Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151859 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridho Saputra
"Tulisan ini merupakan refleksi pengalaman saya dalam mengikuti Program Desa Cemara yang diadakan oleh Kementerian PPN/Bappenas. Pembahasan dalam tulisan ini akan berfokus pada upaya kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS PBI untuk kelompok masyarakat rentan, dan mekanisme pendataan Sepakat Desa dan Regsosek. Mekanisme penargetan berbasis data memungkinkan hilangnya subjektivitas dalam program perlindungan sosial. Basis data Sepakat Desa dan Regsosek yang digunakan merupakan inskripsi yang dihasilkan melalui serangkaian prosedural yang telah diatur sebagai inscriptional device. Pengambilan data didasarkan pada pengalaman saya dalam implementasi program perlindungan sosial di Desa Pasanggrahan. Hal ini dilakukan dengan metode kuantitatif berdasarkan data Sepakat Desa dan Regsosek, serta observasi dan wawancara untuk memperkuat data yang ada. Program perlindungan sosial dalam bentuk kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional merupakan hal yang penting bagi kelompok rentan, seperti disabilitas, penyakit kronis berkepanjangan, dan lansia. Masih diperlukan sinkronisasi data Sepakat Desa dan Regsosek dengan data DTKS dalam mengimplementasikan program perlindungan sosial. Selain itu, diperlukan pula pemutakhiran secara berkala untuk menjaga kualitas data kependudukan yang digunakan sebagai acuan program perlindungan sosial.

This paper is a reflection of my experience in participating in the Desa Cemara Program held by the Ministry of National Development Planning/Bappenas. The discussion in this paper will focus on the BPJS PBI National Health Insurance (JKN) membership efforts for vulnerable groups, and the data collection mechanisms of Sepakat Desa and Regsosek. Data-driven targeting mechanisms enable the elimination of subjectivity in social protection programs. The Sepakat Desa and Regsosek databases used are inscriptions produced through a series of procedural arrangements as inscriptional devices. Data collection is based on my experience in implementing social protection programs in Desa Pasanggrahan. This was conducted using quantitative methods based on data from the Sepakat Desa and Regsosek, as well as observations and interviews to strengthen existing data. Social protection programs in the form of National Health Insurance membership are important for vulnerable groups, such as those with disabilities, prolonged chronic illnesses, and the elderly. There is still a need to synchronize data from Sepakat Desa and Regsosek with DTKS data in implementing social protection programs. In addition, regular updates are also needed to maintain the quality of population data used as a reference for social protection programs."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chiara Amelia Sunarto Putri
"Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) adalah bentuk pembelajaran yang berusaha membuat mahasiswa untuk tidak hanya berkutat di ruang kelas, melainkan di masyarakat. Salah satu program yang diinisiasi langsung sebagai program kolaboratif belajar adalah Desa Cemara milik Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan di Indonesia. Program ini dilakukan di Desa Cikubang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat dengan sasaran yang difokuskan pada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dilihat oleh penulis memiliki potensi ekonomi yang besar. Makalah ilmiah ini berisi refleksi penulis sebagai seorang mahasiswa magang untuk dapat menjadi pendamping masyarakat dalam mencapai tujuan Bappenas tersebut melalui kerangka perspektif studi fasilitasi antropologis, khususnya antropologi terapan. Hal ini kemudian saya implementasikan ke dalam peran saya sebagai seorang fasilitator guna melakukan pendampingan pada masyarakat Desa Cikubang, terutama dalam menjalankan program intervensi. Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah autoetnografi dan refleksi pengalaman diri penulis sehingga sangat mungkin terdapat limitasi data di dalamnya.

Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) is a form of learning that seeks to make students not only dwell in the classroom but also society. One of the programs initiated directly as a collaborative learning program is Desa Cemara, owned by the Ministry of National Development Planning/Bappenas, which aims to accelerate poverty reduction in Indonesia. Desa Cemara carried out this program in Cikubang Village, Tasikmalaya Regency, West Java, to focus on Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs), which the author sees as having great economic potential. This scientific paper contains the author's reflections as an apprentice student to assist the community in achieving the goals of Bappenas through anthropological facilitation studies, especially applied anthropology. I then implemented this into my role as a facilitator to assist the people of Cikubang Village, especially in carrying out intervention programs. The method used in writing this paper is autoethnography and reflection of the author's own experiences, so there may be data limitations."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ingka Ramdhani
"Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) menciptakan perubahan signifikan dalam dunia pendidikan dengan menghadirkan pembelajaran inovatif di luar kelas. Hal ini diwujudkan melalui kerja sama antara perguruan tinggi dengan lembaga mitra, yang salah satunya dilakukan oleh Kementerian PPN RI/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung melalui program Desa Cemara (Cerdas, Mandiri, Sejahtera). Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kemiskinan di Desa Cikubang, Kabupaten Tasikmalaya melalui optimalisasi produk dan pemberdayaan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Makalah ilmiah ini berisi refleksi saya sebagai mahasiswa magang yang mencoba menerapkan metode needs assessment sebagai salah satu ilmu antropologi terapan selama proses program Desa Cemara. Proses ini melibatkan pengumpulan data, identifikasi kebutuhan untuk merumuskan bentuk kegiatan intervensi yang berfokus pada pemberdayaan pelaku UMKM. Ada pun tulisan ini ditulis berdasarkan pengalaman dan proses saya merefleksikan diri selama berjalannya program dengan latar belakang saya sebagai mahasiswa antropologi. Gambaran refleksi menunjukkan adanya kesenjangan dalam penerapan dan teori needs assessment pada program Desa Cemara karena menghadapi banyak hambatan dan dinamika di dalamnya. Namun, perjalanan program belum tentu dapat dikatakan gagal karena adanya penyesuaian alternatif hingga membuat hasil data dan perancangan solusi dapat tetap berjalan dengan penyesuaian.

Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) policy creates significant changes in the world of education by presenting innovative learning outside the classroom. This is realized through collaboration between universities and partner institutions, one of which is carried out by the Indonesian Ministry of National Development Planning/National Development Planning Agency (Bappenas) with the University of Indonesia and the Bandung Institute of Technology through the Desa Cemara program (Smart, Independent, Prosperous). This program aims to reduce the poverty rate in Cikubang Village, Tasikmalaya Regency through product optimization and empowerment of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs). This scientific paper contains my reflections as an intern student trying to apply the needs assessment method as one of the applied anthropology methods during the Desa Cemara program process. This process involves collecting data, identifying needs to formulate forms of intervention activities that focus on empowering MSME actors. Even so, this article was written based on my experience and process of self-reflection during the program with my background as an anthropology student. The reflection picture shows that there are gaps in the application and theory of needs assessment in the Cemara Village program because it faces many obstacles and dynamics within it. However, the course of the program cannot be said to have failed because of alternative adjustments so that the data results and solution design can continue with adjustments."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alfia Zulaikho
"Program pembangunan terus mengalami evaluasi dari yang semula top down kini perlahan mulai dijalankan dengan sistem bottom-up yang mengutamakan partisipasi masyarakat lokal dan kolaborasi multistakeholder. Namun, meskipun sudah mengusung sistem pembangunan berbasis komunitas, dalam praktiknya suara masyarakat desa sendiri masih kerap kali tertutupi oleh aktor dari luar (outsider) atau bahkan elite desa sendiri. Makalah ini mengeksplorasi dinamika relasi yang terjadi antara mahasiswa dengan multistakeholder yang terlibat dalam program Desa Cemara, sebuah program pembangunan desa rancangan Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) Indonesia yang berusaha mengadaptasi pendekatan partisipatif (community development). Program dilaksanakan di beberapa desa di Jawa Barat, Dalam pelaksanaannya program ini melibatkan sejumlah individu dan lembaga yang berbeda. Masing- masing berangkat dengan kombinasi kepentingan, agenda, sumber daya, dan basis kekuasaan yang agak berbeda. Perbedaan latar belakang aktor yang terlibat rupanya menimbulkan sejumlah persoalan yang menjadi kendala dan tantangan yang mengiringi proses pemberdayaan. Penulis merefleksikan berbagai persoalan yang dihadapi mahasiswa menjadi tiga tahap yaitu pada proses pembekalan (pre-departure), persiapan keberangkatan, serta tahap di lapangan. Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah autoetnografi dan refleksi diri dengan menggunakan kerangka teoretis antropologi, khususnya antropologi terapan. Berdasarkan refleksi dari tahap-tahap yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat desa masih terbatas. Persoalan dan pertentangan di lingkup internal antara pihak perencana program membuat kolaborasi tidak berjalan dengan baik. Alhasil, tujuan memberdayakan masyarakat justru tidak tercapai secara optimal. Perencana program perlu meningkatkan komunikasi dan koordinasi yang bersifat terbuka untuk menyatukan perspektif. Dengan demikian, kesenjangan aspirasi dapat diminimalisir atau bahkan dihindari dan tujuan dari program pemberdayaan untuk menciptakan self-reliance masyarakat dapat terwujud.

