Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196056 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sheila Netanya
"Kekerasan dan pelecehan seksual adalah kejahatan keji yang 'sering' dilakukan. Ini adalah tindakan kejam yang dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental korban. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menemukan solusi untuk menciptakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) untuk mengatasi masalah dunia. Dalam kaitannya dengan kekerasan dan penyerangan seksual, SDG 5 dan SDG 16 diangkat dalam topik ini karena terdapat target SDG 5.2 yaitu menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap semua perempuan dan anak perempuan di ruang publik dan privat, termasuk perdagangan manusia. dan eksploitasi seksual dan jenis lainnya, target SDG 16.1 dan SDG 16.2 untuk secara signifikan mengurangi segala bentuk kekerasan dan angka kematian terkait di mana pun dan mengakhiri pelecehan, eksploitasi, perdagangan, dan segala bentuk kekerasan terhadap dan penyiksaan terhadap anak. Untuk berkontribusi dalam mencapai tujuan tersebut, menciptakan ruang aman dari kekerasan dan pelecehan seksual dengan saling membantu dimanapun dan kapanpun dibutuhkan adalah asal muasal terciptanya EVA. EVA adalah aplikasi seluler yang memungkinkan pengguna mendapatkan dukungan, bantuan, dan perlindungan. Tujuannya adalah untuk mengakhiri kekerasan dan pelecehan seksual dengan cara apa pun yang memungkinkan. EVA memiliki tujuh fitur utama yang dapat membantu pengguna, antara lain tombol darurat, fitur sesi terapi, fitur pendidikan, fitur pelacakan lokasi, fitur peringatan lainnya dan otoritas, dan terakhir fitur rekam dan laporan.

Violence and sexual assault are a heinous crime that is 'often' committed. It is a cruel act that can have a negative impact on a victim's physical and mental health. United Nation has come up with a solution to invent Sustainable Develop Goals to cope with the world’s problem. In the relation to violence and sexual assault, SDG 5 and SDG 16 are come up in the topic because there is a target of SDG 5.2 which is eliminating the all forms of violence against all women and girls in the public and private spheres, including trafficking and sexual and other types of exploitation, target of SDG 16.1 and SDG 16.2 to significantly reduce all forms of violence and related death rates everywhere and end abuse, exploitation, trafficking and all forms of violence against and torture of children. To contribute achieving those goals, creating a safe space from violence and sexual assault by helping each other wherever and whenever needed was the provenance of creating EVA. EVA is a mobile app that allows users to get support, help, and protection. Its goal is to end violence and sexual assault in any way possible. EVA has seven major features that can assist users, including an emergency button, therapy session feature, education feature, tracking location feature, alert other and authorities feature and lastly record and report feature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafifa Eighta Novira
"Pelanggaran prinsip kerja sama sering kali terjadi dalam pertuturan sehari-hari, termasuk di media sosial. Penelitian ini memaparkan bagaimana ilokusi pada komentar para warganet di Twitter berhubungan erat dengan munculnya pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur percakapan. Hal tersebut mampu mencerminkan kecenderungan perspektif para warganet pengguna Twitter tentang kasus kekerasan seksual terhadap mahasiswi Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kombinasi kualitatif dan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data observasi nonpartisipatoris. Data yang digunakan diambil dari Twitter, yakni kolom komentar sebuah cuitan bertema kekerasan seksual pada mahasiswi Indonesia. Teori yang digunakan untuk membedah data adalah teori implikatur Grice dan tindak ilokusioner Searle. Hasil penelitian ini adalah para warganet cenderung melanggar maksim cara dalam berkomentar serta ilokusi yang mendominasi adalah direktif. Para warganet cenderung menanyakan hal di luar konteks; menyarankan hukuman yang pantas untuk pelaku kekerasan seksual; mempromosikan barang dan jasa; dan yang paling khas adalah menyebut nama pengguna Twitter lainnya dalam komentar. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi secara rekursif tersebut juga menunjukkan karakteristik pelanggaran prinsip kerja sama di Twitter.

