Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6336 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tsugaeda
"Efek Jera ini boleh dibilang sebagai novel cerdas, dalam artian premisnya keren, fokus kisahnya jelas, eksekusi idenya penuh perhitungan dan unsur pendukung lainnya pun bukan tempelan, kurang lebih begitulah. Kalian akan paham maksudku setelah baca novel ini.
Novel ini harusnya sukses besar. Kisahnya seru, koplak, cukup menegangkan dan yang terpenting—novel ini—cerdas.
Efek Jera bercerita tentang misi investigasi yang digawangi oleh Makarim Ghanim dan Pensiunan TNI-AD, Mayor Sarjono. Melibatkan Dio, pemuda biasa yang besar di jalanan. Investigasi ini bertujuan untuk mengungkap rahasia busuk pergerakan perusahaan penerbangan yang gelagat tak beresnya sebenarnya sudah tercium hingga memelosok negeri, namun tetap lolos mengangkasa dengan pongahnya. Aparat seperti menutup mata dan para petinggi negara malah mengapresiasi dengan senyum bangga."
Jakarta: Onepeach.media, 2020
899.221 3 TSU e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tsugaeda
Jakarta: Onepeach.media, 2021
899.221 3 TSU r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tsugaeda
Jakarta: Onepeach.media, 2022
899.221 3 TSU s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta D.Y. Rotty
"Keberadaan anomali IPO menarik untuk diteliti karena latar belakang timbulnya anomali tersebut sampai saat ini belum menghasilkan satu konsensus tertentu yang dapat dijadikan kesimpulan utama. Pada saat teori-teori yang berdasarkan economic equilibrium ada, anomali kinerja jangka panjang yang buruk dan siklus pasar `hot' dan `cold' belum banyak disinggung. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, beberapa model dapat digunakan untuk menganalisa anomali tersebut seperti survival hypothesis dengan WIPO model, overreaction hypothesis, dan price support. Ada 3 anomali IPO yang sangat terkenal yaitu return jangka pendek yang positif yang dikenal dengan underpricing, kinerja jangka panjang saham yang buruk, dan siklus pasar `hot' dan `cold'.
Penelitian empiris tentang anomali dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah banyak dilakukan tidak hanya di pasar internasional tetapi juga di pasar Indonesia. Namun demikian, informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat melengkapi penelitian sebelumnya. Penggunaan data terbaru, penggunaan beberapa model dalam analisa, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi anomali, dan yang paling panting adanya periode pengamatan yang berbeda yaitu sebelum dan selama krisis adalah beberapa aspek perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
Pada bulan Juli 1997, Indonesia mengalami peristiwa yang membawa perubahan mendasar dalam kehidupan berbangsa yaitu dimulainya krisis moneter yang Dada akhirnya meluas menjadi krisis multidimensi. Terdepresiasinya mata uang Rupiah terhadap mata uang US Dollar telah menyebabkan pasar modal terpuruk. Sebagian besar investor asing yang merupakan pemain dominan melakukan aksi jual dan melarikan dananya ke pasar uang bahkan ke luar Indonesia yang disebabkan tingginya resiko dan ketidakpastian berusaha. Karakteristik pasar modal sebelum krisis yang diwarnai oleh besarnya jumlah investor asing, rendahnya nilai transaksi, kecilnya kapitalisasi pasar, dan rendahnya jumlah emiten sedikit banyak telah menyebabkan kejatuhan pasar di masa krisis. Dua kondisi pasar yang berbeda ini mendorong timbulnya penelitian ini.
Penelitian dilakukan atas perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta pada periode Juli 1994-Juni 1998 dengan periode pengamatan yang berbeda yaitu sebelum krisis (Juli 1994-Juni 1997) dan selama krisis (Juli 1997-Juni 1998). Total perusahaan sampel sebanyak 91 emiten di mana 67 perusahaan melakukan IPO pada periode 1 (sebelum krisis) dan 24 perusahaan melakukan IPO pada periode 2 (selama krisis).
