. Prevalensi stunting pada baduta di Bojong Kamal mengalami peningkatan dari 18,3% pada tahun 2017 menjadi 30,9% pada tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
desain cross sectional. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui persentase stunting pada baduta dan mencari faktor paling dominan terhadap kasus stunting pada
baduta usia 13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal tahun 2018. Sampel penelitian sebanyak 89 orang yang dipilih secara systematic random sampling. Data
dikumpulkan melalui pemeriksaan antropometri untuk menentukan kasus stunting pada baduta, kuesioner untuk mengumpulkan data riwayat pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, dan kunjungan posyandu, serta
dari kuesioner food recall 24 jam untuk asupan makan. Persentase stunting baduta usia 13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal adalah sebesar 32,6%. Asupan energi menjadi faktor dominan yang membedakan kejadian stunting pada baduta usia
13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal dikontrol oleh riwayat penyakit infeksi, asupan protein dan pendidikan ibu.

ABSTRACT
The effect of stunting is cognitive disfunction. The first 1000 days period of life is a critical time for child's growth. The number of stunting condition in children in Indonesia and around the world are still high. The prevalence of stunting in children
under 2 years old on Bojong Kamal have been increased from 18.3% in 2017 to 30.9% in 2018. This study is a quantitative research and with cross sectional design. The purpose of this study is to know the persentage of stunting and to find out the most
dominant factor in stunting cases in children age 13-23 month living on the working region of Puskesmas Bojong Kamal. Samples of the study about 89 children were choosen by systematic random sampling. Datas collected from the samples are from ix Universitas Indonesia antopometry examination, questionnaire to collect the history of breast feeding, history of infection disease, education level of the parents, income of the parents, visit to
Posyandu, and questionnaire of food recall 24 hours for food consumption. Percentage of stunting in children age 13-23 months in working region of Puskesmas Bojong Kamal is 32.6%. Energy intake is the dominant factor which differentiate the stunting
cases in children age 13-23 months in working region of Puskesmas Bojong Kamal controlled by history of infection disease, protein intake and mother's education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daunwati
"Tujuan : Mengetahui korelasi antara asupan besi. hemoglobin dan kadar feritin serum dengan indikator panjang badan untuk usia pada bayi stunring usia 6-I2 bulan.
Tempat : Pada 20 desa dan kelurahan di Kota dan Kabupaten Tangerang di wilayah binaan CARE International Indonesia.
Bahan dan cara: Pada penelitian dengan disain potong lintang ini didapatkan 3l subyek sesuai kriteria penelitian. Data yang dikumpulkan meliputi pendidikan formal ibu, status gizi berdasarkan HAZ, asupan kalori, protein dan besi dcngan menggunakan FFQ semikuantitati pemeriksaan laboratorium darah yaitu hemoglobin clan feritin serum. Uji statistik yang digunakan adalah Kolmogorov Smirnov, dan korelasi Pearson/spernmn's Rank.
Hasil : Pada penelitian ini didapatkan 5I,6% pendidikan formal ibu sekolah dasar/sederajat. Subyek merupakan kelompok stunting yang sebagian besar (80,6%) merupakan stunting sedang. serata asupan energi adalah 767,99_+;275,42 kkal/hari dan protein 2l,80_~§l l,08 g/hari. Asupan energi dan protein subyek yang rendah 74,2% dan 29% dibandingkan RDA. Rcrata asupan besi adalah 6,06 j 4, l 6 mg/hari, sebagaian besar subyek (8l%) dengan asupan besi kurang menurut RNI. Rerata kadar hemoglobin 10,041 1,32 g/dL dan kadar feritin serum didapatkan median 10,93 (l,62; 90,38) pg/L. Subyek yang mengalami anemia 71%, depiesi besi tanpa anemia 9,7% dan anemia defisiensi besi 41.9°/6. Pada analisis tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara asupan besi dengan hemoglobin dan feritin scrum. Pada analisis korelasi antara hemoglobin dan feritin serum dengan HAZ skor tidak didapatkan korelasi bermakna.
Kesimpulan : Tidak didapatkan korelasi yang bemiakna antara asupan besi dengan hemoglobin dan feritin serum. Tidak didapatkan korelasi yang bcrmakna antara hemoglobin dan feritin serum dengan HAZ skor.

Objective :To know correlation between dietary iron intake, hemoglobin, serum feritin and height tbr age Z score in shunting infant age 6-I2 month.
Location : 20 villages and kelurahan in Tangerang City and District the area under serviced by CARE, international Indonesia (Cll).
Material and Method: A cross sectional study had been canied out on 31
subjects selected. Data collected consist of' respondent (mother) tbmial education, subject characteristic i.e HAZ, dietary intake of energy, protein and iron using semi quantitative FFQ, and laboratory examination lbr hemoglobin and serum ferritin. Statistical analysis was using Kolmogorov-Smimov and Pearson/Spearman?s rank correlation tests.
