Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139031 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sherly Eka Amanda Handika Putri
"Penelitian ini membahas budaya keselamatan pasien di RS Grha Permata Ibu tahun 2022. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien di RS Grha Permata Ibu, dengan menggunakan kuesioner Hospital Survey on Patient Safety Culture 2.0 dari AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 97 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RS Grha Permata Ibu memiliki budaya keselamatan pasien yang baik. Terdapat 3 dimensi budaya keselamatan dengan kategori baik (dimensi komunikasi tentang kesalahan, dimensi kerja sama tim, dan dimensi serah terima dan pertukaran informasi). Sedangkan dimensi budaya keselamatan dengan kategori sedang terdapat 7 dimensi (dimensi dukungan manajemen rumah sakit untuk keselamatan pasien, dimensi respon kesalahan, dimensi supervisor, manajer atau pemimpin klinis yang mendukung keselamatan pasien, dimensi pelaporan insiden keselamatan pasien, dimensi kepegawaian dan kecepatan kerja, dimensi keterbukaan komunikasi, dan dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi supervisor, manajer atau pemimpin klinis yang mendukung keselamatan pasien dengan asal unit pegawai. Saran perbaikan yang diperlukan yaitu penggunaan barcode yang berisikan google form pengisian pelaporan IKP, resosialisasi, monitoring, dan evaluasi budaya keselamatan pasien

This study discusses the patient safety culture at Grha Permata Ibu Hospital in 2022. The purpose of this study was to describe the patient safety culture at Grha Permata Ibu Hospital, using the Hospital Survey on Patient Safety Culture 2.0 questionnaire from AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality). This study used a quantitative research method with a cross-sectional approach with a total sample of 97 respondents. The results of the study show that Grha Permata Ibu Hospital has a good patient safety culture. There are 3 dimensions of safety culture with good categories (the dimension of communication about errors, the dimension of teamwork, and the dimension of hands-off and information exchange). While the dimensions of safety culture in the moderate category there are 7 dimensions (the dimension of hospital management support for patient safety, the dimension of response to error, the dimension of supervisors, managers or clinical leaders support for patient safety, the dimension of reporting patient safety events, the dimension of staffing and work pace, the dimension of communication openness, and the dimension of organizational learning and continuous improvement). The results also show a significant relationship between the dimension supervisors, managers, or clinical leaders support for patient safety and the origin of the employee unit. Suggestions for improvement needed are the use of a barcode that contains a google form for filling out IKP reporting, re-socialization, monitoring, and evaluating patient safety culture."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Dwi Anggraini
"Keselamatan adalah isu fundamental bagi rumah sakit, dimana keselamatan pasien merupakan prioritas utama karena berkaitan dengan kualitas dan nama baik rumah sakit. Pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor individu, faktor psikologis dan faktor organisasi. Pada tahun 2021, RSIA Bina Medika telah melakukan pengukuran budaya keselamatan pasien dimana diketahui bahwa budaya keselamatan pasien di RSIA Bina Medika masih tergolong rendah. Selain itu, pada tahun 2021 tercatat telah terjadi 37 insiden keselamatan pasien di RSIA Bina Medika, dimana tercatat telah terjadi 1 kejadian sentinel. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penerapan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika pada tingkat individu dengan melakukan tela’ah dokumen Ongoing Professional Practice Evaluation (OPPE). Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui gambaran sikap petugas terhadap keselamatan pasien dan hubungannya, serta gambaran pengetahuan petugas terhadap keselamatan pasien dan hubungannya. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk menemukan strategi yang tepat yang harus dilakukan manajemen rumah sakit dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika. Penelitian ini adalah penelitian mix method dengan pendekatan cross-sectional, dimana dilakukan survei kuesioner terkait sikap (dengan SAQ-INA) dan pengetahuan, serta wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD) dan tela’ah dokumen terkait termasuk OPPE bagian Keperawatan tahun 2021. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 54% petugas menerapkan keselamatan pasien dengan baik. Lalu, diketahui bahwa 56% petugas bersikap negatif terhadap keselamatan pasien dan 78% petugas berpengetahuan baik. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap petugas dengan keselamatan pasien, begitu pula pengetahuan (p =1 dan p=0,08). Dari wawancara mendalam diketahui terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika. Dari FGD didapatkan berbagai strategi peningkatan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika yang akan diterapkan kedepannya. Dari keseluruhan penelitian ini diketahui bahwa penerapan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika masih belum baik karena terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika. Mayoritas petugas sudah berpengetahuan baik, namun masih banyak petugas yang bersikap negatif terhadap keselamatan pasien. Selain sikap dan pengetahuan, diketahui banyak faktor lainnya yang juga turut berkontribusi dalam pelaksanaan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika.