Development programs continue to undergo evaluation, from what was originally top down to now slowly being implemented with a bottom-up that prioritizes local community participation and multi-stakeholder collaboration. However, even though they have adopted a community- based development system, in practice the voices of the village community themselves are often hidden by outsiders or even the village elite themselves. This paper explores the dynamics of relations that occur between students and multi-stakeholders involved in the program of “Desa Cemara”, a village development program designed by the Ministry of National Development Planning (Bappenas) Indonesia which tries to adapt a participatory approach (community development). The program was held in several villages in West Java, Indonesia. In its implementation, this program involves a number of different individuals and institutions. Each departed with a slightly different combination of interests, agendas, resources and power bases. The differences in the backgrounds of the actors involved apparently raise a number of problems which become obstacles and challenges that accompany the empowerment process. The author reflects all the problems she faced into three stages: pre-departure process; preparation for departure; as well as the process of collecting data and implementing interventions in the village. Based on the reflection of the stages mentioned above, it can be concluded that village community participation is still limited. Problems and conflicts in the internal sphere between the program planners made the collaboration not work well. As a result, the goal of empowering the community is not achieved optimally. Program planners need to improve open communication and coordination to unify perspectives. Thus, the aspiration gap can be minimized or even avoided and the aim of the empowerment program to create self- reliance can be realized."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meilani Purwaningsih
"Dalam upaya penanggulangan kemiskinan, Bappenas menginisiasi program MBKM Desa Cemara melalui berbagai bentuk intervensi kegiatan. Dalam hal ini, saya terlibat secara aktif dalam program MBKM Desa Cemara yang berfokus pada pemberdayaan lapisan kelompok masyarakat pengrajin anyaman daun pandan di Desa Tanjungpura. Lapisan kelompok masyarakat inilah yang selanjutnya menjadi cikal bakal komunitas anyaman yang berhasil dibentuk dan dibina dalam meningkatkan produktivitas serta mengoptimalkan sumber daya atau potensi lokal sebagai basis pertumbuhan ekonomi pedesaan. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah autoetnografi. Tulisan ini menjabarkan hasil pengamatan dan refleksi pengalaman magang saya untuk menjelaskan proses pemberdayaan masyarakat melalui kerangka perspektif antropologi, khususnya antropologi terapan.
Hasilnya menunjukkan bahwa pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan yang melibatkan masyarakat, mulai dari needs assessment, perumusan solusi permasalahan, perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program. Program berjalan dengan lancar sampai evaluasi dilakukan. Meskipun demikian, program ini masih minim dari unsur kemandirian dan keberlanjutan. Hal tersebut disebabkan karena minimnya kolaborasi antar pihak dalam menjaga keberlangsungan program. Oleh karena itu, program pemberdayaan sangat perlu mengoptimalkan keterlibatan berbagai pihak terkait, mulai dari unsur masyarakat, pemerintah desa, pemerintah kabupaten, maupun dinas setempat agar program yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat terus berjalan dan berkelanjutan.

