Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104183 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutiara Maharini
"Transisi menjadi orang tua menjadi sumber stres bagi sebagian besar pasangan. Diketahui bahwa cara coping orang tua mempengaruhi tingkat parental stress dan kepuasan pernikahan. Penelitian bertujuan untuk menguji efek buffering dari supportive dyadic coping dalam mengurangi dampak parental stress terhadap kepuasan pernikahan dalam transisi menjadi orang tua. Penelitian menggunakan alat ukur Parental Stress Scale (PSS), Dyadic Coping Inventory (DCI), dan Couple Satisfaction Index (CSI). Data terkumpul dari 112 orang tua (N ibu = 90%, usia M = 27,9 SD usia = 2,8). Dimensi emotion focused supportive DC ditemukan berperan signifikan dalam menjadi moderator antara peran parental stress terhadap kepuasan pernikahan F(1, 111) = 11,21, p<0,005 sedangkan problem focused supportive dyadic coping F(1, 111) = 26.39, p>.005 ditemukan tidak signifikan mengurangi dampak parental stress terhadap kepuasan pernikahan. Hasil menunjukkan bahwa dalam transisi menjadi orang tua, pasangan harus mempertimbangkan pentingnya supportive dyadic coping untuk mempertahankan kepuasan pernikahan mereka.

The transition to parenthood is stressful for most couples. It is known that the parents’ way of coping affects the level of parental stress and marital satisfaction. This study aims to test the buffering effect of supportive dyadic coping in alleviating the impacts of parental stress towards marital satisfaction of first time parents. The measurements used were Parental Stress Scale (PSS), Dyadic Coping Inventory (DCI), and Couple Satisfaction Index (CSI). Data was collecte from 112 parents (N mothers = 90%, M age = 27.9 SD age= 2.8). The moderating effect of emotion focused supportive dyadic coping F(1, 111) = 11,21, p<0,005  was significant, while problem focused supportive dyadic coping F(1, 111) = 26.39, p>.005 was found not significant in alleviating the impact of parental stress towards marital satisfaction. The results suggest the importance of supportive dyadic coping in order to maintain marital satisfaction during the transition to parenthood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadlun Nissa
"Kepuasan pernikahan yang rendah pada orang tua dari anak dengan spektrum autisme dapat menimbulkan dampak negatif terhadap individu maupun keluarga. Orang tua sering ditemukan mengalami parenting stress dalam mengasuh anak dengan spektrum autisme. Parenting stress yang berkepanjangan dapat memprediksi rendahnya kepuasan pernikahan orang tua. Akan tetapi, supportive dyadic coping diduga dapat mengurangi stres yang dirasakan orang tua, sehingga kepuasan pernikahan dapat tetap terjaga.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress serta efek moderasi dari supportive dyadic coping terhadap hubungan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress pada orang tua dari anak dengan spektrum autisme di Indonesia. Penelitian ini dilakukan kepada 134 partisipan di Jabodetabek, Lampung, dan Bali.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress serta tidak ditemukan efek moderasi dari supportive dyadic coping terhadap hubungan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress.

Low marriage satisfaction in parents of children with the autism spectrum can have a negative impact on individuals and families. Parents are often encountered experiencing parenting stress in caring for children with the autism spectrum. Prolonged parenting stress can predict low satisfaction of marriages. However, supportive dyadic coping is thought to reduce parenting stress, so that marital satisfaction can be maintained.
This study aims to look at the relationship between marital satisfaction and parenting stress and the moderating effects of supportive dyadic coping on the relationship between marital satisfaction and parenting stress in parents of children with autism spectrum in Indonesia. This research was conducted on 134 participants in Jabodetabek, Lampung, and Bali.
The results showed that there was a significant negative relationship between marital satisfaction and parenting stress and no moderating effect of supportive dyadic coping on the relationship between marital satisfaction and parenting stress was found.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahira Syafana Kuswanto
"Dalam transisi menjadi orang tua baru, pasangan akan berhadapan dengan banyak perubahan hingga anak berusia dua tahun, sehingga penting bagi pasangan untuk menerapkan strategi pengelolaan stres yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran common dyadic coping pada masa transisi menjadi orang tua sebagai mediator antara attachment styles dan kepuasan pernikahan. Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan alat ukur Experiences in Close Relationships-Revised (ECR-R), Couple Satisfaction Index (CSI), dan Dyadic Coping Inventory (DCI). Data diperoleh melalui survei daring dari warga negara Indonesia dengan usia ≥ 21 tahun, sedang menjalani pernikahan, dan memiliki anak tunggal usia nol sampai dengan dua tahun (N perempuan = 90%, M usia = 27,9, SD usia = 2,8). Hasil analisis model mediasi pada makro PROCESS dari Hayes menunjukkan bahwa problem-focused common dyadic coping memediasi secara parsial hubungan antara anxious attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001), serta avoidant attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001). Demikian juga emotion- focused common dyadic coping memediasi secara parsial hubungan antara anxious attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001), serta avoidant attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001). 