Violations of cooperative principle often occur in everyday speech, including on social media. This research describes how illocutionary acts in netizens’ comments on Twitter are related to the emergence of violations of cooperative principle and conversational implicatures. This reflects the tendency of the perspective of Twitter users regarding cases of sexual assault against Indonesian female scholar. This research uses a combination of qualitative and quantitative approaches with non-participatory observation data collection techniques. The data used in this research was taken from the comment column in Twitter of a tweet themed about sexual assault against Indonesian female scholar. The theories used in data analysis are Grice’s implicature and Searle's illocutionary act. The result of this research is that netizens tend to violate the maxim of manner in commenting and the dominant illocutionary act is directive. Netizens tend to ask questions outside the context; suggest appropriate punishments for perpetrator of sexual assault; promote goods and services; and the most typical is mentioning other Twitter usernames in their comments. These recursive violations also show the characteristics of violations of the cooperative principle on Twitter."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Hartini
"ABSTRAK
Kekerasan seksual di Indonesia terus meningkat dan Cirebon termasuk wilayah darurat kekerasan pada anak. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi pengaruh edukasi pencegahan kekerasan seksual terhadap persepsi anak usia prasekolah. Desain penelitianini kuantitatif dengan pendekatan metode quasi experimental dengan pre-post test with control design melibatkan 240 responden meliputi 120 responden pada kelompok intervensi yang mendapat intervensi edukasi pencegahan kekerasan seksual dan 120 responden pada kelompok kontrol. Hasil analisis chi Square menunjukkan adanya pengaruh edukasi seksual terhadap persepsi anak usia prasekolah p value< 0,05 . Edukasi pencegahan kekerasan seksual pada anak usia prasekolah dapat direkomendasikan untuk masuk dalam kurikulum pendidikan usia dini dan keperawatan.ABSTRACT
Sexual violence in Indonesia continues to increase and Cirebon has been included in the emergency area of child.The objective of the study was to identify the influenece of sexual violence prevention education toward preschool age perception. The design of this study was quantitative approach with quasi experimental method with pre post test with control design involeving 240 respondents including 120 respondents in the intervention group who received sexual violence prevention education intervention and 120 respondents in the control group. The result of Chi Square analysis shows the effect of education on preventing sexual violence toward preschoolers rsquo perception p value 0,05 . Education of sexual violence prevention can be recomended for entry into the curriculum of early childhood education and nursing education."
Depok: 2018
T49421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Riahta Siti Aisyah
"Karya akhir ini membahas kekerasan seksual di kalangan remaja dari disiplin ilmu kesejahteraan sosial. Mengingat kekerasan seksual masih menjadi isu global dengan prevalensi yang meresahkan dan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan dan hak asasi manusia khususnya remaja, diperlukan intervensi yang efektif dan berkelanjutan untuk mencegahnya. Pembahasan didasarkan pada penelitian sekunder, yaitu kajian literatur yang meninjau secara kritis program pencegahan kekerasan seksual menggunakan kerangka kerja bauran intervensi pemasaran (7P): Product, Price, Place, Promotion, People, Process, dan Physical Evidence. Tinjauan kritis dilakukan terhadap tiga studi utama yang dipublikasi pada tahun 2022-2023 yang mencakup kampanye digital yang dijalankan oleh pemerintah, inisiatif yang dipimpin oleh kaum muda, dan program pendidikan orang tua—penelitian ini mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam implementasi yang ada. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun kampanye media digital dapat meningkatkan kesadaran, tetapi tetap memerlukan penyesuaian secara berkelanjutan untuk mencapai dampak yang lebih signifikan. Program yang dipimpin oleh kaum muda mendapat manfaat dari setting kelompok kecil yang dapat memberikan contoh positif dan mendorong perubahan perilaku yang diinginkan. Pendidikan orang tua harus peka terhadap nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik budaya yang berbeda dari setiap komunitas. Implikasi dari penelitian ini menyoroti perlunya dukungan dan evaluasi yang berkelanjutan terhadap kampanye digital, promosi kepemimpinan kaum muda dalam upaya pencegahan, dan pengembangan sumber daya pendidikan yang disesuaikan dengan budaya setempat. Rekomendasi untuk pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan peneliti selanjutnya adalah berfokus pada peningkatan dukungan kampanye digital, inisiatif kepemimpinan kaum muda, program edukasi yang sensitif terhadap budaya, dan penelitian komparatif yang luas untuk mengoptimalkan intervensi pencegahan kekerasan seksual di kalangan remaja.