Safety is a fundamental issue for hospitals, where patient safety is a top priority because it relates to hospital’s quality and reputation. The implementation of patient safety in hospitals is influenced by various factors, such as individual factor, psychological factor and organizational factor. In 2021, RSIA Bina Medika had measured patient safety culture where the result showed that patient safety culture at RSIA Bina Medika was still relatively low. In addition, in 2021 there was 37 patient safety incidents at RSIA Bina Medika, where 1 sentinel incident had been recorded. Therefore, this research was conducted to find out the description of the implementation of patient safety at RSIA Bina Medika at individual level by conducting a review of the Ongoing Professional Practice Evaluation (OPPE) document. This study was also conducted to describe staff’s attitude towards patient safety and its relationship, as well as an overview of the staff's knowledge of patient safety and its relationship. In addition, this research was conducted to find the right strategy that hospital management must implement in order to improve patient safety at RSIA Bina Medika. This research was a mixed method research with a cross-sectional approach, in which a questionnaire survey was carried out regarding attitudes (with SAQINA) and knowledge, as well as in-depth interviews, Focus Group Discussion (FGD) and a review of related documents including the 2021 OPPE of Nursing section. The research results showed that 54% of staff implement patient safety well. Then, it was known that 56% of staff had a negative attitude towards patient safety and 78% of staff had good knowledge. There was no significant relationship between staff’s attitudes and patient safety, as well as knowledge (p = 1 and p = 0.08). From in-depth interviews it was known that there were several obstacles in implementing patient safety at RSIA Bina Medika. From the FGD, various strategies were obtained to improve patient safety at RSIA Bina Medika which will be implemented in the future. From all of this research it was known that the implementation of patient safety at RSIA Bina Medika was still not good because there were several obstacles in implementing patient safety at RSIA Bina Medika. The majority of staffs had good knowledge, but there were still many staffs who had negative attitude towards patient safety. Apart from attitude and knowledge, it was known that there were many other factors that also contribute to the implementation of patient safety at RSIA Bina Medika"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Yekti Heningnurani
"Pengembangan Budaya Keselamatan Pasien di RSUD H Abdul Manap Kota Jambi Salah satu pendekatan untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah membangun budaya keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien sendiri merupakan salah satu aspek dari budaya organisasi, karena itu, untuk mengembangkannya diperlukan pengkajian budaya organisasi agar terjadi perubahan yang mendorong upaya peningkatan keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan menganalisis budaya keselamatan pasien dan mengidentifikasi profil organisasi untuk menentukan langkah strategis pengembangan budaya keselamatan pasien di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi. Penelitian cross-sectional, mix method dengan survei kepada sebanyak 190 tenaga klinis yang langsung berhubungan dengan pasien yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan dan tenaga penunjang pelayanan medis dengan menggunakan kuesioner HSOPSC (Hospital Survey on Patients Safety Culture) yang dikembangkan oleh AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) dalam mengukur Budaya Keselamatan Pasien dan OCAI (Organization Culture Assessment Instrument) untuk mengidentifikasi profil budaya organisasi. Dilakukan analisis korelasi antara kedua temuan. Dilakukan pula Focus Group Discussion (FGD) untuk mengidentifikasi hambatan dan harapan dan kemudian dibahas dalam Consencus Decission Making Group (CDMG) jajaran manajemen sebagai kesepakatan tentang rencana tindak lanjut. Pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan dan kerjasama dalam unit merupakan dimensi budaya terkuat sementara staffing, respons non-punitive terhadap kesalahan terlapor, frekuensi pelaporan kejadian dan jumlah kejadian yang dilaporkan merupakan dimensi budaya kurang yang perlu mendapatkan intervensi. Budaya Clan adalah jenis budaya organisasi yang paling dominan, tetapi bukan merupakan budaya yang kuat karena selisih skor dengan budaya Hierarki hanya satu (1) poin. Hasil korelasi antara dimensi pada budaya keselamatan menunjukkan adanya hubungan positif bermakna. Sedangkan korelasi antara tipe budaya organisasi dengan dimensi budaya keselamatan pasien menunjukkan hasil yang bervariasi. Strategi mutu budaya Clan dan budaya Hierarki dipakai sebagai panduan untuk perubahan dalam pengembangan budaya keselamatan pasien di RSUD H. Abdul Manap. Secara keseluruhan budaya keselamatan pasien termasuk dalam kategori budaya sedang, dimensi budaya pelaporan merupakan yang terlemah. Upaya pengembangan budaya keselamatan pasien memerlukan komitmen pimpinan, pemberdayaan staf dan pengembangan sistem. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis berbagai faktor dalam pengembangan budaya pelaporan.