Result : Most of mothers? formal education was primary school (5l.6%). Majority ofthe subjects was in moderate stunting (80,6%). Average energy and protein intake were 767.99i275.42 kcal/day and 2 l,80il l,08 g/day. respectively. Subjects with low energy and protein intake as compared to the RDA are 74.2% and 29%, respectively. Average iron intake 6.061 4.l6 mg/day and 8l% of the subject had iron intake less than RNI. Average hemoglobin level was l0.04=t:l.32 g/dl, whereas median serum ferritin was l0.93 (1.62; 9038) ug/L. Subject with anemia, iron depletion without anemia and iron deficiency anemia were 71%,9.7%, and 4l.9%, respectively. There was no significant correlation between iron intake and hemoglobin. There was negative correlation between iron intake and serum ferritin (p>0.05). No significant correlation was found between hemoglobin and serum ferritin with HAZ score.
Conclusion: There were no significant correlations between iron intake with hemoglobin, and serum ferritin. There were no significant correlations between hemoglobin and serum ferritin with HAZ score unstinting infant 6-12 month."
2009
T32322
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Halim
"Prevalensi stunting pada balita di Indonesia, khususnya Kabupaten Bogor masih tergolong tinggi. Keragaman konsumsi pangan, salah satu penilaian pada praktik pemberian makan bayi dan anak, merupakan salah satu determinan utama dalam kejadian stunting. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan keragaman konsumsi pangan dan faktor lainnya dengan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 149 anak usia 6-35 bulan di Kecamatan Babakan Madang selama bulan April-Juni 2019. Skor keragaman konsumsi pangan diambil dari 1x24hr food recall berdasarkan 7 kelompok pangan dan dikategorikan berdasarkan beragam (<4 kelompok pangan) dan tidak beragam (≥4 kelompok). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada anak sebesar 32.2%. 31.5% anak mengonsumsi pangan tidak beragam. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara keragaman konsumsi pangan (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), dan konsumsi sayur dan buah sumber vitamin A (p=0.015). Maka dari itu, upaya intervensi perlu dilakukan dengan meningkatkan keragaman pangan dan kualitas makan bayi dan anak dalam menurunkan risiko kejadian stunting di tingkat keluarga dan masyarakat.

Prevalence of stunting among under children in Indonesia, particularly in Bogor, East Java, is still considered high. Dietary diversity, one of the important assessments in infant and child feeding practice, is one of important determinants of stunting. This study is aimed to examine associations between dietary diversity with other factors with prevalence of stunting among children. A cross-sectional design study involving 149 children aged 6-35 months in Babakan Madang District from April-June 2019 was performed in this study. Dietary diversity scores were collected from 1x24hr food recall based on 7 food groups and categorized as low (<4 food groups) and high (≥4 food groups). Results showed the prevalence of stunting in this study is 32.2%. 31.5% of the children had low dietary diversity. Using chi-square analysis, there was significant associations in prevalence of stunting in children in dietary diversity (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), and consumption of vitamin A-rich fruits and vegetables (p=0.015). Interventions should be taken by improving dietary diversity to reduce the burden and prevalence of stunting in both household and community level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ressa Andriyani Utami
"Stunting merupakan suatu kondisi tubuh yang pendek dan sangat pendek dengan nilai defisit -2 standar devians di bawah median. Faktor pengetahuan keluarga terkait pola asuh nutrisi berpengaruh terhadap sikap dan perilaku keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik keluarga dan pola asuh nutrisi dengan kejadian stunting pada balita. Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 192 orang yang diambil melalui tehnik cluster sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara karakteristik keuarga, dan pola asuh nutrisi dengan kejadian stunting pada balita. Faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah berat badan lahir balita, riwayat panjang badan lahir balita, pendidikan kepala keluarga, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, tipe keluarga, sikap dan perilaku. Pendapatan keluarga menjadi faktor paling dominan. Dalam hal ini pemberdayaan keluarga menjadi upaya yang sangat penting dalam pola pemberian nutrisi.

Stunting is a condition where the bodyof a person is short and very short with a value of -2 standard devians deficit below the median. Factors related to family knowledge of nutrition parenting influence the attitudes and behavior of families. The purpose of this study was to determine the relationships between family characteristics and parenting nutrients stunting incident. The research was design as descriptive observational with cross sectional approach. A total sample of 192 people was involved through the cluster sampling technique.