Rata-rata return jangka pendek yang diperoleh pada periode 1 dan 2 secara signifikan lebih besar dari 0 di mana pada periode 2, rata-rata (median) IR. yang diterima 10,89% (12,11 %) lebih besar dibandingkan periode 1 sebesar 6,57% (3,7%) karena tingkat risiko periode 2 yang lebih tinggi. Selain itu, pada periode-periode tertentu rata-rata IR saham IPO lebih tinggi dibandingkan rata-rata IR periode pengamatan. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat menentukan kapan waktu terbaik untuk melakukan IPO (windows of opportunity).
Kinerja jangka paniang yang buruk terjadi selama tahun pertama setelah IPO. Bila dihubungkan dengan pasar `hot' dart `cold' maka pada tahun ketiga ada kecenderungan kinerja pasar `hot' Iebih buruk dari `cold'. Pada periode I dan 2, hubungan negatif antara IR dengan kinerja jangka panjang terjadi pada tahun ke-3 dan sekaligus mendukung overreaction hypothesis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing juga berbeda di antara periode tersebut. Pada periode 1, AGE, SIZE, dan FINZEV secara signifikan mempengaruhi underpricing. Hasil temuan ini mendukung overreaction hypothesis di mana investor yang sangat optimis akan kondisi perekonomian Indonesia juga optimis dalam melihat kinerja saham. Sedangkan pada periode 2, ALPHA, RRA, dan KURS dapat menjelaskan underpricing dan sekaligus mendukung signaling hypothesis karena pada periode ini perusahaan yang mempunyai fundamental kuat saja yang mampu menyerap dana dari masyarakat dengan memberikan tingkat diskon yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yang buruk hanya dapat dideteksi pada periode I yaitu SIZE, AGE, ALPHA, dan IR. Periode yang dicirikan optimisme yang besar menyebabkan investor merespon positif kinerja saham dalam jangka panjang."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20567
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiawan Santana Kurnia
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004
070.43 SEP j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Septiawan Santana Kurnia
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009
070.43 SEP j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Migel Aldila
"Penelitian ini menggunakan reaktor plasma jenis pipa koaksial yang berbentuk shell and tube. Minyak jelantah dialirkan ke dalam reaktor plasma selama 120 menit dan sampel diambil setiap selang 30 menit. Sistem pembangkit plasma dibangkitkan dengan tegangan 100 V, 150 V dan 200 V dengan menggunakan plasmatron. Analisis dilakukan untuk kemurnian minyak jelantah yang dipapar plasma dan yang tidak dipapar plasma dengan tolok ukur angka asam, angka peroksida dan indeks bias. Angka asam mengalami penurunan signifikan pada tegangan 150 V selama 90 menit, angka peroksida pada tegangan 200 V selama 120 menit dan indeks bias pada tegangan 200 V selama 120 menit.

In this experiment used plasma reactor with coaxial pipe type, which have shell and tube form. Waste Frying Oil flowed to plasma reactor during 120 minute and sample took each 30 minute. The System of Plasma Inciter incited by three voltase, 100 V, 150 V and 200 V used plasmatron. Sample Analysis consisted of Free Fatty Acid (FFA) Number, Peroxide Number and Deviation Index. FFA Number has significant reduction at 150 V during 90 minute, Peroxide Number at 200 V during 120 minute and Deviation Index at 200 V during 120 minute."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42589
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Fariska Savira
"Latar belakang: Ribonucleic acid RNA adalah molekul yang tidak stabil secara termodinamik. Cara penyimpanan RNA sangat kritis untuk menjaga kuantitas dan kualitasnya agar dapat digunakan untuk analisis molekuler seperti real time-PCR. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui suhu ideal penyimpanan RNA di antara -80°C, -20°C dan 4°C dengan melihat perubahan pada konsentrasi RNA selama dua minggu masa penyimpanan.
Metode: Delapan hati tikus dibagi menjadi 3 untuk setiap grup dengan berat masing-masing sampel 25-26 ug. Sampel hati dihomogenisasi dan diisolasi untuk mendapatkan RNA murni, lalu disimpan pada tiga suhu berbeda yakni -80°C, -20°C and 4°C. Absorbasi diukur dengan alat Varioskan Flash pada gelombang cahaya 260 dan 280 nm untuk mendapatkan konsentrasi dan kemurnian sampel.