Building Patient safety culture is the first step in the improvement of patient safety. As patient safety culture is one aspect of organizational culture, therefore, to develop it, an assessment of organizational culture is needed to make changes that encourage efforts to improve patient safety. This study aims to analyze the patient safety culture and identify organizational profiles to determine the strategic steps of developing a patient safety culture at H. Abdul Manap Hospital in Jambi City. Methods: This study was cross-sectional, mix method. A survey was conducted on 190 clinical staff who were directly faced to patients namely medical doctors, nursing staffs and medical service support personnels using the HSOPSC (Hospital Survey on Patient Safety Culture) questionnaire developed by AHRQ (Agency for Healthcare Resesarch and Quaity) and OCAI (Organization Culture Assessment Instrument). Correlation analysis between the two findings was carried out. Focus Group Discussion (FGD) was carried out to identify obstacles and expectations in the implementation of patient safety culture, and its results will be discussed in the managements Consensus Decisions Making Group as an agreement that will be taken as an action plan Results: Organizational learning and continuous improvement and Teamwork within units are the strongest cultural dimensions while staffing, non-punitive response to errors, frequency of events reported and “number of events reported are dimensions of culture that need to be intervened. Clan culture is the most dominant type of organizational culture, but it is not a strong culture because the difference in scores with the Hierarchy culture was only one (1) point. The results of the correlation between the dimensions of safety culture indicate a significant positive. While the correlation between the type of organizational culture and the dimensions of patient safety culture, shows varying result. The quality strategy of Clan culture and hierarchical culture are used as a guide for changes in the development of a patient safety culture at H. Abdul Manap Hospital. Conclusion: In general, the patient safety culture belongs to the moderate level. The reporting culture becomes the weakest dimensuons. A managements commitment and staff empowerment as well as system development are all needed on the development of a patient safety culture. Further research is required to investigate various factors to develop the reporting culture."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda
"Penelitian ini bertujuan mengetahui status budaya keselamatan pasien di RS Awal Bros Batam tahun 2016. Konsep yang digunakan adalah konsep budaya keselamatan pasien dari AHRQ 2004 yang diadopsi dari penelitian Puspitasari M. 2009, kemudian untuk perbaikan digunakan konsep keandalan sistem dari Marx D. 2010. Desain penelitian adalah sequential explanatory, menggunakan kuesioner AHRQ yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dilanjutkan dengan FGD untuk merumuskan upaya perbaikan dimensi lemah.Status budaya keselamatan pasien termasuk kategori budaya sedang, rerata persepsi positif 70,82. Kekuatan terbesar adalah pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan, umpan balik dan komunikasi tentang keselamatan pasien, keterbukaan komunikasi. Dimensi terlemah terutama pada staffing, respon non punitive terhadap kesalahan, serah terima dan transisi. Saran perbaikan dengan mengurangi tugas non core job, program retensi karyawan, hotline service internal, leader lead tracer, pelatihan investigator.