This research addresses sexual violence among adolescents from the discipline of social welfare. Given that sexual violence remains a global issue with concerning prevalence and significant impacts on the welfare and human rights of young people, effective and sustainable interventions are needed to prevent it. The discussion is based on secondary research, namely a literature review that critically examines sexual violence prevention programs using the marketing intervention mix framework (7P): Product, Price, Place, Promotion, People, Process, and Physical Evidence. A critical review was conducted on three main studies published in 2022-2023—digital campaigns run by the government, youth-led initiatives, and parental education programs. This research identifies the strengths and weaknesses of existing implementations. The findings reveal that although digital media campaigns can raise awareness, they still require continuous adjustments to achieve a more significant impact. Youth-led programs benefit from small group settings that provide positive role models and encourage desired behavioral changes. Parental education needs to be sensitive to the values, beliefs, and cultural practices of each community. The implications of this research highlight the need for continuous support and evaluation of digital campaigns, promotion of youth leadership in prevention efforts, and the development of educational resources tailored to local cultures. Recommendations for the government, educational institutions, community organizations, and future researchers focus on enhancing support for digital campaigns, youth leadership initiatives, culturally sensitive educational programs, and extensive comparative research to optimize sexual violence prevention interventions among adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Neva Quotrunnisa Agus
"Penelitian ini mengeksplorasi korelasi antara faktor sosiodemografi, kekerasan seksual, dan pelaporan viktimisasi selama pandemi Covid-19. Model regresi logistik pada data Susenas 2018 dan 2021 menunjukkan korban kejahatan perempuan memiliki peluang lebih tinggi mengalami kekerasan seksual, dengan penurunan selama pandemi yang lebih kecil dibanding laki-laki. Individu berumur 17 tahun ke bawah juga lebih berpeluang mengalami dan melaporkan kekerasan seksual, demikian juga individu yang bekerja. Implikasi kebijakan meliputi peningkatan lingkungan kerja, edukasi seks sejak dini, dan penegakan hukum kekerasan seksual untuk membangun kepercayaan masyarakat. Penelitian ini memberikan wawasan berbasis data empiris sebagai strategi dalam mengatasi kekerasan seksual dan menciptakan masyarakat yang aman.

This thesis explores correlations between sociodemographic factors, sexual assault, and victimization reporting during the Covid-19 pandemic. Logistic regression models applied to Susenas 2018 and 2021 datasets reveal that among crime victims, women have higher odds of experiencing sexual assault, with a less pronounced decrease during Covid-19 compared to men. Underaged individuals also have higher odds of sexual assault and reporting, as do working individuals. Policy implications involve enhancing workplaces, early sex education, and enforcing sexual assault laws to build societal trust. This research provides valuable insights for evidence-based strategies to combat sexual assault and foster safer communities."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Blanca Ayesha Rachman
"Emotional Victim Effect (EVE) menjelaskan bagaimana ekspresi emosi pada korban berdampak pada persepsi kredibilitas laporannya. EVE ditemukan dalam berbagai penelitian terhadap korban kekerasan seksual perempuan. Namun, EVE masih belum banyak dieksplorasi untuk korban laki-laki. Pada penelitian ini, peneliti melakukan eksperimen untuk mengetahui apakah EVE ditemukan pada laki-laki korban kekerasan seksual. Partisipan penelitian ini merupakan mahasiswa Ilmu Hukum yang telah lulus mata kuliah hukum acara pidana (N=138) yang direkrut menggunakan teknik pengambilan sampel convenience sampling. Partisipan menyaksikan video tentang seorang laki-laki yang melaporkan kejadian kasus kekerasan seksual yang dialaminya. Kelompok eksperimen menyaksikan video korban dengan ekspresi emosi negatif yang kuat sedangkan kelompok kontrol menyaksikan video korban dengan ekspresi emosi netral. Hasil utama penelitian ini adalah EVE tidak ditemukan pada laki-laki korban kekerasan seksual karena tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari ekspresi emosi negatif korban terhadap persepsi kredibilitas laporannya. Selanjutnya, penelitian ini juga menemukan bahwa semakin tinggi penerimaan mitos pemerkosaan laki-laki berhubungan dengan semakin rendahnya persepsi kredibilitas terhadap korban. Temuan pada penelitian ini menyoroti pentingnya upaya peningkatan pemahaman dan sensitivitas oleh masyarakat terutama aparat penegak hukum terhadap laporan kekerasan seksual laki-laki.

