Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142617 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kelcy Theresia Gotama
"Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut utama di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 74,1% pada tahun 2018. Salah satu penyebab utama dari periodontitis merupakan akumulasi biofilm yang mengalami pematangan menjadi plak di daerah permukaan gigi, khususnya subgingiva yang kaya akan bakteri anaerobik seperti Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola. Maka dari itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hingga saat ini, agen antiplak gold standard di bidang kedokteran gigi ialah Chlorhexidine 0,2%. Namun, penggunaan Chlorhexidine dalam jangka panjang dapat menyebabkan beberapa efek samping. Oleh karena itu, dicarilah alternatif dari Chlorhexidine sebagai agen antibakteri—salah satunya yaitu kulit semangka. Kulit semangka merupakan bagian buah semangka yang tinggi akan zat fitokimia yang memiliki kemampuan antibakteri, seperti saponin, tanin, alkanoid, flavonoid, dan terpenoid, namun khasiatnya belum banyak diteliti di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui dan menganalisa aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola, dan membandingkannya dengan kemampuan antibakteri gold standard anti-plaque agent yaitu Chlorhexidine 0,2%.
Metode: aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) dan Treponema denticola (ATCC 35405) diamati melalui uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan mengukur Optical Density dari sampel menggunakan microplate reader dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan mengukur secara visual koloni bakteri yang terbentuk setelah dipaparkan ekstrak dengan konsentrasi 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil dioleh secara statistik.
Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Uji komparatif secara statistik dengan uji One-Way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dengan Chlorhexidine 0,2%.
Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola sehingga dapat dipertimbangkan sebagai alternatif agen antibakteri untuk mencegah penyakit periodontal.

Background: Periodontal disease is one of the main oral and dental health diseases in Indonesia, with a prevalence of 74,1% in 2018. The etiology of periodontal disease is multifactorial. One of the main causes is the accumulation of dental biofilm which matures, forming plaque on tooth surfaces, particularly the subgingival area that has an abundance of anaerobic bacteria such as Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola. Hence, preventive measures has to be implemented in order to preserve oral and dental health. One way to do so is by regular usage of oral rinses. Chlorhexidine 0,2% is considered to be the gold-standard antiplaque agent in today’s dental field. However, long-term use of Chlorhexidine may lead to several side effects. As a result, researchers have begun looking for alternatives to Chlorhexidine as an antibacterial and antiplaque agent—one of which is watermelon peel. Watermelon peel is rich in phytochemicals which possess antibacterial properties, such as saponin, tannin, alkanoid, flavonoid, and terpenoid; however, its benefits have not been studied much in Indonesia.
Goal: To analyze the antibacterial activity of watermelon (Citrullus lanatus) peel extract in preventing the growth and eliminating bacteria colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola as well as comparing them to the antibacterial activity of Chlorhexidine 0,2% as gold standard.
Method: the antibacterial activity of watermelon peel extract against the bacteria Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) and Treponema denticola (ATCC 35405) is observed through the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test by measuring the Optical Density (OD) of the studied samples through a microplate reader, as well as the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test by visually counting the number of colonies formed after being exposed to the extracts at 30%, 20%, and 10% concentration. Afterwards, the data collected is statistically.
Results: Watermelon peel extract is capable of inhibiting as well as eliminating bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola with MIC score of 10% and MBC score of 10%. Statistical comparative test reveals that there’s no significant difference between the antibacterial activity of all sample groups of watermelon peel extract and Chlorhexidine 0,2%.