This study aims to analys the hospital of patient safety culture of Awal Bros Hospital Batam in 2016. The concept used was the concept of patient safety culture from AHRQ 2004 which is adopted from Puspitasari M. research 2009, then for improvement used the concept of system reliability form Marx D. 2010. The research design was sequential explanatory, used questionnaire from AHRQ which has been translated to Indonesia language, followed by FGD to formulate the weak dimension improvement effort.Patient safety culture status categorized into medium culture, average of positive perception 70,82. The greatest strengths are in organizational learning and continuous improvement, feedback and communication about patient safety, communication openness. Weaknesses are primarily in staffing, non punitive responses to errors, handover and transitions must be fixed immediately. Improvement suggestions by reducing non core job assignments, employee retention programs, hotline service internal, leader lead tracer, investigator training.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diki Armansyah Damanik
"Upaya meningkatkan budaya keselamatan pasien memerlukan komitmen perawat yang dipengaruhi kepedulian perawat dalam melaksanakan birokrasi atau bureaucratic caring. Dua hal yang saling berkaitan yang dapat menjadi pondasi utama untuk menciptakan layanan yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor Bureaucratic caring yang berhubungan dengan Budaya Keselamatan Pasien. Metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil penelitian Bureaucratic caring dari variable fisik (p = 0.001), sosio budaya (p = 0.001) , teknologi (p < 0.001), ekonomi (p = 0.007) edukasi (p < 0.001), politik (p = 0.011) dan legal (p < 0.001) masing masing variable memiliki hubungan dengan hasil p < 0,05 yang bermakna bahwa semua variable dari Bureaucratic caring memiliki hubungan dengan budaya keselamatan pasien p < 0,05. Kesimpulannya dari hasil uji Pemodelan Regresi Logistik Ganda didapatkan Odds Ratio (OR) dari variabel Legal adalah 4.6 dan merupakan yang paling besar pengaruhnya terhadap budaya keselamatan pasien dibandingkan variabel Bureaucratic caring lainnya setelah dikontrol variabel Edukasi, Teknologi, Fisik, Sosio budaya dan Ekonomi. Hasil ini menunjukan bahwa aspek legal harus menjadi acuan utama dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien

Efforts to improve patient safety culture require nurse commitment which is influenced by nurse concern in carrying out bureaucratic caring. Two interrelated things that can be the main foundation for creating quality services. This study aims to analyze the factors of Bureaucratic Caring related to Patient Safety Culture. The research method used is cross-sectional. The results of the Bureaucratic Caring study of physical (p = 0.001), socio-cultural (p = 0.001), technological (p < 0.001), economic (p = 0.007) educational (p < 0.001), political (p = 0.011) and legal (p < 0.001) variables each variable have a relationship with the results of p <0.05 which means that all variables from Bureaucratic caring have a relationship with patient safety culture p < 0.05. In conclusion, from the results of the multiple logistic regression modeling test, it was found that the Odds Ratio (OR) of the legal variable was 4.6 and had the greatest influence on patient safety culture compared to other Bureaucratic caring variables after controlling for educational, technological, physical, socio-cultural and economic variables. These results indicate that legal aspects must be the main reference in improving patient safety culture"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Darmika
"ABSTRAK
Nama : Putu DarmikaProgram studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Determinan Faktor yang berhubungan dengan BudayaKeselamatan Pasien di RSU Dharma Yadnya Denpasartahun 2017Pembimbing : Dr. Ede Surya Darmawan, SKM., M.D.MKeselamatan pasien merupakan isu global yang pencapainnya masih rendah,sehingga untuk pencapainnya perlu menerapkan budaya keselamatan pasien.Budaya keselamatan pasien diukur berdasarkan 12 elemen budaya keselamatanpasien menurut AHRQ dan penerapan 6 sasaran keselamatan pasien.Dipersepsikan penyebab masalah adalah lingkungan kerja, tim kerja,kepemimpinan, kepuasan kerja dan stress kerja. Di RSU Dharma YadnyaDenpasar, belum diketahui persepsi staf tentang budaya keselamatan pasien,namun tingkat insiden yang terjadi masih tinggi. Adapun tujuan dari penelitian iniadalah untuk mengetahui hubungan determinan faktor yang berhubungan denganbudaya keselamatan pasien. Metode penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif dengan desain cross sectional yang dianalisis menggunakan PLS,dengan sampel perawat dan bidan pelaksana yang berjumlah 72 responden. Hasilpenelitian ini menunjukkan ada hubungan signifikan antara tim kerja,kepemimpinan, dan stress kerja dengan budaya keselamatan pasien berturut-turutsebesar 3,707, 12,647, dan 3,135 > T Statistik 1,96. Sedangkan tidak terdapathubungan signifikan antara lingkungan kerja dan kepuasan kerja dengan budayakeselamatan pasien sebesar 1,336 dan 0,328 < T Statistik 1,96. Penelitian inimenyimpulkan bahwa kerjasama tim, penurunan tingkat stress kerja danpenerapan model kepemimpinan transformasional perlu diterapkan dalam upayameningkatkan budaya keselamatan pasien dirumah sakit.Kata kunci:Determinan faktor; Budaya keselamatan pasien

ABSTRACT