Emotional Victim Effect (EVE) explains how a victim's expression of emotion impacts the perceived credibility of their report. EVE was found in various studies of female victims of sexual assault. However, EVE has still not been explored much for male victims. In this study, researcher conducted an experiment to find out whether EVE was found in male victims of sexual assault. The participants in this research were law students who had passed the criminal procedural law course (N=138) who were recruited using convenience sampling techniques. Participants watched a video of a man reporting a case of sexual assault he had experienced. The experimental group watched a video of a victim with strong negative emotional expressions while the control group watched a video of a victim with neutral emotional expressions. The main result of this research is that EVE was not found in male victims of sexual assault because there was no significant effect of the victim's negative emotional expression on the perceived credibility of his report. Furthermore, this research also found that higher acceptance of male rape myths was associated with lower perceived credibility towards the victim. The findings of this research highlight the importance of efforts to increase understanding and sensitivity by the community, especially law enforcement officers, towards reports of male sexual assault."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eugenia Leonetta Handarto
"Pemeriksaan forensik merupakan salah satu bentuk penanganan korban kekerasan seksual yang sangat penting untuk pembuktian kasus dalam pengadilan. Namun prosedur pemeriksaan forensik bisa menambah trauma khususnya pada alat reproduksi korban, baik fisik maupun psikis, terutama untuk perempuan di bawah umur yang memiliki kemampuan berpikir yang terbatas. Dengan menggunakan metode yuridis normatif, penelitian ini bermaksud menjawab bentuk perlindungan kesehatan reproduksi perempuan di bawah umur menurut undang-undang, prosedur pemeriksaan forensik perempuan di bawah umur sebagai korban kekerasan seksual, dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan di bawah umur dalam prosedur pemeriksaan forensik tersebut. Hukum yang melindungi kesehatan reproduksi dimuat dalam berbagai peraturan perundang-undangan, salah satunya adalah PP No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, namun hukum yang melindungi kesehatan seksual sebagai bagian penting dari kesehatan reproduksi masih sangat sedikit. Selain dari itu, masih ada banyak masalah yang membuat perempuan di bawah umur mengalami ketidaknyamanan dan trauma ketika melalui prosedur pemeriksaan forensik kekerasan seksual. Terhadap masalah tersebut, perlu dilakukan perbaikan pada hukum mengenai kesehatan reproduksi dan pada akses pemeriksaan forensik yang aman dan nyaman, termasuk tapi tidak terbatas pada penanggungan semua biaya terkait pemeriksaan forensik dan pengobatan kekerasan seksual.

Forensic examination is one form of response in handling victims of sexual assault, which is very important for case examinations during trial. However, forensic examination procedures can add to the trauma, especially to the victim’s reproductive organs, both physically and psychologically, especially for underaged girls who have limited thinking capacity. By using the normative juridical method, this study aims to answer the forms of protection of reproductive health for underaged girls according to the law, the forensic examination procedure for underaged girls as victims of sexual assault, and the protection of reproductive health for underaged girls in said forensic examination procedure. Laws that protect reproductive health are stipulated in various laws and regulations, one of which is Government Regulation No. 61 of 2014 regarding Reproductive Health, however, there are very few laws that protect sexual health as an important part of reproductive health. Apart from that, there are still many problems that gives discomfort and trauma to underaged girls when going through a forensic examination procedure for sexual assault. Regarding this problem, it is necessary to improve the law on reproductive health and access to forensic examinations that are safe and comfortable, including but not limited to covering all costs related to forensic examinations and treatments of sexual assault."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Nugroho
"Siswa SMU yang bergabung dengan geng dan klub motor Bandung telah melakukan berbagai macam aktivitas yang meresahkan diantaranya tawuran, penjambretan, penganiayaan hingga memperkosa. Menurut Koeswara (1998), perilaku agresif dipengaruhi oleh model-model agresif dimana didalamnya terdapat pengaruh tayangan yang berisi adegan kekerasan di televisi, bioskop dan sarana lainnya. Selain itu perilaku agresif juga tidak lepas dari peran keluarga terutama kedua orang tua didalam mendidik anak-anaknya.