Conclusion: Watermelon peel extract can inhibit the growth as well as eliminate bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola, which makes it a considerable alternative as antibacterial agent in order to prevent periodontal diseases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafi`
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan suatu permasalahan utama mengenai kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%. Karies gigi dapat terjadi disebabkan oleh bakteri patogen Streptococcus mutans yang menjadi faktor patogen utama terbentuknya karies gigi. Karies dapat terbentuk karena terdapat peran dari bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Maka saat ini diperlukan pengembangan dari agen antibakteri, salah satu nya terhadap bakteri penyebab karies gigi. Pengembangan agen antibakteri yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bahan alam sebagai agen antibakteri. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai agen antibakteri adalah kulit semangka. Kulit semangka (Citrullus lanatus) memiliki banyak manfaat di bidang medis, salah satu nya sebagai agen antibakteri. Kulit semangka ternyata mengandung bahan fitokimia seperti: flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, dan alkanoid yang dapat berperan sebagai antibakteri. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis efektivitas ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) serta membandingkan efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (kontrol positif). Metode: Efektivitas ekstrak kulit semangka terdapat bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dilihat dari uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan konsentrasi ekstrak kulit semangka yang digunakan adalah 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil tersebut dianalisis dengan uji statistik One Way Anova. Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Melalui uji statistik One Way Anova didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (p ³ 0,05). Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan bakteri serta membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) sehingga dapat menjadi agen antibakteri terhadap karies gigi.

Background: Dental caries is a major problem regarding dental and oral health in Indonesia. According to Riskesdas in 2018, caries prevalence in Indonesia reached 88.8%. Dental caries can be caused by the pathogenic bacteria Streptococcus mutans which is the main pathogenic factor for the formation of dental caries. Caries can be formed because of the role of the bacteria Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis. So now it is necessary to develop antibacterial agents, one of which is against bacteria that cause dental caries. The development of antibacterial agents can be done is to using natural ingredients as antibacterial agents. One of the natural ingredients that can be used as an antibacterial agent is watermelon peel. Watermelon peel (Citrullus lanatus) has many medical benefits, one of which is as an antibacterial agent. Watermetoln peel turns out to contain phytochemicals such as flavonoids, terpenoids, tannins, saponins, and alkaloids that can act as antibacterial. Objectives: To determine and determine the effectiveness of watermelon peel extract (Citrullus lanatus) in inhibiting the growth and killing bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) and to compare the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (positive control). Methods: The effectiveness of watermelon peel extract contained Streptococcus mutans(ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) seen from the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test and Minimum Killing Concentration (MBC) test with concentrations of watermelon peel extract used were 30%, 20%, and 10%. Furthermore, these results were analyzed by using One Way Anova statistical test. Results: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) could inhibit the growth and kill the bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) with a MIC value of 10% and MBC of 10%. Through the One Way Anova statistical test, the results showed that there was no significant difference in the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (p ³ 0.05). Conclusion: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) can inhibit bacterial growth and kill bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) so that it can be an antibacterial agent against dental caries."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Alissandra Sitchon Winarno
"Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal menduduki peringkat kedua di Indonesia. Penyakit periodontal terdiri atas 2 jenis yaitu gingivitis dan periodontitis. P. gingivalis dan S. sanguinis merupakan bakteri yang sering dikaitkan dengan kerusakan pada jaringan peridontal terutama gingivitis dan periodontitis, dan memiliki sifat resisten terhadap antibiotik. Nisin termasuk dalam bakteriosin kelas I lantibiotik dan merupkan peptida antimikroba yang diproduksi oleh bakteri Gram-positif tertentu yang mencakup spesies Lactococcus dan Streptococcus. Nisin A dan nisin Z merupakan varian nisin alami yang diproduksi oleh L. lactis dimana keduanya memiliki aktivitas bakterisidal. Bakteriosin merupakan solusi potensial untuk masalah ini karena aktivitas spektrumnya yang luas terhadap bakteri resisten terhadap antibiotik. Untuk melihat efektivitas bakteriosin nisin Z dan nisin A terhadap bakteri patogen P. gingivalis dan S. sanguinis dilakukan studi in-silicodengan menggunakan metode molecular docking dengan menggunakan software PatchDock dan FireDock. Visualisasi dilakukan menggunakan PyMol untuk melihat situs interaksi antara ligan dan reseptor. Protein target yang digunakan dari bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis adalah LPS dan bakteriosin nisin A serta nisin Z dipilih sebagai ligan uji. Hasil metode molecular docking dan visualisasi menunjukan bahwa nilai global energy terbaik dari docking bakteriosin nisin Z dan protein LPS bakteri P. gingivalis adalah -45.40 kcal/mol dan antara bakteriosin nisin A dan protein LPS bakteri S. sanguinis adalah -42.59 kcal/mol. Selain itu, terdapat interaksi antara asam amino ASP-74, ASP-76, dan ARG-66 pada bakteriosin nisin A dengan reseptor LPS pada bakteri S. sanguinis dan interaksi antara asam amino Lys-1C pada bakteriosin nisin Z dengan reseptor LPS pada bakteri P. gingivalis. Dapat disimpulkan bahwa bakteriosin nisin A dapat menghambat aksi bakteri S. sanguinis dan bakteriosin nisin Z dapat menghambat aksi bakteri P. gingivalis sebagai bakteri patogen di mulut.