Nama Putu DarmikaStudy Program Study of Hospital AdministrationTitle Determinant Factors Dealing with Patient Safety CultureIn Dharma Yadnya General Hospital, 2017Counsellor Dr. Ede Surya Darmawan, SKM., M.D.MPatient safety is a global issue where the achievement is low, so that it needs toimplement a patient safety culture. The patient safety culture is measured based on12 elements of the patient 39 s safety culture according to AHRQ and the applicationof 6 patient safety goals. Perceived causes of the problem is the workenvironment, team work, leadership, job satisfaction and job stress. At RSUDharma Yadnya Denpasar, the staff 39 s perception about patient safety culture is notknown yet, but the incident rate is still high. The purpose of this research is toknow the relation of determinant of factor which is related to patient safetyculture. This research method is quantitative research with cross sectional designwhich analyzed by PLS, with sample of nurses and midwife implementer which is72 respondent. The results of this study indicate that there is a significantcorrelation between work team, leadership, and work stress with the patient safetyculture, respectively 3.707, 12.647, and 3.135 T Statistics 1.96. While there is nosignificant relation between work environment and job satisfaction with patientsafety culture equal to 1,336 and 0,328 "
Depok: 2017
T51564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmi Galleryzki
"Keselamatan pasien merupakan prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, terutama pada masa pandemi Corona virus disease 19 (Covid-19) ini. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan implementasi pencapaian Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) oleh perawat di rumah sakit rujukan Covid-19 pada masa pandemi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian analitik dan rancangan cross-sectional. Sampel berjumlah 268 perawat yang bekerja di tiga rumah sakit di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan status pernikahan (p=0,03), budaya keselamatan (p<0,001), dan fungsi manajemen (p<0,001) dengan implementasi SKP. Sementara, faktor usia, masa kerja, jenis kelamin, pendidikan, jenjang karir, unit kerja, tipe rumah sakit, pelatihan keselamatan, stres kerja tidak berhubungan dengan implementasi pencapaian SKP (p>0,05). Hasil analisis menggunakan Structured Equation Model-Partial Least Square (SEM-PLS) juga mendapatkan budaya keselamatan aspek perbaikan organisasi merupakan variabel yang paling berhubungan secara signifikan dengan implementasi pencapaian SKP. Rekomendasi dari hasii penelitian ini yaitu meningkatkan budaya keselamatan dalam meningkatkan kualitas implementasi enam sasaran keselamatan pasien.

Patient safety is a top priority in healthcare services, especially during the Coronavirus disease 19 (Covid-19) pandemic. The purpose of the study was to analyze the factors related to the implementation of the Patient Safety Goals (SKP) by nurses at the Covid-19 referral hospital during the pandemic. The study used a quantitative approach with an analytical research design and a cross-sectional design. The sample is 268 nurses who work in three hospitals in East Java. The results showed that there was a significant relationship between marital status (p=0.03), safety culture (p<0.001), and management function (p<0.001) with the implementation of SKP. Meanwhile, age, working period, gender, education, career path, work unit, type of hospital, safety training, work stress were not related to the implementation of SKP achievement (p>0.05). The analysis results using the Structured Equation Model-Partial Least Square (SEM-PLS) also found that safety culture in the aspect of organizational improvement is the variable that is most significantly related to the implementation of SKP achievement. Recommendations from the results of this study are to improve safety culture in improving the quality of implementation of the six patient safety goals."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rany Wulan Agus
"Perawat dalam melaksanakan penerapan sasaran keselamatan pasien SKP dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan sebagai sistem. Penelitian inibertujuan untuk menjelaskan gambaran penerapan pasien serta hubungan antarafaktor individu, faktor kompleksitas pekerjaan, faktor lingkungan kerja, sertafaktor organisasi dan manajemen terhadap penerapan SKP di RSUD dr SlametGarut. Desain penelitian deskriptif korelatif dengan metode cross sectional,dengan sampel sebanyak 286 perawat. Hasil penelitian menunjukan gambaranpenerapan sasaran keselamatan pasien lebih dari sebagian masih kurang 52,8 .Faktor individu meliputi masa kerja p=0,000 memiliki hubungan denganpenerapan SKP, sedangkan umur, status kepegawaian pelatihan dan pendidikantidak. Faktor kompleksitas pekerjaan meliputi serah terima pasien p=0,000 ,memiliki hubungan dengan penerapan SKP sedangkan beban kerja dan kerjasamatidak, ketersediaan SOP merupakan variabel komposit. Faktor lingkungan kerja P=0,000 memiliki hubungan dengan penerapan SKP. Faktor Organisasi danManajemen meliputi supervisi, budaya organisasi dan komunikasi tidak memilikihubungan dengan penerapan SKP. Faktor yang paling dominan mempengaruhiadalah lingkungan kerja Penelitian ini merekomendasikan perlu dilakukanpengukuran berkala dan Hazard Identification and Risk Assesment HIRA terhadap seluruh area lingkungan kerja.