In transition to parenthood, couples will face many changes until the child is two years old. Thus, it is important for couples to apply common dyadic coping. However, common dyadic coping is influenced by individual attachment styles. This study aims to determine the role of common dyadic coping during the transition to parenthood as mediator between attachment styles and marital satisfaction. Measurements used in this study are Experiences in Close Relationships-Revised (ECR- R), Couple Satisfaction Index (CSI), and Dyadic Coping Inventory (DCI). Data was obtained through an online survey of Indonesian citizens aged ≥ 21 years, currently married, and having only children aged zero to two years (N mothers = 90%, M ages = 27.9, SD ages = 2.8). The results of the mediation model analysis on PROCESS macro from Hayes showed that problem-focused common dyadic coping partially mediates the relationship between anxious attachment and marital satisfaction (β = -0.084, p < .001), and avoidant attachment with marital satisfaction (β = -0.084 , p < .001). Likewise, emotion- focused common dyadic coping partially mediates the relationship between anxious attachment and marital satisfaction (β = -0.084, p < .001), and avoidant attachment and marital satisfaction (β = - 0.084, p < .001). "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alula Aurelia Alfediar
"enelitian ini bertujuan untuk melihat peran Supportive Dyadic Coping sebagai moderator dalam hubungan stres eksternal dan stres internal pada pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun di Indonesia. Diketahui tingkat perceraian di Indonesia meningkat. Hal ini dikarenakan pasangan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap satu sama lain, terutama pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun yang membutuhkan banyak penyesuaian. Penelitian dilaksanakan pada 128 partisipan WNI yang berusia minimal 20 tahun yang sudah menikah dengan memiliki usia pernikahan 1-5 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire for Couple Dyadic Coping Inventory (DCI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal serta adanya efek moderasi supportive dyadic coping (SDC) terhadap hubungan stres eksternal dan stres internal. Implikasi penelitian ini adalah dapat menjadi acuan bagi konselor pernikahan/psikolog agar dapat menggunakan strategi supportive dyadic coping (SDC) sebagai strategi dyadic coping yang paling sesuai dengan kriteria partisipan yaitu pasangan yang sudah menikah dengan usia pernikahan 1-5 tahun di Indonesia dalam mengatasi stres eksternal dan stres internal.

This study aims to examine the role of Supportive Dyadic Coping as a moderator in the relationship between external stress and internal stress in couples with 1-5 years of marriage in Indonesia. It is known that the divorce rate in Indonesia is increasing. This is because couples have difficulty adjusting to each other, especially couples with a marriage age of 1-5 years which requires a lot of adjustment. The study was conducted on 128 Indonesian participants who were at least 20 years old who were married with a marriage age of 1-5 years. The measuring instruments used were the Multidimensional Stress Questionnaire for Couples (MSF-P) and the Dyadic Coping Inventory (DCI). The results showed that there was a significant positive relationship between external stress and internal stress and the moderating effect of supportive dyadic coping (SDC) on the relationship between external stress and internal stress. The implication of this study is that it can be a reference for marriage counselors/psychologists to be able to use the supportive dyadic coping (SDC) strategy as a dyadic coping strategy that best fits the criteria of participants, namely married couples with a marriage age of 1-5 years in Indonesia in overcoming external stress and internal stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khariza Nararya
"Tujuan penelitian ini adalah melihat efek moderasi dari kedua faktor common dyadic coping terhadap hubungan antara kepuasan pernikahan dengan parenting stress pada orang tua dari anak dengan spektrum autisme di Indonesia. Penelitian dilakukan kepada 131 partisipan di Jabodetabek, Bali, dan Lampung. Penelitian menggunakan alat ukur Couples Satisfaction Index–Short Form, Parenting Stress Index, dan Dyadic Coping Inventory. Analisis data dilakukan dengan korelasi Pearson, analisis regresi linear, dan Hayes Macro Process. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress serta tidak ditemukan efek moderasi dari kedua faktor common dyadic coping terhadap hubungan kepuasan pernikahan dan parenting stress.