Hasil: Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara konsentrasi RNA dengan suhu penyimpanaan selama dua minggu, baik secara eksperimental dan secara statistik Kruskal-Wallis, -80°C p = 0.949; -20°C p = 0.885; 4°C p = 0.935 . Dapat disimpulkan bahwa suhu ideal untuk penyimpanan RNA tidak dapat ditetapkan. RNA dengan konsentrasi yang tinggi memiliki kemurnian yang tinggi juga.
Kesimpulan: RNA dapat disimpan di suhu -80°C, -20°C dan 4°C selama dua minggu tanpa perubahan kuantitas. Tetapi, durasi studi sebaiknya diperpanjang paling tidak selama satu bulan untuk melihat penurunan pada konsentrasi RNA di suhu penyimpanan yang terkait. Walaupun konsentrasi pada sampel tidak berubah signifikan, kualitas pita RNA tidak dapat dievaluasi untuk analisis molekuler. Analisis kualitas RNA dapat dilakukan untuk melihat terjadinya degradasi.

Background Ribonucleic acid RNA is a thermodynamically unstable molecule. The way RNA samples are preserved is critical to maintain maximum yield and quality therefore it is useful for molecular analysis such as real time PCR. There are many contradictions and variations regarding the ideal temperature for RNA storage. The aim of this study was to find the ideal temperature for RNA storage among 80°C, 20°C and 4°C by observing for alteration in concentration over two weeks of storage time.
Methods Eight mouse liver were each divided into 3 groups, weighed to 25 26 ug. Samples were homogenized and isolated for pure RNA, and were subsequently stored in temperatures of 80o C, 20°C and 4°C. Absorbance was measured with Varioskan Flash photometric tool, at wavelength of 260 and 280 nm. Concentration and purity of RNA samples were then calculated.
Results There was no significant difference between concentrations of RNA samples stored in all temperatures across the duration of two weeks storage time, both experimentally and statistically Kruskal Wallis, 80o C p 0.949 20o C p 0.885 4o C p 0.935 . We conclude that the ideal temperature for RNA storage cannot be defined. Higher concentration of RNA coincides with higher RNA purity.
Conclusion RNA can be stored in 80o C, 20o C and 4o C for two weeks without quantity reduction. However, longer duration of study, at least one month, is needed to observe whether RNA concentration will be reduced overtime in any of temperatures of storage. Despite the concentration that stayed constant over the duration of storage two weeks , we are unable to determine whether the quality is appropriate for use in molecular assays. Further RNA quality analysis is recommended to check for degradation."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Satya Paramitha
"ABSTRAK
Hingga saat ini, pengawet utama kadaver untuk pendidikan anatomi tubuh manusia adalah formalin. Walaupun formalin telah terbukti sebagai materi fiksatif organ yang baik, formalin juga dikenal sebagai materi yang mudah menguap, bersifat iritatif, toksik, dan karsinogenik. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan teknik pengawetan kadaver rendah formalin. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efek dari dua jenis larutan bebas formalin (CaCl2 dan gliserin) sebagai larutan pengawet lanjutan terhadap struktur mikroskopik dan makroskopik jantung tikus Sprague Dawley dan dibandingkan dengan formalin (larutan pengawet standar Departemen Anatomi FKUI). Pengamatan struktur makroskopik, yaitu konsistensi organ dan keberadaan jamur dilakukan setiap bulan pada 6 bulan pertama dan setelah satu tahun pengawetan. Pengamatan struktur mikroskopik jaringan dengan pewarnaan hematoksilin-eosin dilakukan untuk mengetahui persentase nekrosis dan/atau abnormalitas jaringan dalam sepuluh lapang pandang besar. Hasil studi menunjukkan konsistensi organ yang buruk pada jantung yang diawetkan dengan 15% CaCl2 dan 20% CaCl2 dengan penurunan kondisi jaringan lebih cepat pada pengawetan dengan 15% CaCl2; sehingga tidak dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik. Keberadaan jamur ditemukan pada permukaan cairan pengawet, terutama pada larutan 15% dan 20% CaCl2, tetapi tidak ditemukan pada jaringan. Hasil pengamatan struktur mikroskopik yang menunjukkan persentase abnormalitas jaringan yang sama pada jantung yang diawetkan dengan larutan gliserin dibandingkan dengan jantung yang diawetkan dengan larutan pengawet standar. Disimpulkan bahwa larutan CaCl2 memiliki efek pengawetan yang lebih buruk dibandingkan dengan larutan standar berformalin, sementara larutan gliserin memiliki efek pengawetan yang sebanding.