Periodontal is a disease that often occurs and causes dental and oral health problems. Periodontal disease is ranked second in Indonesia. There are two types of periodontal disease: gingivitis and periodontitis. P. gingivalis and S. sanguinis are bacteria that are often affected by periodontal tissue damage, especially gingivitis and periodontitis, and are resistant to antibiotics. Nisin belongs to the class I lantibiotic bacteriocins and is an antimicrobial peptide produced by certain Gram-positive bacteria including Lactococcus and Streptococcusspecies. Nisin A and nisin Z are natural variants of nisin produced by L. lactis which both have bactericidal activity. Bacteriocins are a potential solution to this problem because of their broad-spectrum activity against bacterial resistance to antibiotics. To see the effectiveness of bacteriocin nisin Z and nisin A against pathogenic bacteria P. gingivalis and S. sanguinis, an in-silico study was conducted using the molecular docking method using PatchDock and FireDock softwares. Visualization was carried out using PyMol to see the interaction site between the ligand and the receptor. The target protein used from bacteria P. gingivalis and S. sanguinis was LPS and bacteriocin nisin A and nisin Z were selected as test ligands. The results of the molecular docking method and visualization showed that the best global energy value of docking between bacteriocin nisin Z and bacterial LPS protein P. gingivalis was -45.40 kcal/mol and between bacteriocin nisin A and bacterial LPS protein S. sanguinis was -42.59 kcal/mol. In addition, there is an interaction between the amino acids ASP-74, ASP-76, ASP-78 and ARG-66 on the bacteriocin nisin A with the LPS receptor on S. sanguinis and the interaction between the amino acids Lys-1C on the bacteriocin nisin Z with the LPS receptor. on P. gingivalis bacteria. It can be concluded that bacteriocin nisin A can inhibit the action of bacteria S. sanguinis and bacteriocin nisin Z can inhibit the action of bacteria P. gingivalis as pathogenic bacteria present in the mouth."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Perdana Rezha Kusuma Putra Hermawan
"Latar belakang: Buah manggis merupakan buah yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Beberapa penelitian menunjukan buah ini memiliki efek antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek antibakteri kulit buah ini.
Metode: Penelitian merupakan studi experimental. Besarnya sampel penelitian adalah 4 dengan jumlah perlakuan sebanyak 7 yaitu kontrol positif (Erythromycin), kontrol negatif (akuades), ekstrak kulit buah manggis pengenceran (10x,15x,20x,30x,40x). Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur zona hambat (diameter) pada agar darah yang ditanami bakteri streptococcus pneumonia. Data dianalisa dengan uji Kruskal-Wallis untuk menentukan perbedaan bermakna antar data uji, kemudian akan dilanjutkan uji Mann-Whitney untuk melihat data yang memiliki perbedaan bermakna.