The aim of this study is to evaluate the moderating effect of the two factors of common dyadic coping in the relationship between marital satisfaction and parenting stress for parents of individuals with autism spectrum disorder in Indonesia. The study was conducted to 131 participants in Jabodetabek, Bali, and Lampung area. This study uses Couples Satisfaction Index–Short Form, Parenting Stress Index, and Dyadic Coping Inventory to measure the variables. Data is analyzed using Pearson correlation, linear regression analysis, and Hayes Macro Process. Findings of the study showed that there is a significant negative correlation between marital satisfaction and parenting stress, and there is no moderating effect from the two factors of common dyadic coping to that relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah Elkifahi
"Pasangan menikah beda agama ditemukan memiliki resiko tinggi untuk bercerai akibat faktor unik seperti tidak adanya penerimaan lingkungan sosial (orangtua. teman ataupun institusi agama) serta religiusitas atau perbedaan ritual/praktik agama. Padahal, dukungan dari lingkungan sosial dapat meningkatkan kepuasan pernikahan pasangan.
Adanya penolakan orangtua membuat individu perlu mencari sumber dukungan lain
terutama dari pasangannya. Salah satu bentuk sumber dukungan dari pasangan adalah common dyadic coping, yaitu partisipasi kedua individu dalam menghadapi serta menyelesaikan suatu masalah atau tekanan dari luar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari common dyadic coping dalam mengurangi efek negatif penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan. Responden penelitian adalah enam puluh lima pasangan beda agama di seluruh Indonesia yang berasal dari komunitas beda agama dan telah berada dalam pernikahan. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, dan Social Network Opinion Scale (Parent) yang telah diadaptasi. Hasil penelitian menemukan bahwa
terdapat hubungan negatif antara penolakan orangtua dengan kepuasan pernikahan (r = - 0.25, p = 0.01, p<.05). Penelitian ini juga menemukan bahwa common dyadic coping melemahkan efek negatif dari penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan (β = - 0.268, p = 0.00, p<.01). Common dyadic coping menjadi faktor penting yang perlu dimiliki oleh pasangan beda agama dalam menghadapi tekanan dari luar khususnya penolakan dari orangtua

Couples in interfaith marriage are found to have a high risk in divorce due to its unique factors such as disapproval from their social network (parents, friends, and religious institutions) and religiousity or difference in religious practices. Support from social network can actually improve one’s marital satisfaction. This lack of support from parents force individuals to seek other resources such as those from partners. One form of partner’s support is common dyadic coping, which is a participation of both partners
to manage external stress. The purpose of this study is to examine the role of common dyadic coping in weakening the negative effect of parental disapproval on marital satisfaction. Respondents were sixty five interfaith couples from all over Indonesia who are members of Interfaith Couples Community, and who currently holds marital status.
The measurements used in this study were Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, and Social Network Opinion Scale (Parent) which was already adapted. The result from this research found that there is a significant negative correlation between parental disapproval and marital satisfaction (r = -0.25, p = 0.01, p<.05). This study also found that common dyadic coping significantly weakens the negative effect of parental disapproval towards marital satisfaction (β = -0.268, p = 0.00, p<.01). Thus, it is
concluded that common dyadic coping can be a crucial factor for couples to be able to cope better with external stress, especially in the context of parental disapproval.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klarinthia Ratri
"Temuan sebelumnya menemukan hasil yang konsisten mengenai hubungan positif antara religiusitas dan kepuasan pernikahan (Ahmadi & Hossein-abadi, 2009). Namun, perkawinan beda agama diharapkan bisa mengubah jalannya hubungan ini. Masing-masing tingkat religiusitas menghasilkan konflik, bertindak sebagai penekan untuk pernikahan. Karena itu, ini Penelitian dilakukan untuk menguji ulang hubungan antara religiusitas dan perkawinan kepuasan, dan untuk menguji peran Copic Dukungan Dyadic sebagai strategi pasangan dalam menghadapi tantangan dalam pernikahan antaragama (moderator). Kuisioner diberikan kepada 65 peserta dalam pernikahan beda agama dengan usia berkisar 26-64 tahun. Data dikumpulkan dengan menggunakan Indeks Kepuasan Pasangan, Inventarisasi Coping Dyadic, dan Kuisioner Skala Sentralitas Religiusitas. Analisis data dilakukan dengan pearson korelasi, analisis regresi, dan Annova satu arah dalam SPSSS versi 23.
Hasil tidak menunjukkan hubungan antara religiusitas dan kepuasan pernikahan (r = -0,154, p> 0,05), a hubungan positif yang signifikan antara coping diad yang mendukung dan perkawinan kepuasan (r = 0,601, p <0,05), dan tidak ada efek moderasi dari coping diad suportif religiusitas dan kepuasan pernikahan (β = 0,056; p> 0,05). Kesimpulannya, mendukung mengatasi diad terbukti mampu melemahkan, tetapi tidak memoderasi hubungan antara religiusitas dan kepuasan pernikahan pada individu dalam pernikahan beda agama.