Hasil penelitian menunjukkan, ada implikasi antara tayangan kekerasan di media televisi dan kurang perhatian orang tua terhadap perilaku agresif siswa SMU di Kota Bandung. Ketahanan keluarga belum berfungsi karena perilaku agresif siswa SMU di kota Bandung masih terjadi.

High school students who join gangs and motorcycle clubs in Bandung has done a variety of activities such disturbing brawl, mugging, assault to rape. According Koeswara (1998 ), aggressive behavior is influenced by the aggressive models impressions which there are influences which contains scenes of violence on television, movies and other means. In addition, aggressive behavior can not be separated from the role of the family, especially the parents in educating their children.
The results showed, there are implications between violence on television and less attention to the aggressive behavior of parents of high school students in the city of Bandung. Family resilience is not functioning due to the aggressive behavior of high school students in the city is still going on."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Triwinanta
"Disertasi ini menyoroti tentang upaya pelibatan laki-laki dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan melalui kajian sosiologis. Fakta sosial menunjukkan bahwa angka kekerasan terhadap perempuan (gender oppression) tinggi dan laki-laki merupakan pelakunya, sebagai espektasi patriarki (dominasi laki-laki).
Temuan penting penelitian ini adalah gambaran terjadinya proses rekonstruksi maskulinitas berupa perubahan cara pandang para partisipan “laki-laki sejati” di dalam komunitas pria sejati (KOMPAS). KOMPAS menjadikan komunitasnya sebagai wadah pembinaan kepada pria, khususnya pria-pria yang mempunyai masalah dan tujuannya adalah memaksimalkan kepriaan (maskulinitas) dengan pemulihan karakter, kedewasaan, wawasan pemikiran dan kepemimpinan pria. Melalui aktivitas itu Komunitas membentuk laki-laki untuk mengalami transformasi yaitu perubahan sosio-kultural yang dimulai dari dimensi individu, keluarga (komunitas) dan masyarakat. Transformasi laki-laki ini menyasar pada persoalan privilese dan kekuasan laki-laki untuk membangun tatanan masyarakat yang lebih adil keluar dari keragaman oppresi (gender equality). KOMPAS Jakarta Timur mempunyai anggota ratusan orang dari berbagai masyarakat dan status social, anggotanya berdasarkan siapa saja yang tertarik dan mau melibatkan diri. Perubahan yang dirasakan langsung adalah sebagian besar laki-laki yang menjadi anggotanya telah memilih meninggalkan cara-cara penyelesaian masalah yang menggunakan kekerasan. Perubahan pada kehidupan keluarga, para laki-laki ini menunjukkan perubahan sikap dan perilaku dalam hal berkomunikasi dan menyelesaikan permasalahan keluarga dengan menanggalkan keistimewaan sebagai laki-laki. Penelitian menggunakan kerangka konsep transformasi (perubahan social) dengan mengembangkan teori maskulintas dengan upaya pelibatan laki-laki dalam pencegahan kekerasan. Secara sosiologis peneliti menyadari bahwa filosofi dasar yang melatarbelakangi gerakan social pelibatan laki-laki ini belum secara tuntas mengkritisi inti dari patriarki. Sehingga perubahan cara berfikir, sikap dan perilaku yang terjadi belum merupakan suatu perubahan filosofis dan sosiologis dari budaya Patriarki. Oleh karena itu pada bagian akhir dari tulisan ini, penulis memberikan suatu ulasan sosiologis tentang latarbelakang pemikiran dari Gerakan ini dan menunjukkan sejauhmana suatu perubahan yang terjadi di dalam Komunitas ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa apa yang sudah dilakukan oleh Komunitas ini telah menghasilkan suatu perubahan social positif yang dapat dirasakan secara nyata oleh manusia yang mengalaminya, tetapi Gerakan ini masih perlu mengembangkan kajian yang lebih kritis terhadap dirinya sendiri secara sosiologis, sehingga Gerakan ini akan bisa memberikan kontribusi yang lebih mendasar terhadap kehidupan masyarakat

This dissertation focuses on efforts to involve men in preventing violence against women through sociological studies. Social facts show that the rate of violence against women (gender oppression) is high and men are the perpetrators, as a patriarchal expectation (male domination).