Hasil: Hasil pengujian hipotesis menunjukan perbedaan bermakna dan uji posthoc terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada perbandingan antibiotik Eritromisin dibandingkan dengan akuades dan ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai pengenceran. Namun jika dilihat pada perbandingan antara akuades dengan ekstrak kulit buah manggis dalam pengenceran 10x dan 15x menunjukan adanya perbedaan bermakna (p=0,013 dan 0,014). Uji antara ekstrak dari kulit buah manggis pada pengenceran 20x,30x,40x dan akuades tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).
Simpulan: Ekstraksi kulit buah manggis pengenceran 10x dan 15x memiliki efek antimikroba dengan zona hambat bakteri sebesar 26 mm dan 16,5 mm.

Background: Manggosteen is one of flora that have virtue for health. Few research indicate that this fruit have antioxidan effect and also antibacterial effect. This study head for antibacterial effect of extract mangosteen rind on a streptococcus pneumoniae.
Method : This experimental study have 4 sample with 7 treatment group among others are positive control (Erythromycin), negative control (aquades), extraction in various dilutions (10x, 15x, 20x, 30x, 40x). These treatment group zone of inhibition?s in blood agar which had been planted with sterptococcus pneumoniae bacteria will be measured. This data will be analyzed with Kruskal-Wallis & Mann-Whitney test to identify which data have significant differences.
Result: Kruskal-Wallis test show asignificance value (p = 0.000) and Mann-Whitney test has significant difference (p <0.05) in comparison between erythromycin compared with aquades and mangosteen peel extraction at various dilution. Comparison in mann-wthitney test between aquades and mangosteen peel extract at 10x and 15x dilution indicates there is a significant difference (p = 0.013 and 0,014). Between aquades and mangosteen peel extract 20x, 30x, 40x dilution indicates no significant difference (p> 0.05).
Conclution: Extract of mangosteen rind have a inhibition effect on the growth of Streptococcus Pneumoniae bacteria which create a inhibition zone on blood agar for 10x dilution are 26 mm and for 15x dilution are 16,5 mm.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ghassani
"Lakase merupakan enzim ligninolitik yang dapat diekstrak dari tanaman, hewan, dan jamur. Lakase telah dilaporkan berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan enzim lakase yang dipurifikasi dari jamur Trametes versicolor dalam menghambat bakteri penyebab bau mulut. Enzim lakase diproduksi pada media kombinasi Potato Dextrose Broth (PDB 2.4% b/v), serbuk daun nanas (1% b/v), dan serbuk bonggol jagung (1% b/v). Crude enzyme diekstrak dari kultur yang diinkubasi selama 7 hari, kemudian dievaluasi aktivitas katalase dengan 2,2′-azino-bis(3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonic acid) (ABTS) dan selanjutnya dipurifikasi secara parsial dengan presipitasi ammonium sulfat serta kromatografi pertukaran ion. Keberadaan enzim lakase yang terdapat pada ekstrak purifikasi dikonfirmasi menggunakan ABTS dan Sodium Dodecyl Sulfate–Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE). Kemudian dievaluasi aktivitasnya terhadap Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Hasil menunjukan bahwa terdapat kenaikan aktivitas spesifik enzim lakase setelah purifikasi dari 1372,091 U/mg menjadi 2409,123 U/mg, hasil SDS-PAGE menunjukan terdapat senyawa berbobot ~65 KDa yang sesuai dengan bobot molekul lakase. Uji aktivitas antibakteri dari lakase pada P. gingivalis dan S. aureus menunjukkan daya hambatan yang sedang pada konsentrasi 100% dengan diameter zona hambat 6,682 mm dan 9,463 mm. Purifikasi berhasil memperoleh aktivitas lakase yang lebih tinggi dari crude extract serta potensi aktivitas sebagai antibakteri terhadap P. gingivalis dan S. aureus.