Implementation of Patient Safety on Nurse was influenced by various factor arerelated each other as a system. The objective of this research was to decribe ofpatient safety implemention and relationship between individual factors, workcomplexity factors, work environment factors, organizational and managementfactors with patient safety implementation in Hospital dr Slamet Garut. Thisresearch design used a descriptive correlative with cross sectional method, thesampels were 286 nurses. The result showed the picture of patient safetyimplementation is more than some still lacking 52,8 . The influencing factorsof individual factor for patient safety implementation were length of service p 0,000 , meanwile other factors such as age, employment status, training andeducation were not influential. The influencing factors of complexity factors forpatient safety implementation were patient handover p 0,000 , meanwile otherfactors such as workload and cooperation were not influential, SOP wascomfounding variable. The influencing factors of work environment for patientsafety implementation. Factors of organizational and management such asupervision, organization culture and communication were not influencing. Themost dominant factors influencing for patient safety was work environment. Thisresearch recommend that it require periodic measurements and HazardIdentification and Risk Assesment HIRA of all working area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apriati Kartini
"ABSTRAK
Nama : APRIATI KARTINIProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Determinan Kepuasan Pelayanan Rawat Inap diRumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta Tahun 2018Saat ini mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia masih rendah. Salah satuoutcome dari layanan kesehatan selain kesembuhan pasien adalah kepuasanpasien. Salah satu cara atau metode yang dianggap cukup objektif dalammengukur kepuasan pasien adalah Metode Servqual Service Quality , dimanadibuat penilaian untuk mengukur kepuasan pasien terhadap mutu pelayanandengan lima dimensi mutu yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance,dan empathy. Penelitian dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pasien terhadappelayanan rawat inap di RS PON. Penelitian menggunakan desain kuantitatif dankualitatif. Sampel penelitian menggunakan quota sampling 92 orang dan 1 oranginforman. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancaramendalam. Hasil penelitian yaitu nilai rata-rata kepuasan pasien adalah 76,88.Karakteristik pasien yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat inap yaitupendidikan p value 0,001 dan karakteristik yang tidak berhubungan dengankepuasan pasien adalah pekerjaan p value 0,814 dan cara pembayaran p value1,00 . Reputasi berhubungan kepuasan pasien p value 0,001 dan pengalamantidak berhubungan dengan kepuasan pasien p value 0,005 . Variabel yang palingdominan yaitu pendidikan. Kepuasan pasien khususnya rawat inap belum sesuaidengan indikator mutu rawat inap berdasarkan Kementerian Kesehatan dan RSPON yaitu kepuasan pasien sebesar ge; 90. Saran yaitu hendaknya melakukanedukasi dan penjelasan informasi menyesuaikan dengan tingkat pendidikanpasien, melakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien yang mencakuppenampilan fisik rumah sakit dan kebersihan, melakukan pelatihan bagi petugastentang cara menanggapi keluhan pasien yang baik.Kata kunci: kepuasan, rawat inap, rumah sakit

ABSTRACT
Name APRIATI KARTINIStudy Program Public HealthTitle The Determinants of Patient Satisfaction of Inpatient Services inNational Brain of Hospital Jakarta 2018Nowadays the service quality of hospital in Indonesia is still low. One of thehealth service outcomes beside patient recovery is patient satisfaction. One of themethods which is considered quite objective in measuring patient satisfaction inServqual method Service Quality , which is made the assessment to measurepatient satisfaction towards service quality with fifth quality dimensions such astangible, reliability, responsiveness, assurance, and emphaty. This research isconducted to increase patient satisfaction towards inpatient service in NationalBrain Hospital. This research use quantitative and qualitative designs. The sampleuse the quota sampling for 92 respondens and one informan. The data collectionwere taken by questionnaire and indepth interview. The research result is showedthat the mean value of patient satisfaction is 76,88. The patient characteristicswhich