In an effort to poverty reduction, Bappenas initiated the Desa Cemara MBKM program through various forms of intervention activities. In this regard, I actively participated in the Desa Cemara MBKM program which focuses on empowering the community group of pandan leaf-woven craftsmen in Tanjungpura Village. This layer of a community group is the forerunner of the worn community that has been successfully formed and fostered in increasing productivity and optimizing local resources or potential as a basis for rural economic growth. The method used in this paper is autoethnography. This paper describes the result of observation and reflection on my internship experience to explain the process of community development through the framework of anthropological perspectives, especially applied anthropology.
The results show that implementation of the community development programs is carried out through several stages involving communities, starting from need assessment, formulation of problem solutions, planning, implementation, to evaluation program. However, this program is still lacking in self-reliance and sustainability elements. This is to the lack of collaboration between parties in maintaining the sustainability of the program. Therefore, the community development program needs to involve various related parties, starting from elements of the community, village government, district government, and local agencies so that the programs that have been implemented before could be sustainable.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Clara
"Peningkatan pengguna Tiktok dan semakin berkembangnya fitur Tiktok membuat banyak bisnis yang mengembangkan strategi branding melalui platform Tiktok. Key Opinion Leader Tiktok spesialis (KOL Tiktok spesialis) menjadi profesi yang membantu perusahaan dalam merencanakan ide brief KOL, memilih KOL dan mengatur berjalannya kerjasama antara perusahaan dengan KOL. Makalah ini membahas pengalaman dan pembelajaran saya dengan latar belakang antropologi yang menjalani magang selama tiga bulan di bidang marketing sebagai Key Opinion Leader Tiktok spesialis (KOL Tiktok spesialis) di NPURE. Pembahasan akan berfokus pada upaya saya dalam mengimplementasikan gagasan antropologis dari konsep brand yang dikemukakan oleh Nakasiss. Upaya implementasi konsep brand tersebut menghasilkan terobosan baru berupa metode penulisan brief dengan urutan alur pembahasan serta peningkatan kriteria pemilihan KOL selain dari kriteria dasar yang NPURE tetapkan. Gambaran refleksi implementasi ini pada akhirnya menunjukan adanya interseksi antara antropologi dan marketing dalam setiap aktivitas magang saya sebagai KOL Tiktok spesialis di NPURE.

The increase in Tiktok users and the growing development of Tiktok features have made many businesses develop branding strategies through the Tiktok platform. Key Opinion Leader Tiktok specialist (KOL Tiktok specialist) is a profession that assists companies in planning KOL brief ideas, selecting KOLs, and managing collaboration between companies and KOLs. This paper discusses my experience and learning as someone with an anthropological background who underwent a three-month internship in marketing as a specialist Tiktok Key Opinion Leader (KOL Tiktok) at NPURE. The discussion will focus on my efforts to implement the anthropological notion of the brand concept put forward by Nakasiss. Efforts to implement the brand concept resulted in a new breakthrough in the form of a brief writing method with a sequence of discussion flows and an increase in KOL selection criteria beyond the basic criteria set by NPURE. This reflection on implementation ultimately shows that there is an intersection between anthropology and marketing in each of my internship activities as a KOL Tiktok specialist at NPURE."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ilyas Dzaky Almahdy
"Mahasiswa yang sedang mempersiapkan diri mereka memasuki dunia kerja dengan mengikuti kegiatan magang dapat menghadapi kesulitan yang memengaruhi adaptabilitas karier mereka. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran persepsi dukungan sosial terhadap adaptabilitas karier pada mahasiswa tingkat akhir yang mengikuti program magang. Penelitian ini juga hendak mengidentifikasi sumber persepsi dukungan sosial mana yang paling berperan dalam hubungan antara kedua variabel tersebut. Kriteria partisipan penelitian ini adalah mahasiswa sarjana tingkat akhir pada perguruan tinggi di Indonesia yang sedang atau pernah mengikuti program magang. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Teknik statistik korelasi Pearson dan multiple regression digunakan untuk menganalisis hubungan serta peran antara persepsi dukungan sosial dengan adaptabilitas karier. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi dukungan sosial dengan adaptabilitas karier pada mahasiswa tingkat akhir yang mengikuti program magang. Akan tetapi, effect size antara kedua variabel tersebut tergolong kecil. Sementara itu, sumber persepsi dukungan sosial yang bersumber dari orang tua ditemukan sebagai satu-satunya sumber yang memiliki hubungan signifikan dengan adaptabilitas karier. Limitasi serta saran untuk penelitian selanjutnya dijelaskan dalam penelitian ini.