Laccase is a ligninolytic enzyme that can be extracted from plants, animals, and fungi. Laccase is reported to have antibacterial potential. This study aimed to analyze the ability of the laccase enzyme purified from the Trametes versicolor fungus to inhibit bacteria that cause halitosis. The laccase enzyme was produced in a combination medium of Potato Dextrose Broth (PDB 2.4% w/v), pineapple leaf powder (1% w/v), and corn cob powder (1% w/v). Crude enzyme was extracted from the culture which was incubated for 7 days, then evaluated for catalase activity with 2,2′-azino-bis(3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonic acid) (ABTS) and then partially purified by ammonium sulfate precipitation and ion exchange chromatography. The presence of the laccase enzyme in the purification extract was confirmed using ABTS and Sodium Dodecyl Sulfate–Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE). Then its activity against Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus was evaluated. The results showed that there was an increase in the specific activity of the laccase enzyme after purification from 1372.091 U/mg to 2409.123 U/mg. The SDS-PAGE results showed that there was a compound weighing ~65 KDa which corresponded to the molecular weight of laccase. The antibacterial activity test of laccase on P. gingivalis and S. aureus showed moderate inhibitory power at a concentration of 100% with an inhibitory zone diameter of 6.682 mm and 9.463 mm. Purification succeeded in obtaining higher laccase activity from the crude extract as well as potential antibacterial activity against P. gingivalis and S. aureus."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Rahma Shaharani
"Populasi bakteri di mulut adalah terbesar kedua setelah usus. Mereka dapat menghasilkan senyawa sulfur mudah menguap, yang merupakan tanda halitosis (bau mulut) dan dapat menyebabkan penyakit gusi karena bersifat toksik. Senyawa ini dapat terurai oleh enzim ligninolitik. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh enzim ligninolitik, yaitu mangan peroksidase dari jamur Trametes versicolor dan uji hambatan pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Jamur pelapuk putih Trametes versicolor diremajakan menggunakan media PDA dan serbuk daun nanas. Crude enzim dipanen dengan cara memindahkan jamur yang telah diremajakan ke media PDB, serbuk daun nanas, dan trace element, kemudian disentrifus (13000 G, 15 menit, 4°C). Fraksi enzim diperoleh dengan fraksionasi garam amonium sulfat saturasi 65%, dialisis dengan membran cut-off 8-14 kDa. Purifikasi dilakukan dengan kromatografi penukar ion menggunakan resin DEAE selulosa. Hasil uji aktivitas enzim di setiap tahapan purifikasi menunjukkan aktivitas spesifik sebesar 3884,830, 3994,647, dan 4424,652 U/mg, masing-masing hasil dari crude enzim, fraksionasi amonium sulfat, dan purifikasi kromatografi penukar ion. Penghambatan enzim terhadap bakteri P. gingivalis dan S. aureus menunjukkan kekuatan hambat yang kuat dengan diameter zona hambat 10,80 dan 11,20 mm, serta hasil KHM sebesar 60% untuk P. gingivalis dengan aktivitas antibakteri 10,177 U/mL (aktivitas enzim), 0,0023 mg/mL (kadar protein), dan 442,465 U/mg (aktivitas spesifik), dan 50% untuk S. aureus dengan nilai 8,481 U/mL (aktivitas enzim), 0,0019 mg/mL (kadar protein), dan 368,721 U/mg (aktivitas spesifik).