An important finding of this study is a picture of the process of reconstruction of masculinity in the form of changes to the way view of the participants were "men of true" in the community of man true (KOMPAS). KOMPAS makes the community as a container guidance to men, especially men who have the problem and the goal is to maximize manhood (masculinity) with restoration character, maturity, insight into the thinking and leadership of men. Through the activities of the Community of forming men to undergo a transformation that changes in socio-cultural that starts from the dimensions of the individual, the family (community) and the public. Transformation of the male is targeting the issue of privilege and power of men to build the structure of society that is more equitable out of the oppression diversity (gender equality). KOMPAS East Jakarta have members of hundreds of people from various communities and social status, its members based on who's just who are interested and willing to involve themselves.
The changes are felt directly is most great men who become members have opted to leave the ways settlement of the problem that use violence. Changes in the lives of families, the men's shows changes in attitudes and behaviors in terms of communication and resolve the problems of families with stripped privileges as men. Research using the framework of the concept of transformation (change social) to develop a theory of masculinity with the efforts of the involvement of men in the prevention of violence.
In sociological researchers realized that the philosophy basis of the underlying movement Involvement of Men of social have not been as thoroughly scrutinize the core of patriarchy. So that changes the way of thinking, attitudes and behaviors that occur not constitute a change in the philosophical and sociological of cultural patriarchy. By because it is the part of the end of writing this, the author gives a review of sociological about the background of thought of the movement of this and show the extent of a change that occurred in the Community's.
The study is concluded that anything that has been done by the Community this has resulted in a change in social positives that can be perceived as real by the man who experienced it, but the movement is still necessary to develop a study that is more critical to his own manner of sociological, so the movement is to be able to give contributions which is more fundamental to people's lives."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardella Talitha Salsabila
"Penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) melalui pendekatan keadilan restoratif di Polres Metro Kota Depok menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan pendekatan keadilan restoratif dalam penyelesaian kasus KDRT serta mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis peran dan kekurangan Perpol No. 8 Tahun 2021 dalam mendukung implementasi keadilan restoratif. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan keadilan restoratif memberikan dampak positif dalam pemulihan korban dan rehabilitasi pelaku, meskipun terdapat kendala dalam hal koordinasi antar aparat penegak hukum dan pemahaman yang kurang merata tentang prinsip-prinsip keadilan restoratif. Perpol No. 8 Tahun 2021, meskipun menjadi landasan awal, masih memiliki kekurangan dalam hal penerapan yang konkret dan substansial. Saran yang diajukan mencakup penyusunan peraturan perundang-undangan yang jelas dan konkret mengenai keadilan restoratif, serta peningkatan kompetensi sumber daya manusia melalui pelatihan dan sertifikasi. Dengan demikian, diharapkan penerapan keadilan restoratif dalam penanganan kasus KDRT dapat lebih efektif dan berkelanjutan di masa mendatang.

The handling of domestic violence cases through a restorative justice approach at the Depok City Metro Police is the main focus of this research. This study aims to evaluate the effectiveness of the application of the restorative justice approach in resolving domestic violence cases and identify the obstacles faced in the process. In addition, this study also analyzes the role and shortcomings of Perpol No. 8 of 2021 in supporting the implementation of restorative justice. The research method used is a qualitative approach with data collection techniques through in-depth interviews and document studies. The results show that the restorative justice approach has a positive impact on victim recovery and offender rehabilitation, although there are obstacles in terms of coordination between law enforcement officials and uneven understanding of the principles of restorative justice. Perpol No. 8 of 2021, despite being the initial foundation, still has shortcomings in terms of concrete and substantial application. Suggestions include drafting clear and concrete laws and regulations regarding restorative justice, as well as increasing the competence of human resources through training and certification. Thus, it is hoped that the application of restorative justice in handling domestic violence cases can be more effective and sustainable in the future."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>