Undergraduate students who are preparing themselves to enter the workforce by participating in internships may face difficulties that affect their career adaptability. This study examines the role of perceived social support on career adaptability among final-year undergraduate students who have participated in an internship program. It also aims to identify which source of perceived social support plays the most significant role. The criteria for participants in this study are final-year undergraduate students in a university in Indonesia who are currently participating or have participated in an internship program. Data collection was carried out using the Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Pearson's correlation and multiple regression techniques were used to analyze the relationship between the two variables. Results show that there is a positive and significant relationship between perceived social support and career adaptability. However, the effect size is considered small. Meanwhile, perceived social support from parents was found to be the only source with a positive and significant relationship with career adaptability. Limitations and suggestions for further research are described in this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Bisono
"Desa Gunung Cak adalah desa yang terletak di wilayah daratan dari Pulau Palmatak, di mana sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian- Mereka membuka kebun cengkeh, kelapa, sayur-mayur dan cabai. Hasil dari pertanian ini mereka jual ke pulau-pulau sekitar Pulau Palmatak bahkan hingga ke Tarempa. Namun kondisi pertanian ini tidak membuat taraf hidup mereka menjadi lebih sejahtera karena ternyata dalam perkembangannya biaya operasi jauh Lebih tinggi daripada hasil jual.
Hadirnya beberapa perusahaan di Pulau Palmatak, seperti ConocoPhiLLips, Travira dan Premier, memberikan harapan baru bagi masyarakat desa dengan terbukanya Lapangan pekerjaan baru. Beberapa dari mereka memang tampak telah merasakan dampak positif dari hadirnya perusahaan-perusahaan tersebut. Hal ini terlihat dari kondisi ekonomi yang jauh lebih baik dibanding sebelumnya- Namun tidak sedikit warga yang masih dalam kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Kebanyakan dari mereka adalah warga yang bekerja secara kontrak padahal mereka sangat tergantung pada pekerjaan tersebut Pekerjaan yang tidak rutin tersebut menyebabkan pendapatan mereka pun tidak tetap dan tersendat-sendat sehingga hanya dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari secara pas-pasan.
Maslow, dalam teori “Hierarchy of Needs", mengatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis, mencakup di dalamnya kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Jika kebutuhan mendasar ini belum terpenuhi, maka perhatian kita akan tingkat kebutuhan yang selanjutnya tidak akan muncul. Kondisi perekonomian sebagian besar masyarakat desa Gunung Cak, yang cenderung berada dalam kelas ekonomi bawah, menyebabkan prioritas utama dalam kehidupan sehari-hari mereka adalah untuk memenuhi kebutuhan primer dan belum kepada hal-hal lain seperti kesehatan, sanitasi, kebersihan, pendidikan, dan nutrisi keluarga Sebagian besar warga desa Gunung Cak masih memiliki kebiasaan membuang hajat di hutan, kebun atau semak belukar di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini menimbulkan Lingkungan sekitar tempat tinggal yang tidak sehat dan higienis. Penyebab lain yang cukup signifikan adalah rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan pemahaman mereka tentang arti kesehatan dan kebersihan. Namun, kebiasaan membuang hajat tidak pada tempatnya selama bertahun-tahun, kurangnya pemahaman tentang kesehatan, motivasi, dan perasaan tidak percaya pada kemampuan untuk membangun desanya sendiri, menyebabkan minimnya usaha warga untuk mengubah kondisi dan membangun jamban yang memadai bagi setiap warga masyarakat desa Gunung Cak.