The bacterial population in the mouth is the second largest after the gut. They can produce volatile sulfur compounds, which are a sign of halitosis (bad breath) and can cause gum disease as they are toxic. These compounds can be degraded by ligninolytic enzymes. The purpose of this study was to obtain ligninolytic enzymes, which is manganese peroxidase enzyme from Trametes versicolor mushroom and test the inhibition of bacterial growth of Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus. The white weathering mushroom Trametes versicolor was rejuvenated using PDA media and pineapple leaf powder. Crude enzyme was harvested by transferring the rejuvenated fungus to PDB media, pineapple leaf powder, and trace elements, then centrifuged (13000 G, 15 min, 4°C). Enzyme fractions were obtained by 65% saturation ammonium sulfate salt fractionation, dialyzed with 8-14 kDa cut-off membranes. Purification was performed by ion exchange chromatography using DEAE cellulose resin. The enzyme activity test results at each purification stage showed specific activities of 3884.830, 3994.647, and 4424.652 U/mg, respectively from crude enzyme, ammonium sulfate fractionation, and ion exchange chromatography purification. Enzyme inhibition against P. gingivalis and S. aureus bacteria showed strong inhibition strength with an inhibition zone diameter of 10,80 and 11,20 mm, as well as KHM results of 60% for P. gingivalis with antibacterial activity of 10.177 U/mL (enzyme activity), 0.0023 mg/mL (protein content), and 442.465 U/mg (specific activity), and 50% for S. aureus with values of 8.481 U/mL (enzyme activity), 0.0019 mg/mL (protein content), and 368.721 U/mg (specific activity)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Radiananda
"Porphyromonas gingivalis dalam plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Aloe vera memiliki sifat antibakteri karena kandungan senyawa fenol. Tujuan penelitian ini untuk menguji efek antibakteri kulit lidah buaya terhadap Porphyromonas gingivalis dengan metode ekstraksi terpilih. Dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi dan infundasi untuk menarik senyawa aktif antibakteri. Uji antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis dilakukan dengan metode dilusi (KHM dan KBM) dan metode difusi (zona hambatan). Hasil metode dilusi menunjukkan nilai KHM dan KBM pada konsentrasi 70%. Sedangkan, metode difusi menunjukkan zona hambat tertinggi sebesar 2.25 mm pada konsentrasi 80%. Dapat disimpulkan bahwa infusum kulit Aloe vera mengandung senyawa fenol, tanin, dan antrakuinon serta memiliki efek bakteriostatik dan bakterisidal terhadap Porphyromonas gingivalis secara in vitro.
Porphyromonas gingivalis in dental plaque has been the primary cause of periodontal disease. Aloe vera has antibacterial properties because of its active compounds such as phenol. The aim of this study was to examine antibacterial effects of Aloe vera rind on Porphyromonas gingivalis using the chosen method. It was performed by doing xtraction with maceration and infusion methods to attract antibacterial active compounds. Antibacterial tests on Porphyromonas gingivalis were carried out using dilution (MIC and MBC)) and diffusion (inhibition zone) methods. The result of the dilution method showed MIC and MBC values at 70% concentration while the diffusion method showed the highest inhibition zone of 2.25 mm at 80% concentration. Hence, Aloe vera rind infuse revealed the presence of phenol, tannin, and anthraquinon and along with bacteriostatic and bacterisidal effects on Porphyromonas gingivalis, in vitro."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Dwi Suryani
"Resistensi antibiotik menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang telah mengancam kesehatan dunia. Perkembangan resistensi antibiotik juga mengakibatkan meningkatnya permintaan agen antimikroba baru. Beberapa tahun terakhir, tanaman obat telah banyak dieksplorasi oleh para peneliti sebagai langkah awal dalam penemuan obat antimikroba baru. Bahkan, sebanyak 50% agen antibakteri yang disetujui oleh FDA berasal dari produk alami. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi daya antibakteri dari ekstrak kulit kayu masoyi yang diperoleh dengan metode Ultrasound-Assisted Extraction menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% terhadap bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, serta Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana kulit kayu masoyi menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen seperti E. coli, S. typhimurium, B. cereus, dan S. aureus. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode difusi cakram kertas dan metode makrodilusi. Hasil dari uji difusi cakram kertas menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antibakteri lebih baik dengan potensi lemah hingga kuat (1,05-10,33 mm) dibandingkan dengan ekstrak etil asetat (0,82-4,63 mm) dan etanol 96% (0,5-3,81 mm) yang hanya berpotensi lemah terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa. Konsentrasi hambat minimal ditentukan dengan metode makrodilusi. Hasil uji makrodilusi menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% semuanya menunjukkan aktivitas antibakteri yang lemah dengan nilai KHM > 1.000 µg/mL terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa.