are associated with patient satisfaction is the education p value 0,001 . Thepatient characteristic which are not associated with patient satisfaction areoccupation p value 0,814 and payment p value 1,000 . The reputation isassociated with patient satisfaction p value 0,001 and patient experience isassociated with patient satisfaction p value 0,005 . The dominant variable iseducation. Patient satisfaction especially inpatient ward has not matched with theinpatient quality indicators based on Ministry of Health that patient satisfaction is ge 90. The recommendation is to conduct the education and informationexplanation based on education level, measure patient satisfaction level includephysical environment of hospital and cleanliness, do training for health workersthe way to respond the patient complaints.Key words satisfaction, inpatient, hospital"
2018
T50685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hijriani
"Perkembangan teknologi saat ini berkembang sangat cepat dan pesat termasuk di dalam bidang kesehatan. Rumah sakit harus mampu beradaptasi dengaan kemajuan teknologi di rumah sakit salah satunya melakukan survei kepuasan pasien dengan e-survei. Rumah sakit selayaknya suatu instansi penyelenggara layanan publik harus melakukan survei kepuasan pasien secara rutin minimal satu kali dalam setahun. RS EMC Pulomas menggunakan WhatsApp Blast untuk melakukan survei kepuasan pasien sejak tahun 2022 namun belum pernah dilakukan evaluasi terhadap penggunannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemanfaatan dari penggunaan WhatsApp Blast dalam survei kepuasan khususnya di unit rawat jalan RS EMC Pulomas dengan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). Akan dilakukan penelitian apakah terdapat hubungan antara persepsi kemanfaatan penggunaan, kemudahan penggunaan, sikap dan minat pengguna dengan karakteristik demografi (tingkat pendidikan, usia, dan jenis kelamin). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain non eksperimental dan pendekatan potong lintang. Didapatkan hasil yang signifikan bahwa karakteristik demografi pada pasien rawat jalan RS EMC Pulomas tahun 2023 memiliki hubungan dengan persepsi kemanfaatan penggunaan, kemudahan penggunaan, sikap pengguna, dan minat pengguna WA Blast dalam Survei Kepuasan Pasien sehingga didapatkan gambaran dari kondisi nyata kemanfaatan penggunaan WA Blast dalam survei kepuasan pasien di Unit Rawat Jalan RS EMC Pulomas. WhatsApp Blast seterusnya dapat digunakan oleh RS EMC Pulomas untuk mengetahui indeks kepuasan pasien. Evaluasi dan monitoring berkala terhadap isi dari WA Blast Survei Kepuasan Pasien akan menjadi masukan dan saran untuk manajemen RS E

Technological developments are currently developing very quickly and rapidly, including in the health sector. Hospitals must be able to adapt to technological advances in hospitals, one of which is conducting patient satisfaction surveys with e-surveys. The hospital, like a public service institution, must conduct a routine patient satisfaction survey at least once a year. EMC Pulomas Hospital has used WhatsApp Blast to conduct patient satisfaction surveys since 2022 but has never evaluated its use. This study aims to analyze the use of WhatsApp Blast in satisfaction surveys, especially in the outpatient unit of EMC Pulomas Hospital using the Technology Acceptance Model (TAM) approach. Research will be carried out whether there is a relation between perceived usefulness of use, ease of use, user attitudes and user interests with demographic characteristics (education level, age, and gender). This research is a quantitative study with a non-experimental design and a cross-sectional approach. Significant results were obtained that the demographic characteristics of outpatients at EMC Pulomas Hospital in 2023 had a relation with perceptions of the usefulness of use, ease of use, user attitudes, and user interests of WA Blast users in the Patient Satisfaction Survey so that an overview of the real conditions of the use of using WA Blast in the survey was obtained in the Outpatient Unit of EMC Pulomas Hospital. WhatsApp Blast can then be used by EMC Pulomas Hospital to determine patient satisfaction index. Periodic evaluation and monitoring of the contents of the WA Blast Patient Satisfaction Survey will become input and suggestions for the management of EMC Pulomas Hospital so that management can improve their services at the hospital, especially in outpatient care"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>