Usaha pemberdayaan masyarakat desa berarti adanya proses keterlibatan dan partisipasi aktif seluruh warga desa Gunung Cak dengan mau mengubah pemahaman tentang arti kesehatan dan kebersihan, mau belajar dari pengalaman yang Lebih maju dan positif, mau membentuk suatu organisasi masyarakat pengelola jamban rumah dan terlibat di dalamnya Serta mau mengubah perilaku buang hajat di kebun hutan menjadi di jamban rumah. Selanjutnya organisasi ini akan berfungsi sebagai penggerak dan pelaksana penerapan sistem sosialisasi warga desa, pembangunan dan pengelolaan jamban rumah di masyarakat. Sebelum intervensi diberikan, telah dilakukan baseline study untuk mengetahui pemahaman masyarakat akan kebersihan dan kesehatan diri dan lingkungan, kebiasaan masyarakat sehubungan dengan perilaku mereka dalam menjaga kebersihan dan kesehatan badan dan lingkungannya, kondisi politik, ekonomi, dan sosial masyarakat, kondisi kebersihan di desa Gunung Cak, penerimaan masyarakat tentang konsep pemberdayaan masyarakat, dan penerimaan masyarakat tentang konsep membuang hajat di jamban rumah.
Selanjutnya dibentuk organisasi penggerak yang menjadi pionir bagi berlangsungnya kegiatan intervensi di desa Gunung Cak tersebut. Organisasi tersebut kemudian menentukan tujuan yang ingin dicapai seperti menumbuhkan motivasi masyarakat untuk bersama-sama memperbaiki kehidupannya secara mandiri; objek yang menjadi sasaran perubahan seperti perubahan perilaku buang hajat di hutan atau kebun menjadi buang hajat di jamban dan program-program yang akan dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan perubahan. Sasaran utama dari program intervensi ini adalah ibu-ibu RT03 dan tokoh pemuda. Kelompok ibu dipilih karena ibu biasanya adalah pihak yang paling berperan dalam mengatur kebutuhan seluruh anggota keluarga termasuk menjaga kesehatan anggota keluarga. Sementara tokoh pemuda memiliki pengetahuan dan pemahaman yang relatif lebih baik mengenai kesehatan dan sanitasi dibandingkan dengan orangtuanya karena faktor pendidikan dan pengalaman bekerja. Oleh karena itu tepat jika ibu-ibu dan tokoh pemuda dijadikan sasaran utama program ini karena mereka diharapkan bisa menjadi penggerak bagi warga lainnya untuk menambah pengetahuan tentang kesehatan dan pentingnya memiliki jamban di rumah.
Hasil program ini menunjukkan tercapainya indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu munculnya pemahaman yang lebih baik dan dalam mengenai kebersihan dan kesehatan, terbentuknya organisasi masyarakat pengelola jamban mmah dan sistem pengelolaannya, adanya perubahan perilaku masyarakat desa Gunung Cak dalam membuang hajat, terjadinya proses belajar pada masyarakat desa terhadap pengalaman program jamban rumah, baik pengelolaan sdm, sistem dan operasional, muncul kepercayaan diri warga akan kemampuan diri sendiri dan timbulnya motivasi untuk mengembangkan diri dan lingkungannya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brigida Yuliana
"Perhutanan sosial diharapkan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam
menciptakan nilai tambah ekonomi yang nantinya akan mempengaruhi kinerja pembangunan desa secara umum. Indonesia telah menjanjikan target yang cukup besar
pada program perhutanan sosial tetapi evaluasi bagaimana program tersebut mempengaruhi kesejahteraan masyarakat pedesaan secara umum jarang dibahas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak program perhutanan sosial dengan indikator pembangunan desa yang diwakili oleh Indeks Desa Membangun (IDM). Untuk mengurangi bias seleksi dalam pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan metode Propensity Score Matching (PSM) dengan membuat sampel perlakuan (desa yang mendapatkan program perhutanan sosial) dan sampel yang cocok atau
counterfactual (desa yang tidak mendapatkan program). Hasil yang ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata dari kedua sampel menunjukkan bahwa program perhutanan sosial
berdampak positif pada skor IDM serta semua dimensi dalam IDM (indikator sosial, ekonomi dan lingkungan).