Antibiotic resistance is one of the health problems that has threatened global health. The development of antibiotic resistance has also led to an increased demand for new antimicrobial agents. In recent years, medicinal plants have been extensively explored by researchers as a first step in the discovery of new antimicrobial drugs. As many as 50% of FDA-approved antibacterial agents are derived from natural products. This study aimed to test the antibacterial potential of masoyi bark extract obtained by ultrasound-assisted extraction using n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% as solvents against pathogenic bacteria, i.e., Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, and Pseudomonas aeruginosa. Previously, extracts of ethanol, ethyl acetate, and n-hexane from masoyi bark were reported for antibacterial activity against pathogenic bacteria such as E. coli, S. typhimurium, B. cereus, and S. aureus. The antibacterial activity test was carried out using two methods, which were the disc diffusion method and the macro dilution method. The results of the paper disk diffusion test showed that the n-hexane extract had a better antibacterial activity with weak to strong potency (1.05-10.33 mm) than the ethyl acetate extract (0.82-4.63 mm) and ethanol 96% extract (0.5-3.81 mm) which had only a weak potential against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa. Minimum inhibition concentration was determined by a macro dilution method. The results showed that the extracts of n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% all exhibited weak antibacterial activity with MIC values > 1,000 µg/mL against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa bacteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rompas, Irrine Merrychs
"Masalah resistensi antimikroba yang berkembang menyebabkan munculnya kuman panresisten, yang resisten terhadap semua antimikroba yang tersedia. Munculnya bakteri panresisten ini menggambarkan suatu titik akhir yang mengkhawatirkan karena tidak tersedia pilihan terapi antibiotik yang rasional. Peningkatan kejadian resistensi antibiotik disertai penurunan produksi antibiotik baru sehingga diperlukan evaluasi dari kombinasi antibiotik yang sudah ada. Fosfomisin adalah antibiotik lama yang tidak memiliki resistensi silang dengan golongan antibiotik lain sehingga berpotensi menimbulkan interaksi yang sinergis terhadap bakteri resisten.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antibakteri in vitro kombinasi fosfomisin dan beberapa antibiotik lain, yaitu doripenem, moksifloksasin, kolistin dan amikasin terhadap kuman batang Gram negatif panresisten. Pada penelitian ini dilakukan uji kombinasi antibiotik menggunakan metode Etest terhadap 15 isolat kuman panresisten, yang terdiri dari Acinetobater baumanii (n=8), Pseudomonas aeruginosa (n=5) dan Klebsiella pneumoniae (n=2). Interaksi yang terjadi dinilai berdasarkan indeks Fractional Inhibitory Concentration (FIC), yaitu sinergi bila indeks FIC ≤ 0,5, indiferen bila indeks FIC 0,5 sampai 4, dan antagonis bila indeks FIC > 4. Isolat kuman berasal dari berbagai jenis spesimen yang diperiksakan di laboratorium otomasi RSUPNCM.
Interaksi antibakteri in vitro yang terjadi terhadap isolat kuman A. baumanii, P. aeruginosa, dan K. pneumoniae panresisten, baik dengan kombinasi fosfomisin dan amikasin, fosfomisin dan doripenem, fosfomisin dan moksifloksasin, serta fosfomisin dan kolistin pada semua isolat bersifat indiferen (100%). Tidak ditemukan interaksi yang bersifat sinergi atau antagonis.