Previous findings found consistent results regarding a positive relationship between religiosity and marital satisfaction (Ahmadi & Hossein-abadi, 2009). However, interfaith marriages are expected to change the course of this relationship. Each level of religiosity produces conflict, acts as a suppressor for marriage. Therefore, this study was conducted to reexamine the relationship between religiosity and marital satisfaction, and to examine the role of Copic Dyadic Support as a couple's strategy in facing challenges in interfaith marriages (moderators). The questionnaire was given to 65 participants in interfaith marriages with ages ranging from 26-64 years. Data were collected using the Pair Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, and the Religiosity Central Scale Questionnaire. Data analysis was performed with Pearson correlation, regression analysis, and one-way Annova in SPSSS version 23.
The results did not show a relationship between religiosity and marital satisfaction (r = -0.154, p> 0.05), a significant positive relationship between coping dyads support and marriage satisfaction (r = 0.601, p <0.05), and there was no moderating effect of coping with supportive religiosity and marital satisfaction (β = 0.056; p> 0.05). In conclusion, supporting overcoming dyads can weaken, but not moderate the relationship between religiosity and marriage satisfaction for individuals in interfaith marriages.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Y. Tunrisna
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dyadic coping stress communication, positive dyadic coping, dan negative dyadic coping terhadap kepuasan pernikahan pada pasangan commuter marriage yang dual careers family. Sebanyak 33 pasangan suami istri 66 orang mengisi dua alat ukur yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Dyadic Coping Inventory DCI untuk mengukur dyadic coping yang digunakan pasangan dan Couple Satisfaction Index CSI yang mengukur kepuasan pernikahan. Pada penelitian ini, ditemukan terdapat pengaruh positive dyadic coping yang terdiri dari supportive, delegated, dan common dyadic coping GFI= 0.999 > 0.9; RMSEA= 0.03< 0.05; dan p-value 0.245>0.05 terhadap kepuasan pernikahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa positive dyadic coping suami tidak berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan dirinya sendiri, namun persepsi suami terhadap coping istri justru berkontribusi. Di sisi lain, seluruh aspek positive dyadic coping milik istri ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasaan pernikahannya sendiri actor effect dan juga kepuasaan pernikahan suami partner effect . Hasil penelitian lainnya, tidak ditemukan adanya pengaruh stress communication dan negative dyadic coping yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan.

This study aims to see the effect of dyadic coping stress communication, positive dyadic coping, and negative dyadic coping on marital satisfaction in couples commuter marriage that dual careers family. A total of 33 married couples 66 people filled the two measuring instruments used in this study, namely Dyadic Coping Inventory DCI to measure the dyadic coping used by couples and Couple Satisfaction Index CSI that measure marital satisfaction. In this study, there was found positive dyadic coping effect consisting of supportive, delegated, and common dyadic coping GFI 0.999 0.9, RMSEA 0.03 0.05 to marital satisfaction.
The results of this study indicated that husband's positive dyadic coping does not affect his own marital satisfaction, but the husband's perception of wife's coping actually contribute. On the other hand, all aspects of wife's positive dyadic coping are found to have a significant influence on her own marital satisfaction actor effect and also the marital satisfaction of husbands partner effect . Other research results, there was no significant effect of stress communication and negative dyadic coping on marital satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Azzahra Putri
"Orang tua dari anak dengan ASD mengalami stres pengasuhan yang lebih tinggi daripada anak tanpa ASD. Jika tidak diatasi dengan baik, maka stres pengasuhan bisa berdampak bagi penurunan kualitas pengasuhan, serta berkaitan dengan hubungan pasangan. Oleh karena itu, diperlukan strategi coping untuk menghadapi stres pengasuhan pada orang tua dari anak dengan ASD. Dyadic coping dapat digunakan untuk menghadapi stres pengasuhan dalam mengasuh anak dengan ASD. Dyadic coping terdiri dari positive dan negative dyadic coping. Positive dyadic coping terdiri dari supportive, delegated, dan common dyadic coping. Peneliti berfokus pada supportive dyadic coping karena menampilkan dukungan yang diberikan dan didapatkan pasangan dalam menghadapi stres pengasuhan. Tujuan penelitian adalah melihat hubungan antara supportive dyadic coping dan stres pengasuhan pada orang tua dengan anak ASD. Partisipan penelitian berjumlah 82 ayah atau ibu dari anak dengan ASD di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah subskala supportive dyadic coping (by partner dan by self) dari Dyadic Coping Inventory (DCI) dan Parenting Stress Index-Short Form (PSI-SF). Hasil penelitian menampilkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara supportive dyadic coping dan stres pengasuhan pada orang tua dengan anak ASD (r=-.261, N=82, p<.01, one-tailed). Artinya, semakin tinggi supportive dyadic coping, maka semakin rendah stres pengasuhan orang tua dengan anak ASD.