Social forestry is expected to increase rural community capacity in creating economic value added which will later affect village development performance in general. Indonesia has pledged quite massive target on social forestry program but the evaluation how the program affect rural community's welfare in general is rarely discussed. This study aims to examine the impact of social forestry program with village development
indicators represented by Indeks Desa Membangun (IDM). To reduce selection bias in sampling, this study uses Propensity Score Matching (PSM) method to create treatment sample (villages who get the social forestry program) and its matched sample or counterfactual (villages who do not get the program). The result represented by the mean difference of the two samples shows that social forestry program has positive
impact on IDM score as well as all dimensions in IDM (social, economic and environment indicators).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Maghfira
"Program pembangunan yang dituangkan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat kerap dipandang sebagai hal positif untuk kesejahteraan umum. Salah satu wujudnya adalah MBKM Desa Cemara, program magang di lapangan dengan konsep utamanya mahasiswa menjadi ‘aktor kolabotor’ dalam proses pembangunan, yakni menyusun, merencanakan, dan melaksanakan program intervensi di desa sasaran dengan pendekatan ‘tidak biasa’ atau pendekatan Cemara (Cerdas, Mandiri, Sejahtera). Namun, terkadang memang realita tidak selalu sesuai harapan. Pengalaman sebagai pemagang di MBKM Desa Cemara, menggugah sikap untuk berkontemplasi dan berpikir ulang bagaimana proses pembangunan sosial atau pemberdayaan masyarakat berlangsung. Terdapat paradoks dalam pembangunan yang dapat dilihat secara Antropologis, yakni proses rendering-technical yang diargumentasikan oleh Tania Li. Perspektif yang melihat bagaimana kompleksnya permasalahan sosial, manusia dan penghidupannya diupayakan dapat diselesaikan dalam suatu program yang teknis dan sistematis, dikoordinasikan sedemikian rupa agar sesuai target atau capaian tertentu, tetapi dengan standar para ahli atau di luar komunitas/masyarakat. Melalui program intervensi yang dilaksanakan, muncul gambaran proses pemberdayaan masyarakat yang mencerminkan bagaimana benang merah antara kapabilitas mahasiswa, kesiapan materi dan nonmateri, kondisi desa sasaran, serta stakeholder lainnya melewati arah yang berliku. Pada makalah ilmiah akhir ini, saya berupaya menuangkan pandangan, refleksi dan otokritik sebagai aktor kolaborator dalam mengikuti MBKM Desa Cemara batch 3 pada Januari-Juni 2023. Beberapa hal yang ditangkap adalah konsep ‘kesejahteraan’ yang cukup berbeda dalam beberapa komunitas, praktik rendering technical dalam perancangan program intervensi, konsep desa, kondisi desa sasaran, dan pelaksanaan program intervensi yang berhubungan dengan petani; local development actors; monitoring dan evaluasi; serta Antropologi tentang pembangunan.

Development programs held in the form of community empowerments are often seen as positive things for people's welfare. One form of this is “MBKM Desa Cemara”, a field internship program whose central concept is students becoming 'collaborative actors' in the development process: researching, designing, planning, and implementing intervention programs in a targeted village with an 'unusual' approach or called “Cemara” (Cerdas, Mandiri, Sejahtera or Smart, Independent, and Prosperous). However, sometimes reality hits expectations. My experience as an intern at “MBKM Desa Cemara” intrigued me to contemplate, rethink, and relearn how social development or community empowerment occurs. Moreover, from an Anthropological perspective, a paradox in development can be seen; it is called the “rendering-technical” process, a term presented by Tania Li. A perspective highlighting how the complexity of social problems, humans, and livelihood are sought to be resolved technically and systematically in a program, coordinated in a straight and handy way to reach certain targets, goals, or indicators, yet with the standards of experts or outside the community/society itself. Through the intervention program implementation process, a condition where the community empowerment process reflected how the thread between students' capabilities, material and non-material preparation, conditions of the targeted village, and other stakeholders considered as ‘fishing in troubled waters’. In this paper, I attempt to deliver my thoughts, perspectives, reflections, and self-criticism as a collaborator actor in participating in MBKM Desa Cemara Batch 3 in January-June 2023. Throughout the journey, I learned several things I captured such as the diversities of concepts and mindsets of 'welfare' in several communities, rendering technical practices in designing intervention programs, village conception, conditions of the targeted village, and an intervention program related to farmers; local development actors; monitoring and evaluation; Anthropology and Development"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>