The evolving problem of antimicrobial resistance in Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannii and Klebsiella pneumoniae has led to the emergence of clinical isolates to pandrug-resistant (PDR) isolates, i.e. resistant to all available antibiotics.The emergence of pandrug-resistant (PDR) bacteria represents a worrying endpoint in the development of antimicrobial resistance. The increased incidence of antibiotic resistance accompanied by decreased production of new antibiotics required the evaluation of combinations of existing antibiotics.
The aim of this study to evaluate the in vitro antibacterial interaction of combination fosfomycin with doripenem, amikacin, colistin and moxifloxacin against PDR Gram negative bacteria. We evaluated antibiotic combinatinons against 15 panresistant clinical isolates, which consisted of Acinetobater baumanii (n=8), Pseudomonas aeruginosa (n=5) dan Klebsiella pneumoniae (n=2). The in vitro antibacterial interactions were evaluated by determination of fractional inhibitory concentration (FIC) index. Synergy was defined as FIC index ≤ 0,5, indiferen as FIC index 0,5 to 4, and antagonism as FIC index > 4. The isolates were collected at RSUPNCM hospital from various clinical specimens.
The in vitro antibacterial interaction against A. baumannii, P. aeruginosa, and K. pneumoniae panresistant isolates, either with the combination of fosfomycin and amikacin, fosfomycin and doripenem, fosfomycin and moxifloxacin, as well as fosfomycin and colistin showed indifferent to all isolates (100%). No interaction was found synergistic or antagonistic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Firstya Novani
"Infeksi adalah proses invasi dan pembiakan mikroorganisme yang terjadi di jaringan tubuh manusia yang secara klinis mungkin tidak terlihat atau dapat menimbulkan cidera seluler lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intrasel atau respon antigen-antibodi. Agen penyebab infeksi antara lain adalah bakteri. Timbulnya resistensi bahkan multiresistensi yang menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan penyakit infeksi. Sehingga diperlukan usaha untuk mengembangkan obat tradisional berasal dari tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) adalah tanaman dari suku Anredera. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakterinya dan zat-zat kimia yang terkandung di dalam tanaman tersebut sebagai zat antibakteri. Ekstraksi tanaman dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut polar yaitu etanol 70 %. Kemudian dibuat 3 konsentarsi ekstrak yaitu 20%, 40%, dan 80%. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram kertas dengan mengamati diameter zona hambat. Hasil uji antibakteri ekstrak daun binahong memperlihatkan adanya aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia, dan Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap beberapa antibiotik. Dan ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 80% yang paling besar zona hambatnya. Digunakan kontrol positif yaitu antibiotik amoksisilin + asam klavulanat dan antibiotik siprofloksasin. Sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah etanol 70%.

Infection is the invasion and breeding of microorganisms that occurs in human body tissue which may not be apparent clinically or may cause local cellular injury due to competitive metabolism, toxins, intracellular replication or antigen-antibody response. Infectious agents include bacteria. The emergence of resistance or even multi-resistance can cause a lot of problems in the treatment for infectious diseases. Therefore, multi-resistance towards antibiotics becomes a severe problem. Thus, it is necessary to develop traditional medicines derived from plants that can kill the bacteria which resistant towards antibiotics. One of the plants empirically used as antibacterial drugs is binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) is a plant from Anredera species. The research has been conducted to determine the antibacterial activity and chemical substances contained within the plant as an antibacterial agent. The extraction plant has been done by maceration method using a polar solvent that is 70% ethanol. Then made 3 extract concentrations of 20%, 40%, and 80%. Antibacterial activity has tested by using paper disc diffusion method in order to observing the inhibition zone. Antibacterial test results of binahong leaf extraction showed the activity against Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, and Pseudomonas aeruginosa which were resistant to multiple antibiotics. And the leaf extract with a concentration of 80% binahong greatest inhibition zone. The positive control that was used are amoxicillin antibiotic + clavulanic acid and ciprofloxacin antibiotic, while the negative control that was used is 70% of ethanol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>