Parents of ASD children experience higher parenting stress than those without ASD children. If it doesn't dealt properly, there is a chance that parenting stress has an impact on the quality of parenting and couple's relationship. Therefore, coping strategies are needed to deal with parenting stress for parents of ASD children. Dyadic coping can be used to deal with parenting stress in rearing ASD children. Dyadic coping consists of positive and negative dyadic coping. Positive dyadic coping consists of supportive, delegated, and common dyadic coping. This study focused on supportive dyadic coping because it displays the support by self and partner in dealing with parenting stress. The purpose of this study was to assess the relationship between supportive dyadic coping and parenting stress in parents of ASD children. There are 82 fathers or mothers of ASD children in Indonesia that participated in this study. The measurement tools used in this study were the supportive dyadic coping subscales (by partner and by self) of the Dyadic Coping Inventory (DCI) and the Parenting Stress Index-Short Form (PSI-SF). The results showed that there was a significant negative relationship between supportive dyadic coping and parenting stress in parents of ASD children (r=-.261, N=82, p<.01, one-tailed). That is, the higher the supportive dyadic coping, the lower the parenting stress of parents of ASD children."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pingkan Cynthia Belinda Rumondor
"Terlepas dari dugaan bahwa konteks budaya berdampak pada efek penanganan stres bersama pasangan (DC; dyadic coping) terhadap kepuasan pernikahan (KP), belum ada penelitian yang melibatkan konteks budaya dalam model tersebut. Disertasi ini bertujuan menguii Systemic Transactional Model (STM; Bodenmann, et al., 2016) untuk menjelaskan efek moderasi strategi DC dan attachment dalam memprediksikan dampak stres eksternal terhadap KP pasangan bekerja pada konteks ideologi peran gender (IPG) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain mixed methods explanatory sequential yang terdiri dari dua studi. Studi 1 adalah penelitian kuantitatif – regresi dan SEM pada 421 individu usia 23-55 tahun yang merupakan pasangan bekerja berpendidikan tinggi di perkotaan. Hasil studi 1 menunjukkan bahwa strategi DC memiliki efek lebih signifikan daripada attachment dalam melindungi kepuasan pernikahan dari efek negatif stres eksternal. Akan tetapi, pengujian model yang sama dalam kelompok partisipan dengan IPG tradisional dan non-tradisional memperlihatkan pola yang berbeda. Studi 2 merupakan penelitian kualitatif - fenomenologis pada 5 pasangan dengan kepuasan pernikahan tinggi, 3 pasangan dan 1 istri dengan kepuasan pernikahan rendah. Hasil studi 2 mendukung hasil studi 1, strategi DC yang berbeda berujung pada pemaknaan kepuasan pernikahan yang berbeda, meski stres yang dihadapi serupa. Penelitian ini memperlihatkan bahwa STM dapat diterapkan untuk menjelaskan KP pasangan bekerja di Indonesia, dengan memperhatikan konteks IPG.

Apart from the assumption that cultural context impacts the effect of partners’ dyadic coping (DC) in predicting marital satisfaction (MS), there has been no research involving cultural context in this model. This dissertation aims to examine the Systemic Transactional Model (STM; Bodenmann, et al., 2016) to explain the moderating effect of DC strategies and attachment in predicting the impact of external stress on dual-earner couples’ MS in Indonesia’s gender role ideology (GRI) context. This research uses a mixed-methods explanatory sequential design consisting of two studies. Study 1 is a quantitative – regression and SEM study on 421 individuals, 23-55 years old, tertiary-educated dual-earner in an urban area. The results of study 1 show that DC strategies have a more significant effect than attachment in protecting couples’ MS from the adverse effects of external stress. However, testing the same model in groups of participants with traditional and non-traditional GRI shows a different pattern. Study 2 is a qualitative - phenomenological study on five couples with high MS, three couples and one wife with low MS. The results of study 2 support the results of study 1 that different DC strategies will lead to different meanings of marital satisfaction, even though the stressors are similar. This study shows that STM can be applied to explain the MS of dual-earner couples in Indonesia, considering the context of GRI."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>