The results showed that there is a relationship between family characteristics, and parenting nutrients with the incidence of stunting in children under five. The dominant factors associated with the incidence of stunting are birth weight, the long history of birth height, education of the head of the family, maternal education, family income, the type of family, attitude and behavior. Family income was the most dominant factor. This research is expected to provide an overview and input for the family, the community and the relevant agencies to solve the problem of stunting in children under five. In this case, the family empowerment becomes very important in nutrition parenting.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizal
"Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami seorang anak. Pengasuhan yang memadai sangat penting untuk memastikan perkembangan fisik dan mental anak yang optimal. Peran dan fungsi kedua orang tua perlu ditingkatkan dalam pencegahan terjadinya stunting. Penelitian ini pendekataan cross sectional bertujuan melihat hubungan antara efikasi diri orang tua dan faktor perawatan pelayanan kesehatan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Kota Tangerang. Sampel berjumlah 403 ibu balita yang dipilih melalui multistage/cluster sampling di 13 kecamatan di Kota Tangerang. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner yang sudah diuji validtas dan reliabilitasnya. Hasil univariat variabel dilihat menggunakan distribusi frekuensi sedangkan analisis bivariat yaitu uji T independent, Mann Whitney dan Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua (p=0,004), efikasi diri orang tua (p=0,025), pemeriksaan antenatal (0,001), status imunisasi balita (0,001), faktor perawatan dan pelayanan kesehatan (p=0,018) dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Kota Tangerang. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistic berganda ditemukan bahwa variabel yang paling berhubungan dengan kejadian stunting yaitu pendapatan orang tua (p=0,009 OR: 5,042; 95%CI 1,486–17,110). Berdasarkan hasil tersebut perlunya keterlibatan aktif dari perawat komunitas dalam mencegah terjadinya masalah stunting dengan meningkatkan promosi kesehatan melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Stunting is a growth and development disorder experienced by a child. Adequate parenting is essential to ensure optimal physical and mental development of children. The role and function of both parents need to be improved in preventing stunting. This cross-sectional study aims to see the relationship between parental self-efficacy and care and health service factors with the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months in Tangerang City. The sample amounted to 403 mothers of toddlers who were selected through multistage/cluster sampling in 13 sub-districts in Tangerang City. The instrument used was a questionnaire that had been tested for validity and reliability. Univariate results of variables were seen using frequency distribution while bivariate analysis, namely independent T test, Mann Whitney and Chi Square, showed that there was a significant relationship between parental income (p=0.004), parental self-efficacy (p=0.025), antenatal examination (0.001), immunization status of toddlers (0.001), care factors and health services (p=0.018) with the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months in Tangerang City. The results of multivariate analysis with multiple logistic regression found that the variable most associated with the incidence of stunting was parental income (p=0.009 OR: 5.042; 95%CI 1.486-17.110). Based on these results, there is a need for active involvement from community nurses in preventing stunting problems by increasing health promotion through primary, secondary and tertiary prevention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Nazmiah
"Masalah kurang gizi pada balita merupakan masalah gizi utama di Indonesia yang ditemui pada sebagian besar wilayah Indonesia termasuk DKI Jakarta. Penelitian pada bulan Mei-Juni 2012 di wilayah kerja Puskemas Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Tahun 2012.
Bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi protein (KEP) pada balita umur 6-59 bulan. Menggunakan metode cross sectional, dengan variabel dependen adalah KEP balita, sedangkan umur, jenis kelamin, asupan makanan, penyakit infeksi, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, penghasilan perbulan ketersediaan pangan, besarnya keluarga dan pemanfaatan pelayanan kesehatan menjadi variabel independen
Hasil penelitian menunjukan proporsi balita yang mengalami KEP adalah 54,2%. Hasil analisis bivariat, faktor-faktor yang berhubungan adalah asupan makanan, penyakit infeksi, pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Kesimpulannya proporsi KEP termasuk tinggi. Saran pelaksanaan program intervensi gizi fokus pada kelompok rentan, mereplikasi pos gizi, promosi kesehatan gizi dan kerja sama lintas sektor.
The problem of less nutrition especially for children under five is still the case of main nutrition in Indonesia that can be found in most regions either in country side or Town, even it occurs in province of DKI Jakarta. This research was carried out from May to June 2012 in Local Government Clinic in Petukangan Selatan The sub-distric of Pesanggrahan in 2012.
The goal of this research is to know the factors relating to the less energy of protein which occurs on children under five- age, within 6 to 59 months. The research used the method of cross sectional.The Dependent Variable is the status of the less energy of protein it self, whereas age, sex, food, disease infection, education of their mothers, jobs and duties, incomes per month, the amount of family, and health services become the Independent Variable.
The result of this research showed that the proportion of children under fiveage who experienced the less energy of protein based on weights and ages was 54,2 %. The analyses of the factors relating to the less energy of protein was the need of food,disease infection,jobs and duties and use the health services.
The conclusion of this research is that the proportion of KEP for children under five-age in Local Government Clinic in South Petukangan is high. It is suggested to carry out the intervention of nutrient program and give the focus on maximize the nutrition post and replication of nutrition post, the promotion about health as a prevent, and join with another institution.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>