ABSTRACT
As an educational facility, anatomy laboratory is important for medical students and staffs. Therefore, the improvement of appropriate learning and working environment needs to be achieved by finding the most appropriate organ preservation method. Nowadays, formalin is the most common preservative material used for human cadavers. Despite being a good fixative material, formalin is also known to be easily evaporated, irritative, toxic, and carcinogenic. This study aimed to observe the effect of two formalin-free solutions (CaCl2 and glycerine) as advanced preservative materials towards macroscopic and microscopic structures of heart tissue compared to formalin (Standard Preservative Solution of Department of Anatomy, FMUI). Macroscopic observation was conducted by observing organ consistency and the presence of fungi every month in the first six months and after one year of preservation. Meanwhile, microscopic observation was performed by using hematoxylin-eosin staining to determine the percentage of necrosis and/or tissue abnormalities in ten microscopic fields. Results of macroscopic observation showed low organ consistency between hearts preserved in 15% CaCl2 and 20% CaCl2 with earlier decreased consistency in 15% CaCl2; thus, making these results could not be continued for microscopic observation. The presence of fungi was observed only on the surface of preservative solutions, especially on 15% CaCl2 and 20% CaCl2, with no fungi was found on the surface of heart tissue. Results of microscopic observation showed that hearts preserved in glycerine solution had similar percentages of tissue abnormalities compared to Standard Preservative Solution. To conlude, this study demonstrated worse preservative effects of CaCl2 solutions compared to formalin, while glycerine solutions showed good preservative effects; nearly as good as formalin."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nurfadila
"Efek audiens, yang mengacu pada bagaimana kehadiran orang lain dapat mempengaruhi perilaku individu, telah diteliti secara ekstensif di penelitian terdahulu sebagai bentuk pengaruh sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mereplikasi efek audiens dalam perspektif Evaluation Apprehension. Terdapat empat puluh mahasiswa S1 dari University of Queensland yang berpartisipasi. Penelitian ini menggunakan eksperimen independent group dalam menginvestigasi efek keberadaan audiens terhadap performa tugas dalam dua kondisi: terdapat audiens dan tidak ada audiens. Performa tugas diukur melalui lima belas persamaan matematika. Tingkat evaluation apprehension diukur dengan menanyakan apakah partisipan merasa dievaluasi saat mengerjakan tugas persamaan matematika. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bila dibandingkan dengan kondisi tidak ada audiens, kehadiran audiens dapat menurunkan performa. Selanjutnya, penelitian ini membuktikan tidak ada perbedaan antara level dari evaluation apprehension di dalam dua kondisi tersebut. Penelitian ini menunjukan bahwa ada mekanisme penghambatan sosial atau social inhibition mechanism, di mana tugas yang sulit menimbulkan respons dominan yang salah dan dapat mengakibatkan kinerja yang lebih buruk. Namun, aspek evaluation apprehension dalam penelitian ini belum dapat ditentukan berdasarkan hasil yang ditemukan.

The audience effect, which refers to how the presence of others can influence an individual's behaviour, has been extensively researched in the past as a form of social influence. The current study was attempted as a replication of audience effects from the evaluation apprehension perspective. Forty undergraduate students from the University of Queensland participated in the study. This study used an independent group experiment to investigate the effects of the presence of an audience on task performance in two conditions: audience and no audience condition. Participants’ task performance was assessed using fifteen mathematical equations. Evaluation apprehension level was measured by asking whether the participants feel evaluated while performing the task. The result of this study showed that when compared to the no audience condition, the presence of an audience could lower task performance. Furthermore, the study found no difference between levels of evaluation apprehension in both conditions. Results of the study implied the role of the social inhibition mechanism, in which a difficult task elicits an incorrect dominant response that could result in worse performance. However, the evaluation apprehension aspect in the study was yet to be determined from the results."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>